Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KEPERAWATAN BENCANA

SRUDI KASUS PENGKAJIAN SURVEILANS RISIKO BENCANA DI


DAERAH BANJARNEGARA

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1

1. ADIKA CITRA KINANTI (16142014235001)


2. AFIFA AUZIZAH (16142014237003)
3. AGUS SUPRIYANTO (16142014238004)
4. AMANDA ADITTYA S (16142014241007)
5. BAGUS HAMAM FAIZAL (16142014251017)
6. DEDE TRI MULYONO (16142014253019)
7. DIAN WARDANI (16142014259025)

S1 KEPERAWATAN 7A

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tanah longsor adalah suatu peristiwa alam yang pada saat ini
kejadiannya semakin meningkat. Bencana alam tanah longsor dapat terjadi
karena pola pemanfaatan lahan yang tidak mengikuti kaidah kelestarian
lingkungan, seperti penggundulan hutan, dan pengambilan sumber daya alam
yang melampaui daya dukungnya.
Perkembangan suatu wilayah akan meningkatan kebutuhan akan lahan
sebagai tempat tinggal dan aktivitas ekonomi, adapun ketersediaan lahan
yang ada tidak mengalami perkembangan. Penduduk terpaksa menempati
lokasi yang rawan longsor seperti daerah perbukitan dan lereng pegunungan.
Aktivitas masyarakat tersebut menyebabkan tingkat kerawanan bencana tanah
longsor menjadi semakin meningkat.
Sejalan dengan proses pembangunan yang berkelanjutan, perlu
diupayakan pengaturan dan pengarahan terhadap kegiatan-kegiatan yang
dilakukan, dengan prioritas utama untuk menciptakan kembali keseimbangan
ekologis lingkungan. Langkah yang diambil adalah melalui kegiatan penataan
ruang, dengan penekanan pada pengendalian pemanfaatan ruang.
Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu wilayah langganan
bencana. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan
baik oleh faktor alam dan/atau non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Rencana penanggulangan bencana di suatu daerah merupakan amanat
dari Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana. Hal ini diperjelas lagi dalam Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum
Pengkajian Risiko Bencana. Rencana Penanggulangan Bencana merupakan
wujud dari upaya pemerintah terkait dengan perumusan program-program
kegiatan dan fokus prioritas penanggulangan bencana. Potensi kebencanaan
yang beragam, tingkat kerentanan yang cenderung tinggi serta tingkat
kapasitas penduduk yang masih kurang, diperlukan keberadaan sebuah
rencana terpadu yang berguna dalam menghadapi kondisi kebencanaan yang
ada.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pengkajian risiko bencana?
2. Apa saja indeks pengkajian risiko bencana?
3. Bagaimana penilaian risiko bencana tanah longsor di Desa Wanadri
Kecamatan Bawang Kabupaten Banjarnegara?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian pengkajian risiko bencana.
2. Untuk mengetahui indeks pengkajian risiko bencana.
3. Untuk mengetahui penilaina risiko bencana tanah longsor di Desa
Wanadri Kecamatan Bawang Kabupaten Banjarnegara.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN RISIKO BENCANA


Pengkajian risiko bencana merupakan bagian terpenting yang
digunakan sebagai dasar penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Pengkajian risiko bencana adalah sebuah pendekatan untuk memperlihatkan
potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu potensi bencana
yang mengancam. Potensi dampak negatif tersebut dihitung berdasarkan
tingkat kerentanan dan kapasitas kawasan tersebut sehingga pengkajian risiko
bencana sangat berkaitan dengan kajian bahaya, kerentanan, dan kapasitas.

B. INDEKS PENGKAJIAN RISIKO BENCANA


Indeks pengkajian risiko bencana meliputi komponen ancaman (bahaya),
kerentanan, dan kapasitas.
1) Ancaman (bahaya)
Ancaman (bahaya) adalah situasi, kondisi atau karakteristik biologis,
klimatologis, geografis, geologis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan
teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu
yang berpotensi menimbulkan korban dan kerusakan.
Dalam penyusunan peta ancaman risiko bencana, komponen-
komponen utama ini dipetakan dengan menggunakan perangkat GIS.
Pemetaan baru dapat dilaksanakan setelah seluruh data indikator pada
setiap komponen diperoleh dari sumber data yang telah ditentukan. Data
yang diperoleh kemudian dibagi dalam 3 kelas ancaman, yaitu rendah,
sedang dan tinggi. Peta ancaman gerakan tanah diperoleh dari overlay
beberapa parameter, diantaranya kondisi kelerengan, tutupan vegetasi,
jarak sesar/patahan, intensitas guncangan, dan curah hujan.
2) Indeks Kerentanan
Kerentanan merupakan kondisi masyarakat yang menyebabkan
ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bencana. Berdasarkan
peraturan Kepala BNPB Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana, kerentanan bencana tanah
longsor memiliki empat indeks penyusun yaitu: indeks kerentaan sosial,
indeks kerentanan ekonomi, indeks kerentanan fisik dan indeks kerentanan
lingkungan.
a) Indeks Kerentanan Sosial.
Kerentanan sosial menggambarkan jumlah penduduk yang memiliki
risiko terhadap ancaman bencana. Semakin tinggi kepadatan
penduduk maka semakin tinggi pula risiko bencana yang ditimbulkan.
Penduduk yang paling berisiko terhadap bencana adalah kelompok
rentan, kelompok rentan tidak bisa menyelamatkan diri apabila terjadi
bencana serta kemampuan memulihkan diri dari bencana yang rendah.
Kelompok rentan yaitu perempuan, keluarga miskin, penduduk cacat,
balita, dan lansia. Indikator yang digunakan untuk kerentanan sosial
adalah kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin, rasio kemiskinan,
rasio orang cacat, dan rasio kelompok umur. Indeks Kerentanan Sosial
diperoleh dari rata-rata bobot kepadatan penduduk (60%), kelompok
rentan (40%) yang terdiri dari rasio jenis kelamin (10%), rasio
kemiskinan (10%), orang cacat (10%), dan kelompok umur (10%).
b) Indeks Kerentanan Ekonomi
Berdasarkan Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 Tahun 2008,
kerentanan ekonomi menggambarkan besarnya kerugian atau
rusaknya kegiatan ekonomi (proses ekonomi) yang terjadi bila terjadi
bencana. Indikator yang digunakan untuk kerentanan ekonomi adalah
luas lahan produktif dalam rupiah (sawah, perkebunan, lahan
pertanian dan tambak) dan Pendapatan Desa.
c) Indeks Kerentanan Fisik
Kerentanan fisik atau infrastruktur menggambarkan perkiraan tingkat
kerusakan terhadap infrastruktur pada wilayah terancam bencana.
Indikator yang digunakan untuk kerentanan fisik adalah kepadatan
rumah (permanen, semi-permanen, dan non-permanen), ketersediaan
bangunan/fasilitas umum dan ketersediaan fasilitas kritis.
d) Indeks Kerentanan Lingkungan
Kerentanan lingkungan menunjukkan suatu kondisi suatu wilayah
yang rawan akan bencana. Indikator yang digunakan untuk kerentanan
lingkungan adalah penutupan lahan (hutan lindung, hutan alam, hutan
bakau/mangrove, rawa dan semak belukar). Bila longsor terjadi pada
wilayah indikator lingkungan mengakibatkan terganggunya
keseimbangan ekosistem dan turunnya pendapatan hasil hutan.
3) Kapasitas Bencana
Kapasitas merupakan seperangkat kemampuan yang memungkinkan
masyarakat untuk meningkatkan daya tahan terhadap efek bahaya yang
mengancam/merusak, dan meningkatkan ketahanan serta kemampuan
masyarakat untuk mengatasi dampak dari kejadian yang membahayakan.
Adanya ancaman dan kerentanan bencana menjadikan kapasitas mutlak
untuk dikembangkan. Semakin besar kapasitas dan kemampuan
masyarakat dalam mengelola bencana maka akan semakin kecil dampak
kerugian dan korban yang ditimbulkan.
Kapasitas bencana diperoleh bedasarkan Program Desa/Kelurahan
Tangguh Bencana pada suatu waktu. Indeks kapasitas diperoleh dengan
melaksanakan wawancara kepada pelaku penanggulangan bencana pada
suatu daerah.

C. PENILAIAN RISIKO BENCANA DI DESA WANADRI


BANJARNEGARA
1) Gambaran Umum Daerah
Desa Wanadri merupakan satu dari 18 desa di wilayah Kecamatan
Bawang, Kabupaten Banjarnegara. Wilayah Desa Wanadri didominasi
oleh perbukitan dengan ketinggian + 600 meter dari permukaan laut. Jarak
Desa Wanadri dengan kecamatan 14,6 km dan jarak dengan ibukota
kabupaten sejauh 19,6 km.
2) Tingkat Ancaman Bencana Tanah Longsor
Wilayah Desa Wanadri memiliki ancaman longsor yang tinggi, dalam
kurun waktu tiga tahun terakhir 2013-2016 terdapat 10 kejadian tanah
longsor. Total untuk rumah rusak berat 25 buah, rusak sedang 17 buah,
rusak ringan 8 buah, dan rumah terancam longsor sebanyak 54 buah.
Selain merusak rumah warga, longsor juga menutup jalan penghubung
antar dusun di Desa Wanadri serta merusak lahan pertanian penduduk.
Luas ancaman longsor tinggi di Desa Wanadri adalah 551,72 Ha dan luas
ancaman longsor sedang sebesar 76,8 Ha. Tingkat ancaman bencana
longsor di Desa Wanadri bernilai tinggi disebabkan oleh lima faktor
sebagai penyusun tingkat ancaman longsor berupa lereng yang curam,
tutupan vegetasi rendah, lokasi desa berada pada sesar/patahan, intensitas
guncangan pada tingkat sedang, dan curah hujan yang tinggi.

3) Tingkat Kerentanan Bencana Tanah Longsor


Wilayah Desa Wanadri sebagian besar mempunyai kerentanan longsor
sedang, hal ini dipengaruhi oleh faktor kelompok rentan yang terdampak
yaitu rasio jumlah penduduk perempuan 87,02% sebesar 2.207 jiwa, rasio
keluarga non sejahtera 95,76% yaitu 655 KK menunjukkan ketimpangan
ekonomi yang besar, dan kelompok umur 40,41% atau 1.365 jiwa.
Penduduk cacat di Desa Wanadri berjumlah 11 jiwa, yaitu 4 jiwa tuna
netra dan 7 bisu/tuli. Mata pencaharian penduduk Desa Wanadri sebagian
besar sebagai petani tradisional serta berpendidikan rendah. Perekonomian
berupa lahan produktif yang menjadi mata pencaharian masyarakat
sebagai petani juga bernilai tinggi lebih dari 200 juta dan pendapatan desa
memliki kerentanan tinggi. Lokasi fasilitas umum berada di wilayah
ancaman tinggi menyebabkan nilai kerentanan tinggi pula, fasilitas
pendidikan merupakan faktor penyumbang nilai tertinggi dalam
kerentanan tanah longsor (lebih dari 1 milyar). Hutan lindung memiliki
kerentanan tinggi karena memliki luas lebih dari 75 Ha. Kondisi rumah
warga dan kepadatan penduduk bernilai sedang menggambarkan tingkat
kesejahteraan ekonomi masih rendah.
4) Tingkat Kapasitas Bencana Tanah Longsor
Tingkat kapasitas bencana berdasarkan nilai Desa/Kelurahan Tangguh
Bencana Desa Wanadri termasuk Desa Tangguh Bencana Pratama dengan
nilai 20,51 dalam indeks kapasitas memiliki skor 0,333 atau rendah.
Penyebab rendahnya nilai kapasitas Desa Wanadri adalah rendahnya nilai
indikator/prioritas penyusun Desa/Kelurahan Tangguh Bencana.
Kurangnya sosialisasi pemerintah desa menyebabkan kecilnya partisipasi
masyarakat pada upaya membentuk sebuah peraturan desa tentang
penanggulangan bencana. Legislasi yang belum tersusun, sehingga pada
upaya-upaya mitigasi bencana tidak dapat dilaksanakan karena belum ada
payung hukum yang tetap. Pada tahap perencanaan penanggulangan
bencana yang memuat dokumen penanggulangan bencana juga belum
terbentuk. Legislasi dan kelembagaan berperan penting dalam keluarnya
anggaran desa dalam kegiatankegiatan penanggulangan bencana, selama
ini dana dalam penanggulangan risiko bencana diperoleh dari sumbangan
warga apabila sudah terjadi bencana.
Kurangnya pengetahuan, pelatihan, dan keterlibatan tokoh masyarakat
dan kelompok masyarakat menjadikan ketidakmampuan desa dalam
mengembangkan kapasitas. Penyelenggaraan penanggulangan bencana di
Desa Wanadri juga belum maksimal, sebab desa Wanadri belum memiliki
peta skala detil, jalur evakuasi, dan sistem peringatan dini bencana tanah
longsor yang memadai. Lemahnya legislasi, kelembagaan, pendanaan,
pengembangan kapasitas, dan penyelenggaraan penanggulangan bencana
menjadikan nilai tingkat kapasitas bencana tanah longsor di Desa Wanadri
yang rendah.

5) Tingkat Risiko Bencana Tanah Longsor


Risiko bencana tanah longsor di Desa Wanadri diklasifikasikan
menjadi tiga kelas berdasarkan risikonya, yaitu rendah, sedang, dan tinggi.
Wilayah Desa Wanadri yang masuk dalam kategori tinggi sebesar 87,18%,
sedang sebesar 12,23%, dan rendah 0,59%. Dusun Kalilandak memiliki
risiko bencana tanah longsor terluas, sedangkan Dusun Krajan Patoman
memiliki tingkat risiko bencana tinggi paling kecil. Tingginya risiko
bencana di sebagian besar wilayah Desa Wanadri dipengaruhi oleh faktor
fisik, dimana sebagian besar wilayah Desa Wanadri memiliki kemiringan
lereng yang curam, berada pada jalur patahan, curah hujan tinggi serta
tutupan vegetasi yang rendah menyebabkan wilayah desa Wanadri
memiliki tingkat ancaman yang tinggi. Nilai dari tingkat kerentanan tanah
longsor menggambarkan penduduk, harta, serta investasi di Desa Wanadri
yang terancam bahaya tanah longsor. Hal ini disebabkan penduduk
membangun rumah dan fasilitas umum pada daerah yang memiliki
ancaman tinggi, juga sebagian besar wilayah Desa Wanadri di gantungkan
pada sektor pertanian. Sehingga bila terjadi tanah longsor pada lahan
pertanian, maka akan terganggu pula aktifitas ekonomi warga. Tingkat
kapasitas yang rendah sangat berpengaruh terhadap tingginya risiko
bencana di Desa Wanadri. Hal ini di karenakan sebagian besar indikator
dalam program desa/kelurahan tangguh bencana masih pada tahap satu,
yaitu pada tahap upaya atau wacana. Rendahnya tingkat kapasitas di Desa
Wanadri dengan tingginya tingkat ancaman tentunya tidak bisa menekan
tingkat kerugian (kerentanan) yang ditimbulkan, sehingga menjadikan
tingginya tingkat risiko di Desa Wanadri.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Pengkajian risiko bencana merupakan bagian terpenting yang digunakan


sebagai dasar penyelenggaraan penanggulangan bencana. Pengkajian risiko
bencana adalah sebuah pendekatan untuk memperlihatkan potensi dampak negatif
yang mungkin timbul akibat suatu potensi bencana yang mengancam.
Indeks pengkajian risiko bencana meliputi komponen ancaman (bahaya),
kerentanan, dan kapasitas. Ancaman (bahaya) adalah situasi, kondisi atau
karakteristik biologis, klimatologis, geografis, geologis, sosial, ekonomi, politik,
budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu
tertentu yang berpotensi menimbulkan korban dan kerusakan. Kerentanan bencana
memiliki empat indeks penyusun yaitu: indeks kerentaan sosial, indeks kerentanan
ekonomi, indeks kerentanan fisik dan indeks kerentanan lingkungan. Sedangkan
Kapasitas bencana diperoleh bedasarkan Program Desa/Kelurahan Tangguh
Bencana pada suatu waktu. Indeks kapasitas diperoleh dengan melaksanakan
wawancara kepada pelaku penanggulangan bencana pada suatu daerah.
Desa Wanadri memiliki ancaman bencana tanah longsor pada tingkat
sedang sampai tinggi. Tingkat ancaman sedang seluas 76,81 Ha dan tingkat
ancaman tinggi dengan luas 551,7 Ha. Sedangkan tingkat kerentanan bencana
tanah longsor di Desa Wanadri berkisar dari rendah rendah seluas 3,7 Ha dan luas
kerentanan sedang sebesar 624,81 Ha. Tingkat kapasitas bencana di Desa Desa
Wanadri tergolong rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun


2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Resiko Bencana. Jakarta: BNPB.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor. 22/ PRT/M/2007 Tentang Pedoman


Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor. Departemen Pekerjaan
Umum. Direktorat Jenderal Penataan Ruang. Jakarta

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang


Penanggulangan Bencana. 2007. Jakarta: Kementrian Hukum dan HAM
Republik Indonesia.

Khasyir, Aji & Setyaningsih. 2016. PENILAIAN RISIKO BENCANA TANAH LONGSOR
DESA WANADRI KECAMATAN BAWANG KABUPATEN BANJARNEGARA.
https://journsl.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage

Anda mungkin juga menyukai