Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

PPOK EKSASERBASI AKUT

Pembimbing :
dr. Sukaenah Shebubakar Sp.P.FCCP.

Disusun oleh :
Anugrah Syahbana - 03013024
Muhammad Refan Mahardhitya – 03014130

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD BUDHI ASIH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERSETUJUAN
LAPORAN KASUS

Judul:
PPOK Eksaserbasi Akut

Penyusun:
ANUGRAH SYAHBANA - 03013024
MUHAMMAD REFAN MAHARDHITYA – 030141130

Telah disetujui oleh


Pembimbing

(dr. Sukaenah Shebubakar Sp.P)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik
bagian Penyakit Dalam Studi Pendidikan Dokter Universitas Trisakti di Rumah
Sakit Umum Daerah Budhi Asih.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini, terutama :
1. dr. Sukaenah Shebubakar Sp.P. selaku pembimbing dalam penyusunan
makalah.
2. dr. H. Asep Syaiful Karim, Sp.PD selaku pembimbing dalam penyusunan
makalah.
3. Dr. Afifah Is, Sp.PD selaku pembimbing dalam penyusunan makalah.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Saya
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dan bertujuan untuk ikut
memperbaiki makalah ini agar dapat bermanfaat untuk pembaca dan masyarakat
luas.

Jakarta, Juli 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyakit yang sering


dijumpai dan dapat dilakukan pencegahan dan terapi. Penyakit ini ditandai dengan
gejala-gejala respirasi yang menetap dan aliran udara yang terbatas akibat dari jalan
napas atau alveolar yang abnormal, biasa disebabkan oleh pajanan berbahaya yang
terus menerus dapat berupa partikel maupun gas. Terbatasnya aliran udara yang
kronik pada PPOK disebabkan oleh adanya jalan napas yang kecil (bronkiolitis
obstruktif) dan kerusakan parenkim (emfisema), ditemukan berbeda-beda pada tiap
(1)
orang. WHO menyebutkan PPOK merupakan penyebab kematian keempat
didunia. Diperkirakan menyebabkan kematian pada 2,75 juta orang atau setara
dengan 4,8%. (2)
Faktor risiko tersering terjadinya PPOK adalah merokok, kemudian polusi
udara di dalam dan luar ruangan serta polusi udara pada pekerjaan (termasuk debu
organik dan anorganik, bahan kimia, uap). Faktor genetik seperti defisiensi
antitrypsin alfa-1 herediter yang berat juga merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya PPOK. Faktor risiko lainnya meliputi usia tua, jenis kelamin perempuan,
perkembangan paru abnormal pada masa gestasi, status sosial ekonomi yang
rendah, asma, bronkitis kronik, dan infeksi. (1)
PPOK harus dipikirkan pada pasien usia >40 tahun dengan gejala sesak
napas yang progresif, diperburuk dengan aktivitas, dan menetap. Kemudian adanya
batuk kronik dapat hilang timbul dan tidak berdahak dengan mengi yang berulang,
atau didapatkannya produksi sputum kronik. Riwayat infeksi saluran napas bawah
berulang dan atau adanya faktor-faktor risiko pada pasien maupun riwayat keluarga.
Untuk menegakkan diagnosis dilakukan pemeriksaan spirometri, dengan
membandingkan keterbatasan aliran udara sebelum dan sesudah pemberian
bronkodilator. Nilai FEV1/FVC < 0,70 membuktikan adanya keterbatasan aliran
udara yang menetap. (1)
Tabel 1.1 Etiologi, patobiologi, dan patologi PPOK

PPOK diklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahan dari keterbatasannya


aliran udara, yang berdampak pada status kesehatan pasien dan risiko terjadinya
eksaserbasi atau kematian. Klasifikasi PPOK dilihat dari hasil pemeriksaan
spirometri, setelah sebelumnya pasien diberikan minimal satu inhalasi
bronkodilator short-acting dengan dosis adekuat untuk meminimalisasi variasi.

Tabel 1.2 Klasifikasi PPOK Post-bronkodilator (pada pasien dengan nilai


FEV1/FVC < 0,70)
GOLD 1 Ringan FEV1≥ 80% prediksi
GOLD 2 Sedang 50%≤FEV1<80% Prediksi
GOLD 3 Berat 30%≤FEV1<50% prediksi
GOLD 4 Sangat berat FEV1 <30% prediksi
Tabel 1.3 Kuesioner Mmrc

Penilaian gejala-gejala PPOK dapat diukur dengan skala sesak napas


menggunakan kuesioner Modified British Medical Research Council (mMRC), dan
COPD Assessment Test (CAT). Penilaian-penilaian ini berhubungan erat dengan
status kesehatan dan memprediksi risiko mortalitas.

Gambar 1.1 CAT


Untuk menegakkan diagnosis, prognosis, dan terapi dilakukan penilaian kelompok
ABCD dengan menggabungkan pengukuran spirometri, penlaian gejala-gejala, dan
riwayat eksaserbasi.

Gambar 1.2 Penilaian ABCD

Klasifikasi pasien berdasarkan Combined COPD

1. Kelompok A – Rendah Risiko, Sedikit Gejala Pasien dengan klasifikasi GOLD 1


atau 2, mengalami eksaserbasi paling banyak 1 kali dalam setahun dan tidak pernah
mengalami perawatan rumah sakit akibat eksaserbasi, serta hasil penilaian CAT

score<10 atau mMRC grade 0-1.1

2. Kelompok B – Rendah Risiko, Banyak Gejala Pasien dengan klasifikasi GOLD 1


atau 2, mengalami eksaserbasi paling banyak 1 kali dalam setahun dan tidak pernah
mengalami perawatan rumah sakit akibat eksaserbasi, serta hasil penilaian CAT

score ≥10 atau mMRC grade ≥2.1

3. Kelompok C – Tinggi Risiko, Sedikit Gejala Pasien dengan klasifikasi GOLD 3


atau 4, dan/ atau mengalami eksaserbasi sebanyak ≥2 kali per tahun atau ≥1 kali
mengalami perawatan rumah sakit akibat eksaserbasi, serta hasil penilaian CAT

score<10 atau mMRC grade 0-1.1

4. Kelompok D – Tinggi Risiko, Banyak Gejala Pasien dengan klasifikasi GOLD 3


atau 4, dan/ atau mengalami eksaserbasi sebanyak ≥2 kali per tahun atau ≥1 kali
mengalami perawatan rumah ibat eksaserbasi, serta hasil penilaian CAT score ≥10

atau mMRC grade ≥2.1

Eksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan dibandingkan dengan


kondisi sebelumnya. Eksaserbasi dapat disebabkan infeksi atau faktor lainnya
seperti polusi udara, kelelahan atau timbulnya komplikasi. Gejala eksaserbasi
meliputi sesak bertambah, produksi sputum meningkat, perubahan warna sputum.
Eksaserbasi akut akan dibagi menjadi tiga yaitu, eksaserbasi berat dimana memiliki
3 gejala eksaserbasi, eksaserbasi sedang memiliki 2 gejala, dan eksaserbasi ringan
memiliki 1 gejala ditambah infeksi saluran napas atas lebih dari 5 hari, demam
tanpa sebab lain, peningkatan batuk, peningkatan mengi atau peningkatan frekuensi
pernapasan > 20% baseline, atau frekuensi nadi > 20% baseline. (3)
Indikasi rawat jalan :
- Eksaserbasi ringan sampai sedang
- Gagal napas kronik
- Tidak ada gagal napas akut pada gagal napas kronik
Indikasi rawat inap :
- Eksaserbasi sedang dan berat
- Terdapat komplikasi
- infeksi saluran napas berat
- gagal napas akut pada gagal napas kronik
- gagal jantung kanan

FAKTOR RISIKO
1. Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang terpenting,
jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya.
Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan :

a. Riwayat merokok

 Perokok aktif
 Perokok pasif
 Bekas perokok

b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian


jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam
tahun :

 Ringan : 0-200
 Sedang : 200-600
 Berat : >600

2. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja


3. Hipereaktiviti bronkus
4. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
5. Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang terdapat di Indonesia

Faktor Komorbid

Komorbid terbanyak pada PPOK adalah hipertensi, diikuti CAD, CHF, DM,
Cor pulmonale, Ansietas dan Osteoporosis. Komorbid pada PPOK berhubungan
dengan peningkatan eksaserbasi, morbiditas, dan mortalitas PPOK.

Tujuan dalam penatalaksanaan eksaserbasi akut pada PPOK meliputi :


Mengurangi gejala, mengatasi segera eksaserbasi dan mencegah eksaserbasi
berulang, memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru, mencegah terjadinya
gagal napas, meningkatkan kualiti hidup penderita dan edukasi untuk berhenti
merokok. Terapi farmakologi pada PPOK dapat di berikan golongan antikolinergik
(Tiotropium bromide, Ipaptropium bromide) dan golongan bronkodilator.

BAB II
ILUSTRASI KASUS

I. Identitas Pasien
Nama : Hadi Suyatno
Jenis kelamin : Laki – laki
Usia : 83 Tahun
Pekerjaan : Kuli Bangunan
Agama` : Islam
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Jl. Gg. Usaha Jakarta Timur
Tanggal Masuk : 6 Juli 2018
Tanggal Keluar : 12 Juli 2018

II. Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis dari pasien pada hari Jumat, 6 Juli 2018 di
bangsal Dahlia Barat Lt 6, RSUD Budhi Asih, Jakarta Timur.

Keluhan Utama
Sesak 2 hari SMRS

Keluhan Tambahan
Batuk kadang disertai dahak berwarna putih cair 1 hari SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengeluhkan sesak sejak 3 hari SMRS dengan batuk kadang
disertai dahak berwarna putih cair 1 hari SMRS. Keluhan mual, muntah,
demam, pusing disangkal. Sesak bertambah jika beraktivitas, tidak
berkurang meskipun istirahat. Nyeri dada muncul ketika batuk. Keringat
malam disangkal. BAB dan BAK dalam batas normal.
Pasien mengaku baru mengetahui mempunyai riwayat darah tinggi 4
bulan terakhir dan terkontrol. Rasa sesak dari pasien muncul sejak 6
bulan yang lalu. 1 minggu sebelumnya pernah dirawat dengan keluhan
yang sama.

Riwayat Penyakit Dahulu


DM (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Adik kandung pasien mempunyai penyakit DM , HT (-)
Riwayat Pengobatan
- Amlodipin
- Captopril
- Ventolin
- Spiriva
Riwayat Kebiasaan
- Merokok 1 bungkus/hari dari umur 15 – 70 tahun, sudah berhenti 13
tahun.
- Minum Kopi 1 gelas/ hari, sudah berhenti bersamaan dengan
merokok
- Olahraga (-)
Anamnesis Sistem
- Penglihatan : Tidak ditemukan keluhan
- Pendengaran : Tidak ditemukan keluhan
- Kardiovaskular : Tidak ditemukan keluhan
- Paru-paru : sesak napas dan batuk disertai dahak
warna putih
- Pencernaan : Tidak ditemukan keluhan
- Saluran kemih : Tidak ditemukan keluhan
- Hematologi : Tidak ditemukan keluhan
- Metabolik-endokrin : Tidak ditemukan keluhan
- Neurologi : Tidak ditemukan keluhan
- Psikiatri : pasien tampak tenang, kesadaran kompos
mentis, jika ditanya pasien menjawab dengan spontan, tegas, suara
jelas, dan jika pasien tidak setuju dengan suatu pernyataan pasien
spontan membantah dan mengemukakan alasannya.

Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum : tampak sakit sedang
- Kesadaran : kompos mentis
- Tekanan darah : 150/100 mmHg
- Frekuensi nadi : 110x/menit
- Frekuensi pernapasan : 24x/ menit
- Suhu : 36,3◦C
- Berat badan : 47 kg
- Tinggi badan : 155 cm
- IMT : 20 (Normal)

Status Generalis
Kulit : Warna kulit sawo matang, pucat (-), sianosis (-), ikterik (-),
turgor kulit baik, kulit kering (-), eflorensensi bermakna (-)
Kepala : Normosefali, rambut hitam mulai terlihat uban, distribusi
merata
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor +/+,
refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung
+/+
Telinga : Normotia, secret -/-, otorrhea -/-
Hidung : Deviasi septum -/-, sekret -/-
Mulut : Oral hygiene kurang baik, faring hiperemis (-) candidiasis
oral (-)
Leher : Trakea di tengah, tiroid tidak teraba membesar, pembesaran
KGB (-)
Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V 1 cm medial linea
midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan :ICS IV linea sternalis dekstra
Batas jantung kiri :ICS V 1 jari medial linea
midclavicula sinistra
Auskultasi : BJ I dan II reguler; gallop (-), murmur (-)

Pemeriksaan Paru
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Ekspansi dada normal
Perkusi : Sonor +/+
Auskultasi : Suara napas vesikuler +/+, wheezing +/+, ronkhi +/+
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Bentuk normal, gerak dinding simetris
Auskultasi : Bising usus (+) 1-3x/menit
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-) , nyeri lepas (-), pembesaran lien dan
hepar (-)
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)

Pemeriksaan Ekstremitas
Ekstremitas atas : Akral hangat, tidak ada edema, dan tidak ada
sianosis
Ekstremitas bawah : Akral dingin, tidak ada edema, dan tidak ada
sianosis
Pemeriksaan kuesioner CAT untuk PPOK

I. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium ( 6 Juli 2018)
JENIS PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI
NORMAL
HEMATOLOGI
Hemoglobin 14.3 g/dL 13.2 – 10.6
Hematokrit 45 % 40 - 52
Trombosit 455 ribu/uL 150 – 440
Eritrosit 5.7 juta/uL 4.4 – 5.9
Leukosit 6.9 ribu/uL 3.8 – 10.6
MCV 77.9 fL 80 – 100
MCH 25 Pg 32 – 36
MCHC 32.1 g/dL 32 – 36
RDW 13.2 % <14
KIMIA KLINIK
METABOLISME KARBOHIDRAT
Glukosa Darah Sewaktu 121 mg/dl <110
GINJAL
Ureum 36 mg/dL 17 - 49
Kreatinin 1.05 mg/dL <1.1
ELEKTROLIT
ELEKTROLIT SERUM
Natrium (Na) 141 mmol/L 135 – 155
Kalium (K) 4.2 mmol/L 3.6 - 5.5
Klorida (Cl) 107 mmol/L 98 – 109
KIMIA KLINIK
ANALISA GAS DARAH
pH 7.33 7.35 – 7.45
pCO2 25 mmHg 80 – 100
pO2 154 mmHg 80 – 100
Bikarbonat (HCO3) 13 mmol/L 21 – 28
Total CO2 14 mmol/L 23 – 27
Saturasi O2 99 % 95 – 100
Kelebihan basa (BE) -10.6 mEq/L -2.5 – 2.5
MIKROBIOLOGI
SEDIAAN GRAM
Epitel 2-3
PMN 0-1 0-5
Blastospora negatif Negative
Pseudohifa negatif Negative
Gram positif kokus negatif Negative
Gram negative kokus negatif Negative
Gram negative batang positif Negative
Gram Positif batang negatif Negative
Gram neg. diplokokus negatif Negative
intrasel
Gram neg. diplokokus negatif Negative
extrasel
SEDIAAN JAMUR KOH
Sputum
Spirometri (12 Juli 2018)
 Pre bronkodilator
 Post bronkodilator

Nilai FEV1/FVC :
28,9 / 39,6 = 0,7 = 70%

Nilai FEV1 Predicted :


39%
Foto Thorax ( 6 Juli 2018)

Kesan :
Corakan
bronkovaskular
meningkat

II. Ringkasan
Tn. H usia 83 tahun datang Pasien mengeluhkan sesak sejak 3 hari
SMRS dengan batuk kadang disertai dahak berwarna putih cair 1 hari SMRS.
Sesak bertambah jika beraktivitas, tidak berkurang meskipun istirahat. Nyeri
dada muncul ketika batuk.
Pasien riwayat darah tinggi 4 bulan terakhir dan terkontrol. Rasa sesak
dari pasien muncul sejak 6 bulan yang lalu. Pasien merokok 1 bungkus/hari
selama 55 tahun dan riwayat sering terpapar debu bahan material di tempat
kerjanya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya wheezing pada
auskultasi. Hasil kuesioner CAT menunjukkan total 26 poin. Hasil lab
didapatkan adanya peningkatan kadar Trombosit (455), peningkatan GDS
(121)
III. Daftar Masalah
1. PPOK eksaserbasi akut
2. Infeksi sekunder

IV. Analisis Masalah


1. PPOK eksaserbasi akut
Atas dasar :
 Pasien mengeluh sesak semakin memberat jika beraktivitas sejak 2
hari SMRS. Keluhan sesak disertai batuk.
 Pasien merokok 1 bungkus / hari selama 55 tahun saat pasien masih
usia sekolah
 Pasien sering terpapar debu bahan material yang berlokasi di tempat
kerjanya
 Pada pemeriksaan ditemukan wheezing pada auskultasi
 Pada pemeriksaan penunjang didapatkan adanya peningkatan LED
(107) yang diduga terdapat inflamasi sebagai pencetus eksaserbasi.
 Menurut hasil kuesioner CAT untuk pasien PPOK, total poin pasien
adalah 26 yang berarti pasien memiliki gejala tinggi PPOK. Namun,
karena selama ini belum pernah dirawat di rumah sakit karena
penyakit paru maka kesimpulannya adalah derajat PPOK pasien
berada dalam kategori B.
 Pada foto thorax di dapatkan gambaran corakan bronkovaskular
meningkat yang merupakan gambaran khas PPOK.
Rencana tatalaksana :
 Amlodipine 1x 10 mg
 Valsartan 1x 80 mg
 Cetirizine 1x1
 Ambroxol syr 3x1
 Acetyl sistein 2x1
 Combivent 4x1
 Pulmicort 4x1
 Clanexy 3x 1gr
 Flumucyl 2x200
 Metil prednisolone 1x1 6,25
2. Infeksi Sekunder
Atas dasar :
- Oral Hygiene kurang baik
- Banyak gigi yang berlubang
Rencana diagnostik:
- Pemeriksaan DPL dan elektrolit ulang
Rencana tatalaksana :
- Pemberian cairan dengan infus Asering 500cc/8 jam
- Pemberian cairan infus Renxamin/24 jam
- Metronidazole 3x500 mg

V. Follow up
7 Juli 2018

S Pasien masih mengeluhkan sesak berkurang, batuk. Tidak ada mual, muntah
keringat dingin.
O KU : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
TD : 170/100        Suhu :36,2
HR : 96x/menit Saturasi O2: 97 %
RR : 22x/menit
Mata : CA -/-, SI -/-
Thorax : Pulmo SNV +/+, wh -/-, rh -/-
              Cor BJ I II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : BU (+) NT (+)
Ekstremitas : AH (+), OE (-)
Laboratorium : AGD: PH 7,42; PCO2 40; PO2 20; HCO3 26; Total CO2
28; Trombosit 455; MCV 77,9; MCH 25.

A
- PPOK eksaserbasi akut dengan infeksi sekunder

P  Amlodipine 1x0 mg
 Valsartan 1x80 mg
 Cetirizine 1x1
 INH combivent + pulmicort > 4x/hari
 Canexy 3x1gr
 Flumucyl 2x200 mg
 Inj metil prednisone 2x6,25 mg

9 Juli 2018

S Pasien masih mengeluhkan batuk (+), Sesak (+). Mual muntah (-), demam (-),
BAB dan BAK normal.
O KU : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
TD : 150/100        Suhu : 36,3
Nadi :100x/ menit Saturasi O2: 92%         
RR : 24x/ menit
Mata : CA +/+, SI -/-
Thorax : Pulmo SNV +/+, wh +/+, rh -/-
              Cor BJ I II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : BU (+) NT (+)
Ekstremitas : AH (+), OE (-)
Laboratorium : PH 7,46; PO2 149; Trombosit 455; MCH 25; MCV 77,9

A
- PPOK infeksi sekunder

P  Amlodipine 1x 10 mg
 Valsartan 1x 80 mg
 Cetirizine 1x1
 Combivent 4x1
 Pulmicort 4x1
 Clanexy 3x 1gr
 Flumucyl 2x200
 Metil prednisolone 1x1 6,25

10 juli 2018
S Pasien masih mengeluhkan batuk (+), Sesak (+) berkurang. Nyeri ulu hati
jika batuk. Mual muntah (-), demam (-), BAB dan BAK normal.
O KU : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
TD : 150/100        Suhu : 36,6
Nadi :104x/ menit Saturasi O2: 94%         
RR : 24x/ menit
Mata : CA +/+, SI -/-
Thorax : Pulmo SNV +/+, wh +/+, rh -/-
              Cor BJ I II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : BU (+) NT (+)
Ekstremitas : AH (+), OE (-)
Laboratorium : PH 7,46; PO2 149; Trombosit 455; MCH 25; MCV 77,9;
GDS 121

A
- PPOK infeksi sekunder

P  Amlodipine 1x 10 mg
 Valsartan 1x 80 mg
 Cetirizine 1x1
 Ambroxol syr 3x1
 Acetyl sistein 2x1
 Combivent 4x1
 Pulmicort 4x1
 Clanexy 3x 1gr
 Flumucyl 2x200
 Metil prednisolone 1x1 6,25

12 juli 2018
S Pasien masih mengeluhkan batuk dahak (+), Sesak (-) berkurang. Nyeri ulu
hati jika batuk. Mual muntah (-), demam (+), BAB dan BAK normal.
O KU : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
TD : 140/90        Suhu : 36,6
Nadi :100x/ menit Saturasi O2: 93%         
RR : 22x/ menit
Mata : CA +/+, SI -/-
Thorax : Pulmo SNV +/+, wh -/-, rh -/-
              Cor BJ I II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : BU (+) NT (+)
Ekstremitas : AH (+), OE (-)
Laboratorium : PH 7,51; PO2 70; total CO2 30; Gram Negatif Batang (+)

A
- PPOK infeksi sekunder

P  Amlodipine 1x 10 mg
 Valsartan 1x 80 mg
 Cetirizine 1x1
 Ambroxol syr 3x1
 Acetyl sistein 2x1
 Combivent 4x1
 Pulmicort 4x1
 Clanexy 3x 1gr
 Flumucyl 2x200

Pada 12 Juli 2018 pasien sudah diperbolehkan pulang oleh dokter dengan
membawa obat pulang :
 BK IV 3x1
 Cefirizin 3x1
 Cefixime 2x200 mg
 Metil prednisolon 1x4 mg
 Spiriva inhaler
 Onbrez inhaler
 Dypsamol inhaler

DAFTAR PUSTAKA
1. GOLD. Global strategy for the diagnosis, management, and prevention of
chronic obstructive pulmonary disease. Global initiative for chronic
obstructive lung disease 2018.
2. Oemiati R.Kajian epidemiologis penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Media litbangkes 2013; 23(2).p.82-8.
3. PDPI. Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Pedoman Diagnosis &
Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan dokter paru Indonesia 2003.
4. WHO. Global status report on noncommunicable diseases 2010 :
Description of the global burden of NCDs, their risk factors and
determinants. 2011.
5. Mathers CD, Loncar D (November 2006)."Projections of Global Mortality
and Burden of Disease from 2002 to 2030".PLoS Med.3(11):
e442:10.1371/journal.pmed.003044
6. Pauweils RA, Buist AI, A.M Peter, Christiner C. Hurd S. Global
Strategy for the Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic
Obstructive Pulmonary Disease NHLBI/WHO Global Initiative for Chronic
Obstructive Lung Disease (GOLD) Workshop Summary. America. 2001

Anda mungkin juga menyukai