Anda di halaman 1dari 24

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI

Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium
yaitu : stadium inkubasi, stadium prodromal dan stadium erupsi (Rampengan, 1997:
90)
Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute udara dari
seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer, 2001:2443)
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium,
yaitu : stadium kataral, stadium erupsi dan stadirum konvelensi. (Rusepno, 2002:624)
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium,
yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadirum konvelensi. (Ngastiyah, 1997:351)

2. ETIOLOGI

Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili
paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan
dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC, sinar matahari, eter,
tripsin, dan beta propiolakton. Sedang formalin dapat memusnahkan daya infeksinya
tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen. (Rampengan, 1997 : 90-91)
Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan
darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak, cara
penularan dengan droplet dan kontak (Ngastiyah, 1997:351)
Campak adalah suatu virus RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus
Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe antigen saja; yang strukturnya mirip dengan virus
penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus tersebut ditemukan di dalam
sekresi nasofaring, darah dan air kemih, paling tidak selama periode prodromal dan
untuk waktu singkat setelah munculnya ruam kulit. Pada suhu ruangan, virus tersebut
dapat tetap aktif selama 34 jam. (Nelson, 1992 : 198).

3. EPIDEMIOLOGI
Morbili dapat ditularkan dengan 3 cara,antara lain percikan ludah yang
mengandung virus, kontak langsung dengan penderita, penggunaan peralatan
makan & minum bersama. Penderita dapat menularkan infeksi dalam waktu 2-4
hari sebelum timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada.Biasanya penyakit
ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup.
Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat
kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah
umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita
morbili. Bila seseorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan,
maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada
trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak dengan
kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak yang
kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.
Di Indonesia penyakit campak meru pakan penyebab kematian nomor 5
sepanjang tahun 1992-1995 dengan proporsi masing-masing 3,3% dan 4,1% atau
1:1000 kasus dan sebagian kasus tersebut terjadi pada anak berusia 6 bulan
sampai 3 tahun atau setidaknya 15- 20% sering terjadi pada anak berusia 36
bulan. (Depkes, 2007).

4. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Daya tahan tubuh yang lemah
b. Belum pernah terkena campak
c. Belum pernah mendapat vaksinasi campak
5. PATOFISIOLOGI

Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul pada
bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan. Selain itu,
timbul gejala seperti flu disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivis). Setelah 3-
4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak
bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak seperti bersisik.
(Supartini, 2002 : 179). Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang
infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang.

Penularan campak terjadi melalui droplet melalui udara, terjadi antara 1-2 hari
sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Di tempat awal
infeksi, penggadaan virus sangat minimal dan jarang dapat ditemukan virusnya.
Virus masuk kedalam limfatik lokal, bebas maupun berhubungan dengan sel
mononuklear mencapai kelenjar getah bening lokal. Di tempat ini virus
memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dari tempat ini mulailah
penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limpa.
Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa
berinti banyak Sedangkan limfosit T meliputi klas penekanan dan penolong yang
rentan terhadap infeksi, aktif membelah. Gambaran kejadian awal di jaringan
limfoid masih belum diketahui secara lengkap, tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal,
fokus infeksi terwujud yaitu ketika virus masuk kedalam pembuluh darah dan
menyebar ke permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran napas, kulit,
kandung kemih, usus.Pada hari ke 9-10 fokus infeksi yang berada di epitel aluran
nafas dan konjungtiva, 1-2 lapisan mengalami nekrosis. Pada saat itu virus dalam
jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi
klinik dari sistem saluran napas diawali dengan keluhan batuk pilek disertai
selaput konjungtiva yang tampak merah.
Respon imun yang terjadi adalah proses peradangan epitel pada sistem saluran
pernapasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit
berat dan ruam yang menyebar ke seluruh tubuh, tanpa suatu ulsera kecil pada
mukosa pipi yang disebut bercak koplik. Muncul ruam makulopapular pada hari ke-
14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibody humoral dapat dideteksi.
Selanjutnya daya tahan tubuh menurun, sebagai akibat respon delayed
hypersensitivity terhadap antigen virus terjadilah ruam pada kulit, kejadian ini tidak
tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T. Fokus infeksi tidak menyebar jauh
ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara mikroskopik di epidermis tetapi virus
tidak berhasil tumbuh di kulit. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran
pernapasan memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa
bronkopneumonia, otitis media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu adenovirus dan
herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus campak.
6. PATHWAY

Virus morbili

Droplet infection

Eksudat yang serius, droliferasi sel mononukleus, polimorfonukleus

Penyebaran ke berbagai organ melalui hematogen

Reaksi inflamasi: demam, suhu naik, metabolisme naik, RR naik, Hipertermi

nflamasi saluran
Saluran
nafas cerna
atas; bercak koplik padaKulit
mukosa
menonjol
bukalis
di sekitar
meluas kelenjar
ke jari trakeobronkial
sebasea dan folikel rambut
Konjungtiva radang

lingi eritema pada mukosa bukalis, berhadapan pada molar, palatum durum, mole
Konjungtivitis

Batuk, pilek, RR meningkat, produksi


Eritemasekret
membentuk macula papula di kulit
Gangguan persepsi sensori

Rash, ruam pada balik telinga, leher, pipi, muka, seluruh tubuh, deskuamasi rasa gatal
Obstruksi saluran nafas
Mulut pahit
Keterbatasan informasi mengenai penyakit

Anorexia
Kerusakan integritas kulit
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Intake nutrisi kurang

Kurang informasi
Hygiene tidak dijaga Rasa gatal, tidak nyaman,
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan nyeri

Deficit perawatan diri


Gangguan rasa nyaman nyeri
7. MANIFESTASI KLINIS
Masa tunas 10-20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam
3 stadium :

A .Stadium kataral (prodiomal) berlangsung 4-5 hari, gejala menyerupai influenza


yaitu demam, malaise, batuk, fotofobia, konjungtiva. Gejala khas (photognomonik)
adalah timbulnya bercak komplik menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam
sebelum timbul erantem. Bercak komplik berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum
dikelilingi dieritema dan berlokalisasi gukalis dengan molar bawah.

B .Stadium erupsi gejala pada stadium kataral bertambah dan timbulnya enantem
dipalatum durum dan palatum mole. Kemudian terjadi ruam eritomatosa yang
berbentuk macula disertai meningkatnya suhu badan, ruam mula-mula timbul
dibelakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian
belakang bawah, dapat terjadi perdarahan dingan, rasa gatal dan muka bengkak.
Ruam mencapai bagian bawah pada hari ketiga dan menghilang sesuai urutan
terjadinya dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening mandibula dan leher bagian
belakang, splenomegali, diare dan muntah,variasi mulut, yaitu measlek yaitu morbili
yang disertai perdarahan pada kulit mulut,hidung dan traktus dingestivus.

C .Stadium kovalensi : gejala-gejala pada stadium kataral mulai menghilang, erupsi


menghilang dan meninggalakan bekas dikulit berupa hiperpigmentasi dan kulit
bersisik yang bersifat patogenik.

8. PENATALAKSANAAN

a.Medik
pemberian suplemsi vitamin A, tirah baring selama periode demam, pengobatan
simtomatik dengan anti piretika bila suhu badan tinggi, sedativum obat batuk dan
memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain adalah pencegahan / pengobatan segera
terhadap komplikasi yang timbul anti piretik antibody untuk mencegah infeksi bakteri
sekunderpada anak beresiko tinggi.
b.Keperawatan
Isolasi sampai ruam hari ke-5 ; bila dihospitalisasi, lakukan kewaspadaan
pernafasan, perhatikan tirah baring selama prodromal, berikan aktivitas tenang.
           Demam : - anjurkan orangtua memberikan anti piretik
- hindari menggigil
- bila cenderung kejang, lakukan kewaspadaan yang tepat
(puncak demam dapat mencapai 400C hari ke-5 dan ke-5)
               Perawatan mata : - beri cahaya redup bila terjadi fotofogia
- bersihakan kelopaka mata dengan larutan salin
hangat untuk menghilangkan secret.
- jaga anak tidak menggosok mata
- periksa mata (kornea) untuk tanda ulserasi

               Koriza / batuk : - gunakan vaporizer embun dingin


- lindungi kulit sekitar hidung dengan lapisan
petroleum
- anjurkan agar mngkonsumsi makanan dan cairan
               Perawatan kulit : - jaga agar kulit tetap bersih
- gunakan mandi air hangat bila perlu

9. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan Laboratorium

Darah tepi: jumlah leukosit normal atau meningkat jika ada


komplikasi infeksi bakteri. Dapat disertai leukopenia, limfopenia.

b. Pemeriksaan yang perlu dilakukan jika disertai komplikasi:

1) Ensefalopati : pemeriksaan cairan serebrospinalis, kadar elektrolit


darah, dan analisis gas darah.

2) Enteritis : feses lengkap.

3) Bronkopneumonia : pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah.

c. Pemeriksaan imaging

Pemeriksaan foto dada (chest radiograph) seringkali menunjukkan


gambaran hyperinflation, perihilar infiltrates, atau parenchymal patchy,
fluffy densities. Konsolidasi sekunder atau efusi dapat juga terlihat
(visible).

d. Pemeriksaan Sitologis : ditemukan sel raksasa pada lapisan mukosa


hidung dan pipi.

e. Pemeriksaan Patologis

Dijumpai distribusi yang luas dari multinucleated giant cell akibat


fusi sel-sel. Multinucleated giant cell ini dapat ditemukan di sputum,
sekresi nasal, dan sedimen urin.

f. Pemeriksaan Serologi
1) Didapatkan IgM spesifik.

2) IgM lebih sensitif bila diperiksa antara hari ke-3 sampai hari ke-28
timbulnya rash (ruam kemerahan).

3) Pemeriksaan serologis dengan cara hemagglutinin inhibition test


dan complement fixation test akan dijumpai adanya antibodi yang
spesifik dalam waktu 1-3 hari setelah timbul rash dan mencapai
puncaknya 2-4 minggu kemudian. Tes ini cukup praktis dan
spesifik untuk mendiagnosis morbili atipik atau subklinik.

10. PROGNOSIS

Biasanya sembuh setelah 7-10 hari setelah timbul ruam kulit. Kematian
disebabkan karena penyulit bronkopneumonia dan ensefalitis.

11. KOMPLIKASI

Berbagai penyakit dapat terjadi pada penderita campak. Penyakit tersebut


antara lain:

a. Konjungtivitis

b. Stomatitis

c. Bronkopnemonia

d. Diare

e. Otitis media akut

f. Laringitis

g. Malnutrisi

h. Purpura trombositopenia
i. Ensefalitis

j. Subakut sklerosing panensefalitis

k. Malnutrisi merupakan komplikasi yang tidak boleh dipandang enteng.


malnutrisi dan campak membentuk suatu lingkaran setan. Malnutrisi
memudahkan terjadinya sekaligus memperberat campak, sedangkan
campak akan menyebabkan penderita mengalami malnutrisi. Campak
dapat menyebabkan hal tersebut karena:

1) Penderita (terutama anak) malas makan akibat mulut sakit (akibat


stomatitis)

2) Diare menyebabkan turunnya kemampuan penyerapan makanan

3) Demam meningkatkan metabolisme tubuh sehingga energi yang


didapat dari makanan akan terbuang

l. Ensefalitis (infeksi otak) terjadi pada 1 dari 1000 sampai 2000 kasus,
ditandai dengan demam tinggi, kejang dan koma. Hal ini biasanya terjadi
antara 2 hari sampai 3 minggu setelah ruam muncul. Ensefalitis biasanya
berlangsung singkat dan sembuh dalam waktu satu minggu, tapi kadang-
kadang bisa berkepanjangan dan mengakibatkan terjadinya kerusakan otak
yang serius bahkan kematian.

m. Subakut sklerosing panensefalitis merupakan komplikasi yang sangat


jarang terjadi. Keadaan ini disebabkan oleh virus "detektif" yang
mengalami hipermutasi. Keadaan ini dapat berkembang bertahun-tahun
kemudian, khususnya bila campak terjadi pada usia muda.

12. PENCEGAHAN

a. Imunusasi aktif

Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup


yang telah dilemahkan. Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah
Strain Edmonston B. Pelemahan berikutnya dari Strain Edmonston B.
Tersbut membawa perkembangan dan pemakaian Strain Schwartz dan
Moraten secara luas. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan
menyebabkan imunitas yang berlangsung lama.

Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut


mulai mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi
campak rutin tidak dapat dilakukan sebelum bayi berusia 15 bulan karena
sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk
antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Pada suatu
komunitas dimana campak terdapat secara endemis, imunisasi dapat
diberikan ketika bayi berusia 12 bulan.

b. Imunusasi pasif
n. Imunusasi pasif dengan serum orang dewasa yang dikumpulkan, serum
stadium penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta (gama
globulin plasma) yang dikumpulkan dapat memberikan hasil yang efektif
untuk pencegahan atau melemahkan terjadi antara 2 hari sampai 3 minggu
setelah ruam muncul. Ensefalitis biasanya berlangsung singkat dan
sembuh dalam waktu satu minggu, tapi kadang-kadang bisa
berkepanjangan dan mengakibatkan terjadinya kerusakan otak yang serius
bahkan kematian.

o. Subakut sklerosing panensefalitis merupakan komplikasi yang sangat


jarang terjadi. Keadaan ini disebabkan oleh virus "detektif" yang
mengalami hipermutasi. Keadaan ini dapat berkembang bertahun-tahun
kemudian, khususnya bila campak terjadi pada usia muda.

13. PENCEGAHAN

c. Imunusasi aktif

Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup


yang telah dilemahkan. Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah
Strain Edmonston B. Pelemahan berikutnya dari Strain Edmonston B.
Tersbut membawa perkembangan dan pemakaian Strain Schwartz dan
Moraten secara luas. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan
menyebabkan imunitas yang berlangsung lama.

Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut


mulai mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi
campak rutin tidak dapat dilakukan sebelum bayi berusia 15 bulan karena
sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk
antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Pada suatu
komunitas dimana campak terdapat secara endemis, imunisasi dapat
diberikan ketika bayi berusia 12 bulan.

d. Imunusasi pasif
p. Imunusasi pasif dengan serum orang dewasa yang dikumpulkan, serum
stadium penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta (gama
globulin plasma) yang dikumpulkan dapat memberikan hasil yang efektif
untuk pencegahan atau melemahkan terjadi antara 2 hari sampai 3 minggu
setelah ruam muncul. Ensefalitis biasanya berlangsung singkat dan
sembuh dalam waktu satu minggu, tapi kadang-kadang bisa
berkepanjangan dan mengakibatkan terjadinya kerusakan otak yang serius
bahkan kematian.

q. Subakut sklerosing panensefalitis merupakan komplikasi yang sangat


jarang terjadi. Keadaan ini disebabkan oleh virus "detektif" yang
mengalami hipermutasi. Keadaan ini dapat berkembang bertahun-tahun
kemudian, khususnya bila campak terjadi pada usia muda.

14. PENCEGAHAN

e. Imunusasi aktif
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup
yang telah dilemahkan. Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah
Strain Edmonston B. Pelemahan berikutnya dari Strain Edmonston B.
Tersbut membawa perkembangan dan pemakaian Strain Schwartz dan
Moraten secara luas. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan
menyebabkan imunitas yang berlangsung lama.

Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut


mulai mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi
campak rutin tidak dapat dilakukan sebelum bayi berusia 15 bulan karena
sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk
antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Pada suatu
komunitas dimana campak terdapat secara endemis, imunisasi dapat
diberikan ketika bayi berusia 12 bulan.

f. Imunusasi pasif
Imunusasi pasif dengan serum orang dewasa yang dikumpulkan, serum
stadium penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta (gama globulin
plasma) yang dikumpulkan dapat memberikan hasil yang efektif untuk
pencegahan atau melemahkan campak. Campak dapat dicegah dengan erum
imunoglobulin dengan dosis 0,25 ml/kg BB secara IM dan diberikan selama 5
hari setelah pemaran atau sesegera mungkin.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Identitas diri :
b. Pemeriksaan Fisik :
1) Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia
2) Kepala : sakit kepala
3) Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza,
perdarahan hidung ( pada stad eripsi ).
4) Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut
terasa pahit.
5) Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam
makuler pada leher, muka, lengan dan kaki ( pada stadium
Konvalensi ), evitema, panas ( demam ).
6) Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi,
sputum
7) Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/
imunisasi.
8) Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare
9) Status Nutrisi : intake – output makanan, nafsu makanan
c. Keadaan Umum : Kesadaran, TTV

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi saluran
nafas, produksi secret, inflamasi saluran pernapasan atas
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan rasa gatal, ruam pada
kulit, eritema
c. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi, kenaikann suhu tubuh.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan reaksi
inflamasi pada saluran cerna, anoreksia, intake nutrisi tidak adekuat.
e. Gangguan sensori persepsi berhubungan dengan konjungtivitis
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ruam pasa balik telinga,
leher, pipi, muka, seluruh tubuh.
g. Deficit perawatan diri berhubungan dengan hygiene tidak terjaga.
h. Kurang informasi berhubungan dengan keterbatasan informasi mengenai
penyakit.

3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


a. Dx 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi
saluran nafas, produksi secret, inflamasi saluran pernapasan atas.
b. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…X…) jam
diharapkan bersihan jalan nafas efektif dengan criteria hasil
1) Tidak terdapat secret.
2) RR 12-20X per menit
3) Tidak ada suara nafas tambahan (rhonchi)
INTERVENSI RASIONAL

Observasi karakteristik batuk Batuk paling efektif pada posisi duduk


tinggi atau kepala di bawah setelah
perkus dada.

Auskultasi bunyi nafas, catat adanya Beberapa derajat spasme bronkus


bunyi nafas tambahan. terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan
dapat dimanifestasikan adanya bunyi
nafas tambahan

Beri posisi semifowler Peninggian kepala dapat meningkatkan


fungsi pernapasan

Ajarkan teknik nafas efektif Memberikan pasien beberapa cara


untuk mengatasi dan mengontrol
dispnea dan menurunkan jebakan udara

Delegasi dalam pemberian obat sesuai Merilekskan otot halus dan menurunkan
indikasi (bronkodilator, mukolitik) kongesti local, menurunkan spasme
jalan nafas, dan produksi secret
a. Dx 2 : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan rasa gatal, ruam
pada kulit, eritema
b. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…X…) jam
diharapkan nyeri terkontrol dengan criteria hasil
1) Skala nyeri 0-3
2) Kemampuan istirahat meningkat
3) Mampu meningkatkan kemampuan aktivitas

INTERVENSI RASIONAL

Observasi tingkat cema, mudah Petunjuk nonverbal ini


tersinggung, menangis, gelisah, mengindikasikan adanya nyeri yang
gangguan tidur dialami

Kaji tipe, lokasi, dan intensitas nyeri Nyeri dirasakan, dimanifestasikan,


dan di toleransi secara individual

Berikan tindakan nyaman seperti Dapat meningkatkan relaksasi


mengubah posisi pasien

Anjurkan pasien jika suhu tubuh Air hangat dapat mengurangi gatal
turun, untuk mengurangi gatal dapat dan menambah rasa nyaman.
dimandikan dengan air hangat

Delegasi dalam pemberian obat Menurunkan demam dan inflamasi


analgesik dan antipiretik sesuai serta menurunkan ketegangan otot
indikasi

a. Dx 3 : Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi, kenaikann suhu


tubuh.
b. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…X…) jam
diharapkan suhu tubuh terkontrol dengan criteria hasil
1) Suhu tubuh dalam rentang normal (36-37,2oC)
2) Membrane mukosa lembab
3) Kulit tidak teraba panas

4) Kulit tidak teraba panas

INTERVENSI RASIONAL

Pantau suhu tubuh pasien Suhu 38,9oC - 41oC menunjukan


proses penyakit infeksius.

Berikan kompres hangat Dapat membantu mengurangi demam,


penggunaan air es/alcohol mungkin
menyebabkan kedinginan,
peningkatan suhu secara actual. Selain
itu alcohol dapat mengeringkan kulit.

Anjurkan menggunakan pakaian yang Pakaian tipis dapat meningkatkan


tipis evaporasi.

Delegasi dalam pemberian obat Digunakan untuk mengurangi demam


antipiretik dengan aksisentralnya pada
hipotalamus,

a. Dx 4 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


reaksi inflamasi pada saluran cerna, anoreksia, intake nutrisi tidak adekuat.
b. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…X…) jam
diharapkan asupan nutrisi adekuat dengan criteria hasil
1) Berat badan stabil
2) Kebutuhan metabolic terpenuhi
INTERVENSI RASIONAL

Kaji kemampuan untuk mengunyah Inflamasi pada mulut tenggorokan


merasakan dan menelan. menyebabkan penurunan kemampuan
pasien untuk mengolah makanan.

Berikan perawatan mulut yang terus Mengurangi ketidaknyamanan, mulut


menerus. yang bersih akan meningkatkan nafsu
makan.

Timbang berat badan sesuai Indicator kebutuhan


kebutuhan. nutrisi/pemasukan nutrsi yang
adekuat.

Berikan banyak minum (sari buah- Untuk mengkompensasi adanya


buahan, sirup yang tidak memakai peningkatan suhu tubuh dan
es). merangsang nafsu makan

Anjurkan pasien untuk membatasi Rasa sakit pada mulut akan


makanan yang menyebabkan mual mengiritasi lesi mulut yang akan
muntah. menyebabkan pasien untuk enggan
makan.

Kolaborasi dengan ahli diet gizi. Menyediakan diet berdasarkan


kebutuhan individu dengan rute yang
tepat.

a. DX 5 : Gangguan sensori persepsi berhubungan dengan konjungtivitis


b. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…X…) jam
diharapkan pasien dapat meningkatkan ketajaman penglihatan dengan
criteria hasil
1) Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap
perubahan

INTE RASIONAL
RVE
NSI

Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah Kebutuhan individu dan pilihan


satu atau kedua mata terlibat. intervensi bervariasi. Sebab
kehilangan penglihatan terjadi
lambat dan progresif.

Letakkan barang yang dibutuhkan pasien Memungkinkan pasien melihat


dekat dengan jangkauannya. objek lebih mudah dan
memudahkan panggilan
pertolongan.

Anjurkan untuk meningkatkan pencahayaan Cahaya yang banyak akan


di ruangan membantu untuk pemenuhan
kebutuhan pasien dalam
penglihatan

Delegasi dalam pemberian obat tetes mata Gangguan penglihatan dapat


berakhir 1-2 jam setelah tetesan
mata tapi secara bertahap menurun
dengan penggunaan.

a. Dx 7 : Deficit perawatan diri berhubungan dengan hygiene tidak terjaga.


b. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…X…) jam
diharapkan kemampuan perawatan diri pasien dalam tingakat kemampuan
pribadi denngan criteria hasil
1) Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup untuk
pemenuhan kebutuhan diri

INTERVENSI RASIONAL

Tentukan kemampuan saat ini dan Mengidentifikas kebutuhan intervensi


hambatan untuk berpartisipasi dalam yang dibutuhkan
perawatan

Ikutsertakan pasien dalam formulasi Meningkatkan perasaan control dan


rencana perawatan pada tingkat meningkatkan kerja sama dan
kemampuan perkembangan kemandirian

Berikan dann tingkatkan keleluasaan Kesederhanaan dapat mengarah pada


pribadi, termasuk selama mandi keengganan ikut serta dalam
perawatan

Anjurkan untuk menggunakan Dapat mempercepat proses pelepasan


pakaian kemeja pakaian tanpa harus mengganggu
ruam-ruam pada kulit

c. Dx 7 : Deficit perawatan diri berhubungan dengan hygiene tidak terjaga.


d. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…X…) jam
diharapkan kemampuan perawatan diri pasien dalam tingakat kemampuan
pribadi denngan criteria hasil
2) Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup untuk
pemenuhan kebutuhan diri
INTERVENSI RASIONAL

Tentukan kemampuan saat ini dan Mengidentifikas kebutuhan intervensi


hambatan untuk berpartisipasi dalam yang dibutuhkan
perawatan

Ikutsertakan pasien dalam formulasi Meningkatkan perasaan control dan


rencana perawatan pada tingkat meningkatkan kerja sama dan
kemampuan perkembangan kemandirian

Berikan dann tingkatkan keleluasaan Kesederhanaan dapat mengarah pada


pribadi, termasuk selama mandi keengganan ikut serta dalam
perawatan

Anjurkan untuk menggunakan Dapat mempercepat proses pelepasan


pakaian kemeja pakaian tanpa harus mengganggu
ruam-ruam pada kulit

a. Dx 8 : Kurang informasi berhubungan dengan keterbatasan informasi


mengenai penyakit.
b. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…X…) jam
diharapkan pasien memahami penyakitnya dengan criteria evaluasi
1) Pasien menyatakan pemahaman tentang penyakit yang
diderita
2) Turut ikut serta dalam prosedur perawatan
INTERVENSI RASIONAL

Kaji tingkat pengetahuan/pendidikan Tingkat pendidikan akan


pasien mempengaruhi pengetahuan pasien
terhadap penyakitnya

Jelaskan pada orang tua tentang Memberikan pengetahuan kepada


morbili tentang hubungan orang tua tentang pencegahan
pencegahan dengan vaksinasi campak penyakit anaknya.
dan peningkatan gizi agar tidak
mudah timbul komplikasi

Berikan reinforcement saat pasien Meningkatkan rasa ingin tahu dan


menyatakan pemahamannya percaya diri pasien

4. IMPLEMENTASI
Implementasi sesuai intervensi

5. EVALUASI
a. Dx 1 : bersihan jalan nafas efektif dengan criteria hasil
1) Tidak terdapat secret.
2) RR 12-20X per menit
3) Tidak ada suara nafas tambahan (rhonchi)
b. Dx 2 : nyeri terkontrol dengan criteria hasil
1) Skala nyeri 0-3
2) Kemampuan istirahat meningkat
3) Mampu meningkatkan kemampuan aktivitas
c. Dx 3 : suhu tubuh terkontrol dengan criteria hasil
1) Suhu tubuh dalam rentang normal (36-37,2oC)
2) Membrane mukosa lembab
3) Kulit tidak teraba panas
d. Dx 4 : asupan nutrisi adekuat dengan criteria hasil
1) Berat badan stabil
2) Kebutuhan metabolic terpenuhi
e. Dx 5 : pasien dapat meningkatkan ketajaman penglihatan dengan criteria
hasil
1) Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap
perubahan
f. Dx 6 : integritas kulit baik dengan criteria hasil
1) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi seperti (kalor, rubor, dolor,
tumor, fungsiolaesea)
g. Dx 7 : kemampuan perawatan diri pasien dalam tingakat kemampuan
pribadi denngan criteria hasil
1) Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup untuk pemenuhan
kebutuhan diri
h. Dx 8 : pasien memahami penyakitnya dengan criteria evaluasi
1) Pasien menyatakan pemahaman tentang penyakit yang diderita
2) Turut ikut serta dalam prosedur perawatan

Anda mungkin juga menyukai