Anda di halaman 1dari 13

MODEL PENILAIAN BENCANA

Nama kelompok II
1. Damiana Welerubun(12114201190049)
2. Erna Telehala(12114201190064)
3. Geraldy Adriaanz(12114201190092)
4. Hanna Metekohy(12114201190099)
5. Henynisa Sipahelut(12114201190103)
6. Ireine Talahaturuson(12114201190109)
7. Jamita Soissa(12114201190117)
8. Jenny Sosale(12114201190123)
9. Julivia Metekohy(12114201190129)
10. Knil Muskita(12114201190134)
11. Lenda Tuhumury(12114201190140)
12. Livi yanti Souripet(12114201190150)
13. Lusy Balriyanan(12114201190151)
A. PENGERTIAN PENGKAJIAN ATAU PENILAIAN
RESIKO
 Pengkajian atau penilaian risiko bencana dilaksanakan dengan
mengkaji dan memetakan tingkat bahaya, tingkat kerentanan
dan tingkat kapasitas berdasarkan indeks bahaya, indeks
penduduk terpapar, indeks kerugian dan indeks kapasitas
( Ruswandi, 2014 ).
 Pengkajian atau penilaian resiko bencana merupakan sebuah
pendekatan untuk memperlihatkan potensi dampak negatif
yang mungkin timbul akibat suatu potensi bencana yang
melanda titik potensi dampak negatif yang timbul dihitung
berdasarkan tingkat kerentanan dan kapasitas kawasan
tersebut. Potensi dampak negatif ini dilihat dari potensi
jumlah jiwa yang terpapar, kerugian harta benda dan
kerusakan lingkungan. ( BNPB, 2012 ).
Berdasarkan pendekatan tersebut terlihat bahwa tingkat resiko
bencana amat bergantung pada :
 Tingkat ancaman kawasan

 Tingkat keren tanam kawasan yang terancam

 Tingkat kapasitas kawasan yang terancam

 Upaya pengkajian resiko bencana

pada dasarnya adalah menentukan besaran 3 komponen resiko


tersebut dan menyajikan nya dalam bentuk spesial maupun non
spesial agar mudah dimengerti titik pengkajian resiko bencana
digunakan sebagai landasan penyelenggaraan penanggulangan
bencana di suatu kawasan, penyelenggaraan ini dimaksudkan
untuk mengurangi resiko bencana.
Upaya pengurangan risiko bencana berupa :
 Memperkecil ancaman kawasan

 Mengurangi kerentanan kawasan yang terancam

 Meningkatkan kapasitas kawasan yang terancam


B. Prinsip/pengkajian Resiko Bencana

 Pengkajian atau penilaian resiko bencana memiliki ciri


khas yang menjadi prinsip pengkajian. oleh karenanya
pengkajian dilaksanakan berdasarkan :
 Data dan segala bentuk rekaman kejadian yang ada

 Integrasi analisis probabilitas kejadian ancaman dari parah


ahli dengan kearifan lokal masyarakat
 Kemampuan untuk menghitung potensi jumlah jiwa
terpapar, kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan
 Kemampuan untuk diterjemahkan menjadi kebijakan
pengurangan resiko bencana
C. Fungsi Pengkajian Risiko Bencana

Pada tatanan pemerintah, hasil dari pengkajian resiko bencana


digunakan sebagai dasar untuk menyusun kebijakan
penanggulangan bencana. Kebijakan ini nantinya merupakan
dasar bagi penyusunan rencana penanggulangan bencana yang
merupakan mekanisme untuk Memgharusutamakan
penanggulangan bencana dalam rencana pembangunan. Pada
tatanan mitra pemerintah hasil dari pengkajian resiko bencana
digunakan sebagai dasar untuk melakukan aksi pendampingan
maupun intervensi teknis langsung ke komunitas terpapar
untuk mengurangi risiko bencana. Pendampingan dan
intervensi paramitra harus dilaksanakan dengan koordinasi
dan sinkronisasi terlebih dahulu dengan program pemerintah
dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
D. Pengkajian Resiko Bencana

Pengkajian resiko bencana dapat dilaksanakan oleh lembaga


manapun baik akademis, dunia usaha maupun LSM ataupun
organisasi lainnya asal tetap dibawah tanggung jawab
pemerintah dan pemerintah daerah dengan menggunakan
metode yang telah ditetapkan oleh BNPB.
Komponen pengkajian resiko bencana terdiri dari ancaman,
kerentanan dan kapasitas. Komponen ini digunakan untuk
memperoleh tingkat risiko bencana suatu kawasan dengan
menghitung potensi jiwa terpapar, kerugian harta benda dan
kerusakan lingkungan
1. Prasyarat umum
2. Metode umum
3. Metode penyusunan peta risiko bencana
4. Metode penyusunan dokumen kajian risiko
bencana
5. Korelasi penyusunan peta dan dokumen kajian
E. Metode Perhitungan Indeks
 Pengkajian resiko bencana disusun berdasarkan indeks
indeks yang telah ditentukan indeks tersebut terdiri dari
indeks ancaman, indeks penduduk terpapar, indeks
kerugian dan indeks kapasitas. Kecuali indeks kapasitas
indeks indeks yang lain amat bergantung pada jenis
ancaman bencana titik dibedakan berdasarkan kawasan
administrasi. Pengkhususan ini disebabkan indeks kapasitas
difokuskan kepada institusi pemerintah di kawasan kajian.
 Indonesia secara garis besar memiliki 13 ancaman bencana
titik ancaman tersebut adalah : gempa bumi, tsunami, banjir
tanah longsor letusan gunung api, gelombang ekstrim dan
abrasi, cuaca ekstrem, kekeringan, kebakaran hutan dan
lahan, kebakaran gedung dan pemukiman epidemi dan
wabah penyakit, gagal teknologi dan konflik sosial.
1. Analisis tingkat risiko bencana kabupaten/kota
 Klasifikasi data data yang digunakan merupakan data hasil
kajian risiko yang terdiri dari data : bahaya per jenis
bencana, jiwa terpapar per jenis bencana, kerugian jenis
bencana, kerusakan lingkungan jenis bencana dan kapasitas
pemerintah daerah per kabupaten/kota
 Pembobotan

2. Analisis tingkat resiko bencana provinsi


Data yang digunakan pada analisis tingkat risiko provinsi
adalah data klasifikasi tingkat risiko bencana kabupaten/kota
pada provinsi yang akan dianalisis. Data lainnya adalah jumlah
kabupaten dan kota di provinsi tersebut dengan menggunakan
scoring maksimal ( S maks ) dan scoring minimal ( S min ),
klasifikasi tingkat resiko bencana tingkat provinsi adalah
sebagai berikut :
 Di mana :
 Tingkat resiko rendah, nilai : 1

 Tingkat resiko sedang, nilai : 2

 Tingkat resiko tinggi, nilai : 3

 N = jumlah kabupaten/kota dalam provinsi tersebut

 Smin = N x 1

 SMaks = N x 3

 X = ( SMaks - Smin )/3

 Penggunaan metodologi ini dapat berubah pada waktu


mendatang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi titik pembaruan data akan terus dilakukan dan
bekerjasama dengan instansi terkait dan pemerintah daerah.
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai