2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bencana alam maupun akibat ulah manusia. Provinsi Jawa Barat masuk kedalam
bencana yang ada di indonesia yaitu Tanah longsor dimana sering terjadi di
dataran tinggi.
mengakibatkan 8.733 korban meninggal dunia dan 569,4 juta jiwa mengalami
Studi kasus yang penulis ambil yaitu dari Faizana Fina, Laila Nugraha
Tahun 2012 untuk pemetaan kerentanan dan kapasitas bencana tanah longsor.
Hasil sebaran peta risiko bencana tanah longsor Kota Semarang terdapat tingkat
sosialisasi bencana, usaha antisipasi bencana, dan posko tanggap darurat, yang
diolah berdasarkan data BPBD dan statistik dengan unit terkecil klasifikasi adalah
B. Tujuan Penulisam
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
Semarang
b. Mengetahui faktor- faktor yang menghambat dan mendukung
bencana adalah kehancuran ekologis yang luas baik secara fisik maupun
disebabkan oleh alam atau manusia, berbentuk kejadian yang serius atau
tidak nampak (atau lambat, seperti pada kekeringan), dalam skala yang
tidak dapat ditangani oleh sumberdaya yang ada, dan komunitas yang
internasional.
yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
(Linda, 2011)
C. Kemungkinan Bencana Yang Ada di Daerah
sejarah kebencanaan) dan mungkin akan terjadi di masa yang akan datang,
Penggunaan Lahan.
jangka waktu tertentu tidak dapat atau tidak mampu mencegah, meredam,
pemerintah daerah).
BAB III
Studi kasus yang penulis ambil yaitu dari Faizana Fina, Laila Nugraha
Arief, & Darmo Yuwono Bambang (2015). Pemetaan Risiko Bencana Tanah
from
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/download/7669/7429.
No.2 Tahun 2012 untuk pemetaan kerentanan dan kapasitas bencana tanah
longsor.
3. Hasil penilaian tingkat risiko bencana tanah longsor kota semarang dengan
dua metode yaitu VCA modifikasi dan PERKA BNPB menujukkan bahwa
kondisi sebenarnya.
4. Hasil sebaran peta risiko bencana tanah longsor Kota Semarang terdapat
tanggap darurat, yang diolah berdasarkan data BPBD dan statistik dengan
1) Aktor utama
Dalam pelaksanaan program KSB yang menjadi aktor utamanya
c. Ketetapan Target
1) Sasaran Program
2) Respon Masyarakat
d. Ketapatan Lingkungan
1) Lingkungan Internal
pra bencana hingga pasca bencana dalam bentuk kerja sama dan
2) Lingkungan Eksternal
Peran media massa baik media cetak maupun elektronik atau
e. Ketepatan Proses
Strategic readiness.
1) Kesiapan Pelaksana
2) Kesiapan Masyarakat
3) Pendampingan
sesuai dengan harapan apabila tidak ada dukungan dari pihak lain.
b. Faktor penghambat
barang.
Bencana (KSB).
Tanah Longsor
a. Mitigasi
Sipil Negara tingkat Kelurahan, Ketua RT/RW, dan juga pihak terkait
Semuanya saling terkait satu sama lain dalam rangka untuk mencegah
masyarakat setempat.
rutin dilakukan oleh BPBD kepada KSB dan KTB, agar dapat berperan
b. Kesiapsiagaan
1) Rencana Kontigensi
Peta rawan bencana dan peta risiko bencana merupakan salah satu
agar memetakan wilayah atau daerah mana saja yang rawan dan
3) Peringatan Dini
Daya Tanggap
Semarang saja yang mempunyai peran pada saat darurat bencana tanah
banjir oleh BPBD ketika bencana itu terjadi adalah sifatnya fleksibel.
Ketika ada laporan bencana tanah longsor terjadi di suatu tempat, maka
b. Pemberian logistik
masyarakat yang terkena tanah longsor tidak terlalu parah, maka tidak
3. Pasca Bencana
bencana banjir.
1) Sektor kesehatan
b. Bantuan sosial
pelaksana.
Dalam hal pemberian bantuan sosial ini tugas dari Bidang III
yang berhak untuk dapat diberi bantuan sosial. Bantuan sosial yang
mengalami kerusakan. Hanya tiga (3) jenis akibat yang dapat diberi
bantuan sosial.
Kota Semarang
bencana tertentu, seperti bencana banjir. Artinya adalah, bahwa anggaran yang
apapun, baik bencana banjir, tanah longsor, puting beliung, kekeringan, dan
yaitu Bidang I, Bidang II, dan Bidang III yang dimana program
Semarang
Daerah (BPBD) Kota Semarang ada dua jenis, yaitu pengawasan secara
dilakukan dari atasan kepada bawahannya. Dari kepala BPBD Kota Semarang
hingga yang berada paling bawah yaitu pegawai staf. Pengawasan dilihat dari
kinerja setiap setahun sekali, sehingga dapat dilihat kinerja yang dicapai oleh
Maesaroh (2020)
1. Karakteristik Organisasi: Karateristik organisasi dapat mempengaruhi
tupoksi sesuai dengan peraturan daerah bertanggung jawab atas apa yang
masing seksi yang outsorsing fokus ada penanganan bencana dan asnnya
kelapangan juga.
sebagai suatu sistem yang kompleks dimana terdapat berbagai faktor yang
saling memberikan pengaruh timbal balik satu sama lain denan cara
mengisi satu sama lain jika ada kekurangan staff yang satu membantu dan
memberikan arahan.
3. Karakteristik Pekerja: Karakteristik Pekerja merupakan faktor yang paling
perbedaan itu sangat penting dalam upaya mencapai tujuan organisai. Jadi
organisasi. Hal ini staf sangat tertarik karna sudah berasal dari ilmu sosial
maka mempunyai jiwa sosial yang tinggi dan kebersamaan yang kuat dan
juga empati. Kemantapan staf :juga mantap karena sudah panggilan jiwa
dan sudah ada acuan yaitu tupoksi masing-masing, agar lebih mantap
Kekompakan tetap dijaga satu rasa istilahnya korsa dan selalu siap siaga
membantu kapanpun dimanapun dan jam berapa pun kita harus tetap
harus bisa vertikal resque, water resque yang memiliki setiap anggota
1. Pencapaian Tujuan
dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan
dan instansi lain yang terkait bisa bermacam - macam dalam rangka
ikut serta. Rapat dinas dan juga apel pagi menjadi sebuah wadah dalam
dibahas. Peningkatan kualitas ada juga yang setiap hari jumat dan jika
ada waktu luang latihan peningkatan diri sendiri jika ada bencana
yang peduli terhadap bencana dan setelah itu ditindak lanjuti dengan
apalagi bencana yang ada di pelosok. Setiap tahun ada binteg sar
Peta rawan bencana longsor ini sangat diperlukan sebagai dasar bagi
kegiatan berlangsung.
jam dan selalu on call/quick respon non stop jika ada laporan dari
tanggap jika ada bencana dan segera berangkat kelapangan dan cek
lokasi kalau butuh logistik dan personil yang banyak segera di berikan
dan harus selalu siap siaga ketika ada berita langsung berangkat.
2. Adaptasi
situasi maupun kondisi yang tak menentu. Apabila BPBD dapat mengatasi
efektif.
saja yang mau dievaluasi selanjutnya agar lebih baik lagi kedepannya.
b. Respon staf/pegawai dalam menghadapi ketidaksesuaian pada saat
bencana. Respon kita suka tidak suka mau tidak mau harus kita
3. Integrasi
integrasi diharapkan organisasi satu dengan yang lain dapat saling mengisi
butuh alat dan saat itu alatnya juga dipakai oleh dinas lain otomatis
PEMBAHASAN
karena didalam nya menyangkut banyak faktor dan jika salah dalam
menangani hal ini bisa berakibat fatal bagi SDM yang ada. Kota Semarang
longsor, kebakaran, dll, maka dari itu kita harus mempersiapkan diri baik
dari segi SDM dan peralatan yang memadai. Dari paparan yang telah kita
baca diatas maka tentunya kita perlu pembahasan pengetahuan sejak dini
Semarang, agar hal itu dapat meminimalisir bencara yang akan terjadi.
Bencana Tanah Longsor Kota Semarang, perlu kita ketahui dan pelajari
bertepatan dibawah perbukitan atau bantaran sungai karena hal ini bisa
rawan longsor.
hal ini terkait apakah kemungkinan bencana ini berskala kecil atau besar.
Bencana itu bisa saja terjadi kapan saja, dimana saja, dan tanpa
mengenal siapa korbannya, akan tetapi hal itu bisa kita minimalisir jika
Misalkan bencana tanah longsor dan banjir, biasanya bencana ini banyak
terjadi di musim hujan. Apa yang harus kita persiapkan jika bencana
tersebut terjadi, jika di daerah tersebut terkenal daerah banjir dan longsor
canggih untuk mengetahui tentang adanya potensi bencana alam banjir dan
tanah longsor, maka dari itu perlu sinergisitas antara masyrakat setempat
yang terdampak dengan pemerintah daerah dalam hal ini BPBD dan TIM
SAR setempat bahkan PMI guna melakukan tindakan cepat jika terjadi
bencana dan ada korban jiwa. Selain itu masyarakat secara terus menerus
kemarau karena panas yang terlalu lama. Kebakaran terjadi jika ada
daerah-daerah yang mempunyai bukit atau hutan dan bisa rentan terbakar
karena musim kemarau. Hal ini juga bisa terjadi di daerah-daerah yang
tersebut.
bencana kebakaran, maka dari itu perlu sinergisitas antara seluruh lapisan
ini petugas PMK dan TIM SAR setempat bahkan PMI guna melakukan
tindakan cepat jika terjadi bencana dan ada korban jiwa untuk segera
akan datang bencana dengan baik dan benar dan selalu berdoa agar semua
saat itu bantuan dari berbagai pihak di seluruh penjuru tanah air maupun
dari luar negeri mengalir tanpa henti dan begitu berlimpah. Namun, belum
alat angkut dan bandara serta terpencilnya daerah yang dituju, tidak
mencapai lokasi bencana menjadi sangat vital. Selain itu respons yang
penting, apalagi melihat dari kondisi kerugian serta jumlah korban yang
dengan namanya, bukan hanya koordinatif dalam hal bantuan dan kerja
sama dengan semua stakeholder dan pihak luar negeri. Sejak berlakunya
menunjukkan bahwa Bakornas tidak diberi tahu apa yang telah dilakukan
atau bisa juga Bakornas selama ini membuat kebijakan, tetapi tidak
kebijakan penyediaan dana pusat. Jika dirunut ini dimulai dari ketiadaan
lagi benarkah sebuah komite atau badan dapat menangani sebuah bencana
peran lembaga yang dulu tidak pernah diikutkan atau kontribusinya tidak
dalam proses koordinasi pada saat penanganan bencana. Saat ini kita
jalan dan jembatan. Hal ini menyebabkan sebagian besar lembaga pemberi
bantuan yang berada di lapangan pada masa awal tanggap darurat terpaksa
jumlah dan jenis barang bantuan apa saja yang telah disalurkan oleh
bantuan yang komprehensif maupun kondisi dari tiap lokasi yang terkena
bencana juga tidak tersedia. Hal ini menyebabkan hampir seluruh lembaga
tanggap bencana.
strategis yang akan diambil. Hasil analisis ini diharapkan tersedia pada
Bencana
dilakukan karena dukungan validitas dari hasil analisis data yang dibuat.
BNPB.
penyebaran data.
c. Penyedia informasi sehingga memungkinkan komunitas
bencana.
buatan.
secara online dan real time sehingga situasi dan kondisi daerah
pemberian bantuan.
sasaran.
Hal ini antara lain disebabkan karena BNPB merupakan sebuah lembaga
yang baru dibentuk pada tahun 2008 berdasarkan UU No. 24/2007 tentang
oleh sistem informasi BNPB antara lain seperti data demografi, peta
topografi, peta lokasi rawan bencana, dan citra satelit. Pada periode
digantikan oleh sistem baru. Tahap konversi ini tidak akan dilakukan oleh
sistem yang sama sekali baru dan tidak bersifat menggantikan sistem yang
pada tahap ini dilakukan proses analisis oleh pengguna dan ahli sistem
keempat.
rigid dan berbiaya besar serta tidak cocok untuk diterapkan terhadap
diinginkan dapat tercapai secara tepat. Tetapi pendekatan ini juga memiliki
lingkungan produksi.
cara-cara tradisional.
sangat dinamis, penuh ketidakpastian, dan tidak stabil. Begitu pula metode
metode ini kurang tepat untuk digunakan karena data atau informasi yang
dihasilkan oleh sistem informasi BNPB harus dapat terkontrol dengan baik
bencana.
bumi.
kondisi di lapangan.
layanan penyimpanan data yang masuk dan keluar dari sistem. Di dalam
sistem ini, data atau informasi harus dikelola dan disimpan dengan baik.
Kualitas dari data yang ada, termasuk formatnya, juga harus dikontrol
kerusakan.
Sistem Manajemen dan Pengolahan Data merupakan pusat dari
database, dimana data dan informasi tersedia secara online dan real-time,
dalam menghadapi bencana. Fungsi utama lainnya yang juga vital sebagai
alat bantu koordinasi, komunikasi dan penghubung bagi semua pihak yang
teknologi tidak akan dapat menyelesaikan semua masalah yang ada, tetapi
yang tersedia, serta daftar kebutuhan, hal itu akan membuat perencanaan
dari setiap bencana, pihak lokal yang berwenang harus dapat membuat
keputusan secara cepat dalam waktu yang terbatas. Tetapi peringatan yang
kemanusiaan juga telah melakukan hal yang sama, tetapi adopsi teknologi
informasi ini kurang terlalu berhasil. Hal ini biasanya disebabkan beberapa
melibatkan semua pihak dan didukung dengan infrastruktur yang memadai dalam
tanggap darurat bencana menjadi hal yang sangat penting. Penerapan teknologi
informasi yang efektif juga memainkan peranan yang sangat penting dalam
Faizana Fina, Laila Nugraha Arief, & Darmo Yuwono Bambang (2015).
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/download/7669/742
Doi: 10.14710/jppmr.v9i1.26407
https://media.neliti.com/media/publications/99848-ID-implementasi-
program-kelurahan-siaga-ben.pdf
of Conservation Volume 04, Nomor 1, tahun 2015 [ISSN: 2252-9195] Hlm. 1—8
Bencana Di Pulau Sulawesi. Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 40-52 : ISSN 2085-7020