Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN MORBILI

A. LATAR BELAKANG
Campak merupakan penyakit menular yang banyak ditemukan didunia dan
dianggap sebagai persoalan kesehatan masyarakat yang harus diselesaikan. Gejala
awal campak berupa demam, konjungtivis, pilek batuk dan bintik-bintik kecil dengan
bagian tengah berwarna putih atau putih kebiru-biruan dengan dasar kemerahan di
daerah pipi. Tanda khas bercak kemerahan dikulit timbul pada hari ketiga sampai
ketujuh, dimulai di daerah muka, kemudian meneluruh, berlangsung sekitar 4-7 hari,
dan terkadang berakhir dengan pengelupasan kulit berwarna kecoklatan (Enrisyu,
2012). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus campak atau measles. Bagi
penderita campak, virus campak ada di dalam percikan cairan yang dikeluarkan saat
mereka bersin dan batuk. Virus campak akan menulari siapa pun yang menghirup
percikan cairan tersebut. Virus campak bisa bertahan di permukaan selama beberapa
jam, akibatnya, virus ini bisa bertahan menempel pada bendabenda. Saat menyentuh
benda yang sudah terkena percikan virus campak, lalu menempelkan tangan ke
hidung atau mulut, orang lain bisa ikut terinfeksi. Campak lebih sering menimpa
anak-anak berusia di bawah lima tahun. Tetapi pada dasarnya semua orang bisa
terinfeksi virus ini, terutama yang belum pernah terkena campak atau yang belum
mendapat vaksinasi campak. Maka dari itu, memungkinkan virus campak juga
menyerang orang dewasa.

B. PENGERTIAN
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut,menular yang ditandai 3 stadium
yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensensia. Morbili dapat
disebut juga campak,”measles”,rubeola.(IKA,FKUI Volume 2, 2009)
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium
yaitu : stadium inkubasi, stadium prodromal dan stadium erupsi (Rampengan, 2007:
90).
Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute
udara dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer,
2008:2443)
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium,
yaitu : a. stadium kataral, b. stadium erupsi dan c. stadirum konvelensi. (Rusepno,
2007:624) Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium, yaitu (1) stadium kataral, (2) stadium erupsi dan (3) stadirum konvelensi.
(Ngastiyah, 2007:351)
Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan
oleh virus campak. (Hardjiono, 2009:95).
Campak adalah demam eksantematosa akut oleh virus yang menular ditandai oleh
gejala prodromal yang khas, ruam kulit dan bercak koplik. (Ovedoff, 2009:451)
Measles atau rubeola adalah penyakit infeksi tinggi akut melibatkan
traktus respiratorius dan dikarakteristikkan oleh ras makulopapuler confluent.
(N. Clex, 2010:153). Morbili adlah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh tiga
stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi (Suriadi,
2010:211).
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan
3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi.
(Mansjoer, 2009 : 47)

C. ETIOLOGI
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring
dan darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbulnya bercak-bercak.
Cara penularannya dengan droplet dan kontak (IKA,FKUI Volume 2, 2007).
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili
paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap
panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC, sinar
matahari, eter, tripsin, dan beta propiolakton. Sedang formalin dapat
memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen.
(Rampengan, 2011 : 90-91).
Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret
nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul
bercak-bercak, cara penularan dengan droplet dan kontak (Ngastiyah,
2007:351)
Campak adalah suatu virus RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae,
genus Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe antigen saja; yang strukturnya mirip
dengan virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus tersebut
ditemukan di dalam sekresi nasofaring, darah dan air kemih, paling tidak
selama periode prodromal dan untuk waktu singkat setelah munculnya ruam
kulit. Pada suhu ruangan, virus tersebut dapat tetap aktif selama 34 jam.
(Nelson, 2010 : 198).

D. PATOFISIOLOGI
campak (measles) atau rubeola dimulai saat virus campak masuk ke tubuh melalui
mukosa saluran nafas atas atau kelenjar air mata. Infeksi awal dan replikasi virus
terjadi secara lokal pada sel epitel trakea dan bronkus.
Fase viremia pertama terjadi setelah 2-4 hari setelah invasi, akibat replikasi dan
kolonisasi virus pada kelenjar limfe regional yang kemungkinan dibawa oleh
makrofag paru
 Fase viremia kedua terjadi setelah 5-7 hari setelah infeksi awal akibat penyebaran
virus pada seluruh sistem retikuloendotelial. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel
dan kulit menyebabkan gejala batuk, pilek, mata merah (3 C’s: cough, coryza,
conjunctivitis) dan demam yang semakin tinggi. Gejala akan semakin memberat
sampai hari kesepuluh setelah infeksi virus dan mulai timbul ruam makulopapular
berwarna kemerahan. Ruam akan menjadi gelap pada masa konvalesens diikuti
dengan terjadinya proses deskuamasi dan hiperpigmentasi
Infeksi virus campak menyebabkan proses imunosupresi pada tubuh yang ditandai
dengan penurunan reaksi hipersensitivitas tipe lambat, penurunan produksi interleukin
(IL)-12 dan penurunan sistem limfoproliferatif antigen-spesifik yang bertahan
beberapa minggu sampai bulan setelah infeksi. Hal ini yang menjadi faktor
predisposisi terjadinya infeksi oportunistik sekunder seperti bronkopneumonia dan
ensefalitis yang meningkatkan angka mortalitas pada anak. Jika virus mencapai paru-
paru maka akan membentuk infiltrat pada paru dan menyebabkan bronkopneumonia.
Pada individu dengan defisiensi imunitas selular, dapat terjadi giant cell pneumonia
yang bersifat fatal dan progresif. Jika virus mencapai otak dapat menyebabkan
pembengkakan atau edema pada otak dan jika bereplikasi pada susunan saraf pusat
(SSP) maka dapat menimbulkan gejala ensefalitis. Pada individu yang
imunokompeten umumnya virus dapat dieliminasi dan menimbulkan kekebalan
seumur hidup
E. PATHWAY

Paramyxiviridae morbili Mengendap pada organ Saluran cerna


virus
Epital saluran napas
Kulit Hiperplasi jaringan
Masuk sal nafas limfoid
Penurunan fungsi
Poliferasi sel endotel
Ditangkap oleh makrofag silia
kapiler dalam korium Iritasi mukosa
usus
v Sekret
Menyebar ke kelenjar Eksudasi serum/eritrosit
limfa regional dalam epidermis Sekresi

Reflek Batuk
Mengalami replikasi Ruam
Peristaltik

Ketidakefektifan
Virus dilepas ke dalam Gangguan bersihan jalan
Gangguan Diare
aliran darah (viremia Integritas nafas
citra diri
primer) Kulit

Dehidrasi
Virus sampai RES

Set point meningkat


Replikasi Kembali Histamin

Virus sampai ke multiple Peningkatan


Gatal (nyeri ringan) suhu tubuh
tissue site (viremia
sekunder)
Gangguan rasa nyaman Hipertermi
Nyeri
Reaksi radang
Nafsu makan
Pengeluaran
mediator kimia
Intake nutrisi

Mempengaruhi termostat
dalam hipotalamus Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebtuhan tubuh
F. KLASIFIKASI MORBILI
Masa tunasnya adalah 10-20 hari, dan penyakit ini dibagi menjadi dalam 3
stadium yaitu:
1. Stadium Kataral (Prodormal) Berlangsung selama 4-5 hari dengan tanda gejala
sebagai berikut:
a. Panas
b. Malaise
c. Batuk
d. Fotofobia
e. Konjungtivitis
f. Koriza
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema,
timbul bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan
dikelilingi oleh eritema tapi itu sangat jarang dijumpai. Diagnosa
perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita
pernah kotak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.
2. Stadium Erupsi Gejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah:
a. Koriza dan Batuk bertambah
b. Timbul enantema dipalatum durum dan palatum mole
c. Kadang terlehat bercak koplik
d. Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhu badan.
e. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening
f. Splenomegali
g. Diare dan muntah
Variasi dari morbili disebut “Black Measles” yaitu morbili yang
disertai pendarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium konvalensensi
a. Erupsi mulai berkurang dengan meninggalkan bekas (hiperpigmentasi)
b. Suhu menurun sampai normal kecuali ada komplikasi (IKA,FKUI Volume
2,2006).

G. MANIFESTASI KLINIS
Menurut ahli lain manifestasi yang timbul adalah: 1. Stadium Kataral
(prodromal). Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas,
malaise, batuk, fotofobia, konjungtivis, dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral
dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang
patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik
berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema,
lokasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah 2 Stadium erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum
durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak
koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk makula-popula disertai menaiknya suhu
badan diantara macula terdapat kulit yang normal. Mulamula eritema timbul di
belakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang
bawah, kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit, rasa gatal, muka
bengkak. 3. Stadium Konvalesensi Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang
berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Suhu
menurun sampai menjadi normal, kecuali bila ada komplikasi (Rusepno, 20011 : 625)
Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul
pada bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota
badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai mata berair dan kemerahan
(konjungtivis). Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi
kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit
akan tampak seperti bersisik. (Supartini, 2009 : 179).

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
1. Gambaran klinis yang khas
2. Pemeriksaan laboratorium
3. Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan leukopeni
4. Dalam spuntum, sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya
multinucleated giant cells yang khas
5. Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemagglutination inhibition test dan
complemen fixation test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1-3
hari setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 minggu kemudian.
(Rampengan, 2011 : 94).
6. Dalam sputum, sekresi nasal, sediment urine dapat ditemukan adanya
multinucleated giant sel yang khas.
7. Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test dan
complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik
dalam 1 – 3 hari setelah timbulnya ras dan mencapai puncaknya pada 2 minggu
kemudian.

I. PENATALAKSANAAN
Sesungguhnya tidak ada pengobatan yang spesifik untuk mengatasi
penyakit campak. Pada kasus yang ringan, tujuan terapi hanya untuk
mengurangi demam dan batuk, sehingga penderita merasa lebih nyaman dan
dapat beristirahat dengan lebih baik. Dengan istirahat yang cukup dan gizi
yang baik, penyakit campak (pada kasus yang ringan) dapat sembuh dengan
cepat tanpa menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Bila ringan, penderita campak
tidak perlu dirawat. Penderita dapat dipulangkan dengan nasehat agar selalu
mengupayakan peningkatan daya tahan tubuh, dan segera kontrol bila penyakit
bertambah berat. Umumnya dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :
1. Isolasi untuk mencegah penularan
2. Tirah baring dalam ruangan yang temaram (agar tidak menyilaukan)
3. Jaga agar penderita tetap merasa hangat dan nyaman
4. Diet bergizi tinggi dan mudah dicerna. Bila tidak mampu makan
banyak, berikan porsi kecil tapi sering (small but frequent).
5. Asupan cairan harus cukup untuk mencegah dehidrasi
6. Kompres hangat bila panas badan tinggi
7. Humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu
dan lebih baik mempertahanakan suhu ruangan yang hangat..
8. Obat-obat yang dapat diberikan antara lain:
a. Penurun panas (antipiretik): Parasetamol atau ibuprofen
b. Pengurang batuk (antitusif)
c. Vitamin A dosis tunggal :
1) Di bawah 1 tahun: 100.000 unit
2) Di atas 1 tahun: 200.000 unit
d. Antibiotika
Antibiotika hanya diberikan bila terjadi komplikasi berupa
infeksi sekunder (seperti otitis media dan pnemonia).
e. Kortikosteroid dosis tinggi biasanya diberikan pada penderita
morbili dengan ensefalitis.
f. Hidrokortison 100-200 mg/hr selama 3-4 hari
g. Prednison 2 mg/kgBB/hr selama 1 minggu.

J. KOMPLIKASI
1. Pneumoni
Oleh karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder.
Bakteri yang menimbulkan pneumoni pada mobili adalah streptokokus,
pneumokokus, stafilokokus, hemofilus influensae dan kadang-kadang dapat
disebabkan oleh pseudomonas dan klebsiela.
2. Gastroenteritis
Komplikasi yang cukup banyak ditemukan dengan insiden berkisar
19,1 – 30,4%
3. Ensefalitis
Akibat invasi langsung virus morbili ke otak, aktivasi virus yang laten,
atau ensefalomielitis tipe alergi.
4. Otitis media
Komplikasi yang sering ditemukan Mastoiditis Komplikasi dari otitis media
5. Gangguan gizi
Terjadi sebagai akibat intake yang kurang (Anorexia, muntah),
menderita komplikasi. (Rampengan, 2011 : 95)
KONSEP DASAR TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN
MORBILI

A. Pengkajian Data Dasar


1. Biodata
Terdiri dari biodata pasien dan biodata penanggung jawab.
2. Proses keperawatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien dengan morbili yaitu demam terusmenerus
berlangsung 2 – 4 hari. (Pusponegoro, 2008 : 96)
b. Riwayat keperawatan sekarang
Anamnesa adanya demam terus-menerus berlangsung 2 – 4 hari,
batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah, silau bila kena cahaya
(fotofobia), diare, ruam kulit. (Pusponegoro, 2004 : 96) Adanya nafsu makan
menurun, lemah, lesu. (Suriadi, 2010 : 213)
c. Riwayat keperawatan dahulu
Anamnesa pada pengkajian apakah klien pernah dirawat di Rumah
Sakit atau pernah mengalami operasi (Potter, 208 : 185). Anamnesa riwayat
penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, riwayat imunisasi campak
(Wong, 2007 : 657). Anamnesa riwayat kontak dengan orang yang terinfeksi
campak. (Suriadi, 2009 : 213).
d. Riwayat Keluarga
Dapatkan data tentang hubungan kekeluargaan dan hubungan darah,
apakah klien beresiko terhadap penyakit yang bersifat genetik atau
familial. (Potter, 2009 : 185).
3. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a. Bernafas
Kaji pernafasan pasien. Kaji apakah pasien mengalami kesulitan saat
bernafas.
b. Makan dan Minum Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum
dan selama MRS . Kebiasaan : pola makan, frekuensi, jenis.
Perubahan :setelah di rumah sakit.
c. Eliminasi
1) BAK
Kebiasaan : frekuensi, warna, bau.
Perubahan setelah saki.
2) BAB
Kebiasaan : frekuensi, warna, konsistensi.
Perubahan setelah sakit.
d. Gerak dan Aktivitas Kaji gerak dan aktivitas pasien selama berada di RS.
e. Istirahat dan tidur Kebiasaan : kaji kebiasaan istirahat tidur pasien. Perubahan
setelah sakit.
f. Kebersihan Diri. Kaji bagaimana toiletingnya pasien.
g. Pengaturan suhu tubuh Cek suhu tubuh pasien, normal (36°-37°C),
pireksia/demam(38°-40°C), hiperpireksia=40°C< ataupun hipertermi <35,5°C.
h. Rasa Nyaman, Observasi adanya keluhan yang mengganggu kenyamanan
pasien. Observasi nyeri yang di keluhkan pasien.
i. Rasa Aman. Kaji keluarga pasien mengenai kecemasan yang ia rasakan
j. Sosialisasi dan Komunikasi Observasi social dan komunikasi pasien. Kaji
apakan pasien mampu bercanda dengan keluarganya.
k. Bekerja
Kaji pasien apakah pasien mampu bermain dan bercanda dengan
keluarganya.
l. Ibadah
Ketahui agama apa yang dianut pasien.
m. Rekreasi. Observasi apakah sebelumnya pasien sering rekreasi dan sengaja
meluangkan waktunya untuk rekreasi. Tujuannya untuk mengetahui teknik
yang tepat saat depresi.
n. Pengetahuan atau belajar. Seberapa besar keingintahuan keluarga mengenai
cara pencegahan diare pada anak. Disinilah peran perawat untuk memberikan
HE kepada keluarga pasien mengenai cara pencegahan diare pada anak.
4. Pemeriksaan Fisik Kulit :
a. Timbul rash. Rash mulai timbul sebagai eritema makulopapular ( penonjolan
pada kulit yang berwarna merah ). Timbul dari belakang telinga pada batas
rambut dan menyebar ke daerah pipi, seluruh wajah, leher, lengan bagian atas
dan dada bagian atas dalam 24 jam I.
Dalam 24 jam berikutnya, menyebar menutupi punggung, abdomen, seluruh
lengan dan paha, pada akhirnya mencapai kaki pada hari ke 2 – 3, maka rash
pada wajah mulai menghilang. Proses menghilangnya rash berlangsung dari
atas ke bawah dengan urutan sama dengan urutan proses pemunculannya.
Dalam waktu 4 – 5 hari menjadi kehitam – hitaman ( hiperpigmentasi ) &
pengelupasan (desquamasi).
b. Kepala
1) Mata
Konjungtivitis & fotofobia. Tampak adanya suatu garis
melintang dari peradangan konjungtiva yang dibatasi pada sepanjang tepi
kelopak mata (Transverse Marginal Line Injectio) pada palpebrae inferior,
rasa panas di dalam mata & mata akan tampak merah, berair, mengandung
eksudat pada kantong konjungtiva.
2) Hidung
Bersin yang diikuti hidung tersumbat & sekret mukopurulen
dan menjadi profus pada saat erupsi mencapai puncak serta menghilang
bersamaan dengan menghilangnya panas.
3) Mulut
Didapatkan koplik's spot. Merupakan gambaran bercak – bercak kecil
yang irregular sebesar ujung jarum / pasir yang berwarna merah terang dan
bagian tengahnya berwarma putih kelabu. Berada pada mukosa pipi
berhadapan dengan molar ke – 2 , tetapi kadang – kadang menyebar tidak
teratur mengenai seluruh permukaan mukosa pipi. Timbulnya pada hari ke
– 2 setelah erupsi
kemudian menghilang. Tanda ini merupakan tanda khas pada
morbili.
4) Leher
Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas rahang
daerah servikal posterior. Hal ini disebabkan karena aktivitas
jaringan limphoid untuk menghancurkan agen penyerang (virus morbili).
5) Dada
a) Paru :
Bila terjadi perubahan pola nafas & ketidakefektifan bersihan jalan
nafas akan didapatkan peningkatan frekuensi pernafasan, retraksi otot
bantu pernafasan dan suara nafas tambahan. Batuk yang disebabkan
oleh reaksi inflamasi mukosa saluran nafas bersifat batuk kering.
Intensitas batuk meningkat mencapai puncak pada saat erupsi.
Bertahan lama & menghilang secara
bertahap dalam 5 – 10 hari.
b) Jantung : Terdengar suara jantung I & II.
6) Abdomen :
Bising usus terdengar, pada keadaan hidrasi turgor kulit dapat
menurun.
7) Anus & genetalia
Eliminasi alvi dapat terganggu berupa diare Eliminasi uri tidak
t.erpengaruh.
8) Ekstremitas atas dan bawah : Ditemukan rash dengan sifat sesuai waktu
timbulnya. 5. Pemeriksaan penunjang Dari hasil pemeriksaan laboratorium
ditemukan leukopenia ringan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrien
yang diperlukan.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penjamu dan agens infeksi.
4. Nyeri berhubungan dengan lesi kulit, malaise
5. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan isolasi dari teman sebaya.
6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penggarukan
pruritus.
7. Hipertermi berhubungan dengan Efek pirogen terhadap pengaturan suhu
tubuh pada hipotalamus, Peningkatan metabolisme dan proses penyakit.

C. INTERVENSI
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum
Hasil yang diharapkan :
a. Mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi nafas bersih atau
jelas.
b. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas,
misal : batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
Intervensi:
1) Auskultasi bunyi napas
Rasional : beberapa derajat spasma bronkus terjadi dengan
obstruksi jalan nafas.
2) Kaji atau pantau frekuensi pernapasan
Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan
dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stress atau adanya proses
infeksi akut.
3) Catat adanya atau derajat dipsnoe sesak napas
Rasional : disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada
tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di
rumah sakit.
4) Pertahankan polusi lingkungan minimun, misal ; debu, asap, dan bulu
bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.
Rasional : pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat menjadi
episode akut.
5) Observasi karakteristik batuk
Rasional : batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila pasien
lansia, sakit akut, atau kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk
tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan atau
absorpsi nutrien yang diperlukan.
Hasil yang diharapkan :
a. Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan
nilai laboratorium normal.
b. Tidak mengalami tanda malnutrisi.
c. Menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan
dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
Intervensi :
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
2. Observasi dan catat masukan makanan pasien.
Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi
makanan.
3. Timbang berat badan tiap hari
Rasional : mengevaluasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi
nutrisi.
4. Berikan makanan sedikit dari frekuensi sering dan atau makan diantara
waktu makan.
Rasional : makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan
meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster.
5. Observasi dan catat kejadian mual atau muntah, flatus, dan
gejala lain yang berhubungan.
Rasional : gejala gastro intestinal dapat menunjukkan efek
anemia (hipoksia) pada organ.

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penjamu dan agens infeksi.


Hasil yang diharapkan :
a. Anak yang rentan tidak mengalami penyakit.
b. Infeksi tidak menyebar
c. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti komplikasi seperti infeksi dan
dehidrasi.
Intervensi:
1. Identifikasi anak beresiko tinggi
Rasional : memastikan anak menghindari pemajanan
2. Lakukan rujukan ke perawat kesehatan masyarakat bila perlu
Rasional : untuk memastikan prosedur yang tepat di rumah.
3. Pantau suhu
Rasional : peningkatan suhu tubuh yang tidak diperkirakan dapat menandakan
adanya infeksi.
4. Pertahankan higiene tubuh yang baik.
Rasional : untuk mengurangi resiko infeksi sekunder dari
lesi.
5. Berikan serapan air sedikit tapi sering atau minuman kesukaan anak serta
makanan halus atau lunak.
Rasional : - Untuk menjamin hidrasi yang adekuat Banyak anak-anak yang
mengalami anoreksia selama sakit.

4. Nyeri berhubungan dengan lesi kulit, malaise


Hasil yang diharapkan :
a. Kulit dan membran mukosa bersih dan bebas dari iritasi.
b. Anak menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan minimum.
Intervensi :
1. Gunakan vaporiser embun dingin, kumur-kumur, dan tablet
isap.
Rasional : untuk menjaga agar membran mukosa tetap lembab.
2. Bersihkan mata dengan larutan salin fisiologis
Rasional : untuk menghilangkan sekresi atau kusta
3. Jaga agar anak tetap dingin.
Rasional : karena udara yang terlalu panas dapat meningkatkan rasa gatal
4. Berikan mandi air dingin dan berikan lotion seperti kalamin
Rasional : untuk menurunkan rasa gatal.
5. Berikan analgesik, antipiretik, dan antipruritus sesuai
kebutuhan dan ketentuan.
Rasional : untuk mengurangi nyeri, menurunkan suhu tubuh, dan mengurangi
rasa gatal.

5. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan isolasi dari teman sebaya.


Hasil yang diharapkan :
a. Anak menunjukkan pemahaman tentang pembatasan
b. Anak melakukan aktivitas yang tepat dan berinteraksi.
Intervensi :
1. Jelaskan alasan untuk pengisolasian dan penggunaan kewaspadaan khusus.
Rasional : untuk meningkatkan pemahaman anak tentang pembahasan.
2. Biarkan anak memainkan sarung tangan dan masker
Rasional : untuk memfasilitasi koping positif.
3. Berikan aktivitas pengalihan
Rasional : untuk melakukan aktivitas yang tepat dan berinteraksi.
4. Anjurkan orang tua untuk tetap bersama anak selama
hospitalisasi.
Rasional : untuk menurunkan perpisahan dan memberikan
kedekatan.
5. Siapkan teman sebaya anak untuk perubahan perampilan
fisik
Rasional : untuk mendorong penerimaan teman sebaya.
6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penggarukan
pruritu
Hasil yang diharapkan : kulit tetap utuh
Intervensi:
1. Jaga agar kuku tetap pendek dan bersih
Rasional : untuk meminimalkan trauma dan infeksi sekunder.
2. Pakailah sarung tangan atau restrein siku
Rasional : untuk mencegah penggarukan
3. Berikan pakaian yang tipis, longgar, dan tidak meng mengiritasi.
Rasional : karena panas yang berlebihan dapat meningkatkan rasa gatal.
4. Tutup area yang sakit (lengan panjang, celana panjang, pakaian satu lapis).
Rasional : untuk mencegah penggarukan
5. Berikan losion yang melembutkan (sedikit saja pada lesi terbuka).
Rasional : karena pada lesi terbuka absorpsi obat meningkat untuk menurunkan
pruritus. Hindari pemajanan panas atau sinar matahari.
Rasional : menimbulkan ruam (Doenges, 2000 : 156, 157 dan 575).

7. Hipertermi berhubungan dengan Efek pirogen terhadap pengaturan suhu


tubuh pada hipotalamus, Peningkatan metabolisme dan proses penyakit.
Hasil yang diharapkan :
Klien menunjukkan suhu tubuh dalam batas normal.
Kriteria hasil :
a. Suhu tubuh 36,5º – 37,5º C ( bayi ) , suhu tubuh 36º –37,5ºC(anak)
b. Frekuensi pernafasan : Bayi ; 30-60 x/mnt, anak ; 15-30 x/mnt.
c. Frekuensi nadi : Bayi ; 120-140 x/mnt, anak ; 100-120 x/mnt.
Intervensi :
1. Monitor temperatur suhu
R/ Perubahan temperatur dapat terjadi pada proses infeksi akut.
2. Monitor suhu lingkungan.
R/ Temperatur lingkungan dipertahankan mendekati suhu normal.
3. Berikan kompres dingin.
R/ Menurunkan panas lewat konduksi.
4. Berikan antipiretik sesuai program tim medis.
R/ Menurunkan panas pada pusat hipotalamus.

D. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap
pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana
keperawatan diantaranya : Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah
dilakukan validasi ; ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan
dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis
klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana
intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang
muncul pada pasien (Budianna Keliat, 2010,4).

E. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Tujuan dari evaluasi
ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan
baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (US. Midar H, dkk, 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnose


medis & NANDA NIC-NOC.Jakarta : Med Action Publishing
Carpenito, Lynda Juall, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik
Edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran EGC,;2010
Doenges, E. Marilynn. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A. Dkk.2007. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
PenyakitEdisi 6 Volume 1. EGC, Jakarta
Smeltzer, Suzanna C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner
dan Suddarth Edisi 8 Volume 2. EGC, Jakarta.
Markum.AH. 2009. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai