anak, vaksin tetanus diberikan sebagai bagian dari vaksin DPT (difteri, pertusis,
tetanus). Bagi yang sudah dewasa sebaiknya menerima booster.
B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum
Setelah menyunsun makalah ini diharapkan mahasiswa mengetahui
gambaran umum tentang penyakit tetanus dan proses asuhan
keperawatannya
b. Tujuan khusus
Setelah menyusun makalah harapkan ini diharapkan
1. Untuk memperdalam pengetahuan dalam proses keperawatanMedikal
Bedah khususnya pada kasus Tetanus.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian tetanus
3. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebabkan tetanus
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala tetanus
5. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisologi tetanus
6. Mahasiswa mampu menjelaskan manisfestasi klinis teetanus
7. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang pada tetanus
8. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksaan pasien dengan tetanus
9. Mahasiswa mampu melakukan asuhan kperawatan pada pasien tetanus
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Tetanus adalah (rahang terkunci/lockjaw) penyakit akut, paralitik spastic yang
disebabkan oleh tetanospasmin, neurotoksin, yang dihasilkan oleh Clostridium
Tetani.( Ilmu Kesehatan Anak, 2000 oleh Richard E. Behrman, dkk, hal 1004 )
Tetanus adalah manifestasi sistemik yang di sebabkan oleh absorbs eksotoksin sangat
kuat yang dilepaskan oleh Clostridium Tetani pada masa pertumbuhan aktif dalam
tubuh manusia.( Buku Kuliah Ilmu kesehatan Anak, 1985 oleh bagian kesehatan anak
fakultas kedokteran univeersitas Indonesia, hal 568 )
Tetanus adalah gangguan neorologis yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot
dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein yang kuat
yang dihasilkan oleh Clostridium Tetani.( Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam, 2007 oleh
fakultas Kedokteran Universitas Indonesia )
Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani,
bermanifestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan otot
seluruh badan. Kekuatan tonus otot massater dan otot-otot rangka.( http:
//ratihrochmat .wordpress.com/2008/06/27/tetanus/, Juni 27, 2008 oleh Ratih
Rochmat )
Tetanus Neonatorum: penyakit tetanus pada bayi baru lahir dengan tanda klinik yang
khas, setelah 2 hari pertama bayi baru hidup, menangis dan menyusu secara normal,
pada hari ketiga atau lebiih timbul kekakuan seluruh tubuh dengan kesulitan
membuka mulut dan menetek di susul dengan kejang-kejang (WHO, 1989 )
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, Tetanus adalah penyakit
infeksi dan gangguan neorologis yang di akibatkan toksin protein tetoonospasmin
dari kuman Clostridium Tetani, yang ditandai dengan manisfestasi kliniknya
meningkatnya tonus otot dan spasme
B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini adalah Clostridium Tetani yaitu obligat anaerob
pembentukan spora, gram positif, bergerak, yang tempat tinggal (habitat)
alamiahnya di seluruh dunia yaitu di tanah, debu dan saluran pencernaan
berbagai binatang. Pada ujungnya ia membentuk spora, sehingga secara
mikroskopis tampak seperti pukulan gendering atau raket tenis. Spora tetanus
dapat bertahan hidup dalam air mendidih tetapi tidak di dalam autoklaf, tetapi
sel vegetative terbunuh oleh antibiotic, panas dan desinfektan baku. Tidak
seperti banyak klostridia, Clostridium Tetani bukan organisme yang
menginvasi jaringan, malahan menyebabkan penyakit melalui toksin tunggal,
tetanospasmin yang lebih sering disebut sebagai toksin tetanus. Toksi tetanus
adalah bahan kedua yang paling beracun yang diketahui, hanya di unggulin
kekuatannya oleh toksin batulinum.
C. MANISFESTASI KLINIS
Tetanus biasanya terjadi setelah suatu trauma, kontaminasi luka
dengan tanah, kotoran binatang atau logam berkarat dapat menyebabkan
tetanus. Tetanus juga dapat terjadi sebagai komplikasi dari luka bakar, ulkus
gangren, luka gigitan ular yang mngalami nekrosis, infeksi telinga tengah,
aborsi septik, persalinan, injeksi intramuscular, dan pembedahan.
Masa tunas biasanya 5 14 hari, tetapi kadang-kadang sampai
beberapa minggu pada infeksi ringan atau kalau terjadi modifikasi penyakit
oleh anti serum. Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan
otot yang makin bertambah terutama pada rahang dan leher. Dalam waktu 48
jam penyakit ini menjadi nyata dengan :
1. Trismus ( kesukaran membuka mulut ) karena spasme otot-otot
mastikatoris.
Biasanya penyakit ini terjdi setelah luka tusuk yang dalam misalya
luka yang disebabkan tertusuk paku, pecahan kaca, kaleng atau luka tembak,
karena luka tersebut menimbulkan keadaan anaerob yang ideal. Selain itu
luka laserasi yang kotor luka bakar dan patah tulang yang terbuka juga akan
mngakibatkan keadaan anaerob yang ideal untuk pertumbuhan clostridium
tetani.
Tetanus terjadi sesudah pemasukan spora yang sedang tumbuh,
mempaebanyak diri dan mneghasilkan toksin tetanus pada potensial oksidasireduksi rendah (Eh) tempat jejas yang terinfeksi. Plasmid membawa gena
toksin. Toksin yang dilepas bersama sel bakteri sel vegetative yang mati dan
selanjutnya lisis. Toksin tetanus (dan toksin batolinium) di gabung oleh ikatan
disulfit. Toksin tetanus melekat pada sambungan neuromuscular dan
kemudian diendositosis oleh saraf motoris,sesudah ia mengalami ia
mengalami pengangkutan akson retrograt kesitoplasminmotoneuron-alfa.
Toksin keluar motoneuron dalam medulla spinalis dan selanjutnya masuk
interneuron penghambat spinal. Dimana toksi ini menghalangi pelepasan
neurotransmitter . toksin tetanus dengan demikian meblokade hambatan
normal otot antagonis yang merupakan dasar gerakan yang disengaja yang di
koordinasi, akibatnya otot yang terkena mempertahankan kontraksi
maksimalnya, system saraf otonom juga dibuat tidak stabil pada tetanus.
Spora yang masuk dan berada dalam lingkungan anaerobic berubah
menjadi bentuk vegetatif dan berkembang biak sambil menghasilkan toxin.
Dalam jaringan yang anaerobic ini terdapat penurunan potensial oksidasi
reduksi jaringan dan turunnya tekanan oxigen jaringan akibat adanya nanah,
nekrosis jaringan, garam kalsium yang dapat diionisasi. Secara intra axonal
toxin disalurkan ke sel saraf (cel body) yang memakan waktu sesuai dengan
panjang axonnya dan aktifitas serabutnya. Belum terdapat perubahan elektrik
dan fungsi sel saraf walaupun toksin telah terkumpul dalam sel. Dalam
sungsum belakang toksin menjalar dari sel saraf lower motorneuron ke lekuk
sinaps dan diteruskan ke ujung presinaps dari spinal inhibitory neurin. Pada
Kekakuan otot
Lokal generalisata
Trismus
Supuratif :
Tindakan A, B dan C proses eleminasi status konvulsi kerusakan satu
Atur posisi semiprone BAB terganggu atau beberapa dan gangguan SSP
Gangguan pertukaran
gas
Gangguan pola nafas
Hipertermi
Gangguan komunikasi
verbal
Resiko
ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit
Pemenuhan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium :
a. Liquor Cerebri normal
b. hitung leukosit normal atau sedikit meningkat.
c. Pemeriksaan kadar elektrolit darah terutama kalsium dan magnesium
d. Analisa gas darah dan gula darah sewaktu penting untuk dilakukan.
2. Pemeriksaan radiologi : Foto rontgen thorax setelah hari ke-5.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi tetanus terjdi akibat penyakitnya seperti :
1. Spasme otot faring yang menyebabkan terkumpulnya air liur (saliva)
didalam rongga mulut dan hal ini memungkinkan terjadinya aspirasi
sehingga dapat terjadi pnemonia aspirasi.
Intake adekuat
Hasil pemeriksaan albumin 3,5 5 mg%
Intervensi dan rasional :
a. Jelaskan faktor yang mempengaruhi kesuliatan dalam makan dan
pentingnya makanan bagi tubuh
Rasional : dampak dari tetanus adalah adanya kekakuan dari otot
pengunyah sehingga klien mengalami kesuliatan menelan dan kadang
timbul reflex balik atau kesedak. Dengan tingkat pengetahuan yang
adekuat diharapkan klien dapat berpartisipasi dan kooperatif dalam
program diet.
b. Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diet TKTP cair, lunak, dan
bubur kasar.
Rasional : diet yang diberikan sesuai dengan keadaan klien dari
tingkat membuka mulut dan proses mengunyah
c. Kolaborasi untuk memberikan caiaran IV line
Rasioanal : pemberian cairan perinfus diberikan pada klien dengan
ketidakmampuan mengunyah atau tidak bisa makan lewat mulut
sehingga kebutuhan nutrisi terpenuhi.
d. Kolaborasikan untuk pemasangan NGT bila perlu
Rasional : NGT dapat berfungsi sebagai masuknya makanan juga
untuk memberikan obat
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KET :
: klien Tn. M (59th)yang menderita tetanus
:wanita
:menikah
: meninggal
: pisah
: cerai
4. Basic Promoting physiology of Health
a. Keadaan umum
Kesadaran klien coma dengan GCS= E1, Vx, M1. Hasil
pemeriksaan vital sign di dapat TD=135/95 mmHg, nadi
120x/menit, irama nadi ireguler dengan kekutan sangat lemah.
Respirasi RR=28 x/menit dengan irama ireguler, suhu tubuh klien
didapat 40C.
b. Kepala
Kulit kepala normal tidak didapat hamatom, lesi atau kotoran.
Rambut bersih, muka simetris terdapat kumis dan jenggot, mata
klien konjungtiva hiperemis, sclera putih, pupil isokor miosis,
palpebra normal, lensa sedikit keruh, hidung terpasang NGT dan
oksigen kanul, mulut kotor dan lidah kaku, klien tidak
menggunakan gigi palsu, bibir kering. Telinga simetris terlihat
bersih.
c. Leher
Pada leher didapat klien mengalami kaku kuduk, tenggorokan
terdengar suara ngorok seperti banyak terdapat sputum.
d. Dada
Bentuk dada simetris, pulmo klien ekspani, inspirasi, ekspirasi
simetris, suara nafas terdengar ngorok banyak terdapat
sputum/lendir, pernafasan vesikuler, dengan suara nafas tambahan
ronchi +/+, wheasing -/-, pernafasan cuping hidung (-). Pada
pemeriksaan jantung didapat suaranjantung normal gallop (-),
suara S1 dan S2 normal.
e. Abdomen
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah
Tanggal 24 Maret 2009
Hb = 14,8 gr% ( 13,4 17,7 gr% )
Leukosit = 12.000 mg/dl ( 4300 6300 mg/dl )
Tombosit = 222.000 mg/dl ( 150.000 350.000 mg/dl )
Gula darah acak = 136 mg/dl
Kalium elektrolit = 2,5 mEq/L
Natrium = 129 mEq/L
Tanggal 25 Maret 2009
Leukosit = 14.100 mg/dl
Eritrosit = 4,25 mg/dl
Hb = 13,8 gr%
MCH = 32,5
MCHC = 33,0
Trombosit = 120.000 mg/dl
LED = 5 ( < 1,5 )
BUN = 53 mg/dl ( 9 18 mg/dl )