DISUSUN OLEH :
RENITA EMILIA
NPM : 201920729328
A. PENGERTIAN
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut,menular yang ditandai 3 stadium yaitu
stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensensia. Morbili dapat disebut
juga campak,”measles”,rubeola.(IKA,FKUI Volume 2, 2009)
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium
yaitu : stadium inkubasi, stadium prodromal dan stadium erupsi (Rampengan, 2007:
90).
Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute
udara dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer,
2008:2443)
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium,
yaitu : a. stadium kataral, b. stadium erupsi dan c. stadirum konvelensi. (Rusepno,
2007:624) Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan
3 stadium, yaitu (1) stadium kataral, (2) stadium erupsi dan (3) stadirum konvelensi.
(Ngastiyah, 2007:351)
Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan
oleh virus campak. (Hardjiono, 2009:95).
Campak adalah demam eksantematosa akut oleh virus yang menular ditandai oleh
gejala prodromal yang khas, ruam kulit dan bercak koplik. (Ovedoff, 2009:451)
Measles atau rubeola adalah penyakit infeksi tinggi akut melibatkan
traktus respiratorius dan dikarakteristikkan oleh ras makulopapuler confluent.
(N. Clex, 2010:153). Morbili adlah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh
tiga stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi (Suriadi,
2010:211).
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan
3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi.
(Mansjoer, 2009 : 47).
B. ETIOLOGI
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring
dan darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbulnya bercak-bercak.
Cara penularannya dengan droplet dan kontak (IKA,FKUI Volume 2, 2007).
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili
paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap
panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC, sinar
matahari, eter, tripsin, dan beta propiolakton. Sedang formalin dapat
memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen.
(Rampengan, 2011 : 90-91).
Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret
nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul
bercak-bercak, cara penularan dengan droplet dan kontak (Ngastiyah,
2007:351)
Campak adalah suatu virus RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae,
genus Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe antigen saja; yang strukturnya mirip
dengan virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus tersebut
ditemukan di dalam sekresi nasofaring, darah dan air kemih, paling tidak
selama periode prodromal dan untuk waktu singkat setelah munculnya ruam
kulit. Pada suhu ruangan, virus tersebut dapat tetap aktif selama 34 jam.
(Nelson, 2010 : 198).
C. EPIDEMOLOGI
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan
kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah
menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta)
sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang
sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila seseorang wanita menderita
morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan
mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester I, II, atau III
maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau
seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak yang kemudian
meninggal sebelum usia 1 tahun. Morbili dapat ditularkan dengan 3 cara, antara lain
:
1. Percikan ludah yang mengandung virus
2. Kontak langsung dengan penderita
3. Penggunaan peralatan makan & minum bersama. Penderita dapat menularkan
infeksi dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan selama ruam
kulit ada. Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif
dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir dari ibu yang telah kebal
(berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak
adalah :
1) Bayi berumur lebih dari 1 tahun
2) Bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
3) Daya tahan tubuh yang lemah
4) Belum pernah terkena campak
5) Belum pernah mendapat vaksinasi campak.
6) Remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.
D. PATOFISIOLOGI
Reflek Batuk
Mengalami replikasi Ruam
Peristaltik
Ketidakefektifan
Virus dilepas ke dalam Gangguan bersihan jalan
Gangguan Diare
aliran darah (viremia Integritas nafas
citra diri
primer) Kulit
Dehidrasi
Virus sampai RES
Nafsu makan
Pengeluaran
mediator kimia
Intake nutrisi
Mempengaruhi termostat
dalam hipotalamus Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebtuhan tubuh
E. KLASIFIKASI MORBILI
Masa tunasnya adalah 10-20 hari, dan penyakit ini dibagi menjadi dalam 3
stadium yaitu:
1. Stadium Kataral (Prodormal) Berlangsung selama 4-5 hari dengan tanda gejala
sebagai berikut:
a. Panas
b. Malaise
c. Batuk
d. Fotofobia
e. Konjungtivitis
f. Koriza
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema,
timbul bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan
dikelilingi oleh eritema tapi itu sangat jarang dijumpai. Diagnosa
perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita
pernah kotak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.
2. Stadium Erupsi Gejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah:
a. Koriza dan Batuk bertambah
b. Timbul enantema dipalatum durum dan palatum mole
c. Kadang terlehat bercak koplik
d. Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhu badan.
e. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening
f. Splenomegali
g. Diare dan muntah
Variasi dari morbili disebut “Black Measles” yaitu morbili yang
disertai pendarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium konvalensensi
a. Erupsi mulai berkurang dengan meninggalkan bekas (hiperpigmentasi)
b. Suhu menurun sampai normal kecuali ada komplikasi (IKA,FKUI Volume
2,2006).
F. MANIFESTASI KLINIS
Menurut ahli lain manifestasi yang timbul adalah: 1. Stadium Kataral (prodromal).
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk,
fotofobia, konjungtivis, dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam
sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang
patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik
berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema,
lokasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah 2 Stadium erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum
durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak
koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk makula-popula disertai menaiknya suhu
badan diantara macula terdapat kulit yang normal. Mulamula eritema timbul di
belakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian
belakang bawah, kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit, rasa gatal,
muka bengkak. 3. Stadium Konvalesensi Erupsi berkurang meninggalkan bekas
yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri.
Suhu menurun sampai menjadi normal, kecuali bila ada komplikasi (Rusepno,
20011 : 625)
Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul
pada bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota
badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai mata berair dan kemerahan
(konjungtivis). Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi
kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh,
kulit akan tampak seperti bersisik. (Supartini, 2009 : 179).
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
1. Gambaran klinis yang khas
2. Pemeriksaan laboratorium
3. Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan leukopeni
4. Dalam spuntum, sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya
multinucleated giant cells yang khas
5. Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemagglutination inhibition test dan
complemen fixation test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1-
3 hari setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 minggu
kemudian. (Rampengan, 2011 : 94).
6. Dalam sputum, sekresi nasal, sediment urine dapat ditemukan adanya
multinucleated giant sel yang khas.
7. Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test dan
complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik
dalam 1 – 3 hari setelah timbulnya ras dan mencapai puncaknya pada 2 minggu
kemudian.
H. PENATALAKSANAAN
Sesungguhnya tidak ada pengobatan yang spesifik untuk mengatasi
penyakit campak. Pada kasus yang ringan, tujuan terapi hanya untuk
mengurangi demam dan batuk, sehingga penderita merasa lebih nyaman dan
dapat beristirahat dengan lebih baik. Dengan istirahat yang cukup dan gizi
yang baik, penyakit campak (pada kasus yang ringan) dapat sembuh dengan
cepat tanpa menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Bila ringan, penderita
campak tidak perlu dirawat. Penderita dapat dipulangkan dengan nasehat agar selalu
mengupayakan peningkatan daya tahan tubuh, dan segera kontrol bila penyakit
bertambah berat. Umumnya dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :
1. Isolasi untuk mencegah penularan
2. Tirah baring dalam ruangan yang temaram (agar tidak menyilaukan)
3. Jaga agar penderita tetap merasa hangat dan nyaman
4. Diet bergizi tinggi dan mudah dicerna. Bila tidak mampu makan
banyak, berikan porsi kecil tapi sering (small but frequent).
5. Asupan cairan harus cukup untuk mencegah dehidrasi
6. Kompres hangat bila panas badan tinggi
7. Humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu
dan lebih baik mempertahanakan suhu ruangan yang hangat..
8. Obat-obat yang dapat diberikan antara lain:
a. Penurun panas (antipiretik): Parasetamol atau ibuprofen
b. Pengurang batuk (antitusif)
c. Vitamin A dosis tunggal :
1) Di bawah 1 tahun: 100.000 unit
2) Di atas 1 tahun: 200.000 unit
d. Antibiotika
Antibiotika hanya diberikan bila terjadi komplikasi berupa
infeksi sekunder (seperti otitis media dan pnemonia).
e. Kortikosteroid dosis tinggi biasanya diberikan pada penderita
morbili dengan ensefalitis.
f. Hidrokortison 100-200 mg/hr selama 3-4 hari
g. Prednison 2 mg/kgBB/hr selama 1 minggu.
I. KOMPLIKASI
1. Pneumoni
Oleh karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder.
Bakteri yang menimbulkan pneumoni pada mobili adalah streptokokus,
pneumokokus, stafilokokus, hemofilus influensae dan kadang-kadang dapat
disebabkan oleh pseudomonas dan klebsiela.
2. Gastroenteritis
Komplikasi yang cukup banyak ditemukan dengan insiden berkisar
19,1 – 30,4%
3. Ensefalitis
Akibat invasi langsung virus morbili ke otak, aktivasi virus yang laten,
atau ensefalomielitis tipe alergi.
4. Otitis media
Komplikasi yang sering ditemukan Mastoiditis Komplikasi dari otitis media
5. Gangguan gizi
Terjadi sebagai akibat intake yang kurang (Anorexia, muntah),
menderita komplikasi. (Rampengan, 2011 : 95)
KONSEP DASAR TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK
DENGAN MORBILI
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrien
yang diperlukan.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penjamu dan agens infeksi.
4. Nyeri berhubungan dengan lesi kulit, malaise
5. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan isolasi dari teman sebaya.
6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penggarukan
pruritus.
7. Hipertermi berhubungan dengan Efek pirogen terhadap pengaturan suhu
tubuh pada hipotalamus, Peningkatan metabolisme dan proses penyakit.
C. INTERVENSI
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum
Hasil yang diharapkan :
a. Mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi nafas bersih atau
jelas.
b. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas,
misal : batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
Intervensi:
1) Auskultasi bunyi napas
Rasional : beberapa derajat spasma bronkus terjadi dengan
obstruksi jalan nafas.
2) Kaji atau pantau frekuensi pernapasan
Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan
dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stress atau adanya proses
infeksi akut.
3) Catat adanya atau derajat dipsnoe sesak napas
Rasional : disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada
tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di
rumah sakit.
4) Pertahankan polusi lingkungan minimun, misal ; debu, asap, dan bulu
bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.
Rasional : pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat menjadi
episode akut.
5) Observasi karakteristik batuk
Rasional : batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila
pasien lansia, sakit akut, atau kelemahan. Batuk paling efektif pada
posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi
D. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap
pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana
keperawatan diantaranya : Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana
setelah dilakukan validasi ; ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual
dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana
intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan
yang muncul pada pasien (Budianna Keliat, 2010,4).
E. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Tujuan dari evaluasi
ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan
baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (US. Midar H, dkk, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS DATA
Nama : An. T
Tempat / Tanggal lahir : Liwa / 08 februari 2014
Umur : 6 Th
Nama Ayah : Tn.B
Nama Ibu : Ny.A
Pekerjaan Ayah : Petani
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Pantau
Agama : Khatolik
Suku / Bangsa : Batak / Indonesia
Pendidikan Ayah : SMA
Pendidikan Ibu : SMA
2. KELUHAN UTAMA
Pada tanggal 18 Mei 2020 dilakukan pengkajian dengan keluhan utama gatal
dan timbul bintik-bintik merah (rash) pada bagian hampir seluruh tubuh.
6. RIWAYAT SOSIAL
a. Yang mengasuh : Kedua orang tua dan pengasuhnya
b. Hubungan dengan anggota keluarga : Baik, banyak keluarga yang
mengunjunginya saat dia sakit.
c. Hubungan dengan teman sebaya : Kurang bersosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya.
d. Pembawaan secara umum : Anak sangat aktif
e. Lingkungan rumah : Daerah sekitar rumah bersih
7. KEBUTUHAN DASAR
a. Makanan yang disukai : Ayam goreng, mie goring, sup ayam.
b. Alat makan yang dipakai : Menggunakan sendok dan piring
c. Pola makan : Pola makan belom teratur, sering
minta makan diluar jam makan.
d. Kebiasaan tidur : Selain tidur malam setiap hari tidur
siang tetapi belom teratur.
e. Mandi : 2 x sehari.
f. Eliminasi : Rutin, 1 x sehari
9. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Compos mentis
b. TB/BB : 80 cm/16 kg
c. Mata
- Simetris KA/KI
- Conjungtivitis
- Sekres : Dalam batas normal
- Purulen : Tidak terdapat purulen
- Strabismus: Tidak ada strabismus
- Joundic : Tidak ada joundic
- Gerakan bola mata : Tidak ada kelainan pada gerakan pada bola
mata.
d. Hidung
- Bentuk : Simetris
- Cuping Hidung : Tidak ada kelainan
e. Mulut , Gusi, dan Gigi
- Bentuk mulut : Tidak ada kelainan, mukusa bibir kering
- Saliva : Mulut terasa pahit
- Palatum : Tampak Kering
- Lidah : Tampak kering, kotor, merah bagian belakang
f. Telinga
- Bentuk : Simetris KA/KI
- Cairan : Masih dibatas normal
g. Tengkuk : Normal (tidak ada kelainan)
h. Dada : Normal (tidak ada kelainan)
i. Jantung : Dalam batas normal
j. Genetalia : Tidak ada kelainan pada genetalia
k. Ekstreamitas : Tidak ada kelainan
l. Kulit : banyak bintiki merah pada kulit (Rush)
Jum 18-05-2020
DO:
18-05-2020
DO:
- BB anak 15 kg
- Posi makan 4 sendok makan (bubur)
- Nadi = 80x/mnt , Suhu = 39oC , TD = 100/60
Mmhg
18-05-2020
- Hipertermi
- Akral terasa hangat
- Nadi = 80x/mnt , Suhu = 39oC , TD = 100/60
Mmhg
PERENCANAAN
TANGGAL DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
18-05-2020 Gangguan integritas dilakukan tindakan 1. Pertahankan kuku 1. Untuk mencegah terjadinya luka pada saat
kulit b.d adanya rush keperawatan selama anak tetap pendek, anak menggaruk.
(erupsi kulit) 2x24 jam bintik – menjelaskan pada
bintik merah pada anak untuk tidak
kulit akan hilang. menggaruk rush,
2. Berikan obat anti
Dengan Kriteria Hasil: pruritus topical, dan 2. Agar tidak merasakan gatal dan sakit pada
1. Pasien tidak anestesi topical. kulit pasien.
merasakan gatal 3. Mandikan anak 3. Untuk mencegah infeksi.
dan nyaman dengan
dengan mengguankan sabun
keadaannya. yang tidak perih.
2. Rush pada kulit 4. Kolaborasi
pemberian 4. Agar tidak merasakan gatal dan sakit pada
berkurang.
antihistamin kulit.
27
makan.
28
3. Badan tidak terasa lingkungan, batasi
panas. atau tambahkan linen
4. Akral normal. tempat tidur sesuai
indikasi.
4. Monitor perubahan
suhu tubuh.
19-05-2020 Gangguan integritas kulit b.d 1. Mempertahankan kuku anak tetap pendek, S : Pasien mengatakan rasa gatalnya
adanya rush (erupsi kulit) menjelaskan pada anak untuk tidak masih ada
menggaruk rush,
2. Memberikan obat anti pruritus topical, dan O : Ditandai dengan jarangnya pasien
anestesi topical. menggaruk kulit
3. Memandikan anak dengan mengguankan A : Masalah belum teratasi
sabun yang tidak perih.
29
4. Memberikan kolaborasi obat antihistamin P : Lanjutkan intervensi
19-05-2020 Gangguan kebutuhan nutrisi 1. Memberikan banyak minum (sari buah- S : Ibu pasien mengatakan anaknya
kurang dari kebutuhan b.d buahan, sirup yang tidak memakai es). masih merasakan pahit pada
anoreksia 2. Memberikan susu porsi sedikit tapi sering mulutnya sewaktu makan
(susu dibuat encer dan tidak terlalu manis).
3. Memberikan makanan lunak, misalnya O : Ditandai dengan kurang nafsu makan
bubur yang memakai kuah, dengan porsi pada anak
sedikit tetapi dengan kuantitas yang sering. A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
30
2. Memberikan susu porsi sedikit tapi
sering (susu dibuat encer dan tidak
terlalu manis).
3. Memberikan makanan lunak,
misalnya bubur yang memakai kuah,
dengan porsi sedikit tetapi dengan
kuantitas yang sering.
20-05-2020 Gangguan rasa nyaman : 1. Melibatkan keluarga dalam perawatan S : Ibu pasien mengatakan badannya
peningkatan suhu tubuh b.d serta ajari cara menurunkan suhu tubuh. sudah tidak panas lagi
proses inflamasi/infeksi/virus. 2. Memberikan kompres hangat
3. Memantau suhu lingkungan, batasi atau O : Ditandai dengan o
pengukuran suhu
tambahkan linen tempat tidur sesuai tubuh normal 37 C
indikasi. A : Masalah teratasi
4. Memoonitor perubahan suhu tubuh.
P : Hentikan intervensi
20-05-2020 Gangguan integritas kulit b.d 1. Mempertahankan kuku anak tetap pendek, S : Ibu pasien mengatakan rasa gatalnya
adanya rush (erupsi kulit) menjelaskan pada anak untuk tidak berkurang
menggaruk rush,
2. Memberikan obat anti pruritus topical, dan O : Ditandai dengan jarangnya anak
anestesi topical. menggaruk kulit
3. Memandikan anak dengan mengguankan A : Masalah teratasi sebagian
sabun yang tidak perih.
4. Memberikan kolaborasi obat antihistamin P : Lanjutkan intervensi
31
1. Memberikan obat anti pruritus
topical, dan anestesi topical.
2. Memberikan kolaborasi obat
antihistamin
18-05-2020 Gangguan kebutuhan nutrisi 1. Memberikan banyak minum (sari buah- S : Ibu pasien mengatakan anaknya
kurang dari kebutuhan b.d buahan, sirup yang tidak memakai es). sudah tidak merasakan pahit pada
anoreksia 2. Memberikan susu porsi sedikit tapi sering mulutnya sewaktu makan
(susu dibuat encer dan tidak terlalu manis).
3. Memberikan makanan lunak, misalnya O : ditandai dengan meningkatnya nafsu
bubur yang memakai kuah, dengan porsi makan pada anak dan lidah terlihat
sedikit tetapi dengan kuantitas yang sering. bersih
P : Lanjutkan Intervensi
18-05-2020 Gangguan integritas kulit b.d 1. Memberikan obat anti pruritus topical, dan S : Ibu pasien mengatakan rasa gatalnya
adanya rush (erupsi kulit) anestesi topical. hilang
2. Memberikan kolaborasi obat antihistamin
O : Ditandai dengan pasien tenang dan
32
tidak menggaruk kulit
A : Masalah teratasi
P : hentikan intervensi
18-05-2020 Gangguan kebutuhan nutrisi 1. Memberikan banyak minum (sari buah- S : Ibu pasien mengatakan anaknya
kurang dari kebutuhan b.d buahan, sirup yang tidak memakai es). sudah tidak merasakan pahit pada
anoreksia 2. Memberikan susu porsi sedikit tapi sering mulutnya sewaktu makan
(susu dibuat encer dan tidak terlalu manis).
O : ditandai dengan meningkatnya nafsu
makan pada anak dan lidah terlihat
bersih
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
33