Oleh:
Ramon Otto Andinata Susanto
G 0006143
Pembimbing :
Dyah Poerwohastuti, S.Farm, Apt.
PENDAHULUAN
menyebabkan
trismus
(lockjaw),
spasme
otot
umum,
2|Page
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin
yang dihasilkan oleh Clostridium tetani ditandai dengan spasme otot yang
periodik dan berat
Tetanus ini biasanya akut dan menimbulkan paralitik spastik yang
disebabkan tetanospasmin. Tetanospamin merupakan neurotoksin yang
diproduksi oleh Clostridium tetani.
Tetanus disebut juga dengan "Seven Day Disease " dan pada tahun
1890 diketemukan toksin seperti strichnine, kemudian dikenal dengan
tetanospasmin, yang diisolasi dari tanah anaerob yang mengandung bakteri.
lmunisasi dengan mengaktivasi derivat tersebut menghasilkan pencegahan dari
tetanus. Spora Clostridium tetani biasanya masuk ke dalam tubuh melalui luka
pada kulit oleh karena terpotong, tertusuk ataupun luka bakar serta pada
infeksi tali pusat (Tetanus Neonatorum).
B. ETIOLOGI
Tetanus disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani. C. tetani termasuk
dalam bakteri Gram positif, anaerob obligat, dapat membentuk spora, dan
berbentuk drumstick. Spora yang dibentuk oleh C. tetani ini sangat resisten
terhadap panas dan antiseptik. Ia dapat tahan walaupun telah diautoklaf
(1210C, 10-15 menit) dan juga resisten terhadap fenol dan agen kimia lainnya.
Bakteri Clostridium tetani ini banyak ditemukan di tanah, kotoran manusia
dan hewan peliharaan dan di daerah pertanian. Umumnya, spora bakteri ini
terdistribusi pada tanah dan saluran penceranaan serta feses dari kuda, domba,
anjing, kucing, tikus, babi, dan ayam. Ketika bakteri tersebut berada di dalam
tubuh, ia akan menghasilkan neurotoksin (sejenis protein yang bertindak
sebagai racun yang menyerang bagian sistem saraf). C. tetani menghasilkan
dua buah eksotoksin, yaitu tetanolysin dan tetanospasmin. Fungsi dari
3|Page
dapat dikontrol), sering disebut lockjaw karena biasanya pertama kali muncul
pada otot rahang dan wajah. Kematian biasanya disebabkan oleh kegagalan
pernafasan dan rasio kematian sangatlah tinggi.
Tetanospasmin adalah toksin yang menyebabkan spasme, bekerja pada
beberapa level dari susunan saraf pusat, dengan cara :
a. Toksin
menghalangi
neuromuscular
transmission
dengan
cara
5|Page
D. PATOLOGI
Toksin tetanospamin menyebar dari saraf perifer secara ascending
bermigrasi secara sentripetal atau secara retrogard mcncapai CNS. Penjalaran
terjadi di dalam axis silinder dari sarung parineural. Teori terbaru berpendapat
bahwa toksin juga menyebar secara luas melalui darah (hematogen) dan
jaringan/sistem lymphatik.
E. GEJALA KLINIS
Masa inkubasi 5-14 hari, tetapi bisa lebih pendek (1 hari atau lebih
lama 3 atau beberapa minggu). Ada tiga bentuk tetanus yang dikenal secara
klinis, yakni :
1. Localited tetanus (Tetanus Lokal)
2. Cephalic Tetanus
3. Generalized tetanus (Tetanus umum)
Selain itu, ada lagi pembagian berupa neonatal tetanus.
Karakteristik dari tetanus yaitu antara lain:
hari.
Setelah 10 hari kejang mulai berkurang frekwensinya
Setelah 2 minggu kejang mulai hilang.
Biasanya didahului dengan ketegangaan otot terutama pada rahang dari
leher.
Kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus, lockjaw) karena
spasme
Otot masetter.
Risus sardonicus karena spasme otot muka dengan gambaran alis tertarik
keatas, sudut mulut tertarik keluar dan ke bawah, bibir tertekan kuat .
Gambaran Umum yang khas berupa badan kaku dengan opistotonus,
tungkai dengan
Eksistensi, lengan kaku dengan mengepal, biasanya kesadaran tetap baik.
Karena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi asfiksia dan sianosis,
retensi urin, bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada anak).
6|Page
F. DIAGNOSIS
Diagnosis tetanus dapat diketahui dari pemeriksaan fisik pasien
sewaktu istirahat, berupa:
1.
2.
3.
4.
Gejala klinik
Kejang tetanic, trismus, dysphagia, risus sardonicus (sardonic smile).
Adanya luka yang mendahuluinya. Luka adakalanya sudah dilupakan.
Kultur: C. tetani (+).
Lab : SGOT, CPK meninggi serta dijumpai myoglobinuria.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi pada tetanus yaang sering dijumpai: laringospasm,
kekakuan otot-otot pematasan atau terjadinya akumulasi sekresi berupa
pneumonia dan atelektase serta kompressi fraktur vertebra dan laserasi lidah
akibat kejang. Selain itu bisa terjadi rhabdomyolisis dan renal failure.
H. PENATALAKSANAAN
1. Umum
Tujuan
terapi
ini
berupa
mengeliminasi
kuman
tetani,
b)
ATS.
Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung
kemampuan membuka mulut dan menelan. Bila ada trismus, makanan
c)
d)
e)
7|Page
2. Obat- obatan
1. Antibiotika :
Diberikan parenteral Peniciline 1,2 juta unit / hari selama 10
hari, IM. Sedangkan tetanus pada anak dapat diberikan Peniciline
dosis 50.000 Unit/KgBB/12 jam secara IM diberikan selama 7-10
hari. Bila sensitif terhadap peniciline, obat dapat diganti dengan
preparat lain seperti tetrasiklin dosis 30-40 mg/kgBB/24 jam, tetapi
dosis tidak melebihi 2 gram dan diberikan dalam dosis terbagi (4
dosis). Bila tersedia Peniciline intravena, dapat digunakan dengan
dosis 200.000 unit /kgBB/ 24 jam, dibagi 6 dosis selama 10 hari.
Antibiotika ini hanya bertujuan membunuh bentuk vegetatif
dari C.tetani, bukan untuk toksin yang dihasilkannya. Bila dijumpai
adanya komplikasi pemberian antibiotika broad spektrum dapat
dilakukan.
2.
Antitoksin
Antitoksin dapat digunakan Human Tetanus Immunoglobulin
(TIG) dengan dosis 3000-6000 U, satu kali pemberian saja, secara IM
tidak boleh diberikan secara intravena karena TIG mengandung "anti
complementary aggregates of globulin", yang mana ini dapat
mencetuskan reaksi alergi yang serius.
Bila TIG tidak ada, dianjurkan untuk menggunakan tetanus
antitoksin, yang berawal dari hewan, dengan dosis 40.000 U, dengan
cara pemberiannya adalah 20.000 U dari antitoksin dimasukkan
kedalam 200 cc cairan NaC1 fisiologis dan diberikan secara
intravena, pemberian harus sudah diselesaikan dalam waktu 30-45
menit. Setengah dosis yang tersisa (20.000 U) diberikan secara IM
pada daerah pada sebelah luar.
3.
Tetanus Toksoid
Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama,dilakukan
bersamaan dengan pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang berbeda
dengan alat suntik yang berbeda. Pemberian dilakukan secara IM.
8|Page
Antikonvulsan
Penyebab utama kematian pada tetanus neonatorum adalah
kejang klonik yang hebat, muscular dan laryngeal spasm beserta
komplikaisnya. Dengan penggunaan obat obatan sedasi/muscle
relaxans, diharapkan kejang dapat diatasi.
Tabel JENIS ANTIKONVULSAN
Jenis Obat
Diazepam
Dosis
Efek Samping
0,5 1,0 mg/kg Berat badan / Stupor, Koma
Meprobamat
Klorpromasin
Fenobarbital
4 jam (IM)
300 400 mg/ 4 jam (IM)
25 75 mg/ 4 jam (IM)
50 100 mg/ 4 jam (IM)
Tidak ada
Tidak ada
Depresi
pernafasan
9|Page
10 | P a g e
ILUSTRASI KASUS
I. ANAMNESA
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. S
Umur
: 69 Tahun
Jenis kelamin
: laki-laki
Alamat
11 | P a g e
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Status perkawinan
: Menikah
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: petani
Tanggal masuk
: 10 September 2010
Tanggal Pemeriksaan
: 13 September 2010
No. CM
: 973234
B. DATA DASAR
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesisdan alloanamnesa
pada
12 | P a g e
: (-)
: (-)
c. Riwayat dirawat di RS
:(+) di RS Karangayar
: (-)
: (-)
f. Riwayat alergi
: (-)
: disangkal
: disangkal
c. Riwayat alergi
: disangkal
: disangkal
C. PEMERIKSAAN FISIK
A.
B.
Keadaan Umum
Status gizi
155 cm
C.
Kulit
Suhu : 37,0 0C
Warna sawo matang, petechie (-), ikterik (-),
D.
Kepala
E.
Mata
mudah
rontok
(-),
luka
(-),
atrofi
Mulut
G.
Leher
H.
Thorax
kaku (-)
Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostal
(-), atrofi m. Pectoralis (-), ginecomasti (-), spider
nevi
(-)
regio
infra
torakoabdominal,
sela
clavicula,
iga
pernafasan
melebar
(-),
Auskultasi
Pulmo :
Depan
14 | P a g e
Inspeksi
Statis
Dinamis
Statis
Dinamis
Perkusi
Kiri
Kanan
Auskultasi
Kanan
Palpasi
Belakang
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Statis
Dinamis
mendatar
Pengembangan dada simetris kanan = kiri, sela
Statis
Dinamis
Kanan
Kiri
krepitasi (-)
Suara dasar
vesikuler
intensitas
normal,
Punggung
J.
Abdomen
Inspeksi
Auscultasi
Perkusi
epigastrium (-)
Perut keras seperti papan (+), timpani, pekak sisi
(-), pekak alih (-),
K.
Palpasi
Genitourinaria
L.
Ekstremitas
Superior dekstra
Superior sinistra
eritema (-)
Edema (-), kaku (-), sianosis (-), pucat (-), akral
dingin (-), luka (-), deformitas (-), ikterik (-),
petechie (-), Spoon nail (-) kuku pucat (-),
clubing finger (-), hiperpigmentasi (-), palmar
Inferior dekstra
eritema (-)
Edema (-), kaku (-), sianosis (-), pucat (-), akral
dingin (-), luka (-), deformitas (-), ikterik (-),
petechie (-), Spoon nail (-), kuku pucat (-),
clubing finger (-), hiperpigmentasi (-), nyeri
Inferior Sinistra
tekan (-)
Edema (-), kaku (-), sianosis (-), pucat (-), akral
dingin (-), luka (-), deformitas (-), ikterik (-),
petechie (-),
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
I. Pemeriksaan Laboratorium
16 | P a g e
a. Laboratorium Darah
Pemeriksaan
Satuan
12/09/10
13/09/10
Hb
13.9
13,8
Gr/dl
Hct
44.4
40
Jumlah
3.77
3.88
Eritrosit
106/uL
Fl
MCV
91.7
Pg
MCH
30.9
MCHC
33.6
Retikulosit
Iron
TIBC
Jumlah
%
Ug/dl
Ug/dl
12.3
Nilai Rujukan
Lk : 13,5-18.,00
Pr : 12,0-16,0
Lk : 40-54
Pr: 38-47
Lk : 4,6-6,2
80-96
27-31
33-37
0,5-1,5
35-150
250-450
14.9
Lekosit
103/uL
4,5-12.4
Jenis lekosit
Eosinofil
0.1
%E
1,00-4,00
Basofil
0.1
%B
0,00-1,00
Netrofil
93.7
%N
38,0-71,0
3.00
%L
22,0-40,0
3.10
%M
4,00-5,00
273
103/uL
150-440
detik
10-15
detik
20-40
Mg/dL
Mg/dL
Mg/dL
80-110
76-120
80-140
Limfos
Monosit
Jumlah
Trombosit
PT
INR
APTT
Gol darah
GDS
GDP
GD2PP
313
O
112
17 | P a g e
Ureum
Kreatinin
Elektrolit
46
1.0
Na
148
5.1
Cl
109
45
1.1
10-50
0,7-1,1
mmol/L
136-146
mmol/L
3,5-5,1
mmol/L
98-106
6.1
3.5
2.6
0.46
0,21
0,25
64
28
mmol/L
g/dL
g/dL
g/dL
mg/dL
Mg /dL
Mg /dL
u/L
u/L
1,0-1,2
6,6-8,7
3,5-5
0,6-5,2
0-1,1
0-0,25
0-0,75
0-38
0-41
57
u/L
0-270
21
145
45
89
43
5
u/L
Mg /dL
Mg /dL
mg /dL
mg /dL
mg /dL
10-66
50-200
41-67
0-130
50-150
3,4-7
Negative
Negative
143
4.6
102
Ca
Prot total
Albumin
Globulin
Bil. Total
Bil direk
Bil. Indirek
SGOT
SGPT
Alkaliphospat
ase
Gamma GT
Kol total
HDL-D
LDL-D
Trigliserid
Asam urat
HbsAg
Anti HCV
Mg/dL
Mg/dL
(-)
:3
Kejang spontan
:2
Trismus
:1
Rhisus sardonicus
:1
Perut papan
:1
18 | P a g e
F. TUJUAN TERAPI
a. Memperbaiki keadaan umum
b. Menangani kegawatan
Algoritma:
Tentukan derajat keparahan penyakit:
Tetanus ringan <9 : dapat sembuh sendiri
Tetanus sedang 9-16 : sembuh dengan pengobatan baku
Tetanus berat >16 : perlu perawatan khusus
Tempatkan pasien di ruang yang tenang (ICU) dan
meminilisasi stimulasi
Netralisasi toksin yang bebas:
ATS 20.000 IU per hari selama 5 hari berturut-turut,
atau
TIG 3000-6000 unit, IM, minimal 4-6 minggu
Menyingkirkan sumber infeksi
Eksplorasi luka dan debridement
Antibiotik penisilin (3x1,5 juta unit/hari) atau
metronidazole (3x1 gr/hari)
Pengendalian rigiditas dan spasme (sedasi, benzodiazepine,
diazepam)
Observasi dan pemantauan kardiopulmoner terus menerus
19 | P a g e
20 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Klein J. 2007. Infections tetanus. http://www.kidshealth.org/ parent/infections/
bacterial_viral/ tetanus.html. Diakses 24 Februari 2011.
Farrar JJ, Yen LM, Cook T, Fairweather N, Binh N, Parry J, Parry CM. 2009.
Tetamus. J Neurol, Neurosurg, and Psychia 69 (3): 292301
Madigan MT, Martinko JM. 2006. Brock Biology of Microorganisms 11th ed.
New Jersey : Pearson Education.Hal. 233-245
Brennen U. 2008. Clostridium tetani. http://bioweb.uwlax.edu/bio203/
s2008/unrein_bren/. Diakses 25 Februari 2011.
[CDC].
http://microbes.
[CDC].
2008.
Tetanus.
http://www.cdc.gov/vaccines/pubs/
downloads/tetanus.pdf. Diakses 26 Ferbruari 2011.
historique.
pinkbook/
21 | P a g e