Anda di halaman 1dari 13

TUGAS DISASTER PLAN

BENCANA BANJIR DI KABUPATEN MELAWI,


KALIMANTAN BARAT

Disusun Oleh:

Franky Christian Wijaya

030.12.112

Pembimbing:

Dr. Gita Tarigan, MPH

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 28 OKTOBER – 4 JANUARI 2020

1
1. PENDAHULUAN

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan


mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau daratan
karena volume air yang meningkat. Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba
dengan debit air yang besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai.
Banjir merupakan salah satu bencana yang kerap melanda saat musim penghujan tiba. Di
wilayah indonesia sering kali terjadi banjir. Banyak penyebab yang menimbulkan terjadinya
banjir. Namun masyarakat sering kali melupakan bahwa banjir bisa terjadi akibat hal sepele,
namun berdampak luas. Banjir biasanya selalu melanda saat intensitas hujan tinggi, namun
minimnya kesadaran masyarakat dan ketahuan prihal banjir sering kali menimbulkan
masalah, seperti kurang sigapnya warga saat terjadi banjir.

Lingkungan dapat merupakan sumber daya maupun bahaya (hazards). Berdasarkan


Atlas Kebencanaan Indonesia yang dipublikasikan oleh BNPB tahun 2011, hampir sekitar
70% dari keseluruhan bencana di Indonesia adalah bencana hidrometeorologi, yaitu bencana
yang dipengaruhi oleh cuaca seperti banjir, kekeringan, tanah longsor dan angin puting
beliung. Pada tahun 2019, telah terjadi 6 kali banjir pada beberapa kabupaten di provinsi
Kalimantan Barat.
2. PROFIL DAERAH

2.1 Kabupaten Melawi

Secara geografis Kabupaten Melawi berada pada posisi 0º 07 – 1º 20 lintang selatan


dan 111º 07 – 112º 27 bujur timur. Kabupaten Melawi dengan ibu kotanya berada di Nanga
Pinoh, memiliki luas wilayah 10.640 km² dan memiliki topografi yang sebagian besar
merupakan wilayah perbukitan dengan luas sekitar 8.818,70 km² atau 82,85 % dari luas
wilayah. Kabupaten Melawi memiliki wilayah administratif  11 kecamatan, yang terdiri dari
96 desa dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sintang, sebelah
selatan berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah, sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Sintang, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Ketapang.
Bukit tertinggi adalah Bukit Saran di Kecamatan Belimbing dengan ketinggian 1.758
meter dpl. Kabupaten Melawi dialiri oleh dua sungai besar yaitu Sungai Melawi dan Sungai
Pinoh. Juga terdapat sungai-sungai kecil yang merupakan anak dari dua sungai besar tersebut.
Sungai terbesar adalah Sungai Melawi dengan panjang 471 km dan melalui sisi utara wilayah
Melawi. Sementara Sungai Pinoh melalui wilayah barat Melawi. Kabupaten Melawi menuju
ke ibu kota provinsi dengan jarak kurang lebih 439 Km melalui jalan darat dan memakan
waktu kurang lebih 8 jam. Waktu tempuh ke Pontianak menggunakan pesawat kurang lebih
empat puluh lima menit penerbangan menggunakan Pesawat Udara jenis cessna grand
caravan c208b.

BATASAN WILAYAH KABUPATEN MELAWI


Utara    :          Kabupaten Sintang
Selatan :          Provinsi Kalimantan Tengah
Barat    :          Kabupaten Ketapang
Timur   :          Kabupaten sintang
Gambar 1. Peta Wilayah Kabupaten Melawi

A. Luas Wilayah

Kabupaten Melawi dengan ibu kotanya berada di Nanga Pinoh, memiliki luas wilayah

10.640 km² dan memiliki topografi yang sebagian besar merupakan wilayah perbukitan
dengan luas sekitar 8.818,70 km² atau 82,85 % dari luas wilayah. Kabupaten Melawi
memiliki wilayah administratif  sebelas kecamatan, yang terdiri dari 96 desa. Dari 11
kecamatan, Sokan, belimbing dan Sayan merupakan tiga kecamatan yang memiliki luas

wilayah terbesar dengan luas masing-masing 1.577,2 km2, 1.238,0 km2 dan 1.166,3 km2 atau
setara dengan 14,82 %, 11,63 %dan 10,96 % dari luas Kabupaten Melawi, sedangkan
Kecamatan Belimbing Hulu merupakan kecamatan dengan luas wilayah terkecil dimana luas
wilayah kecamatan tersebut 454,0 km2 atau 4,27% persen luas wilayah Kabupaten Melawi.
Tabel 1. Luas wilayah Kabupaten Melawi

Luas Persentase Terhadap


No Kecamatan Ibukota
(Km2) Luas Kab.
1. Sokan Nanga Sokan 1.577,2 14,82 %
2. Tanah Pinoh Kota Baru 739,3 6,95 %
3. Tanah Pinoh Barat Ulak Muid 829,0 7,79 %
4. Sayan Nanga Sayan 1.166,3 10,96 %
5. Belimbing Pemuar 1.238,0 11,63 %
6. Belimbing Hulu Tiong Keranjik 454,0 4,27 %
7. Nanga Pinoh Nanga Pinoh 617,2 5,80 %
8. Pinoh Selatan Manggala 931,0 8,75 %
9. Pinoh Utara Tekelak 890,0 8,36 %
10. Ella Hilir Nanga Ella Hilir 1.136,7 10,71 %
11. Menukung Menukung Kota 1.062,1 9,98 %
Total Luas Wilayah 10.640,8 100
B. Kependudukan
Jumlah Penduduk Kecamatan Nanga pinoh pada tahun 2015 tercatat sejumlah 195.999
jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 100.128 jiwa dan perempuan sebesar 85.871
jiwa. Penduduk terbanyak di kecamatan Nanga Pinoh sebesar 48.868 jiwa, sedangkan
penduduk paling sedikit di Kecamatan Belimbing Hulu tercatat sejumlah 8.392 jiwa.

Gambar 2. Jumlah penduduk Kabupaten Melawi


3. ANALISIS RISIKO
3.1 Hazard
Kabupaten Melawi merupakan salah satu daerah yang memiliki tingkat resiko tinggi
terhadap bencana. Secara topografis Kabupaten Melawi terdiri dari daerah perbukitan, dan
dataran rendah. Dengan demikian topografi Kabupaten Melawi menunjukkan adanya
berbagai kemiringan dan tonjolan. Kondisi ini Kabupaten Melawi rentan terhadap berbagai
bencana, diantaranya yaitu bencana banjir dan tanah longsor.
Banjir yang terjadi di Kabupaten Melawi pada umumnya disebabkan karena tidak
terkendalinya aliran sungai, akibat kenaikan debit, pendangkalan dasar badan sungai dan
penyempitan sungai karena sedimentasi, adanya kerusakan lingkungan pada daerah hulu atau
daerah tangkapan air (recharge area) serta diakibatkan pula oleh ketidakseimbangan input –
output pada saluran drainase kota. Namun tidak semata masalah drainase saja, tetapi juga
muka tanah di Kabupaten Melawi sudah berada di bawah air pasang laut.

Gambar 3. Peta Daerah Rawan Banjir dan Genangan Kabupaten Melawi


3.2 Vulnerability
Kerentanan adalah keadaan atau suatu sifat atau perilaku manusia yang menyebabkan
ketidakmampuan untuk menghadapi bahaya atau ancaman.
A. Fisik
Kabupaten Melawi dialiri oleh dua sungai besar yaitu Sungai Melawi dan Sungai
Pinoh, Juga terdapat sungai-sungai kecil yang merupakan anak dari dua sungai besar tersebut.
Sungai terbesar adalah Sungai Melawi dengan panjang 471 km dan melalui sisi utara wilayah
Melawi. Perilaku masyarakat yang masih kurang peduli terhadap lingkungan seperti
membuang sampah di sungai dan membangun bangunan di pinggir sungai menyebabkan
fungsi sungai sebagai drainase tidak baik dan menyebabkan air yang meluap sehingga terjadi
banjir.
B. Sosio, Ekonomi, dan Pendidikan
Kondisi sosial dan ekonomi di Kabupaten Melawi semakin meningkat ditandai
dengan adanya perningkatan jumlah perkapita setiap tahunnya dan kemampuan pemerintah
Kabupaten Melawi dalam mengelola sumber daya yang dimiliki dalam suatu proses produksi.
Sarana dan prasarana di kabupaten Melawi untuk total 11 kecamatan memiliki gedung
sekolah Dasar sebanyak 242 unit , SLTP sebanyak 89 unit , SMA sebanyak 13 unit , SMK
sebanyak 9 unit, MI sebanyak 9 unit, MTS sebanyak 7 unit, MA 4 Unit. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 2. Fasilitas Pendidikan yang tersedia di Kabupaten Melawi

Jumlah Sarana Pendidikan


Nama Kecamatan Umum Agama
SD SLTP SMA SMK MI MTs MA
Belimbing 26 7 1 1 1 1 0

Nanga Pinoh 31 16 7 4 2 2 2

Belimbing Hulu 11 4 0 1 0 0 0

Pinoh Utara 25 6 0 0 1 0 0

Pinoh Selatan 21 6 0 0 1 0 0

Ella Hilir 28 7 1 0 1 0 0
Menukung 28 9 1 0 0 0 0

Sayan 20 10 1 1 1 1 0

Tanah Pinoh 14 8 1 2 1 1 1

Tanah Pinoh Barat 17 7 0 0 0 0 0

Sokan 21 9 1 0 1 2 1

3.3 Capacity
Dalam penentuan komponen parameter kapasitas dilihat dari tingkat kapasitas suatu
kecamatan berdasarkan kemampuan wilayah tersebut. Terdapat beberapa variabel kapasitas
pada bencana banjir sebagai berikut :

1. Jumlah tenaga kesehatan

Komponen ini berdasarkan atas pengurangan risiko bencana dimana menjadi


prioritas nasional dan lokal dengan dasar kelembagaan yang kuat untuk
pelaksanaannya. Berdasarkan profil kabupaten Melawi, berikut ini adalah rincian
mengenai jumlah tenaga kesehatan pada Kabupaten Melawi:
 Dokter: 20 orang
 Bidan: 14 orang
 Perawat : 84 orang
 Dokter gigi: 2 orang
 Apoteker: 13 orang

2. Jumlah sarana kesehatan

Sementara itu untuk jumlah sarana kesehatan untuk meningkatkan kapasitas di


Kabupaten Melawi dalam menghadapi bencana berdasarkan data dari profil
Kabupaten Melawi, adalah sebagai berikut.
 Rumah Sakit: 1
 Puskesmas: 1
 Tempat Praktek Dokter: 5
 Tempat Praktek Bidan: 7
 Rumah Bersalin: 3
 Polindes: 3
 Apotik: 10
 Toko Obat: 20

3. Institusi dan Masyarakat


 Badan Penanggulangan Bancana Daerah (BPBD) Kabupaten Melawi telah
memetakan daerah yang rawan terjadi bencana banjir. Sehingga daerah
rawan tersebut perlu diwaspadai agar bila terjadi bencana dapat dilakukan
penanganan dini.
 Terdapat petugas tim gabungan dari berbagai instansi dan relawan yang
disiagakan. Petugas terdiri dari berbagai instansi antara lain BPBD,
Perwakilan tiap Kecamatan, Dinas PUPR, Polres Melawi, TNI
(KORAMIL), Relawan Unit Cegah Siaga, dan Penduduk terlatih SAR
dasar. Masing-masing memiliki tugas sendiri untuk saling mendukung
penanganan bencana.

3.4 Disaster Management


Tahap Pra Bencana
 Mengajukan pembuatan saluran air tambahan dan waduk untuk memecah
distribusi dan penampungan air
 Membuat sistem peringatan dini yang tercapai ke masyarakat berupa bel, SMS,
atau notifikasi lainnya
 Mengidentifikasi lokasi dan bangunan yang ideal untuk dijadikan tempat
penampungan sementara dan diedukasi ke masyarakat
 Menyiapkan cadangan pangan dan sandang, medis, serta alat-alat komunikasi dan
emergensi lainnya
 Maintenance kondisi peralatan gawat darurat seperti alat medis, senter, rakit, dan
lainnya

A. Pencegahan
1. Pemberdayaan masyarakat seperti penyuluhan dan pelatihan pada masyarakat
merupakan upaya pemberdayaann masyarakat agar masyarakat dapat melayani
sesama anggota masyarakat dalam menghadapi kemungkinan munculnya
bencana dan melakukan penyuluhan mengenai risiko membuang sampah
sembarangan sehingga terjadi banjir.
2. Cari informasi dengan selalu memantau radio dan televisi, internet, dan media
sosial untuk informasi dan pembaruan.
3. Perbaikan dan pengaturan sistem sungai
4. Menyusun peraturan dan menertibkan daerah tepi sungai dan tidak
membangun rumah di dekat daerah tepi sungai
5. Waspada tehadap perubahan cuaca
6. Membangun, meningkatkan, memperbaiki atau normalisasi alur sungai, dan
memelihara sungai, tampungan air dan drainase beserta peralatan dan fasilitas
penunjangnya
7. Melakukan koordinasi dengan lintas sektoral untuk menggalang kerjasama dan
berbagi tugas sesuai dengan peran dari tiap sektor
8. Mengajukan pembuatan saluran air tambahan dan waduk untuk memecah
distribusi dan penampungan air
9. Mengidentifikasi lokasi dan bangunan yang ideal untuk dijadikan tempat
penampungan sementara dan diedukasi ke masyarakat
10. Menyiapkan cadangan pangan dan sandang, medis, serta alat-alat komunikasi
dan emergensi lainnya
11. Maintenance kondisi peralatan gawat darurat seperti alat medis, senter, rakit,
dan lainnya
B. Mitigasi
A. Membuat peta ancaman, mengenali daerah ancaman, daerah aman
B. Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk
mengungsi
C. Memperbaharui rencana kegawatdaruratan dengan informasi, penyuluhan
dan pelatihan penyelamatan dan tanggap darurat yang melibatkan
masyarakat
D. Membuat daftar sarana kesehatan dan tenaga kesehatan, jumlah lansia,
balita dan ibu hamil daerah setempat serta buat penilaian skala resiko
bencana
E. Sosialisasi dan pelatihan prosedur tetap penanggulangan dan kesiapsiagaan
bencana
F. Mendirikan Posko di wilayah RT/ RW
G. Penyebarluasan informasi daerah ancaman/bahaya, dan tindakan yang
harus diambil oleh masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana
H. Pemantauan lokasi-lokasi rawan (kritis) secara terus-menerus
I. Persiapan evakuasi ke lokasi yang lebih aman
J. Penyiapan peralatan dan kelengkapan evakuasi
K. Mengembangkan Radio komunitas untuk penyebarluasan informasi

C. Kesiapsiagaan
1) Kesiapsiagaan dilakukan oleh pemerintah daerah. Kegiatan yang dilakukan
antara lain : pengamatan peringatan dini, penyebaran informasi, inventarisasi
kesiapsiagaan, memahami peta kawasan rawan gunung api yang diterbitkan
2) Simak informasi terkini melalui TV, radio, internet, media sosial atau
peringatan tim warga
3) Menyediakan cadangan pangan dan sandang serta peralatan darurat lainnya
4) Siapkan bahan makanan mudah saji dan penyediaan pompa air, mobil tangki air
dan mobil tinja serta persediaan air bersih.
5) Siapkan obat-obatan darurat, tenaga medis, paramedis, dan ambulance
6) Penyiapan jalur evakuasi dan lokasi penampungan sementara

Tahap Saat Bencana/ Tanggap Darurat


 Bila dalam keadaan aman, segeralah ke tempat perlindungan yang telah disiapkan
 Jika berada di dalam bangunan seperti rumah, gedung perkantoran, sekolah,
rumah sakit, pabrik, pusat perbelanjaan, gedung pencakar langit, maka yang harus
dilakukan adalah segera pergi ketempat yang aman (yang lebih tinggi) dan
lakukan pemindahan korban dengan hati-hati.
 Selama perkembangan banjir, segera selamatkan diri dan keluarga, tinggalkan
barang yang tidak diperlukan untuk keperluan gawatdarurat
 Pemenuhan kebutuhan dasar dalam penampungan seperti sandang, air bersih, dan
medis
 Mengerahkan Tim Reaksi Cepat untuk melakukan pertolongan dan penyelamatan

Tahap Pasca Bencana


 Lakukan pendataan mengenai kerusakan yang terjadi
 Membentuk tim darurat bencana dengan melibatkan dokter, perawat, bidan,
mahasiswa di bidang kesehatan/kedokteran, ataupun masyarakat sekitar dalam
membantu para korban bencana di posko pengungsian.
 Periksa masyarakat yang sudah mengungsi terkait adanya cedera atau luka dan
segera berikan pertolongan pertama
 Waspada akan adanya banjir susulan akibat cuaca yang belum membaik
 Laporkan kerusakan fasilitas umum yang terjadi kepada pihak yang berwenang
 Melakukan kerjasama dengan BASARNAS, POLRI dan TNI untuk membantu
evakuasi korban, membersihkan jalan dari lumpur, dan melakukan pengamanan
di posko pengungsian.

Disaster Plan
Puskesmas di kabupaten Melawi, dalam persiapan evakuasi bencana dapat mempersiapkan
hal-hal di bawah ini:
1. Membuat perencanaan lokasi evakuasi banjir di lokasi yang aman
2. Melakukan kerjasama dengan Rumah Sakit Umum Daerah terdekat untuk pengadaan
ambulance untuk evakuasi korban banjir
3. Melakukan kerjasama dengan lintas sectoral berupa BASARNAS, POLRI dan TNI
untuk membantu evakuasi korban, dan melakukan pengamanan di posko pengungsian
4. Melakukan kerjasama lembaga swadaya masyarakat dan perusahaan sekitar untuk
pengadaan pangan dan sembako untuk persedian di posko pengungsian.
5. Membentuk tim darurat bencana dengan melibatkan dokter, perawat, bidan, mahasiswa
di bidang kesehatan/kedokteran, ataupun masyarakat sekitar dalam membantu para
korban bencana di posko pengungsian.
6. Melakukan kerjasama dengan pemuka agama untuk membantu para korban di bidang
spiritual. Atau dengan tokoh masyarakat untuk meningkatkan motivasi dan
menurunkan risiko PTSD.
7. Membuat pendataan yang lengkap mengenai jumlah korban luka dan korban meninggal
8. Membuat pendataan mengenai persediaan pangan dan obat-obatan di posko
pengungsian.
9. Pengadaan air bersih dan toilet umum.

Anda mungkin juga menyukai