Disusun Oleh
Else Chandra, S.Ked
NIM. 1911901017
Riski Dwi Sudaeny, S.Ked
NIM. 1911901054
I. PENDAHULUAN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Sh
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 66 tahun
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : batuk disertai sesak nafas
Riwayat Penyakit Sekarang : Os mengeluh batuk sudah sekitar 3 bulan yll disertai sesak
napas. Namun sesaknya dirasakan semakin memburuk sekitar seminggu yll. Batuk os kering
dan dirasakan sepanjang hari. Sesak napas akan muncul ketika os batuk dan melakukan
aktivitas. Hal tersebut membuat os tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya. Saat
sesak os muncul maka akan terdengar suara mengi diakhir napas os.
Selain batuk dan sesak napas keluhan seperti demam, pusing, berat badan menurun,
keringat malam dan pilek disangkal. Os justru merasa berat badannya naik karena nafsu
makannya meninggkat saat sakit. Os menceritakan bahwa dia seorang perokok aktif sejak
usia 6 tahun dan baru berhenti satu bulan belakangan ini. Biasanya os merokok 1-2 bungkus
perhari.
Riwayat Penyakit Dahulu : Os sudah sering merasakan sesak nafas berulang sudah sejak
lama. Sesak nafas dirasakan sejak 10 tahun yang lalu. Sebelumnya os tidak ada riwayat asma
maupun TB paru. Namun pasien memiliki riwayat hipertensi sudah sejak lama (tepatnya
pasien tidak tahu).
Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga os tidak memiliki keluhan yang sama, selain itu
tidak ada riwayat penyakit sistemik maupun kardiovaskular pada keluarga os seperti DM type
II dan hipertensi.
Riwayat Pengobatan : Os tidak ada riwayat minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
namun pasien mengonsumsi obat anti hipertensi sudah sejak lama dengan golongan ARB
(candesartan) dan obat anti sesak (Metil prednisolon dan Retaphyl)
4. Pemeriksaan Abdomen : kuadran kiri atas ada dua buah benjolan dengan konsistensi
kenyal, permukaan halus dan mobile
VII. TERAPI
- IUFD RL 20 tpm
- Ventolin/ 8 jam
- Metilprednisolon/ 12jam
- Levofloxacim 750 mg
- N Asetisistein 3x200 mg
- Amlodipine 1x10 mg
A : PPOK
P: Lanjut
A : PPOK
P : Lanjut
B. Epidemiologi
Pada tahun 2030 menurut World Health Organization (WHO) di
seluruh dunia PPOK menempati urutan ke-3 sebagai penyebab utama
kematian setelah penyakit kardiovaskular dan kanker. Secara nasional tahun
2010 PPOK mencapai angka 34,7%, angka kejadian di Indonesia sendri
bervariasi seperti diKalimantan Tengah (43,2 %) dan Sulawesi Tenggara
(28,3%). Sedangkan angka kejadian menurut usia yaitu 25-64 tahun (37-
38,2%) dan usia 15-24 tahun (18,6%). Kejadian pada pria (65,9%) >> Wanita
(4,2%). Untuk kasus pada Perokok sendiri PPOK mencapai angka 15-20%.
C. Faktor Risiko
Ada beberapa penyebab yang meningkatkan risiko seseorang dapat
menderita PPOK seperti terpapar asap rokok (kebiasaan merokok), riwayat
merokok (aktif, pasif, bekas perokok), derajat berat merokok (jumlah rata-rata
batang rokok perhari x lama merokok dalam tahun):
Ringan : 0-200
Sedang : 201-600
Berat : > 600
Selain jontak dengan asap rokok, risiko lain yang dapat meningkatkan
risisko PPOK yaitu polusi udara:
Di dalam ruangan : asap rokok, asap dapur
Di luar ruangan : gas kendaraan, debu jalanan
Di tempat kerja : bahan kimia, zat iritasi, gas beracun)
D. Patologi PPOK
Perubahan patologi pada PPOK dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Perubahan patologi pada PPOK
Saluran napas proksimal (trakea, bronkus diameter > 2 mm
Perubahan struktural : sel goblet ↑, pembesaran kelenjar submukosa (keduanya
hipersekresi lendir ) metaplasia sel epitel skuamosa)
Saluran napas perifer (bronkiolus diameter < 2 mm)
Parenkim paru (bronkioles pernapasan dan alveoli)
Perubahan struktural : kerusakan dinding alveolus, apoptosis sel epitel dan endotel
Emfisema sentrilobular : dilatasi dan kerusakan bronkiolus (perokok)
Emfisema paracinar : perusakan alveolus dan bronkiolus (kekurangan α1-
antitrypsin)
Pembuluh darah paru
Perubahan struktural : penebalan intima, disfungsi sel endotel, penebalan otot polos
(hipertensi pulmonal)
E. Patogenesis
Tabel 2. Patogenesis PPOK
Sel inflamasi Keterangan
pada PPOK
Neutrofil ↑ dalam dahak perokok
Makrofag Asap rokok ↑ makrofag mediator inflamasi (lumen sal. Napas,
parenkim paru, cairan bronchoalveolar lavage (BAL)
Limfosit T ↑ sel CD4+ dan CD8+ (Tc1) dan sel Th1 sekresi interferon-γ dan
ekspresi reseptor kemokin CXCR3 sel sitotoksik sel alveolar
kerusakan alveolar
Limfosit B Kolonisasi kuman dan infeksi saluran napas ↑lim. B di sal. Napas perifer
dan folikel limfoid
Eosinofil Eksaserbasi ↑eosinofil dalam sputum dan dinding sal. Napas
Sel epitel Asap rokokmediator inflamasi
Faktor Lipid mediator : leukotrien B4 (LTB4) menarik neutrofil dan lim. T
kemotaktik Kemokin : interleukin-8 (IL-8) menarik neutrofil dan monosit
Sitokin Tumor necrosis factor-α (TNF-α), IL-1β dan IL-6
proinflamasi
Faktor TGF-β fibrosis pada sal. Napas perifer
pertumbuhan
1. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Pursed-lips breathing (mulut setengah terkatup/ mencucu)
Barrel chest (dada tong)
Penggunaan otot bantu napas
Hipertrofi otot bantu napas
Pelebaran sela iga
Gagal jantung kanan JVP ↑& edema tungkai
Palpasi
Emfisema sela iga melebar, fremitus menurun
Perkusi
Emfisema hipersonor, batas jantung mengecil, letak diafragma
rendah, hati terdorong ke bawah
Auskultasi
Suara napas vesikular normal/ melemah
Ronki/ mengi saat bernapas biasa atau ekspirasi paksa
Ekspirasi memanjang
Bunyi jantung terdengar jauh
2. Pemeriksaan penunjang
H. Diagnosis Banding
Tabel 4. Dianosa banding PPOK dan penyakit lain
Diagnosis Gejala
PPOK Onset pada usia pertengahan
Gejala progresif lambat
Riwayat merokok lama
Sesak saat aktivitas
Sebagian besar hambatan aliran udara bersifat ireversibel
Asma Terdapat pada semua umur, lebih sering usia anak
Gejala bervariasi dari hari kehari
Gejala malam hari/ menjelang pagi
Dapat disertai alergi, rinitis, atau eksim
Mempunyai riwayat keluarga asma
Sebagian besar hambatan aliran udara bersifat reversibel
1. Terapi non-farmakologi
2. Terapi farmakologi
Pada terapi farmakologi terdapat beberapa poin penting yang perlu
diketahui, yaitu
1. Poin penting penggunaan bronkodilator menurut GOLD 2018.5
Teori
Inspeksi
o Pursed-lips breathing (mulut setengah terkatup/ mencucu)
o Barrel chest (dada tong)
o Penggunaan otot bantu napas
o Hipertrofi otot bantu napas
o Pelebaran sela iga
o Gagal jantung kanan JVP ↑& edema tungkai
Palpasi
o Emfisema sela iga melebar, fremitus menurun
Perkusi
o Emfisema hipersonor, batas jantung mengecil, letak
diafragma rendah, hati terdorong ke bawah
Auskultasi
o Suara napas vesikular normal/ melemah
o Ronki/ mengi saat bernapas biasa atau ekspirasi paksa
o Ekspirasi memanjang
o Bunyi jantung terdengar jauh
3. Pemeriksaan penunjang
Hasil laboratorium menunjukkan pasien dalam keadaan stabil, dan
hasil foto rontgen juga menunjukkan tidak ada kelainan yang tampak
4. Terapi
Terapi yang diberikan berupa :
IUFD RL 20 tpm
Ventolin/ 8 jam
Metilprednisolon 62,5 mg/ 12jam
Teori :
LABA + LAMA + ICS + antibiotic + kortikosteroid sistemik +
obat antihipertensi
LAMA : Tiotropium 18 mcg (DPI)/ aclidinium bromide 400
mcg (DPI)/ glycopirronium bromide 44 mcg (DPI)
LABA : Formeterol 4,5-12 mcg (MDI/DPI)/ Salmeterol 25-50
mcg (MDI/DPI)
ICS : beclomethasone 50-400 mcg (MDI/DPI)/ budesonide
100, 200, 400 mcg (DPI)/ fluticasone 50-500 mcg (MDI/DPI)
Antibiotik : Levofloxacim 1 x 750 mg
Kortikosteroid sistemik : Metilprednisolon 62,5 mg/ 12jam
Antioksidan : N Asetisistein 3x200 mg
Antihipertensi : Amlodipine 1x10 mg