A. LATAR BELAKANG
Campak merupakan penyakit menular yang banyak ditemukan didunia dan
dianggap sebagai persoalan kesehatan masyarakat yang harus diselesaikan. Gejala
awal campak berupa demam, konjungtivis, pilek batuk dan bintik-bintik kecil dengan
bagian tengah berwarna putih atau putih kebiru-biruan dengan dasar kemerahan di
daerah pipi. Tanda khas bercak kemerahan dikulit timbul pada hari ketiga sampai
ketujuh, dimulai di daerah muka, kemudian meneluruh, berlangsung sekitar 4-7 hari,
dan terkadang berakhir dengan pengelupasan kulit berwarna kecoklatan (Enrisyu,
2012). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus campak atau measles. Bagi
penderita campak, virus campak ada di dalam percikan cairan yang dikeluarkan saat
mereka bersin dan batuk. Virus campak akan menulari siapa pun yang menghirup
percikan cairan tersebut. Virus campak bisa bertahan di permukaan selama beberapa
jam, akibatnya, virus ini bisa bertahan menempel pada bendabenda. Saat menyentuh
benda yang sudah terkena percikan virus campak, lalu menempelkan tangan ke
hidung atau mulut, orang lain bisa ikut terinfeksi. Campak lebih sering menimpa
anak-anak berusia di bawah lima tahun. Tetapi pada dasarnya semua orang bisa
terinfeksi virus ini, terutama yang belum pernah terkena campak atau yang belum
mendapat vaksinasi campak. Maka dari itu, memungkinkan virus campak juga
menyerang orang dewasa.
B. PENGERTIAN
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut,menular yang ditandai 3 stadium
yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensensia. Morbili dapat
disebut juga campak,”measles”,rubeola.(IKA,FKUI Volume 2, 2009)
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium
yaitu : stadium inkubasi, stadium prodromal dan stadium erupsi (Rampengan, 2007:
90).
Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute
udara dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer,
2008:2443)
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium,
yaitu : a. stadium kataral, b. stadium erupsi dan c. stadirum konvelensi. (Rusepno,
2007:624) Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium, yaitu (1) stadium kataral, (2) stadium erupsi dan (3) stadirum konvelensi.
(Ngastiyah, 2007:351)
Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan
oleh virus campak. (Hardjiono, 2009:95).
Campak adalah demam eksantematosa akut oleh virus yang menular ditandai oleh
gejala prodromal yang khas, ruam kulit dan bercak koplik. (Ovedoff, 2009:451)
Measles atau rubeola adalah penyakit infeksi tinggi akut melibatkan
traktus respiratorius dan dikarakteristikkan oleh ras makulopapuler confluent.
(N. Clex, 2010:153). Morbili adlah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh tiga
stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi (Suriadi,
2010:211).
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan
3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi.
(Mansjoer, 2009 : 47)
C. ETIOLOGI
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring
dan darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbulnya bercak-bercak.
Cara penularannya dengan droplet dan kontak (IKA,FKUI Volume 2, 2007).
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili
paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap
panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC, sinar
matahari, eter, tripsin, dan beta propiolakton. Sedang formalin dapat
memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen.
(Rampengan, 2011 : 90-91).
Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret
nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul
bercak-bercak, cara penularan dengan droplet dan kontak (Ngastiyah,
2007:351)
Campak adalah suatu virus RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae,
genus Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe antigen saja; yang strukturnya mirip
dengan virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus tersebut
ditemukan di dalam sekresi nasofaring, darah dan air kemih, paling tidak
selama periode prodromal dan untuk waktu singkat setelah munculnya ruam
kulit. Pada suhu ruangan, virus tersebut dapat tetap aktif selama 34 jam.
(Nelson, 2010 : 198).
D. PATOFISIOLOGI
campak (measles) atau rubeola dimulai saat virus campak masuk ke tubuh melalui
mukosa saluran nafas atas atau kelenjar air mata. Infeksi awal dan replikasi virus
terjadi secara lokal pada sel epitel trakea dan bronkus.
Fase viremia pertama terjadi setelah 2-4 hari setelah invasi, akibat replikasi dan
kolonisasi virus pada kelenjar limfe regional yang kemungkinan dibawa oleh
makrofag paru
Fase viremia kedua terjadi setelah 5-7 hari setelah infeksi awal akibat penyebaran
virus pada seluruh sistem retikuloendotelial. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel
dan kulit menyebabkan gejala batuk, pilek, mata merah (3 C’s: cough, coryza,
conjunctivitis) dan demam yang semakin tinggi. Gejala akan semakin memberat
sampai hari kesepuluh setelah infeksi virus dan mulai timbul ruam makulopapular
berwarna kemerahan. Ruam akan menjadi gelap pada masa konvalesens diikuti
dengan terjadinya proses deskuamasi dan hiperpigmentasi
Infeksi virus campak menyebabkan proses imunosupresi pada tubuh yang ditandai
dengan penurunan reaksi hipersensitivitas tipe lambat, penurunan produksi interleukin
(IL)-12 dan penurunan sistem limfoproliferatif antigen-spesifik yang bertahan
beberapa minggu sampai bulan setelah infeksi. Hal ini yang menjadi faktor
predisposisi terjadinya infeksi oportunistik sekunder seperti bronkopneumonia dan
ensefalitis yang meningkatkan angka mortalitas pada anak. Jika virus mencapai paru-
paru maka akan membentuk infiltrat pada paru dan menyebabkan bronkopneumonia.
Pada individu dengan defisiensi imunitas selular, dapat terjadi giant cell pneumonia
yang bersifat fatal dan progresif. Jika virus mencapai otak dapat menyebabkan
pembengkakan atau edema pada otak dan jika bereplikasi pada susunan saraf pusat
(SSP) maka dapat menimbulkan gejala ensefalitis. Pada individu yang
imunokompeten umumnya virus dapat dieliminasi dan menimbulkan kekebalan
seumur hidup
E. PATHWAY
Reflek Batuk
Mengalami replikasi Ruam
Peristaltik
Ketidakefektifan
Virus dilepas ke dalam Gangguan bersihan jalan
Gangguan Diare
aliran darah (viremia Integritas nafas
citra diri
primer) Kulit
Dehidrasi
Virus sampai RES
Mempengaruhi termostat
dalam hipotalamus Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebtuhan tubuh
F. KLASIFIKASI MORBILI
Masa tunasnya adalah 10-20 hari, dan penyakit ini dibagi menjadi dalam 3
stadium yaitu:
1. Stadium Kataral (Prodormal) Berlangsung selama 4-5 hari dengan tanda gejala
sebagai berikut:
a. Panas
b. Malaise
c. Batuk
d. Fotofobia
e. Konjungtivitis
f. Koriza
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema,
timbul bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan
dikelilingi oleh eritema tapi itu sangat jarang dijumpai. Diagnosa
perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita
pernah kotak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.
2. Stadium Erupsi Gejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah:
a. Koriza dan Batuk bertambah
b. Timbul enantema dipalatum durum dan palatum mole
c. Kadang terlehat bercak koplik
d. Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhu badan.
e. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening
f. Splenomegali
g. Diare dan muntah
Variasi dari morbili disebut “Black Measles” yaitu morbili yang
disertai pendarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium konvalensensi
a. Erupsi mulai berkurang dengan meninggalkan bekas (hiperpigmentasi)
b. Suhu menurun sampai normal kecuali ada komplikasi (IKA,FKUI Volume
2,2006).
G. MANIFESTASI KLINIS
Menurut ahli lain manifestasi yang timbul adalah: 1. Stadium Kataral
(prodromal). Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas,
malaise, batuk, fotofobia, konjungtivis, dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral
dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang
patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik
berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema,
lokasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah 2 Stadium erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum
durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak
koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk makula-popula disertai menaiknya suhu
badan diantara macula terdapat kulit yang normal. Mulamula eritema timbul di
belakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang
bawah, kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit, rasa gatal, muka
bengkak. 3. Stadium Konvalesensi Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang
berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Suhu
menurun sampai menjadi normal, kecuali bila ada komplikasi (Rusepno, 20011 : 625)
Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul
pada bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota
badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai mata berair dan kemerahan
(konjungtivis). Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi
kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit
akan tampak seperti bersisik. (Supartini, 2009 : 179).
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
1. Gambaran klinis yang khas
2. Pemeriksaan laboratorium
3. Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan leukopeni
4. Dalam spuntum, sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya
multinucleated giant cells yang khas
5. Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemagglutination inhibition test dan
complemen fixation test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1-3
hari setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 minggu kemudian.
(Rampengan, 2011 : 94).
6. Dalam sputum, sekresi nasal, sediment urine dapat ditemukan adanya
multinucleated giant sel yang khas.
7. Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test dan
complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik
dalam 1 – 3 hari setelah timbulnya ras dan mencapai puncaknya pada 2 minggu
kemudian.
I. PENATALAKSANAAN
Sesungguhnya tidak ada pengobatan yang spesifik untuk mengatasi
penyakit campak. Pada kasus yang ringan, tujuan terapi hanya untuk
mengurangi demam dan batuk, sehingga penderita merasa lebih nyaman dan
dapat beristirahat dengan lebih baik. Dengan istirahat yang cukup dan gizi
yang baik, penyakit campak (pada kasus yang ringan) dapat sembuh dengan
cepat tanpa menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Bila ringan, penderita campak
tidak perlu dirawat. Penderita dapat dipulangkan dengan nasehat agar selalu
mengupayakan peningkatan daya tahan tubuh, dan segera kontrol bila penyakit
bertambah berat. Umumnya dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :
1. Isolasi untuk mencegah penularan
2. Tirah baring dalam ruangan yang temaram (agar tidak menyilaukan)
3. Jaga agar penderita tetap merasa hangat dan nyaman
4. Diet bergizi tinggi dan mudah dicerna. Bila tidak mampu makan
banyak, berikan porsi kecil tapi sering (small but frequent).
5. Asupan cairan harus cukup untuk mencegah dehidrasi
6. Kompres hangat bila panas badan tinggi
7. Humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu
dan lebih baik mempertahanakan suhu ruangan yang hangat..
8. Obat-obat yang dapat diberikan antara lain:
a. Penurun panas (antipiretik): Parasetamol atau ibuprofen
b. Pengurang batuk (antitusif)
c. Vitamin A dosis tunggal :
1) Di bawah 1 tahun: 100.000 unit
2) Di atas 1 tahun: 200.000 unit
d. Antibiotika
Antibiotika hanya diberikan bila terjadi komplikasi berupa
infeksi sekunder (seperti otitis media dan pnemonia).
e. Kortikosteroid dosis tinggi biasanya diberikan pada penderita
morbili dengan ensefalitis.
f. Hidrokortison 100-200 mg/hr selama 3-4 hari
g. Prednison 2 mg/kgBB/hr selama 1 minggu.
J. KOMPLIKASI
1. Pneumoni
Oleh karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder.
Bakteri yang menimbulkan pneumoni pada mobili adalah streptokokus,
pneumokokus, stafilokokus, hemofilus influensae dan kadang-kadang dapat
disebabkan oleh pseudomonas dan klebsiela.
2. Gastroenteritis
Komplikasi yang cukup banyak ditemukan dengan insiden berkisar
19,1 – 30,4%
3. Ensefalitis
Akibat invasi langsung virus morbili ke otak, aktivasi virus yang laten,
atau ensefalomielitis tipe alergi.
4. Otitis media
Komplikasi yang sering ditemukan Mastoiditis Komplikasi dari otitis media
5. Gangguan gizi
Terjadi sebagai akibat intake yang kurang (Anorexia, muntah),
menderita komplikasi. (Rampengan, 2011 : 95)
KONSEP DASAR TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN
MORBILI
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrien
yang diperlukan.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penjamu dan agens infeksi.
4. Nyeri berhubungan dengan lesi kulit, malaise
5. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan isolasi dari teman sebaya.
6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penggarukan
pruritus.
7. Hipertermi berhubungan dengan Efek pirogen terhadap pengaturan suhu
tubuh pada hipotalamus, Peningkatan metabolisme dan proses penyakit.
C. INTERVENSI
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum
Hasil yang diharapkan :
a. Mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi nafas bersih atau
jelas.
b. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas,
misal : batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
Intervensi:
1) Auskultasi bunyi napas
Rasional : beberapa derajat spasma bronkus terjadi dengan
obstruksi jalan nafas.
2) Kaji atau pantau frekuensi pernapasan
Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan
dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stress atau adanya proses
infeksi akut.
3) Catat adanya atau derajat dipsnoe sesak napas
Rasional : disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada
tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di
rumah sakit.
4) Pertahankan polusi lingkungan minimun, misal ; debu, asap, dan bulu
bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.
Rasional : pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat menjadi
episode akut.
5) Observasi karakteristik batuk
Rasional : batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila pasien
lansia, sakit akut, atau kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk
tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi
D. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap
pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana
keperawatan diantaranya : Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah
dilakukan validasi ; ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan
dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis
klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana
intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang
muncul pada pasien (Budianna Keliat, 2010,4).
E. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Tujuan dari evaluasi
ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan
baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (US. Midar H, dkk, 2011).
DAFTAR PUSTAKA