Anda di halaman 1dari 42

KAJIAN RISIKO BENCANA

Ns. Seven Sitorus, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kep.MB


Pengertian

Perangkat untuk menilai kemungkinan dan besaran kerugian akibat


ancaman yang ada (BNPB, 2012)

Merupakan sebuah pendekatan untuk memperlihatkan potensi


dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu potensi
bencana yang melanda (BNPB, 2012)

The Global Assessment Report on Disaster Risk Reduction (GAR) is a


biennial global assessment of disaster risk reduction and
comprehensive review and analysis of the natural hazards that are
affecting humanity (United Nations Office for Risk Reduction, 2015)
Tujuan
Memberikan panduan yang memadai bagi setiap
daerah dalam mengkaji risiko setiap bencana yang
ada di daerahnya

Mengoptimalkan penyelenggaraan
penanggulangan bencana di suatu daerah dengan
berfokus kepada perlakukan beberapa parameter
risiko dengan dasar yang jelas dan terukur

Menyelaraskan arah kebijakan penyelenggaraan


penanggulangan bencana antara pemerintah
pusat, provinsi dan kabupaten/ kota dalam
kesatuan tujuan
Ruang Lingkup
Pengkajian tingkat ancaman

Pengkajian tingkat kerentanan

Pengkajian tingkat kapasitas

Pengkajian tingkat risiko bencana

Kebijakan penanggulangan bencana berdasarkan


hasil kajian dan peta risiko bencana
Kajian Risiko Bencana
Risiko = Hazard x Vulnerability
Capacity

Tidak dapat disamakan dengan rumus matematika


Pendekatan ini digunakan untuk memperlihatkan
hubungan antara ancaman, kerentanan dan kapasitas
yang membangun perspektif tingkat risiko bencana
suatu kawasan
Tergambar bahwa tingkat risiko bencana amat
bergantung pada  tingkat ancaman kawasan, tingkat
kerentanan kawasan yang terancam, tingkat kapasitas
kawasan yang terancam
RISIKO BENCANA
Bahaya (hazard)  suatu kondisi/peristiwa yang
mempunyai potensi untuk menyebabkan terjadinya
kecelakaan, cidera, kehilangan nyawa atau harta benda.

Kerentanan (vulnerability)  suatu kondisi dari suatu


komunitas atau masyarakat yang mengarah atau
menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi
ancaman bencana

Kapasitas  kemampuan daerah dan masyarakat untuk


melakukan tindakan pengurangan Tingkat Ancaman dan
Tingkat Kerugian akibat bencana.
Upaya Pengurangan Risiko Bencana

Memperkecil ancaman
kawasan

Mengurangi Meningkat kan


kerentanan kawasan kapasitas kawasan
yang terancam yang terancam
Prinsip Pengkajian Risiko Bencana

Pengkajian dilaksanakan berdasarkan:

Data dan segala bentuk rekaman kejadian yang ada

Integrasi analisis probabilitas kejadian ancaman dari para


ahli dengan kearifan lokal masyarakat

Kemampuan untuk menghitung potensi jumlah jiwa


terpapar, kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan
Fungsi Pengkajian Risiko Bencana

Tatanan • Digunakan sebagai dasar menyusun kebijakan


penanggulangan bencana
pemerintah

Tatanan mitra • Digunakan sebagai dasar melakukan aksi


pendampingan maupun intervensi teknis langsung ke
pemerintah komunitas terpapar untuk mengurangi risiko bencana

Tatanan • Digunakan sebagai salah satu dasar untuk menyusun


aksi praktis praktis dalam rangka kesiapsiagaan,
masyarakat seperti menyusun rencana dan jalur evakuasi,
umum pengambilan keputusan daerah tempat tinggal dsb
Hubungan kajian kab/kota, provinsi, & pusat

Pemerintah
pusat/daerah

Provinsi

Kabupaten/kota
Pengkaji Risiko Bencana

Pemerintah
pusat/daerah

Akademisi Dunia usaha

Organisasi lainnya LSM


Masa berlaku kajian
• Masa berlaku kajian risiko bencana daerah adalah
5 tahun. Hal ini disebabkan karena salah satu
fungsi utama kajian ini adalah untuk menjadi
dasar penyusunan Rencana Penanggulangan
Bencana.

• Kajian risiko bencana dapat ditinjau secara


berkala setiap 2 tahun atau sewaktu-waktu
apabila terjadi bencana dan kondisi ekstrim yang
membutuhkan revisi dari kajian yang telah ada.
Prasyarat Umum pengkajian
1. Memenuhi aturan tingkat kedetailan analisis (kedalaman analisis di
tingkat nasional minimal hingga kabupaten/kota, kedalaman analisis di
tingkat provinsi minimal hingga kecamatan, kedalaman analisis di
tingkat kabupaten/kota minimal hingga tingkat kelurahan/desa/kam-
pung/nagari).
2. Skala peta minimal adalah 1:250.000 untuk provinsi; peta dengan
skala 1:50.000 untuk kabupaten/kota di Pulau Sumatera, Kalimantan
dan Sulawesi; peta dengan skala 1:25.000 untuk kabupaten/kota di
Pulau Jawa dan Nusa Tenggara.
3. Mampu menghitung jumlah jiwa terpapar bencana (dalam jiwa).
4. Mampu menghitung nilai kerugian harta benda dan kerusakan
lingkungan (dalam rupiah).
5. Menggunakan 3 kelas interval tingkat risiko, yaitu tingkat risiko tinggi,
sedang dan rendah.
6. Menggunakan GIS dengan Analisis Grid (1 ha) dalam pemetaan risiko
bencana.
Metode Pemetaan Risiko Bencana
Indek Ancaman
Kemungkinan terjadi Peta
Vs ancaman
Besaran dampak tercatat

Indek Kerugian
Komponen ekonomi, fisik &
lingkungan Peta Peta Risiko
kerentanan Bencana
Indek Penduduk Terpapar
Komponen sosial budaya

Indek Kapasitas
Komponen kelembagaan, Peta
peringatan dini, pendidikan, kapasitas
mitigasi, kesiapsiagaan
Metode Penyusunan Dokumen Risiko Bencana

Indek Kerugian
Komponen ekonomi, fisik Tingkat
& kerugian
lingkungan

Indek Ancaman
Kemungkinan terjadi vs
Besaran dampak tercatat Tingkat
Tingkat
Risiko
ancaman
Indek Penduduk Terpapar Bencana
Komponen sosial budaya

Indek Kapasitas
Komponen kelembagaan, Tingkat
peringatan dini, pendidikan, kapasitas
mitigasi, kesiapsiagaan
Metode Pengkajian Risiko Bencana

Pengkajian Intensitas, probabilitas


Risiko Ancaman kejadian
Bencana

Sosial budaya, ekonomi, fisik,


Kerentanan lingkungan

Regulasi, kelembagaan,
Kapasitas sistem peringatan,pendidikan
pelatihan keterampilan,
mitigasi, sistem kesiapsiagaan
Hasil Pengkajian Risiko Bencana

• Menghasilkan landasan penentuan


Peta risiko tingkat risiko bencana

bencana

Dokumen • Menyajikan kebijakan minimum


penanggulangan bencana daerah
kajian risiko guna mengurangi jumlah jiwa
terpapar, kerugian harta benda &
bencana kerusakan lingkungan
Metode penghitungan indeks
13 Ancaman Bencana di Indonesia
1. Gempabumi
2. Tsunami
3. Banjir
4. Tanah Longsor
5. Letusan Gunung Api
6. Gelombang Ekstrim dan Abrasi
7. Cuaca Ekstrim
8. Kekeringan
9. Kebakaran Hutan dan Lahan
10. Kebakaran Gedung dan Pemukiman
11. Epidemi dan Wabah Penyakit
12. Gagal Teknologi
13. Konflik Sosial
Indeks Ancaman Bencana

Disusun berdasarkan 2 komponen utama:

Besaran dampak yang


Kemungkinan terjadi
pernah tercatat untuk
suatu ancaman
bencana yang terjadi
Komponen Indeks Ancaman Bencana
No. Bencana Komponen/ Indikator
1. Gempa bumi 1. Peta bahaya gempa bumi
2. Peta zonasi gempa bumi 2010 (divalidasi dengan data
kejadian)
2. Tsunami Peta estimasi ketinggian genangan tsunami/ peta bahasa
tsunami
3. banjir Peta zonasi daerah rawan banjir (divalidasi dengan data
kejadian)
4. Tanah longsor Peta bahaya gerakan tanah (divalidasi dengan data
kejadian)
5. Letusan gunung api Peta Kawasan Rawan Bencana/ KRB (divalidasi dengan data
kejadian)
6. Kekeringan Peta bahaya kekeringan
7. Gelombang ekstrim 1. Tinggi gelombang
& abrasi 2. Arus
3. Tutupan lahan/ vegetasi pesisir
4. Bentuk garius pantai
Komponen Indeks Ancaman Bencana
No. Bencana Komponen/ Indikator
8. Cuaca ekstrim (angin 1. 1. lahan terbuka
putting beliung) 2. Kemiringan lereng
3. Curah hujan tahunan
9. Kebakaran hutan & 1. Jenis hutan & lahan
lahan 2. Iklim
3. Jenis tanah
10. Kebakaran gedung & 1. Frekuensi (sejrah kejadian – 60%)
pemukiman 2. Dampak (kerugian ekonoomi – 40%)
3. Korban meninggal
4. Luka berat
11. Epidemi & wabah Kepadatan timbulnya malaria (KTM)
penyakit Kepadatan timbulnya demam berdarah (KTDB)
Kepadatan timbulnya HIV/ AIDS (KTHIV/ AIDS)
Kepadatan timbulnya campak (KTC)
Kepadatan penduduk
12. Gagal teknologi Jenis industri
Kapasitas
13. Konflik sosial 1. Frekuensi kejadian – historikal (60%)
2. dampak akibat kejadian (historikal – 40%)
Identifikasi Jenis Ancaman (Hazard)

Hazard SNI Hazard non SNI


Tsunami
Gempa bumi
Konflik sosial
Kegagalan teknologi
Longsor
Epidemi & wabah penyakit
Kebakaran gedung & pemukiman
Gunung api
Kebakaran hutan & lahan
Cuaca ekstrim
Banjir kekeringan
Gelombang ekstrim & abrasi

SNI: jenis hazard (peta ancaman) telah dikeluarkan oleh Kementerian/Lembaga terkait
Indeks Kerentanan

• Kepadatan penduduk
Kerentanan sosial • Kepekaan sosial

Kerentanan • PDRB per sektor


ekonomi • Penggunaan lahan (kawasan budidaya)

• Kerentanan bangunan
Kerentanan fisik • Kerentanan prasarana

Kerentanan • Penggunaan lahan (kawasan lindung)


ekologi
Komponen Indeks Penduduk Terpapar
No. Bencana Komponen/ indikator
1. Gempa bumi Sosial budaya – kepadatan penduduk, kelompok rentan
2. Tsunami Sosial budaya – kepadatan penduduk, kelompok rentan
3. Banjir Sosial budaya – kepadatan penduduk, kelompok rentan
4. Tanah longsir Sosial budaya – kepadatan penduduk, kelompok rentan
5. Letusan gunung Sosial budaya – kepadatan penduduk, kelompok rentan
api
6. Kekeringan Sosial budaya – kepadatan penduduk, kelompok rentan
7. Gelombang Sosial budaya – kepadatan penduduk, kelompok rentan
ekstrim & abrasi
8. Kekeringan Sosial budaya – kepadatan penduduk, kelompok rentan
9. Kebakaran hutan Sosial budaya – kepadatan penduduk, kelompok rentan
& lahan
10. Kebakaran gedung Sosial budaya – kepadatan penduduk, kelompok rentan
& pemukiman
Komponen Indeks Penduduk Terpapar
No. Bencana Komponen/ indikator
11. Epidemi & wabah Sosial budaya – kepadatan penduduk, kelompok rentan
penyakit
12. Gagal teknologi Sosial budaya – kepadatan penduduk, kelompok rentan
13. Konflik sosial Sosial budaya – kepadatan penduduk, kelompok rentan
Komponen Indeks Kerugian
No. Bencana Komponen/ indikator
1. Gempa bumi Ekonomi: luas lahan produktif, kontribusi PDRB per sektor
Fisik:rumah, fasum, fas.kritis
2. Tsunami Ekonomi: luas lahan produktif, kontribusi PDRB per sektor
Fisik:rumah, fasum, fas.kritis
3. Banjir Ekonomi: luas lahan produktif, kontribusi PDRB per sektor
Fisik:rumah, fasum, fas.kritis
4. Tanah longsor Ekonomi: luas lahan produktif, kontribusi PDRB per sektor
Fisik:rumah, fasum, fas.kritis
5. Letusan gunung Ekonomi: luas lahan produktif, kontribusi PDRB per sektor
api Fisik:rumah, fasum, fas.kritis
6. Gelombang Ekonomi: luas lahan produktif, kontribusi PDRB per sektor
ekstrim & abrasi Fisik:rumah, fasum, fas.kritis
7. Cuaca ekstrim Ekonomi: luas lahan produktif, kontribusi PDRB per sektor
Fisik:rumah, fasum, fas.kritis
Komponen Indeks Kerugian
No. Bencana Komponen/ indikator
8. Kekeringan Ekonomi: luas lahan produktif, kontribusi PDRB per sektor
Fisik:rumah, fasum, fas.kritis
9. Kebakaran hutan Ekonomi: luas lahan produktif, kontribusi PDRB per sektor
& lahan Fisik:rumah, fasum, fas.kritis
10. Kebakaran gedung Ekonomi: luas lahan produktif, kontribusi PDRB per sektor
& pemukiman Fisik:rumah, fasum, fas.kritis
11. Epidemi & wabah Ekonomi: luas lahan produktif, kontribusi PDRB per sektor
penyakit Fisik:rumah, fasum, fas.kritis
12. Gagal teknologi Ekonomi: luas lahan produktif, kontribusi PDRB per sektor
Fisik:rumah, fasum, fas.kritis
13. Konflik sosial Ekonomi: luas lahan produktif, kontribusi PDRB per sektor
Fisik:rumah, fasum, fas.kritis
Indeks Kapasitas
• Dihitung berdasarkan indikator dalam Hyogo Framework for Action (HFA)

• Prioritas program pengurangan risiko bencana HFA dan indikator


pencapaiannya adalah :
1. Memastikan bahwa pengurangan risiko bencana menjadi sebuah
prioritas nasional dan lokal dengan dasar kelembagaan yang kuat untuk
pelaksanaannya, dengan indikator pencapaian :
a. Kerangka hukum dan kebijakan nasional/lokal untuk pengurangan risiko
bencana telah ada dengan tanggungjawab eksplisit ditetapkan untuk
semua jenjang pemerintahan
b. Tersedianya sumberdaya yang dialokasikan khusus untuk kegiatan
pengurangan risiko bencana di semua tingkat pemerintahan
c. Terjalinnya partisipasi dan desentralisasi komunitas melalui pembagian
kewenangan dan sumber daya pada tingkat lokal
d. Berfungsinya forum/jaringan daerah khusus untuk pengurangan risiko
bencana
Indeks Kapasitas

2. Tersedianya Kajian Risiko Bencana Daerah berdasarkan data bahaya dan


kerentanan untuk meliputi risiko untuk sektor-sektor utama daerah;
dengan indikator :
a. Tersedianya Kajian Risiko Bencana Daerah berdasarkan data bahaya dan
kerentanan untuk meliputi risiko untuk sektor-sektor utama daerah
b. Tersedianya sistem-sistem yang siap untuk memantau, mengarsip dan
menyebarluaskan data potensi bencana dan kerentanan-kerentanan
utama
c. Tersedianya sistem peringatan dini yang siap beroperasi untuk skala besar
dengan jangkauan yang luas ke seluruh lapisan masyarakat
d. Kajian Risiko Daerah Mempertimbangkan Risiko-Risiko Lintas Batas Guna
Menggalang Kerjasama Antar Daerah Untuk Pengurangan Risiko
Indeks Kapasitas
3. Terwujudnya penggunaan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk
membangun ketahanan dan budaya aman dari bencana di semua tingkat;
dengan indikator :
a. Tersedianya informasi yang relevan mengenai bencana dan dapat diakses
di semua tingkat oleh seluruh pemangku kepentingan (melalui jejaring,
pengembangan sistem untuk berbagi informasi, dst)
b. Kurikulum sekolah, materi pendidikan dan pelatihan yang relevan
mencakup konsep-konsep dan praktik-praktik mengenai pengurangan
risiko bencana dan pemulihan
c. Tersedianya metode riset untuk kajian risiko multi bencana serta analisis
manfaat-biaya (cost benefit analysist) yang selalu dikembangkan
berdasarkan kualitas hasil riset
d. Diterapkannya strategi untuk membangun kesadaran seluruh komunitas
dalam melaksanakan praktik budaya tahan bencana yang mampu
menjangkau masyarakat secara luas baik di perkotaan maupun pedesaan
Indeks Kapasitas
4. Mengurangi faktor-faktor risiko dasar; dengan indikator :
a. Pengurangan risiko bencana merupakan salah satu tujuan dari kebijakan-
kebijakan dan rencana-rencana yang berhubungan dengan lingkungan hidup,
termasuk untuk pengelolaan sumber daya alam, tata guna lahan dan adaptasi
terhadap perubahan iklim
b. Rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan pembangunan sosial dilaksanakan
untuk mengurangi kerentanan penduduk yang paling berisiko terkena dampak
bahaya
c. Rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan sektoral di bidang ekonomi dan
produksi telah dilaksanakan untuk mengurangi kerentanan kegiatan-kegiatan
ekonomi
d. Perencanaan dan pengelolaan pemukiman manusia memuat unsur-unsur
pengurangan risiko bencana termasuk pemberlakuan syarat dan izin mendirikan
bangunan untuk keselamatan dan kesehatan umum (enforcement of building
codes)
e. Langkah-langkah pengurangan risiko bencana dipadukan ke dalam proses-proses
rehabilitasi dan pemulihan pascabencana
f. Siap sedianya prosedur-prosedur untuk menilai dampak-dampak risiko bencana
atau proyek-proyek pembangunan besar, terutama infrastruktur
Indeks Kapasitas
5. Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana demi respon yang efektif di
semua tingkat, dengan indikator :
a. Tersedianya kebijakan, kapasitas teknis kelembagaan serta mekanisme
penanganan darurat bencana yang kuat dengan perspektif pengurangan
risiko bencana dalam pelaksanaannya
b. Tersedianya rencana kontinjensi bencana yang berpotensi terjadi yang siap
di semua jenjang pemerintahan, latihan reguler diadakan untuk menguji
dan mengembangkan program-program tanggap darurat bencana
c. Tersedianya cadangan finansial dan logistik serta mekanisme antisipasi
yang siap untuk mendukung upaya penanganan darurat yang efektif dan
pemulihan pasca bencana
d. Tersedianya prosedur yang relevan untuk melakukan tinjauan pasca
bencana terhadap pertukaran informasi yang relevan selama masa
tanggap darurat
5 Tingkat ketahanan daerah
Berdasarkan pengukuran indikator pencapaian ketahanan
daerah maka kita dapat membagi
tingkat ketahanan tersebut kedalam 5 tingkatan, yaitu :

Level 1: Daerah telah memiliki pencapaian-pencapaian kecil


dalam upaya pengurangan risiko bencana dengan melaksanakan
beberapa tindakan maju dalam rencana-rencana atau kebijakan.

Level 2: Daerah telah melaksanakan beberapa tindakan


pengurangan risiko bencana dengan pencapaian - pencapaian
yang masih bersifat sporadis yang disesbabkan belum adanya
komitmen kelembagaan dan/atau kebijakan sistematis.
Tingkat ketahanan daerah
Level 3: Komitmen pemerintah dan beberapa komunitas tekait pengurangan
risiko bencana di suatu daerah telah tercapai dan didukung dengan kebijakan
sistematis, namun capaian yang diperoleh dengan komitmen dan kebijakan
tersebut dinilai belum menyeluruh hingga masih belum cukup berarti untuk
mengurangi dampak negatif dari bencana.

Level 4: Dengan dukungan komitmen serta kebijakan yang menyeluruh dalam


pengurangan risiko bencana disuatu daerah telah memperoleh capaian -
capaian yang berhasil, namun diakui ada masih keterbatasan dalam
komitmen, sumberdaya finansial ataupun kapasitas operasional dalam
pelaksanaan upaya pengurangan risiko bencana di daerah tersebut.

Level 5: Capaian komprehensif telah dicapai dengan komitmen dan kapasitas


yang memadai disemua tingkat komunitas dan jenjang pemerintahan
Mekanisme penilaian Kapasitas
1. Diskusi kelompok terfokus (FGD)
2. Klarifikasi nilai
3. Pengumpulan hasil penilaian kabupaten/kota
(khusus provinsi)
4. Penetapan kebijakan prioritas peningkatan
kapasitas daerah
Diskusi Kelompok Terfokus
• Diskusi kelompok terfokus dilaksanakan secara partisipatif dengan
peserta dari pemerintah, non pemerintah dan masyarakat yang
didampingi oleh minimal satu orang fasilitator. Diskusi kelompok
dilaksanakan dengan mengacu kepada suatu daftar pertanyaan
(kuesioner) yang diisi bersama-sama setelah disepakati oleh seluruh
peserta diskusi.

• Hasil dari diskusi ini adalah :


1. Tingkat Kapasitas Daerah dalam Penanggulangan Bencana
2. Prioritas Kebijakan untuk peningkatan kapasitas penanggulangan
bencana daerah.

• Untuk membantu penghitungan Tingkat Kapasitas Daerah dalam


Penanggulangan Bencana, diberikan perangkat lunak penghitung
tingkat kapasitas daerah pada panduan ini. Perangkat lunak ini juga
dapat di unduh di www.bnpb.go.id
Peserta FGD
1. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
3. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
4. Dinas Sosial
5. Dinas Kesehatan
6. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
7. Dinas Perindustrian dan Perdagangan
8. Perusahaan Swasta
9. Tokoh Masyarakat dan/atau Tokoh Adat dan/atau
Tokoh Agama
10. LSM
Kriteria fasilitator
Standar minimal pengetahuan fasilitator
1. Mengetahui secara umum Hyogo Framework for Actions (Kerangka Aksi
Hyogo)
2. Mengetahui secara umum konsep manajemen penanggulangan
bencana.
3. Memahami garis hubungan antara manajemen penanggulangan
bencana dengan konsep pengurangan risiko bencana

Standar minimal keterampilan fasilitator


1. Mampu mengembangkan inisiatif dan partisipasi peserta diskusi,
minimal telah memiliki pengalaman memfasilitasi lebih dari 10 jam
sebagai fasilitator utama.
2. Mampu bersikap berimbang dan memperhatikan seluruh pendapat yang
ada.
3. Telah memahami panduan fasilitator ini.
4. Mampu menjalankan aplikasi program komputer dalam format excel.
Peran perawat (ICN, 2009)
1. Mengidentifikasi risiko pada tingkat individu dan
komunitas
2. Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain untuk
menilai risiko penyakit utama, mengembangkan
rencana untuk mengurangi risiko dan membantu
dalam pengembangan sistem surveilan yang
berhubungan dengan wabah penyakit
3. Menampilkan pengkajian kebutuhan komunitas untuk
menilai prevalensi penyakit yang sebelumnya ada,
kerentanan fasilitas kesehatan dan identifikasi
kelompok rentan
Peran perawat
4. Perawat berkolaborasi dalam mengembangkan rencana
bagi perumahan alternatif dan intervensi lain yang
dirancang untuk mengurangi kerentanan kelompok rentan
5. Perawat berpartisipasi dalam kegiatan pengurangan risiko
di fasilitas pelayanan kesehatan untuk menciptakan
lingkungan yang aman dan berkelanjutan untuk melayani
atau mengidentifikasi tempat alternatif untuk pelayanan
setelah bencana
6. Membantu untuk membentuk kebijakan publik yang akan
menurunkan akibat atau efek bencana karena pengetahuan
perawat tentang komunitas dan area yang rentan
8. Bekerja dengan pembuat kebijakan untuk mengidentifikasi
bahaya, risiko seperti paparan bahaya terhadap masyarakat
dan infrastruktur kesehatan untuk mengembangkan solusi
yang mengurangi risiko
Daftar Pustaka
• Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Umum Pengkajian Risiko Bencana

• Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan


Bencana Nomor 03 Tahun 2012 Tentang Panduan
Penilaian Kapasitas Daerah Dalam Penanggulangan
Bencana

• International Council of Nursing (ICN). 2009. Kerangka


kerja ICN: Kompetensi keperawatan Bencana
(terjemahan). Geneva: World Health Organization

Anda mungkin juga menyukai