Anda di halaman 1dari 13

DISKUSI KASUS

HIPERTENSI

Disusun oleh :
Sadewa Yudha Sukawati
G0007151

KEPANITERAAN KLINIK LAB/SMF ILMU FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hipertensi digunakan untuk menunjukkan tingkat tekanan darah di atas
normal dan membutuhkan penanganan untuk mencegah timbulnya komplikasi
yang berkembang dalam jangka panjang. Keadaan ini bergantung pada banyak
faktor yang terkait, termasuk keturunan, pola makan, khususnya jumlah garam
dan alkohol yang dikonsumsi, latar belakang budaya, apakah menderita diabetes
atau kelebihan berat badan, dan apakah melakukan olahraga secara teratur.
Hipertensi dapat didiagnosis dengan mudah, yakni tekanan darah anda dapat
diukur dengan cepat dan tanpa rasa sakit oleh dokter atau klinik kesehatan.

Bahkan jika menderita hipertensi, mungkin salah satu dari sekian banyak orang
yang tidak membutuhkan pengobatan yang menggunakan obat-obatan untuk
sementara waktu (dan mungkin juga untuk selamanya), asalkan langsung
mengubah gaya hidup. Cara itu tidak hanya akan menurunkan tekanan darah,
tetapi juga menyehatkan secara keseluruhan. Jika pengobatan dengan obatobatan diperlukan, tersedia sejumlah obat efektif berbentuk tablet dan diminum
satu atau dua kali sehari. Kebanyakan orang tidak mengalami masalah dengan
semua jenis obat tersebut, tetapi jika mengalami efek samping suatu obat, masih
ada pilihan lain yang sama efektifnya.
Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena
beberapa hal antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya
pasien hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun sudah diobati
tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta
dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Yogiantoro,
2007)
B. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan sebagai syarat dalam kepaniteraan
klinik Lab/SMF Ilmu Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hipertensi yang tidak diketahui faktor penyebabnya disebut hipertensi
esensial atau hipertensi primer (Yogiantoro, 2007). Menurut The Seventh Report
of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation nad
Treatment of Hifh Blood Pressure (JNC 7) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Klasifikasi
Normal
Prahipertensi
Hipertensi

Sistolik (mmHg)
<120
120-139
140-159

Dan
Atau
Atau

Diastolik (mmHg)
<80
80-89
90-99

derajat 1
Hipertensi

160

Atau

100

derajat 2
B. Patogenesis
Hipertensi esensial merupakan penyakit multifaktorial yang timbul
karena interaksi beberapa faktor antara lain sebagai berikut :
1. Faktor risiko seperti diet dan asupan garam, strs, ras, obesitas, merokok,
genetik.
2. Sistem saraf simpatis seperti tonus simpatis dan variasi diurnal.
3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi, endotel
pembuluh darah, dan otot polos.
4. Pengaruh sistem endokrin setempat seperti sistem renin, angiotensin dan
aldosteron.
Tekanan darah merupakan hasil kali dari curah jantung dan total tahanan perifer
(Yogiantoro, 2007)
C. Pengobatan
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah
1. Target tekanan darah <140/90 mmHg atau <130/80 mmHg untuk individu
berisiko tinggi seperti pada diabetes melitus.
2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular.
3. Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria.
(Yogiantoro, 2007)

Terapi nonfarmakologis terdiri dari :


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Menghentikan rokok.
Menurunkan berat badan berlebih.
Menurunkan konsumsi alkohol berlebih.
Latihan fisik.
Menurunkan asupan garam.
Meningkatkan konsumsi buah dan sayur.

(Yogiantoro, 2007)
Sedangkan terapi farmakologis adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Diuretik
Beta blocker
Alfa blocker
Calcium canal blocker
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor
Angiotensin II Receptor Blocker

(Yogiantoro, 2007; Longmore, Wilkinson, Davidson, Foulkes, Mafi, 2010)


1. Diuretik
Thiazide
Mekanisme kerja : meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan air sehingga
menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler.
Indikasi : hipertensi ringan dan sedang, gagal jantung kongestif, nefrolitiasis
yang disebabkan hiperkalsiuria dan diabetes insipidus nefrogenik.
Reabsorpsi : 80% di usus.
Ekskresi : kemih.
Dosis hipertensi : 1 dd 12,5 mg pc mane.
Efek samping : alkalosis metabolik, hipokalemia, dan hiperurisemia, intoleransi
glukosa, hiperlipidemia, hiponatremia, alergi.
Kontraindikasi : alergi, sirosis hepatis, dan gagal ginjal.
Interaksi

obat

ACE

inhibitor,

NSAID,

kortikosteroid,

aminoglikosida,

antidiabetika oral, litumklorida.


(Ives dan Warnock, 1997 ; Tjay dan Rahardja, 2002)
2. Beta Blocker
Propanolol
Mekanisme kerja : blokade pada reseptor beta adrenergik sehingga
menurunkan aktivitas adrenalin dan noradrenalin.

Indikasi : angina pektoris, aritmia jantung, hipertensi, infark jantung, gagal


jantung.
Reabsorpsi : usus.
Ekskresi : kemih.
Dosis hipertensi : 2-3 dd 40 mg d.c. Bila perlu dalam interval 1 minggu
dinaikkan menjadi 320 mg.
Efek samping : decompensatio cordis, bronkokonstriksi, rasa dingin di jari kaki
tangan, hipoglikemia, efek sentral, gangguan pencernaan, penurunan kolesterolHDL.
Kontraindikasi : pasien AV block, asma, bronkitis, emfisema paru, wanita hamil.
Interaksi obat : Ca canal antagonis, barbital, rifampisin, NSAID, teofilin, klonidin.
(Benowitz, 1997 ; Tjay dan Rahardja, 2002)
3. Alfa blocker
Prazosin
Mekanisme kerja : memblokade reseptor alfa adrenergik di otot polos pembuluh
darah terutama di kulit dan mukosa sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah
perifer.
Indikasi : hipertensi ringan dan sedang.
Reabsorpsi : 80% di usus.
Ekskresi : empedu dan tinja.
Dosis hipertensi : 0,25-0,5 mg noctem dinaikkan 2-3 dd 0,5-2 mg dengan dosis
maksimal 3-6 dd mg.
Efek samping : hipotensi ortostatik, pusing, nyeri kepala, palpitasi, gangguan
hipotensi.
Kontraindikasi : alergi, wanita hamil.
Interaksi obat : beta blocker, ca canal blocker, diuretika, ACE inhibitor.
(Benowitz, 1997 ; Tjay dan Rahardja, 2002)
4. Calcium canal blocker
Nifedipin
Mekanisme kerja : memblokade masuknya ion ca ekstrasel ke intrasel sehingga
mengurangi penyaluran impuls, kontraksi miokard serta dinding pembuluh darah.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris nonstabil, aritmia tertentu.

Reabsorpsi : 90% di usus.


Ekskresi : 90% kemih, 10% tinja.
Dosis hipertensi : 3 dd 10-20 mg atau 2 dd 20-40 mg retard.
Efek samping : udem pergelangan kaki dan tangan, hipotensi kuat mendadak,
takikardi, iskemik.
Kontraindikasi : alergi, infark jantung, wanita hamil dan menyusui.
( Katzung dan Chatterjee, 1997 ; Tjay dan Rahardja, 2002)
5. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor
Captropil
Mekanisme kerja : menghambat perubahan angiotensin I ke angiotensin II
sehingga terjadi vasodilatasi dan menghambat pelepasan aldosteron.
Indikasi : hipertensi, gagal jantung kronis, post infark jantung.
Reabsorpsi : 75% di usus saat puasa.
Ekskresi : kemih.
Dosis hipertensi : 1-2 dd 25 mg 1 atau 2 h a.c.
Efek samping : batuk kering, exanthema, kehilangan rasa.
Kontraindikasi : alergi, wanita hamil dan menyusui.
Interaksi obat : thiazide, diuretik hemat kalium, NSAID.
(Benowitz, 1997 ; Tjay dan Rahardja, 2002)
6. Angiotensin II Receptor Blocker
Losartan
Mekanisme kerja : memblokade reseptor angiotensin II sehingga terjadi
vasodilatasi.
Indikasi : hipertensi.
Reabsorpsi : usus.
Ekskresi : kemih dan tinja.
Dosis hipertensi : 1 dd 50 mg.
Efek samping : pusing.
Kontraindikasi : alergi, wanita hamil dan menyusui.
Interaksi obat : thiazide, diuretik hemat kalium, NSAID.
(Benowitz, 1997 ; Tjay dan Rahardja, 2002)

BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Kasus
1. Identitas Penderita
Nama

: Tn. F

Usia

: 40 tahun

Berat badan

: 65 kg

Jenis kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Alamat

: Nayubarat Rt 04/XIII, Sumbersari, Surakarta

Pekerjaan

: sopir

Tanggal periksa

: 28 Juni 2011

2. Keluhan utama
Penderita mengeluhkan kepala pusing dan leher terasa kaku.
3. Riwayat penderita
Penderita mengeluhkan kepala pusing dan leher terasa kaku sejak 3
hari yang lalu. Kepala pusing dan leher terasa kaku timbul perlahan semakin
lama semakin memberat. Penderita merasakan semakin memberat jika saat
beraktivitas dan saat stres. Penderita merasa mendingan dengan istirahat.
Pusing dan leher kaku dirasakan hilang timbul. Saat bangun tidur pagi tidak
merasakan gejala tersebut. Sebelumnya penderita belum pernah mengalami
gejala tersebut. Penderita rutin cek tekanan darah di puskesmas setempat tetapi
tiga bulan ini tidak cek dan biasanya normal. Penderita belum minum obat
apapun, namun sehari yang lalu penderita pernah cek darah rutin dan kimia
darah. Hasilnya dalam batas normal. Mual (-), muntah (-), nyeri kepala (-), batuk
(-), sesak nafas (-).
Ibu penderita mempunyai riwayat hipertensi. Penderita juga sering
merokok, jarang olahraga teratur, dan sering makan goreng-gorengan, tetapi
tidak mengkonsumsi alkohol.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum penderita compos mentis,
dengan kesan gizi cukup. Pada pemeriksaan vital sign, didapatkan Tekanan

darah 150/90 mmHg, nadi 74 x/menit, frekuensi pernapasan 20 x/menit dan suhu
36,5 derajat celcius. Pada pemeriksaan fisik thorakoabdomen termasuk
pemeriksaan kardiopulmonel dalam batas normal. Pemeriksaan Jugular Vena
Pressure (JVP) juga dalam batas normal.
4. Asessment
Hipertensi derajat I.
5. Penatalaksanaan
a. Nonmedikamentosa
1) Menghentikan rokok.
2) Latihan fisik.
3) Menurunkan asupan garam.
4) Meningkatkan konsumsi buah dan sayur.

b. Medikamentosa
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. Moewardi


Jl. Kol. Sutanto No. 132 Telp (0271) 634634 Surakarta 57126
Poli: Interna
Dokter: Sadewa Yudha S
R/Hydroclorothiazide tab mg 12,5 No. X
1-0-0 p.c

Pro : Tn. F (40 th)

B. Pembahasan
Penderita baru pertama kali merasakan gejala pusing dan leher kaku.
Tekanan darah penderita 150/90 mmHg. Ini berarti penderita mengalami
hipertensi derajat I. Ditambah lagi gaya hidup penderita yang tidak sehat.
Penderita juga jarang berolahraga. Kemungkinan hipertensi penderita adalah
hipertensi esensial. Ditambah ibu penderita juga mengalami hal yang serupa.
First line dari pengobatan medikamentosa hipertensi adalah thiazide
dosis rendah ( Wright, 2000 ; Tjay dan Rahardja, 2002 ; Appel, 2003 ; Wirght dan
Musini, 2009 ; Wright dan Musini, 2010). Hal ini dikarenakan :

1. Terjadi peningkatan angka mortaliti, penyakit jantung koroner, dan gagal


ginjal jika diberikan thizide, calcium canal blocker dan ACE inhibitor secara
bersamaan.
2. Terjadi gagal jantung jika first line yang diberikan adalah calcium canal
blocker.
3. Kejadian stroke menurun dibandingkan ACE inhibitor.
4. Penurunan tekanan darah tidak menurun tajam dibandingkan ACE inhibitor.
5. Harganya lebih murah daripada antihipertensi lain.

BAB IV
SIMPULAN
Hipertensi digunakan untuk menunjukkan tingkat tekanan darah di atas
normal dan membutuhkan penanganan untuk mencegah timbulnya komplikasi
yang berkembang dalam jangka panjang. Penanganan yang paling dini adalah
modifikasi gaya hidup dan sering berolahraga. Jika obat dibutuhkan, first line
yang paling tepat adalah thiazide dengan dosis rendah.

10

DAFTAR PUSTAKA
Appel, LJ. 2003. The Answer : Thiazides First Line for Hypertension. In : JAMA.
288 : 3039-3042
Benowitz, NL. 1997. Obat-Obat Kardiovaskular Ginjal. In : Farmakologi Dasar
dan Klinik / Bertram G Katzung. Alih Bahasa : staf dosen farmakologi FK
Unsri. Editor : Agoes, A. Jakarta : EGC. Pp 158-180
Katzung, BG dan Chatterjee, K. 1997. Vasodilator dan Pengobatan Angina
Pektoris. In : Farmakologi Dasar dan Klinik / Bertram G Katzung. Alih
Bahasa : staf dosen farmakologi FK Unsri. Editor : Agoes, A. Jakarta :
EGC. Pp 192-196
Longmore, M., Wilkinson, IA., Davidson, EH., Foulkes, A., Mafi, AR. 2010. Oxford
Handbook of Clinical Medicine. Oxford : Oxford University Press. pp
132-134
Ives, HE dan Warnock, DG. 1997. Obat-Obat Diuretik. In : Farmakologi Dasar
dan Klinik / Bertram G Katzung. Alih Bahasa : staf dosen farmakologi FK
Unsri. Editor : Agoes, A. Jakarta : EGC. Pp 255-256
Tjay, TH dan Rahardja, K. 2002. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan
Efek-Efek Sampingnya Edisi Kelima. Jakarta : Gramedia. Pp 490-493,
508-533
Wright, JM. 2000. Choosing a First Line Drug in the Management of Elevated
Blood Pressure : What is The Evidance? 1: Thiazide diuretics. In :
CMAJ. 163(1) : 57-60
Wright, JM. 2000. Choosing a First Line Drug in the Management of Elevated
Blood Pressure : What is The Evidance? 2: Blocker. In : CMAJ.
163(2) : 188-192
Wright, JM. 2000. Choosing a First Line Drug in the Management of Elevated
Blood Pressure : What is The Evidance? 3: Angiotensin Converting
Enzyme Inhibitor. In : CMAJ. 163(3) : 293-296
Wright, JM dan Musini, VM. 2009. Review: First-line low-dose thiazides and ACE
inhibitors reduce mortality and morbidity in adults with hypertension. In :
ACP Journal Club. 152 : 1

11

Wright, JM dan Musini, VM. 2010. First Line Drugs for Hypertension. In : Sao
Paolo Med J. 128(1) : 47
Yogiantoro, M. 2007. Hipertensi Esensial. In : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi Keempat Jilid I. Editor : Sudoyo, AW., Setiyohadi, B., Alwi, I.,
Simadibrata, M., Setiati, S. Jakarta : Pusar Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Pp 509-633

12

Anda mungkin juga menyukai