Anda di halaman 1dari 14

DISASTER PLAN MANAGEMENT

PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR


DI KECAMATAN SAMARINDA KOTA

DISUSUN OLEH :
Tiara Naviera Putri Sivila
030.14.193

PEMBIMBING :
dr. Gita Handayani Tarigan, MPH

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS / KESEHATAN MASYARAKAT
PERIODE 28 OKTOBER 2019 – 4 JANUARI 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat, karunia
serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Disaster Plan
Management dengan judul Penanggulangan Bencana Banjir di Samarinda Kota.
Penulisan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kedokteran Komunitas / Kesehatan Masyarakat.
Saya sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan ilmu pengetahuan kita mengenai Disaster Plan Management terutama
dalam Bencana Banjir. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
berharap adanya kritik, saran dan masukan demi perbaikan referat yang telah saya
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran serta masukkannya yang membangun.
Semoga tugast ini dapat dipahami dan berguna bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja dalam pengejaan kalimat serta
penyebutan nama tempat, istilah serta nama orang. Wasalammuallaikum, wr.wb.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Bencana merupakan suatu keadaan yang menyebabkan jatuhnya korban,
kerusakan dan kerugian, dimana terbagi atas bencana alam, nonalam dan sosial.
Bencana adalah sesuatu yang tak terpisahkan dalam sejarah manusia, manusia
terus bergumul agar bebas dari bencana (free from disaster). Dalam pergumulan
itu, lahirlah praktek mitigasi, seperti mitigasi banjir dan mitigasi kekeringan
(drought mitigation).
Dalam beberapa tahun terakhir ini Indonesia sering dilanda bencana, baik
bencana alam (banjir, gunung meletus, tanah longsor, gempa bumi, banjir, banjir
bandang), non-alam (kegagalan teknologi), maupun bencana sosial (konflik,
terorisme). Berdasarkan data yang dikumpulkan Pusat Krisis Kesehatan,
Kementerian Kesehatan, pada tahun 2013 telah terjadi 493 kali kejadian krisis
kesehatan/bencana, tahun 2014 sebanyak 615 kali, tahun 2015 sebanyak 930 kali,
dan tahun 2016 sebanyak 1337 kali. Jumlah korban yang ditimbulkan pun tidak
sedikit. Tercatat korban meninggal sejak tahun 2013 hingga 2016 sebanyak 4052
jiwa atau sekitar 1013 per tahun.
Banjir adalah bencana yang rutin karena hampir setiap tahun pasti terjadi,
bencana ini merupakan fenomena kejadian alam yang sering terjadi dan dihadapi
hampir di seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Banjir sudah temasuk
dalam urutan bencana besar, karena memakan korban yang cukup besar. Jenis-
jenis banjir berdasarkan sumber air yang tertampung di bumi, dibedakan menjadi
tiga, yaitu banjir sungai, banjir danau, dan banjir laut pasang.
Pusat Krisis Kesehatan pada tahun 2017 telah melakukan asistensi di 34
Kabupaten/ Kota rawan bencana dari 170 Kabupaten/ Kota yang telah ditetapkan.
Kabupaten/kota tersebut berada di 14 provinsi yaitu termasuk provinsi
Kalimantan Timur. Hasil asistensi tersebut dikaji untuk selanjutnya disusun
menjadi profil krisis kesehatan kabupaten/kota yang mengambarkan bahaya,
kerentanan dan kapasitas terkait dengan penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana di daerah.
BAB II
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA

2.1 Gambaran Umum


2.1.1 Kependudukan
Jumlah Penduduk Samarinda pada tahun 2019 tercatat sejumlah 812.597 jiwa,
terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 412.099 jiwa dan perempuan sebesar
400.498 jiwa. Namun yang tinggal pada Samarinda Kota sebanyak 34.734 yang
terdiri atas 17.947 jiwa penduduk laki-laki dan 16.787 jiwa penduduk perempuan.

2.1.2 Geografi

Secara astronomis, Kota Samarinda terletak antara 0◦21’81”-1◦09’16”

Lintang Selatan dan 116◦15’16”- 117◦24’16” Bujur Timur dan dilalui oleh
garis ekuator atau garis khatulistiwa yang terletak pada garis lintang 00
Berdasarkan posisi geografisnya, Kecamatan Samarinda Kota memiliki
batas-batas:
- Sungai Karang Mumus di sebelah utara
- Sungai Mahakam di sebelah selatan
- Kecamatan Samarinda Ulu disebelah barat
- Sungai Karang Mumus di sebelah timur.
Samarinda Kota dibagi menjadi 5 Kelurahan, yaitu Kelurahan Bugis,
Kelurahan Karag Mumus, Kelurahan Pelabuhan, Kelurahan Pasar Pagi dan
Kelurahan Sungai Pinang Luas. Luas wilayah terbesar Kecamatan Samarinda
Kota berada di kelurahan Sungai Pinang Luar dan luas wilayah terkecil berada di
Kelurahan Pasar Pagi. Luas wilayah Samarinda Kota sebesar 11.12 Km2.
Kecamatan di Samarinda Kota yang mempunyai wilayah paling luas adalah
Kelurahan Sungai Pinang Luas sebesar 8,85 Km 2, dan yang paling sempit adalah
Kelurahan Pasar Pagi sebesar 0,48 Km2.
2.2 Analisis Komponen Bencana
2.2.1 Hazard
Daerah-daerah dengan resiko tinggi terhadap ancaman banjir tersebar di
seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Timur termasuk Samarinda Kota. Berikut
peta sebaran daerah rawan banjir di Kota Samarinda;

Gambar 1. Peta Wilayah Rawan Banjir Kota Samarinda


Berdasarkan peta wilayah rawan banjir diatas, dapat dilihat bahwa Kota
Samarinda merupakan kota yang memiliki kecenderungan rawan terhadap
kejadian banjir. Berdasarkan hasil proyeksi peta parameter banjir, masing-masing
peta menunjukkan bahwa;
1. Rata-rata curah hujan tahunan di Kota Samarinda cukup tinggi sehingga
mempengaruhi peluang terjadinya banjir
2. Penggunaan lahan di Kota Samarinda sebagian besar berupa belukar dan
daerah pemukiman yang menyebabkan daerah serapan air hujan menjadi
tidak maksimal
3. Derajat kemiringan lahan di Kota Samarinda lebih cenderung datar,
sehingga daerah-daerah dengan derajat kemiringan rendah (datar) menjadi
daerah yang mudah terjadi banjir
4. Kota Samarinda merupakan kota yang berada di daerah dataran rendah
yang sebagian besar besar wilayahnya berada pada ketinggian antara 0-
12,5 mdpl. Hal ini menyebabkan banyaknya daerah-daerah yang menjadi
area rawan banjir karena posisinya yang rendah
5. Tekstur tanah di Kota Samarinda didominasi dengan jenis tekstur agak
halus yang menyebabkan kurang optimalnya tanah menyerap air hujan
sehingga menjadi air limpasan.

2.2.2 Vulnerability
Vulnerability adalah kerentanan dari manusia itu sendiri. Keadaan atau sifat dan
perilaku manusia yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang untuk
menghadapi bahaya atau ancaman.
1. Kerentanan dari Aspek Lingkungan
Peningkatan curah hujan lokal, debit air sungai meningkat serta banyaknya
penyempitan drainase pada anak sungai, sehingga daerah penyerapan air
tanah menurun. Luapan beberapa anak sungai ini sampai ke sungai besar
yang mengalir ke tengah kota, kerusakan lingkungan pada daerah hulu serta
pertumbuhan pemukiman di pinggiran kali semakin tak terkendali.
2. Kerentanan dari Aspek Sosial
a. Tingkat kepadatan penduduk
Semakin tinggi tingkat kepadatan penduduk maka semakin rentan
terhadap bencana banjir. Berdasarkan data tahun 2019, Kepadatan
penduduk di Kecamatan Samarinda Kota, wilayah 11,12.01 km2,
tercatat sejumlah 34.734 jiwa
b. Laju pertumbuhan penduduk
Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin rentan terhadap
bencana banjir, dengan laju pertumbuhan >1 % maka laju pertumbuhan
dapat dikatakan tinggi.
c. Persentase jumlah lansia dan balita
Semakin banyak jumlah penduduk usia tua dan balita, maka semakin
rentan terhadap bencana banjir.
3. Kerentanan Pengetahuan
Kurangnya pengetahua tentang risiko bahaya dan bencana, rendahnya
pendidikan, corak budaya individualisme, tingkat kesehatan masyarakat yang
rendah akan mempertinggi tingkat kerentanan.
4. Kerentanan dari Aspek Ekonomi
Semakin banyak rumah tangga miskin, maka semakin rentan terhadap
bencana banjir.

2.2.3 Capacity
1. Kapasitas Fisik.
i. Fasilitas
- Jumlah fasilitas kesehatan di suatu wilayah
- Jarak penduduk untuk mencapai tempat pengungsian ketika terjadi
bencana
- Peningkatan kapasitas aliran banjir pada sungai
- Pemeliharan dan pengendali bangunan terhadap banjir
2. Kapasitas Sosial
i. Keberadaan organisasi
Tingkat keberadaan organisasi kemasyarakatan yang berhubungan
dengan penanggulangan bencana di masyarakat.
ii. Kekerabatan penduduk dalam upaya penanggulangan bencana
Tingkat kekerabatan penduduk dalam masyarakat sebagai upaya
penanggulangan bencana.
iii. Institusi yang bergerak dalam bidang penanggulangan bencana
Bekerja dengan Institusi yang bergerak dalam bidang penanggulangan
bencana secara cepat, dan tingginya kepedulian mahasiswa Universitas
Sriwijaya Palembang dengan penggalangan dana dan bantuan tenaga
selama banjir.
3. Kapasitas Sumber Daya Masyarakat
i. Keterlibatan masyarakat dalam sosialisasi kebencanaan
- Tingkat keterlibatan masyarakat didalam diskusi/sosialisasi.
- Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang resiko banjir
ii. Keterlibatan masyarakat dalam pelatihan persiapan sebelum terjadi
bencana. Intensitas warga dalam mengikuti pelatihan persiapan
bencana.
4. Kapasitas Ekonomi
i. Rata-rata pendapatan masyarakat dalam waktu satu bulan
Tingkat pendapatan masyarakat dalam satu bulan.
ii. Kepemilikan asuransi jiwa
Tingkat kepemilikan asuransi jiwa.

2.3 Siklus Penanganan Bencana


Penanganan bencana berdasar siklus bencana berikut:

Gambar 2. Siklus Penanganan Bencana


Tabel 1. Kegiatan dalam Siklus Penanggulangan Banjir
Siklus Kegiatan
Pencegahan • Upaya - upaya Struktural
(Prevention) - Upaya di dalam badan Sungai (In-Stream)
- Upaya di luar badan Sungai (Off- Stream)
• Upaya - upaya Non-Struktural
- Upaya Pencegahan Banjir Jangka Panjang
- Upaya Pengelolaan Keadaan Darurat Banjir dalam
Jangka Pendek
Penanganan • Pemberitahuan dan Penyebaran Informasi Prakiraan
(Intervention/ Response) Banjir
• Reaksi Cepat dan Bantuan Penanganan Darurat Banjir
• Perlawanan terhadap Banjir
Pemulihan • Bantuan Segera Kebutuhan Hidup Sehari-hari dan
(Recovery) Perbaikan Sarana dan Prasarana
- Pembersihan dan Rekonstruksi Pasca Banjir
- Rehabilitasi dan Pemulihan Kondisi Fisik dan Non-
Fisik
• Penilaian Kerusakan/Kerugian dan Asuransi Bencana
Banjir
• Kajian Penyebab Terjadinya Bencana Banjir

2.4 Disaster Management


1. Pra Bencana
a. Pencegahan:
1) Menyusun peraturan dan menertibkan daerah bantaran sungai
2) Perbaikan dan pengaturan sistem sungai
3) Pembuatan alur pengendali banjir (floodyway)
4) Pengelolaan DAS (peraturan, pelaksanaan, dan pelatihan)
5) Membangun, meningkatkan, memperbaiki atau normalisasi alur
sungai, dan memelihara sungai, tampungan air dan drainase beserta
peralatan dan fasilitas penunjangnya
6) Menegakkan hukum terhadap pelanggaran pengelolaan daerah
aliran sungai
7) Membuat sumur resapan
8) Merevisi tata ruang propinsi maupun kota secara terkoordinasi dan
terintegrasi
9) Mengendalikan perkembangan lingkungan dan pengembangan
daerah hulu
10) Membuat penampungan air berteknologi tinggi
11) Menerapkan pengelolaan sungai terpadu berdasarkan satuan
wilayah sungai (SWS) dan memberdayakan kelembagaan
pengelolaan SWS
12) Membangun fasilitas pengolah limbah dan sampah
13) Mereboisasi kota dan daerah hulu
14) Melakukan koordinasi dengan lintas sektoral untuk menggalang
kerjasama dan berbagi tugas sesuai dengan peran dari tiap sektor.
15) Pemberdayaan masyarakat seperti penyuluhan dan pelatihan pada
masyarakat merupakan upaya pemberdayaanb masyarakat agar
masyarakat dapat melayani sesama anggota masyarakat dalam
menghadapi kemungkinan munculnya bencana
b. Mitigasi:
1) Membuat peta rawan bencana (Hazard Map) yaitu gambaran
wilayah berisikan jenis bencana dan karakteristik ancaman
bencana.
2) Membuat peredam banjir pada alur deras untuk menangkap dan
menyimpan sementara sebagian volume banjir.
3) Membuat embung-embung pada lokasi yang memungkinkan.
4) Mengurangi kecepatan aliran banjir dengan memasang satu atau
beberapa ground sillls untuk mendatarkan kemiringan dasar.
5) Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman
untuk mengungsi.
6) Memperbaharui rencana kegawatdaruratan dengan informasi,
penyuluhan dan pelatihan penyelamatan dan tanggap darurat yang
melibatkan masyarakat.
7) Membuat peta daerah genangan banjir, daftar sarana kesehatan dan
tenaga kesehatan, jumlah lansia, balita dan ibu hamil daerah
setempat serta buat penilaian skala resiko bencana.
8) Sosialisasi dan pelatihan prosedur tetap penanggulangan dan
kesiapsiagaan banjir
9) Mendirikan Posko banjir di wilayah RT/ RW
10) Penyebarluasan peraturan perundang-undangan atau informasi-
informasi, baik dari Pemerintah maupun pemerintah daerah,
berkaitan dengan masalah banjir
11) Penyebarluasan informasi daerah rawan banjir, ancaman/bahaya,
dan tindakan yang harus diambil oleh masyarakat yang tinggal di
daerah rawan bencana
12) Pemantauan lokasi-lokasi rawan (kritis) secara terus-menerus
13) Optimasi pengoperasian prasarana dan sarana pengendali banjir
14) Persiapan evakuasi ke lokasi yang lebih aman
15) Penyediaan peralatan berat (backhoe, excavator, truk, buldozer, dan
lain-lain) dan disiapsiagakan pada lokasi yang strategis, sehingga
sewaktu-waktu mudah dimobilisasi;
16) Penyiapan peralatan dan kelengkapan evakuasi, seperti: speed boat,
perahu, pelampung, dan lain-lain.
c. Kesiapsiagaan
1) Kesiapsiagaan dilakukan oleh pemerintah daerah. Kegiatan yang
dilakukan antara lain : pemantauan cuaca, pemantauan debit air
sungai, pengamatan peringatan dini, penyebaran informasi,
inventarisasi kesiapsiagaan, penyiapan peta rawan banjir
2) Peningkatan kesiapsiagaan organisasi dan manajemen
pengendalian banjir dengan menyiapkan dukungan sumber daya
yang diperlukan dan berorientasi kepada pemotivasian individu
dalam masyarakat setempat agar selalu siap sedia mengendalikan
ancaman/bahaya
3) Penyediaan bahan-bahan banjiran untuk keadaan darurat, seperti:
karung plastik, bronjong kawat, dan material-material pengisinya
(pasir, batu ,dan lain-lain), dan disediakan pada lokasi-lokasi yang
diperkirakan rawan/kritis
4) Peramalan banjir dapat dilakukan dengan cara: analisa hubungan
hujan dengan banjir (rainfall – runoff relationship), metode
perambatan banjir (flood routing), metode lainnya.
5) Simak informasi terkini melalui TV, radio, atau peringatan tim
warga tentang curah hujan dan kondisi air.
6) Menyediakan cadangan pangan dan sandang serta peralatan darurat
banjir lainnya, antara lain radio baterai, senter, korek gas, dan lilin.
7) Siapkan bahan makanan mudah saji danpenyediaan pompa air,
mobil tangki air dan mobil tinja serta persediaan air bersih.
8) Siapkan obat-obatan darurat, tenaga medis, paramedis, dan
ambulance
9) Amankan dokumen penting.
10) Penyiapan jalur evakuasi dan lokasi penampungan sementara.
2. Saat Terjadi Bencana
a. Tanggap Darurat
1) Pendirian POSKO
2) Pengerahan personil (Tim Reaksi Cepat)
Mengerahkan kekuatan personil dari berbagai unsur operasi
(pemerintah dan non-pemerintah) terutama untuk penyelamatan dan
perlindungan (SAR) dengan membentuk TRC untuk memberikan
pertolongan/ penyelamatan dan inventarisasi kerusakan.
3) Pemenuhan kebutuhan dasar dalam penampungan sementara.
- Distribusi bantuan (hunian sementara, pangan dan sandang) Pada
tahap awal, bantuan pangan berupa makanan siap-santap.
- Pendirian dapur umum.
4) Pemberian layanan air bersih, jamban dan sanitasi lainnya.
5) Pemberian layanan kesehatan, perawatan dan rujukan.
6) Pengoperasian peralatan
Mengoperasikan peralatan sesuai kebutuhan di lapangan, termasuk
alat-alat berat.
7) Pengerahan sarana transportasi udara/laut
Dilakukan pada situasi/kondisi tertentu yang memerlukan kecepatan
untuk penyelamatan korban bencana dan distribusi bantuan kepada
masyarakat/korban bencana terisolasi.
8) Koordinasi dan Komando
- Setiap kejadian penting dilaporkan kepada POSKO. Komando
dilakukan oleh penanggung jawab.
- Penyampaian laporan perkembangan penanganan bencana ke
media massa.
2.5 Disaster Plan
Puskesmas di semua Samarinda Kota terutama kecamatan yang rawan banjir,
dalam persiapan evakuasi bencana dapat mempersiapkan hal-hal di bawah ini:
1. Membuat perencanaan lokasi posko bencana alam di lokasi yang aman dan
terjangkau.
2. Melakukan kerjasama dengan Rumah Sakit Umum Daerah terdekat untuk
pengadaan kendaraan untuk evakuasi korban bencana.
3. Melakukan kerjasama dengan BASARNAS, POLRI dan TNI untuk
membantu evakuasi korban, membersihkan jalan dari lumpur, dan
melakukan pengamanan di posko pengungsian
4. Membuat jalur evakuasi dan lokasi evakuasi bencana dengan rambu-rambu
yang jelas, terutama bila melalui hutan
5. Melakukan kerjasama lembaga swadaya masyarakat dan perusahaan sekitar
untuk pengadaan pangan dan sembako untuk persedian di posko
pengungsian.
6. Membentuk tim darurat bencana dengan melibatkan dokter, perawat, bidan,
mahasiswa di bidang kesehatan/kedokteran, ataupun masyarakat sekitar
dalam membantu para korban bencana di posko pengungsian.
7. Melakukan kerjasama dengan pemuka agama untuk membantu para korban
di bidang spiritual. Atau dengan tokoh masyarakat untuk meningkatkan
motivasi dan menurunkan risiko PTSD.
8. Melakukan pemantauan dan koordinasi dengan BMKG untuk mengetahui
keadaan terkini mengenai cuaca hujan.
9. Membuat pendataan yang lengkap mengenai jumlah korban luka, korban
meninggal akibat banjir.
10. Membuat pendataan mengenai persediaan pangan dan obat-obatan di posko
pengungsian.
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Bencana Alam: Definisi dan
Jenis Becana alam. Available from: https://bnpb.go.id/home/definisi
2. Haryani NS. Analisis Zona Potensi Rawan Banjir Menggunakan Data
Penginderaan Jauh dan SIG di Kalimantan Timur. Seminar Nasional
Penginderaan Jauh. 2017(4); 517-524
3. Rencana Nasional penanggulangan bencana 2015-2019. 2018. Available
from: https://bnpb.go.id/uploads/24/buku-renas-pb.pdf

4. Dinkes. 2017. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2017.


Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur. Samarinda.

5. Sigit, A.A. 2011. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Berbasis


Web Untuk Monitoring Banjir di Wilayah DAS Bengawan Solo Hulu.
Seminar Nasional Teknologi Informasi & Kumunikasi Terapan 2011.
ISBN : 979-26-0255-0.

Anda mungkin juga menyukai