Anda di halaman 1dari 14

DISASTER PLAN MANAGEMENT

KONFLIK SOSIAL DI KECAMATAN BOLO, KABUPATEN BIMA

Disusun oleh:
Eva Wulandari
030.14.058

Pembimbing:
dr. Gita Handayani Tarigan, MPH

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PERIODE 28 OKTOBER 2019 – 4 JANUARI 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
A. PENDAHULUAN
Kondisi kabupaten Bima yang seringkali mengalami konflik antar kampung,
antar desa/kelurahan, antar komunitas/kelompok yang dilatarbelakangi oleh
pemahaman yang sulit dimaknai dalam konteks rasionalitas, tetapi hanya bisa
dipahami dalam konteks ideasional yang membutuhkan pendalaman dan kajian
yang kontekstual dan partisipatif. Konflik antar desa di daerah Bima sudah
sering terjadi sebelum-sebelumnya. Terutama antar Desa Ngali dengan Desa
Renda di kecamatan Belo.
Ironisnya, wilayah Woha sebagai ibukota Kabupaten Bima, yang semula
cukup stabil, justru tersulut pertikaian antar desa. Sebut saja, Desa Samili-
Kalampa vs Desa Dadibou-Godo, Desa Palipena vs Desa Dadibou, Desa Risa
vs Desa Dadibou, dan lainnya . Pada kasus konflik di daerah Bima tersebut,
cenderung dipicu oleh permasalahan- permasalahan yang bersifat kecil dalam
kasat mata, seperti perkelahian pemuda di orkesta/hiburan, perdebatan terkait
perbedaan pendapat, permasalahan utang-piutang dan lain sebagainya, yang
menyebabkan kematian atau luka berat yang kemuadian dituntut oleh pihak
keluarga darah dibalas darah atau pertanggung jawaban lainya yang melibatkan
bentrokan antar desa
B. GEOGRAFI KABUPATEN BIMA DAN KECAMATAN BOLO
Kabupaten Bima, yang merupakan bagian dari provinsi NTB ( Nusa
TenggaraBarat ), berada di ujung timur propinsi NTB. Luas wilayah Kabupaten
Bima mencapai 4.374,65 km2, terdiri atas 315,96 km2 atau 7,22% lahan
sawah.dan 4.058,69 km2 atau 92,78% lahan bukan sawah.
Secara geografis Kabupaten Bima terletak pada 118044” bujur timur sampai
dengan 119022” bujur timur, serta 08008” sampai dengan 080.57” lintang selatan.
Luas Wilayah Kabupaten Bima adalah 4.374,65 km2. Batas wilayah Kabupaten
Bima adalah:
1. Sebelah Utara : Laut Flores
2. Sebelah Timur : Laut Sape
3. Sebelah Barat : Kabupaten Dompu
4. Sebelah Selatan : Samudra Indonesia

Kabupaten Bima bersebelahan (mengelilingi) Kota Bima, yang merupakan daerah


pemekaran dari Kabupaten Bima pada tahun 2002.

Gambar Peta Kabupaten Bima


Kecematan bolo memiliki batas-batas wilayah : bagian utara adalah
kecamatan donggo dan kecamatan soromandi, bagian timur adalah teluk bima,
bagian selatan adalah kecematan woha dan barat berbatasan dengan kecamatan
madapangga.

Gambar. Peta wilayah Kecamatan Bolo

Terdapat 14 desa pada Kecematan Bolo yakni :


1. Bontokape
2. Darusalam
3. Kananga
4. Kara
5. Leu
6. Nggembe
7. Rada
8. Rasabou
9. Rato
10. Sanolo
11. Sondosia
12. Tambe
13. Timu
14. Tumpu
C. PENDUDUK
Kabupaten Bima memiliki jumlah penduduk pada tahun 2010 sebanyak
438.522 jiwa dan luas wilayah 4.389,40 Km2 berarti tingkat kepadatan penduduk
Kabupaten Bima rata-rata sebesar 100 jiwa per Km2 meningkat dari 97.12 jiwa
per Km2 tahun 2007. Selain itu penyebaran penduduk juga belum merata di
seluruh wilayah Kabupaten Bima, dengan luas wilayah Kecamatan antara 66,93
Km2 s/d 627,82 Km2 per Kecamatan, menyebabkan kepadatan penduduk di
Kecamatan cukup bervariasi yaitu antara 10 jiwa/km2 s/d 704 jiwa per Km2.

Kecematan bolo memiliki luas kepadatan 66,93 km2 dengan 704 jiwa/km2.
D. HAZARD
Hasil pembangunan Kabupaten di bidang pendidikan (diukur dari Indeks
Pendidikan), bidang kesehatan (diukur dari Indeks Harapan Hidup), dan bidang
ekonomi (diukur dari Indeks Pendapatan) terus mengalami perkembangan yang
cukup menggembirakan.

E. VULNERABILITY
Kondisi penduduk Kabupaten Bima bersarkan jumlah kepala keluarga (KK)
pada tahun 2010, sebagai berikut :
1. Kerentanan Pendidikan.
Pendidikan merupakan salah satu komponen yang memegang peranan penting
dalam Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bima. pencapaian dalam
bidang pendidikan pada tahun 2008 terdiri dari : rata-rata lama sekolah dan
angka melek huruf.
a. Angka melek huruf Kabupaten Bima terus meningkat dari tahun 2005
sebesar 81,4 menjadi 85,80 pada tahun 2007 dan 94,67 pada tahun 2008
b. rata-rata lama sekolah mengalami peningkatan dari 7,2 tahun pada tahun
2007 menjadi 7,3 tahun pada tahun 2008.

Namun walaupun mengalami peningkatan setiap tahunnya tapi rata-rata


tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Bima masih belum sampai tamat
SMP. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
a. Terbatasnya kemampuan masyarakat dari sisi biaya
b. Masih ada masyarakat yang mengalami kesulitan akses menuju ke sekolah
sebagai akibat dari keterpencilan wilayah dan sebaran sarana pendidikan
yang belum merata
c. Masih adanya masyarakat pada daerah perdesaan yang beranggapan
bahwa pendidikan tidak terlalu penting.
2. Kerentanan Kesehatan.
Indikator keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan antara lain
dapat dilihat dari meningkatnya angka harapan hidup dari 60,90 tahun 2005
menjadi 67,43 tahun 2009, dan 68,77 pada tahun 2010.
Angka kematian bayi menurun dari 54 orang tahun 2006 menjadi 35
orang tahun 2009. Begitu juga halnya angka kematian ibu melahirkan
menurun dari 14 orang tahun 2006 menjadi 10 orang tahun 2009. Jumlah
penderita gizi buruk dari 214 kasus tahun 2006 menjadi 60 kasus tahun 2009.
3. Kerentanan Sosial Masyarakat.
Kabupaten Bima berdiri pada tanggal 5 Juli 1640 M, ketika Sultan
Abdul Kahir dinobatkan sebagai Sultan Bima I yang menjalankan
Pemerintahan berdasarkan Syariat Islam.
Seiring dengan perjalanan waktu, Kabupaten Bima juga mengalami
perkembangan kearah yang lebih maju. Undang-undang (UU) No. 22 tahun
1999 dan direvisi menjadi UU No. 33 tahun 2004, Kabuapten Bima telah
memanfaatakan kewenangan itu dengan Profil Kabupaten Bima tahun 2008
terus menggali potensi-potensi daerah baik potensi sumberdaya manusia
maupun sumberdaya alam.
Untuk memenuhi tuntutan dan meningkatkan pelayanan pada
masyarakat, Kabupaten Bima telah mengalami beberapa kali pemekaran
wilayah mulai tingkat dusun, desa, kecamatan, dan bahkan dimekarkan
menjadi Kota Bima pada tahun 2001. Pada tahun 2006 dimekarkan menjadi
18 kecamatan dengan pusat ibukota kabupaten Bima yang baru dipusatkan di
Kecamatan Woha.
4. Kerentanan Perekonomian.
Ditentukan oleh laju pertumbuhan PDRB harga berlaku dan laju
inflasi. Untuk mengetahui laju pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi
yang merupakan dampak berbagai aktifitas masyarakat di Kabupaten Bima
dapat dilihat pada grafik berikut

a. Pertumbuhan primer didorong oleh meningkatnya pertumbuhan sektor


pertanian dan pertambangan/penggalian. Meningkatnya produksi dan nilai
pasar dari komodoti tanaman pangan dan hasil perikanan.
b. Pertumbuhan sektor sekunder disebabkan berkembangnya usaha listrik,
gas dan air minum dan usaha bangunan, industri pengolahan dalam upaya
pengembangan usaha industri.
c. Pertumbuhan sektor tersier didukung oleh peningkatan permintaan
terhadap sektor pengangkutan dan komunikasi dan usaha perdagangan
baik skala besar maupun eceran, dan otonomi daerah terjadi peningkatan
dana dan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan.

5. Kerentanan Ketenagakerjaan
Angkatan kerja adalah angkatan kerja yang berstatus bekerja atau
sementara tidak bekerja, sedangkan pencari kerja adalah angkatan kerja yang
sedang mencari kerja. Jumlah angkatan kerja yang terdaftar di Kabupaten
Bima selama periode 2006-2010 sebanyak 202.441 orang. Bekerja 192.926
orang. Pencari kerja/penganggur terbuka 9.515 orang dengan komposisi
sebagai berikut :

Perkembangan jumlah pekerja yang sudah ditempatkan dapat dilihat


pada dan penyerapan tenaga peserta terlatih yang telah mendapatkan
pekerjaan masing-masing dapat dilihat pada tabel berikut :

6. Kerentanan Tata Ruang Wilayah.


Penataan ruang, seperti yang tercantum dalam Undang-undang nomor
26 tahun 2007 tentang penataan ruang (UUPR) mencakup tiga proses yang
saling berhubungan, yaitu perencanaan ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang. Masih terjadinya konflik kepentingan antar
sektor seperti: pertambangan, lingkungan hidup, kehutanan, prasarana
wilayah, dan sebagainya.

7. Kerentanan Emosional Individu antar Desa


Kadang bermula dari persoalan remeh-temeh. Contohnya ada anak
muda dari desa A yang dipukul oleh orang dari desa B, lalu memancing
reaksi bernada dendam dari desa A. Atas nama solidaritas ‘membela’
identitas kampung atau desanya, mereka pun menyerang desa B.
Kurangnya fungsi kontrol sosial membuat sebagian warga gampang
terprovokasi, lalu dimobilisasi oleh aktor-aktor konflik. Belum lagi
hilangnya kepercayaan warga terhadap aparat penegak hukum. Akhirnya
mereka menempuh pengadilan jalanan.Terjadilah tawuran. Kadang disebut
perang : saling menembak dengan senjata api (rakitan), saling memanah,
dan saling menghunuskan parang. Rupanya identitas spasial desa lebih
diutamakan daripada ikatan kekerabatan. Generalisasi yang membabi-buta
dari sekadar masalah individu, orang per orang, lalu mengarah ke konflik
dan kekerasan komunal.

F. CAPACITY
Dalam menjalankan fungsinya sebagai pemberi pelayanan kesehatan
tingkat pertama Puskesmas bolo telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana
yang memadai.Data pegawai puskesmas Kecamatan Bolo berdasarkan jumlah,
terbagi menjadi :
G. DISASTER MANAGEMENT
Puskesmas Kecamatan Bolo dalam persiapan evakuasi korban dalam
konflik sosial dapat mempersiapkan hal-hal di bawah ini:
a. Melakukan kerjasama dengan POLRI dan TNI untuk membantu evakuasi
korban, dan melakukan pengamanan daerah konflik
b. Bagi pihak aparat Polri dan TNI, perlu optimalisasi fungsi
Babhinkamtibmas (Polri) dan babinsa (TNI). Bhabinkamtibmas terus
membina masyarakat, mencegah, dan menjadi mediator dalam mengatasi
konflik sosial di desa-desa. Begitu pula Babinsa, bila ada konflik kecil,
harus segera diredam agar tidak menjadi konflik berskala besar.
c. Promosi kesehatan; bahaya luka tusuk, luka bacok, luka tembak, dll
d. Melakukan kerja sama dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, sekolah-
sekolahuntuk penyampaian edukasi menahan emosi, mempererat tali
persaudaraan, tali silaturahmi, meningkatkan kepercayaan antar sesama,
saling menghormati, tidak menanam rasa iri antar sesama, saling menjaga
lingkungan, dan memupuk pemahaman sifat sesama.
e. Resolusi konflik dengan perjanjian kesepakatan damai yang
ditandatangani oleh perwakilan tokoh masing-masing desa
f. Generasi muda dibekali dengan transformasi nilai-nilai agama yang
cinta damai, dan filsafat kebijaksanaan. Sehingga rasa toleran muncul,
jiwa kebersamaan terbentuk, cakrawala pandangan semakin luas. Lalu,
saling mengapresiasi dan melengkapi satu sama lain.
g. Political will  dari pemerintah untuk memberdayakan kelompok-
kelompok anak muda secara produktif. Misalnya, pembangunan desa
wisata sesuai keunikan dan potensi wisata masing-masing
h. Mengadakan Event, festival wisata diadakan sebagai forum silaturrahmi,
hiburan yang edukatif, dan perekat bagi masyarakat lintas desa. Juga
memberi nilai tambah secara ekonomi.
i. kerjasama antara pemerintah daerah, aparat (Polri dan TNI), pengusaha,
jurnalis, tokoh agama dan adat, serta kaum muda dalam menyelesaikan
konflik sosial dalam bidang perekonomian wilayah kecamatan
mewujudkan perdamaian paripurna
j. meminimalisir terjadinya konflik kepentingan antara berbagai sektor yang
memanfaatkan ruang, maka regulasi tentang prosedur pemanfatan ruang
harus tegas dan jelas sehingga setiap pemanfaatan ruang wilayah, lewat
penciptaan lapangan kerja untuk masyarakat wilayah kecamatan

Anda mungkin juga menyukai