Anda di halaman 1dari 60

Longcase

Nassyiah Izzah Al Kadly Kanedi, S.Ked


(H1AP23026)

Pembimbing : dr. Merianson, Sp.PD, K-P, FINASIM

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD Dr. M. Yunus BENGKULU
2024
Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) didefinisikan
sebagai kondisi paru heterogen yang ditandai dengan gejala
pernapasan kronik (dispnea, batuk, produksi sputum,
eksaserbasi) akibat kelainan saluran napas (bronkitis,
bronkiolitis) dan/atau alveoli (emfisema) yang menyebabkan
penyakit paru persisten, sering progresif, obstruksi aliran udara.
Latar Belakang
Salah satu dari tiga
penyebab kematian teratas
di dunia

90% dari kematian terjadi di


negara berpenghasilan rendah
dan menengah

Lebih dari 3 juta orang


meninggal karena PPOK pada
tahun 2012
Laki-laki (11,8%) > perempuan (8,5%)

≥ 40 tahun

Penderita PPOK umumnya perokok atau mantan


perokok

Riset Kesehatan Dasar 2013 (RISKESDAS), prevalensi PPOK adalah sebesar 3,7%. Angka
kejadian penyakit ini meningkat dengan bertambahnya usia dan lebih tinggi pada laki-
laki (4,2%) dibanding perempuan(3,3%).
PPOK dihasilkan dari interaksi gen (G) -lingkungan(E) yang
terjadi selama masa hidup (T) individu (GETomics) yang dapat
merusak paru-paru dan/ atau mengubah perkembangan/
penuaan normal.

PPOK >> tantangan kesehatan masyarakat yg dapat dicegah


dan diobati
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama : Tn. S

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tanggal lahir : 4 April 1965 (58 tahun)

No. Reg RS : 874676

Tanggal Masuk RS : 7 Januari 2024

Ruang Perawatan : Kemuning


Anamnesis
• Keluhan utama :
Sesak nafas dan batuk 1 minggu,
memberat 1 hari SMRS
Anamnesis
• Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD M.Yunus dengan keluhan sesak
nafas yang dirasakan sejak ± 1 minggu yang lalu, sesak dirasakan semakin
memberat sejak 1 hari SMRS. Pasien merasakan dadanya terasa berat
sehingga sulit untuk bernafas dan pasien juga mengalami batuk disertai
pilek. Sesak dirasakan hilang timbul, namun dalam beberapa hari terakhir
pasien merasakan sesak saat beraktivitas. Sesak tidak dipengaruih oleh
posisi. Sesak dirasakan berkurang saat beristirahat, sesak dirasakan selama
± 15 menit.
Anamnesis
Pasien juga mengeluhkan batuk sejak ± 1 minggu SMRS. Batuk
hanya dirasakan sesekali. Pasien merasakan batuk yang hilang timbul,
batuk berdarah (-), pilek (+). Nafsu makan pasien berkurang, mual (-),
muntah (-), sakit kepala (-), nyeri ulu hati (+), nyeri dada (-), tenggorokan
terasa terbakar (-), BAB dan BAK tidak ada keluhan.

Pasien seorang perokok dan telah berhenti merokok ± sejak 2 tahun yang
lalu. Pasien mulai merokok sejak usia remaja. Dalam sehari ia mampu
menghabiskan 3-5 bungkus rokok. Pasien sebelumnya rutin meminum
kopi 2-3 gelas perhari. Pasien juga mengaku mengalami penurunan berat
badan yang signifikan.
Anamnesis
Riwayat penyakit dahulu :
• Riwayat penyakit serupa : sudah di diagnose PPOK sejak 2
tahun yang lalu
• Riwayat asma : disangkal
• Riwayat pengobatan OAT : disangkal
• Riwayat hipertensi : disangkal
• Riwayat diabetes mellitus : disangkal
• Riwayat penyakit paru : disangkal
• Riwayat penyakit jantung : disangkal
• Riwayat penyakit ginjal : disangkal
• Riwayat penyakit liver : disangkal
• Riwayat alergi : disangkal
• Riwayat trauma : disangkal
Anamnesis
Riwayat penyakit keluarga :
• Riwayat penyakit serupa : disangkal
• Riwayat asma : disangkal
• Riwayat pengobatan OAT : disangkal
• Riwayat hipertensi : disangkal
• Riwayat diabetes mellitus : disangkal
• Riwayat penyakit paru : disangkal
• Riwayat penyakit jantung : disangkal
• Riwayat penyakit ginjal : disangkal
• Riwayat penyakit liver : disangkal
• Riwayat alergi : disangkal
Anamnesis
Riwayat Sosial:
• Pasien seorang perokok sejak 41 tahun yang lalu, dan berhenti 2 tahun
yang lalu. Pasien mulai merokok sejak usia 17 tahun, dalam sehari pasien
menghabiskan 3-5 bungkus rokok. Indeks brinkman = 1.968 (berat).
• Riwayat pekerjaan nelayan, namun telah beberapa bulan terakhir hanya
beraktivitas di rumah, saat masih aktif menjadi nelayan, pasien sering
meminum kopi 2-3 gelas per hari.
• Riwayat konsumsi alkohol (+)
Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 101/58 mmHg


Nadi : 67x/menit

Pernapasan : 24x/menit

Suhu : 36,6 oC

SpO2 : 98% + canul 5 lpm


Pemeriksaan Fisik

Kepala : Normacephali, jejas (-), rambut tidk rontok dan tersebar merata
Mata : Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), strabismus (-/-),
eksoftalmus (-/-), pupil bulat (+/+), refleks cahaya (+/+)
Hidung : Deviasi (-/-), sekret (-/-), napas cuping hidung (+/+), nyeri tekan (-), darah (-/-).
Mulut : Sianosis (-), pucat (-), bibir kering (-), deviasi lidah (-), pursed lip breathing -)
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-), JVP = 5+2 cmH2O tidak meningkat,
Deviasi trakea (-)
Telinga : Otore (-/-), deformitas (-/-), nyeri tekan (-/-)
Thorax-Paru Anterior

Inspeksi : Dinding dada simetris, gerakan dinding dada saat statis dan dinamis
kanan = kiri, retraksi dinding dada (-), deformitas (-), sela iga melebar
(-), spider nevi (-), pemakaian otot bantu napas (-), tipe pernapasan
abdominal-torakal, barrel chest (-), venektasi (-)

Palpasi : Stem fremitus normal kanan sama dengan kiri, nyeri tekan (-)

Perkusi : hipersonor di kedua lapang paru

Auskultasi : Vesikuler (-/-), wheezing (+/+), rhonki (-/-)


Thorax-Paru Posterior
Inspeksi : Dinding dada simetris, gerakan dinding dada saat statis dan dinamis
kanan = kiri, retraksi dinding dada (-), deformitas (-), sela iga melebar
(-), spider nevi (-), pemakaian otot bantu napas (-).

Palpasi : Stem fremitus normal kanan = kiri, nyeri tekan (-)

Perkusi : hipersonor di kedua lapang paru

Auskultasi : Vesikuler (-/-), wheezing (+/+), rhonki (-/-)


Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus cordis tidak teraba


Perkusi : Batas atas ICS II linea parasternalis dextra, batas kanan ICS IV
linea sternalis dextra, batas kiri ICS V linea midklavikula
sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I/II reguler (+), gallop (-), murmur (-)

Abdomen
Inspeksi : Datar, simetris, striae (-), luka bekas operasi (-), caput medusa (-),
venektasis (-), spider nevi (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), defans muskular (-), hepar tidak teraba, lien
tidak teraba, ballotement ginjal (-/-) undulasi (-)
Perkusi : Timpani , shiffting dullnes (-), nyeri ketok CVA (-/-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal


Ekstremitas superior-inferior

Akral : Hangat seluruh ekstremitas (+)

Edema : Pitting edem pada ektremitas inferior (-/-), ektremitas


superior (-/-)
CRT : ≤ 2 detik
Palmar eritem (-), koilinicia (-)
Pemeriksaan Penunjang
Expertise:
Rontgen Thoraks PA
 Foto asimetris dan inspirasi cukup
 Trakea masih di tengah
 Cor tidak membesar
 Sinus normal dan diafragma normal
Pulmo :
- Hilli normal
- Corakan bronkovaskular meningkat dengan pola
retikuler
- Tidak tampak perbercakan di kedua lapang paru
- Tampak hiperaerasi dikedua lapang paru
Kesan :
- Tidak tampak kardiomegali
- Gambaran bronkhitis
- Emfisema pulmonum
GeneXpert

MTB tidak terdeteksi


Diagnosis
Diagnosis Utama:
– Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Diagnosis banding
- Pneumonia
- Asma

- TB paru
Terapi
Non farmakologi :
• Tirah baring
• Edukasi mengenai penyakit pasien dan tindakan yang akan
dilakukan
• Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit mulai dari
definisi, penyebab, faktor risiko, tatalaksana dan komplikasi
• Menjelaskan kepada pasien untuk menghindari pemicu
terjadinya sesak
Terapi
Farmakologi :
• IVFD RL xx gtt/menit

• Inj. Omeprazole 1x1 IV

• Inj. Dexametason 3x1 IV

• Inj. Methylprednisolon 0,5 cc 2x1/4 vial IV

• Nebu ventolin 3x1

• Nebu Pulmicort 0,5 mg 2x1


Rencana pemeriksaan

• Pemeriksaan spirometri
• Pemeriksaan eosinofil
• Pemeriksaan analisis gas darah
Follow up
Catatan Perkembangan Pasien,
Rabu 10 Januari 2024
Prognosis

• Quo ad vitam : dubia ad bonam


• Quo ad sanationam : dubia ad malam
• Quo ad functionam : dubia ad bonam
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Definisi
Menurut GOLD (Global Inisiative for Chronic Obstructive Lung Disease), Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK) adalah kondisi paru-paru heterogen yang ditandai dengan gejala
gangguan pernapasan kronis (dispnea, batuk, produksi sputum dan/atau eksaserbasi)
akibat kelainan saluran napas (bronkitis, bronkiolitis) dan/atau alveoli (emfisema) yang
menyebabkan obstruksi aliran udara persisten, sering kali progresif. PPOK diidentifikasi
berdasarkan tes spirometri, digabungkan dengan gejala dan faktor risiko. (Gold, 2024)

9
Epidemiologi
• Prevalensi kejadian PPOK pada laki-laki lebih tinggi yaitu sekitar
11,8% dan 8,5% pada perempuan.
• Kebanyakan orang dengan PPOK berusia 40 tahun atau lebih dan
meningkat tajam seiring bertambahnya usia, dengan prevalensi
tertinggi pada usia >60 tahun
• Sebagian besar dari penderita PPOK adalah perokok atau mantan
perokok dan juga terjadi pada pasien yang tidak pernah merokok,
ditemukan sekitar 3-11%.
• Riset Kesehatan Dasar 2013 (RISKESDAS), prevalensi PPOK adalah
sebesar 3,7%. Angka kejadian penyakit ini meningkat dengan
bertambahnya usia dan lebih tinggi pada laki-laki (4,2%) dibanding
perempuan(3,3%)
Etiologi dan faktor risiko PPOK

Faktor Genetik

Prematur, BBLR

Paparan rokok,
termasuk e-cigarette

Biomassa
Infeksi paru saat anak-anak,
TBC
Riwayat asma
• Peradangan dan penyempitan saluran udara perifer
Patofisiologi
menyebabkan penurunan FEV1.
• Ada juga bukti yang menunjukkan bahwa selain penyempitan
jalan napas, tingkat peradangan, fibrosis, dan eksudat luminal
disaluran udara juga berkorelasi dengan penurunan rasio FEV1
dan FEV1/FVC.
• Keterbatasan saluran napas perifer ini secara progresif menjebak
gas selama ekspirasi yang mengakibatkan hiperinflasi >
peningkatan dispnea
• Faktor-faktor hiperinflasi berkontribusi terhadap penurunan sifat
kontraktil intrinsik otot pernapasan.
• Hipersekresi mucus juga dapat menyebabkan keterbatasan aliran
udara, hipersekresi mucus ini dapat disebabkan oleh peningkatan
jumlah sel goblet baik karena iritasi pada saluran napas kronis
akibat asap rokok dan bahan berbahaya lainnya. Beberapa
mediator dan protease merangsang hipersekresi mukus yang
efeknya melalui aktivasi reseptor faktor pertumbuhan epidermal
(EFGR).
9
Gejala Klinis GOLD 2024
PERTIMBANGAN PPOK DAN
LAKUKAN SPIROMETRI PADA
PASIEN DENGAN :
• Dispnea - yang progresif
seiring waktu, yang
memberat dengan aktivitas
dan bersifat persisten
• Wheezing – mengi berulang
• Batuk kronik – dapat
intermiten, dapat tidak
produktif
• Memiliki faktor resiko,
seperti merokok, asap dari
kayu bakar atau pembakaran
biomassa, debu pekerjaan,
faktor genetic, faktor
kongenital dan faktor BBLR,
premature, infeksi paru
berulang (ex.TB)
Pemeriksaan Fisik

• Inspeksi : Pursed-lips breathing, Penggunaan alat bantu napas, Barrel chest


, Pink puffer , Blue bloater

• Palpasi
• Stem fremitus melemah dan sela iga melebar. Terutama dijumpai pada pasien
dengan emfisema dominan.

• Perkusi
• Hipersonor akibat peningkatan jumlah udara yang terperangkap, batas jantung
mengecil, letak diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah terutama pada
emfisema.

• Auskultasi
• Suara nafas vesikuler normal atau melemah, terdapat ronki dan atau mengi pada
waktu bernafas biasa atau pada ekspirasi paksa, ekspirasi memanjang, bunyi jantung
terdengar jauh.
Pemeriksaan Penunjang

• Uji faal paru dengan spirometri : orang yang tinggal di Asia


Tenggara memiliki nilai FEV1 yang rata-rata 31% lebih rendah,
yang disesuaikan dengan usia, tinggi badan, jenis kelamin dan
ras

• Pemeriksaan radiologi :
• Tanda-tanda hiperinflasi paru (diafragma mendatar dan ruang
retrosternal melebar), dan hiperlusensi paru-paru.
Assesment PPOK
Tujuan dari melakukan assesment atau penilaiaan pada
pasien PPOK adalah untuk menentukan keparahan
keterbatasan aliran udara pernafasan, dampak pada
status kesehatan pasien, resiko kedepan yang mungkin
di hadapi (cth : eksaserbasi, kematiaan) dan untuk
menentukan panduan terapi.
SPIROMETRI

• Forced expiratory volume


1 (FEV1) : volume udara yg
diekspirasi pada detik
pertama saat melakukan
manuver FVC
• Forced Viital Capacity
(FVC) : jumlah maksimal
udara yg dapat
dihembuskan setelah
menarik napas dalam
Assesment Gejala
COPD Assessment Test (CAT)
Assesment Gejala Terdapat 8 pertanyaan
Setiap pertanyaan bobot 0 sampai 5
Pertanyaan 1 : apakah ada batuk ?
Pertanyaan 2 : apakah ada dahak ?
Pertanyaan 3 : apakah dada terasa berat
(tertekan) ?
Pertanyaan 4 : apakah terasa sesak
ketika berjalan mendaki
atau naik tangga ?
Pertanyaan 5 : apakah terdapat
gangguan dalam
beraktivitas fisik sehari
hari ?
Pertanyaan 6 : apakah terdapat
kekhawatiran keluar
rumah akibat kondisi
paru anda ?
Pertanyaan 7 : apakah anda dapat tidur
dengan nyenyak ?
Pertanyaan 8 : apakah anda bertenaga ?
Assesment Eksaserbasi

Eksaserbasi penyakit paru obstruktif kronik (EPPOK) didefinisikan sebagai suatu kejadian
yang ditandai dengan peningkatan dispnea dan/atau batuk dan berdahak yang
memburuk dalam < 14 hari yang dapat disertai dengan takipnea dan/atau takikardia dan
sering dikaitkan dengan peningkatan inflamasi lokal dan sistemik yang disebabkan oleh
infeksi, polusi, atau gangguan lain pada saluran pernapasan
-anthonisen et al, 1987 NR Ann Intern Med 1987
Assesment Eksaserbasi
Pengelompokkan

Kelompok A
Sedikit keluhan, jarang eksaserbasi
Kelompok B
Banyak keluhan, jarang
eksaserbasi
Kelompok E
Sering eksaserbasi tanpa melihat
keluhan harian (frequent
exacerbator)
Terapi Inisiasi
Kelompok A
Sedikit keluhan, jarang eksaserbasi
Terapi inisiasi pilihan bronkodilator
(LABA/LAMA/SABA)
Kelompok B
Banyak keluhan, jarang
eksaserbasi
Terapi inisiasi pilihan double
bronkodilator
(LABA+LAMA)
Kelompok E
Sering eksaserbasi tanpa melihat
keluhan harian (frequent
exacerbator)
Terapi inisiasi pilihan double
Obat bronkodilator pada PPOK paling sering
bronkodilator (LAMA+LABA) bila
diberikan untuk mencegah atau mengurangi gejala.
eosinophil darah >300 + ICS
Penggunaan bronkodilator kerja pendek secara
teratur umumnya tidak dianjurkan (GOLD 2024)
Bronkodilator – Agonis B2
Bronkodilator – Anti kolinergik
Kombinasi Obat Inhaler
Follow Up Terapi
Review :
Saat kontrol kembali, tanyakan
keluhan sesaknya dan apakah ada
eksaserbasi

Assess :
Selalu sempatkan untuk
mengevaluasi teknik penggunaan
device
Assess adherence device
Assess nonfarmakologis

Adjust :
Eskalasi - deeskalasi
Ganti device
Diagnosis Banding

INTRATHORAX
Asma bronkiale
Kanker paru
TB paru
Bronkiektasis
ILD
EKSTRATHORAX
Rhinits alergika
Post nasal drip syndrome
GERD
ACEI
Prognosis
• Prognosis PPOK bervariasi berdasarkan
kepatuhan terhadap pengobatan termasuk
berhenti merokok dan menghindari gas
berbahaya lainnya. Pasien dengan
komorbiditas lain (misalnya hipertensi
pulmonal, penyakit kardiovaskular, kanker
paru-paru) biasanya memiliki prognosis yang
lebih buruk
Edukasi
• Berhenti merokok
• Hindari paparan asap rokok orang lain
• Kurangi paparan terhadap agen berbahaya lainnya
• Paparan pekerjaan/lingkungan umum tercantum di bawah ini
Zat anorganik - asbes, berilium, debu karbon, silika, kromium
Zat organik - jamur termofilik, kotoran burung, spesies bakteri
• Tungku batu bara yang tidak berventilasi
• Edukasi tentang teknik penggunaan inhaler
• Edukasi dan penguatan tentang pentingnya penggunaan inhaler
• Kepatuhan dengan tindak lanjut
• Kepatuhan terhadap rencana pengobatan
• Deteksi gejala yang memburuk
• Rehabilitasi paru
Kesimpulan
• Penyakit Paru Obstruktif Kronik ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang
Anamnesis :

Penyakit Paru Obstruktif Kronik ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan penunjang. Pasien sudah di diagnosa PPOK sejak 2 tahun yang lalu. Pasien

sudah rutin menggunakan obat inhaler berotec dan inhaler Spiriva respimat. Saat ini pasien

datang dengan keluhan sesak nafas yang dirasakan sejak ± 1 minggu yang lalu, sesak dirasakan

semakin memberat sejak 15 menit SMRS. Sesak napas biasanya terjadi setelah beraktivitas sehari-

hari dan membaik apabila pasien beristirahat. Namun terkadang sesak bisa muncul tiba – tiba.

Sesak terjadi hilang timbul, dan durasi selama ± 15 menit.

Sesak napas yang dirasakan pasien juga disertai dengan keluhan batuk. Batuk disertai dahak

berwarna putih dengan konsistensi cair, dan saat ini sudah berkurang.
Kesimpulan
Riwayat kebiasaan merokok (+) selama 35 tahun dan sudah berhenti sejak 8 tahun
yang lalu, banyaknya merokok 1 bungkus sehari ( indeks brinkman (IB) = 16 x 41 = 1.968
(perokok berat). Dari hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan suara paru Vesikuler (-/-), rhonki
(-/-) wheezing (+/+).
Tatalaksana pada pasien ini meliputi tatalaksana non farmakologi dan farmakologi.
Tatalaksana non farmakologi meliputi Tirah baring, oksigenisasi, edukasi mengenai penyakit
pasien dan tindakan yang akan dilakukan, edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit mulai
dari definisi, penyebab, faktor risiko, tatalaksana dan komplikasi, makan makanan yang bergizi
untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Pengobatan PPOK didasarkan berdasarkan beratnya
obstruksi jalan napas serta penilaian gejala dan risiko eksaserbasi yang dibagi menjadi 3
kelompok, kelompok A, kelompok B dan kelompok E. Pasien mengalami PPOK eksaserbasi yang
termasuk kelompok E dan diberi pengobatan inhalasi LABA + LAMA + ICS (triple therapy).
Referensi
1. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Global Strategy for the Diagnosis, Treatment, Management and Prevention of Chronic
Obstructive Pulmonary Disease 2024 Report. 2024.
2. Agustí A, Celli BR, Criner GJ, Halpin D, Anzueto A, Barnes P, Bourbeau J, Han MK, etc. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease 2023
Report: GOLD Executive Summary. Pulmonary Perspektive. 2023;207(7):819 – 837.
3. Kritek Patricia. 2024 GOLD Guidelines for Chronic Obstructive Pulmonary Disease, NJEM Journal Watch. 2024
4. Kementerian kesehatan Indonesia. Merokok, Penyebab Utama Penyakit Paru Obstruktif Kronis. Kemenkes. Published 2021.
https://www.kemkes.go.id/article/view/21112300001/merokok-penyebab-utama-penyakit-paru-obstruktif-kronis.html
5. Antuni J, Barnes P. Evaluation of Individuals at Risk for COPD: Beyond the Scope of the Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Chronic
Obs Pulm Dis. 2016;3(3):653-667.
6. Price D, Duerden M. Chronic obstructive pulmonary disease. Br Med J. 2020;26(7398):1046-1047.
7. Preface. In: Grippi MA, Elias JA, Fishman JA, Kotloff RM, Pack AI, Senior RM, Siegel MD. eds. Fishman's Pulmonary Diseases and Disorders, Fifth
Edition. McGraw Hill; 2015. Accessed March 244, 2022
8. Alsgaff ,Hood. Mukty, H. Abdul. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :Airlangga University Press; 2009. P. 162-179
9. Sudoyo, aru, W. setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. K, Marcellus, Simadibrata. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi V. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009. P. 1063
10. Global Initiative for Asthma. Diagnosis and initial treatment of asthma, COPD and asthma-COPD overlap (ACO): A joint project of GINA and GOLD. In:
Global strategy of asthma management and prevention. Updated 2022. Vancouver, USA: GINA; 2022.
11. Tilp C, Bucher H, Haas H, Duechs MJ, Wex E, Erb KJ. Effects of conventional tobacco smoke and nicotine-free cigarette smoke on airway inflammation,
airway remodelling and lung function in a triple allergen model of severe asthma. Clin Exp Allergy. 2016;46(7):957–72.
12. Kottyan LC, Collier AR, Cao KH, Niese KA, Hedgebeth M, Radu CG, et al. Eosinophil viability is increased by acidic pH in a cAMP- and GPR65-
dependent manner. Blood. 2009;114(13):2774–82.
13. Sin DD, Miravitlles M, Mannino DM, Soriano JB, Price D, Celli BR, et al. What is asthma−COPD overlap syndrome? Towards a consensus definition
from a round table discussion. Eur Respir J. 2016;48(3):664–73
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai