Anda di halaman 1dari 29

ASKEP KEGAWATAN PADA

VULNUS DAN TETANUS TOXOID

KELOMPOK 4
Bunga Kumala Sari
Chika Wahyu Sasqiautami
Liza Ika Wulandari
Nuraulia H .W
Putri Wahyuni Miftah
Sinta Agustina
Tujuan penulisan

Agar mahasiswa dapat mengetahui dan mengerti mengenai


Asuhan Keperawatan Kegawatan pada Vulnus dan Tetanus.
VULNUS
Definisi Vulnus

Vulnus (Luka) adalah sebuah injuri pada jaringan yang


mengganggu proses selular normal, luka dapat juga dijabarkan
dengan adanya kerusakan pada kuntinuitas/kesatuan jaringan
tubuh yang biasanya disertai dengan kehilangan substansi
jaringan (Mansjoer, 2008).

Menurut Soejarto Reksoprodjo, dkk (1995) proses yang terjadi


secara alamiah bila terjadi luka dibagi menjadi 3 fase :
 Fase inflamsi berlangsung sampai 5 hari.
 Fase proferasi atau fase fibriflasi.
 Fase “remodeling”.
Etiologi

Trauma Fisik Trauma Kimiawi Trauma Termis Trauma Elektris


 Benda tajam  Trauma biasanya  Air panas  Listrik
 Benturan benda terjadi karena  Uap air  Petir
tumpul tersiram oleh  Terkena api atau
 Kecelakaan zat-zat kimia. terbakar
 Tembakan
 Gigitan binatang
Manifestasi Klinis

1. Deformitas
2. Bengka
3. Echimosis dari Perdarahan Subculaneous
4. Spasme otot, spasme involunters dekat fraktur
5. Tenderness/keempukan
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang
dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang
berdekatan.
7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya
saraf/perdarahan)
8. Pergerakan abnormal
9. Krepitasi
Klasifikasi Vulnus
Menurut Dorland (2006), luka dibagi dua jenis yaitu:
1. Luka tertutup
Luka tertutup merupakan luka dimana kulit korban tetap utuh dan tidak ada
kontak antara jaringan yang ada dibawah dengan dunia luar, kerusakannya
diakibatkan oleh trauma benda tumpul.
Luka tertutup umumnya dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:
- Vulnus contussum (Luka Memar)
- Vulnus traumaticum

2. Luka terbuka
Luka terbuka adalah luka dimana kulit atau jaringan dibawahnya mengalami
kerusakan. Penyebab luka ini adalah benda tajam, tembakan, benturan benda
keras dan lain-lain.
Macam-macam luka terbuka antara lain yaitu :
- Vulnus Excoriatio (Luka lecet) -Vulnus Caesum (Luka Potong)
- Vulnus Insivum (Luka Sayat) -Vulnus Schlopetorum (Luka Tembak)
- Vulnus Laceratum (Luka Robek) -Vulnus Morsum (Luka Gigit)
- Vulnus Punctum (Luka Tusuk) -Vulnus combustion (Luka bakar)
Luka Memar Luka Lecet

Luka Sayat Luka Tusuk


Luka Potong Luka Tembak

Luka Gigit Luka Bakar


Pemeriksaan Diagnostik

 Pemeriksaan serum
 Pemeriksaan darah
 Pemeriksaan elektrolit
 Analisa gas darah
 Faal hati dan ginjal
 CBC mengidentifikasikan jumlah darah yang ke dalam cairan,
penuruan HCT dan RBC, trombositopenia lokal, leukositosis,
RBC yang rusak
 Elektolit Serum albumin
 Radiologi
 ECG
Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan Luka menurut Mansjoer (2008) :


1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik: a. Lokasi.
b. Eksplorasi.
3. Tindakan Antisepsis
4. Pembersihan Luka
5. Penjahitan Luka
Macam-macam penjahitan luka

Simple Interrupted Suture Simple Continuous Suture

Locking Continuous Suture Vertical Mattress Suture


Macam-macam penjahitan luka

Horizontal Mattress Suture Subcuticular Suture

Figure-of-eight Suture Simpul


Proses penyembuhan luka

Penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase, yaitu:


1. Hemostasis
2. Inflamasi
3. Proliferasi atau granulasi
4. Remodeling atau maturasi
Komplikasi

 Perdarahan
 Infeksi
 Dehiscene
 Eviceration
 Tetanus
(M. A. Henderson, 1997).
Patoflowdiagram
Asuhan Keperawatan Vulnus
Definsi Tetanus
Tetanus merupakan penyakit infeksi akut menunjukkan diri
dengan gangguan neuromuskular akut berupa trismus, kekakuan dan
kejang otot disebabkan oleh eksotosin spesifik dari kuman anerob
Clostridium Tetani.
Tetanus dapat terjadi sebagai komplikasi luka, baik luka besar maupun
kecil, luka nyata maupun luka tersembunyi. Jenis luka yang mengundang
tetanus adalah luka-luka seperti Vulnus Laceratum (luka robek), Vulnus
Punctum (Luka tusuk), Combustion (Luka bakar), fraktur terbuka, otitis
media, luka terkontaminasi dan luka tali pusat.
(Ismanoe, 2006)
Klasifikasi beratnya tetanus
Menurut albert (Sudoyo Aru, 2009):
Derajat I (ringan) Derajat II (sedang) Derajat III (berat) Derajat IV
(sangat berat)
 trismus  trismus  trismus berat,  derajat tiga dengan
(kekakuan otot sedang,  spastisitas otomik berat
mengunyah)  rigiditas yang generaisata, melibatkan system
ringan sampai Nampak jelas,  spasme reflek kardiovaskuler.
sedang,  spasme singkat berkepanjanga  Hipotensi berat dan
 spasitas ringan sampai n takikardi terjadi
general, sedang,  RR perselingan dengan
 tanpa  gangguan >40x/menit, hipotensi dan
gangguan pernapasan  serangan bradikardia, salah
pernafasan, sedang RR apnea, satunya dapat
 tanpa spasme, >30x/menit,  disfagia berat, menetap.
 sedikit atau  disfagia ringan  takikardi >120
tanpa disfagia.
Etiologi
Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positif; Cloastridium tetani
Bakteri ini berspora, dijumpai pada tinja binatang terutama kuda, juga bisa
pada manusia dan juga pada tanah yang terkontaminasi dengan tinja binatang
tersebut. Spora ini bisa tahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun, jika ia
menginfeksi luka seseorang atau bersamaan dengan benda daging atau
bakteri lain, ia akan memasuki tubuhpenderita tersebut, lalu mengeluarkan
toksin yang bernama tetanospasmin.
Manifestasi Klinis
Masa inkubasi 5-14 hari, tetapi bisa lebih pendek (1 hari atau lebih lama 3
atau beberapa minggu ). Tanda dan gejalanya yaitu :
1. Biasanya didahului dengan ketegangaan otot terutama pada rahang dari
leher. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus, lockjaw)
karena spasme Otot masetter.
2. Kejang otot berlanjut ke kaku kuduk (opistotonus , nuchal rigidity)
3. Risus sardonicus karena spasme otot muka dengan gambaran alis
tertarik keatas, sudut mulut tertarik keluar dan ke bawah, bibir tertekan
kuat .
4. Gambaran Umum yang khas berupa badan kaku dengan opistotonus,
tungkai dengan
5. Eksistensi, lengan kaku dengan mengepal, biasanya kesadaran tetap baik.
6. Karena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi asfiksia dan
sianosis, retensi urin, bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis
(pada anak)
Secara klinis tetanus ada 4 macam, yaitu
1. Tetanus umum
2. Tetanus local
3. Cephalic tetanus
4. Tetanus neonatal
Pemeriksaan Diagnostik

 EKG : interval CT memanjang karena segmen ST. Bentuk


takikardi ventrikuler (Torsaderde pointters)
 Pada tetanus kadar serum 5-6 mg/al atau 1,2-1,5 mmol/L atau
lebih rendah kadar fosfat dalam serum meningkat
 Sinar X tulang tampak peningkatan denitas foto rontgen pada
jaringan subkutan atau basas gnglia otak menunjukkan
klasifikasi
Penatalaksanaan Medis
Pencegahan pengobatan
1. Bersihkan port d’entrée, dengan 1. Antitetanus serum (ATS)
larutan H2O2 3% 2. Fenobarbital
2. Antitetanus Serum (ATS) 1500 U/IM 3. Diazepame
3. Toksoid Tetanus (TT), dengan 4. Largactil
memerhatikan status imunisasi 5. Antimikroba
4. Antimikroba pada keadaan yang 6. Diet tinggi kalori tinggi protein bila
berisiko proliferasi kuman Clostridium trismus diberi diet cair melalui NGT.
tetani seperti pada patah tulang 7. Isolasi penderita pada tempat yang
terbuka dan lainnya. tenang, kurangi rangsangan yang
membuat kejang, kolaborasi
pemberian obat penenang
8. Debridemen luka, biarkan luka
terbuka
9. Oksigen 2 L/menit
Komplikasi

Komplikasi yang berbahaya dari tetanus adalah hambatan pada jalan


napas sehingga pada tetanus yang berat , terkadang memerlukan bantuan
ventilator. Sekitar kurang lebih 78% kematian tetanus disebabkan karena
komplikasinya. Kejang yang berlangsung terus menerus dapat mengakibatkan
fraktur dari tulang spinal dan tulang panjang, serta rabdomiolisis yang sering
diikuti oleh gagal ginjal akut. Aspirasi pneumonia merupakan komplikasi akhir
yang umum dari tetanus.
Salah satu komplikasi yang sulit ditangani adalah gangguan otonom
karena pelepasan katekolamin yang tidak terkontrol. Gangguan otonom ini
meliputi hipertensi dan takikardi yang kadang berubah menjadi hipotensi dan
bradikardi.
Patoflowdiagram
Asuhan Keperawatan Tetanus
HATUR NUHUN

Anda mungkin juga menyukai