Anda di halaman 1dari 39

Penyakit Eksantema

akibat Infeksi

Pembimbing
dr. Nenden Nursyamsi Agustina, Sp.A

Disusun oleh
Balqis Amatulloh G4A019042

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK | RSUD PROF. DR.


MARGONO SOEKARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN | UNIVERSITAS JENDERAL
SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2021
Perbedaan Masa Prodormal
Diagnosis Banding Masa Prodormal
Campak (morbili/measles) Sebelum ruam: demam tinggi 3-4 hari, konjungtivitis, batuk pilek
Enantema di mukosa pipi (bercak Koplik)
Rubella Anak: tidak spesifik.
(campak Jerman) Remaja & dewasa (1-4 hari sebelum ruam): demam ringan, sakit kepala,
nyeri tenggorok, kemerahan konjungtiva, pembesaran KGB generalisata
lebih sering di servikal, suboksipital, postaurikular. 
Forscheimer spot (makula/petekia pd palatum molle)
Demam skarlatina demam,nyeri tenggorokan selama 2-3 hari. Dalam 12 – 24 jam timbul
ruam
Meningococcemia nyeri tenggorokan, 2-8 jam kemudian diikuti dengan demam tinggi,
nausea, mialgia, nyeri kepala dan diare, kaku kuduk
Roseola infantum Demam mendadak tinggi 3-4 hr (sampai 39,4-41,2 oC) turun (Normal), 
(eksantema subitum) limfadenopati servikal
Sumber: Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis IDAI
Perbedaan Masa Prodormal
Diagnosis Banding Masa Prodormal
Infeksi enterovirus Demam subfebris, hilang saat timbul ruam
Penyakit Kawasaki Demam tdk spesifik, nyeri tenggorok, konjungtivitis (2-5 hr)

HandFoot and Mouth Demam ringan, malaise, dan sakit tenggorokan. HFMD juga dikenal
Disease (HFMD/ Flu sebagai stomatitis vesikuler dengan eksantema.
Singapura)
Staphylococcal scalded Demam dan iritabilitas te rjadi bersamaan dengan timbulnya gejala
skin syndrome kemerahan pada kulit, sehingga tidak ditemukan gejala prodromal pada
pendeita ini
Staphylococcal toxic shock Demam tinggi, nyeri kepala, batuk, muntah serta diare, dan renjatan
syndrome sering mendahului atau juga terjadi bersamaan dengan keluarnya
kelainan kulit pada penderita dengan sindrom ini.
Karakteristik erupsi kulit/eksantema
Diagnosis Karakteristik eksantema
Banding
Campak Makulopapular eritem berbatas jelas, tidak gatal, sifat diskrit hingga konfluen, warna
coklat kemerahan. Muncul secara sentrifugal dimulai dari belakang telinga muka 
meluas ke bawah melibatkan dada, perut, punggung dan ekstremitas seluruh tubuh
dalam 3 hari. pada hari ke 5-6 deskuamasi, ruam menjadi kehitaman dan
mengelupas menghilang setelah 1-2 minggu.  
Rubella Warna merah muda, sifat diskrit jarang bergabung sehingga tampak seperti bintik-bintik
kecil (uk. Milier). Mulai timbul dimuka  menyebar seluruh tubuh scr kraniokaudal dlm 24-
48 jam. Memudar hr ke-2 (muka), 3 (tubuh), 4 (ekstremitas): tanpa deskuamasi.
Roseola infantum  Warna merah tua, sifat diskrit makulopapular, 1-3 mm. Timbul pertama di
dada&punggung muka & ekstremitas. Menghilang dlm 2 hr. tidak meninggalkan
bekas berupa pigmentasi atau deskuamasi
Infeksi enterovirus Makulopapular, diskrit, tidak gatal, menyeluruh. Menghilang tanpa deskuamasi.
Echovirus-9: petekie. Coxsakie (penyakit tangan-kaki & mulut): vesikel di mulut membesar
jd luka, eksantema di tangan, kaki, perineum.
Meningococcemia Ruam petekiae menyatu hemorrhagic patches dg nekrosis di tengah (tubuh,
ekstremitas, telapak tangan dan kaki, jarang di membran mukosa)
Karakteristik erupsi kulit/eksantema
Diagnosis Karakteristik eksantema
Banding
Penyakit Kawasaki Generalisata, makulopapular. Telapak tangan & kaki membengkak
merah, menghilang dlm bbrp hr sampai minggu. Bibir, mulut, lidah
mengering & merah, konjungtivitis non-purulen.
SSSS Kulit tampak halus Setelah 1-2 hari berkerut mudah mengelupas
(Nikolsky’s sign), nyeri 2-3 hari kering&berkrustaPenyembuhan10-
14hr
Demam skarlatina Punctiform, berwarna merah  pucat bila ditekan. Didahului didaerah
lipatan (leher, ketiak & inguinal). Pipi merah,di sekitar mulut pucat
(circumoral pallor).lipatan hyperpigmentasi  garis melintang (Pastia’s
line), bertahan sampai ruam menghilang sandpaper deskumasi
setelah hari ketiga. Lidah edema dan eritema disertai penonjolan
papil memberikan gambaran patognomonik strawberry tongue
HandFoot and Mouth Erupsi vesikular dan ruam di tangan, kaki, serta mulut. lesi mukosa
Disease (HFMD/ Flu terasa nyeri. Eritem makulopapular kemudian menjadi vesikel kecil
Singapura)
diameter 4-8 mm disertai gatal. Vesikel cepat menjadi erosi dan krusta
berwarna kuning keabuan dasar halo eritematosa.
Rubella

(Darmawan dan Rusmawardiana, 2020)


Roseola Infantum

(Darmawan dan Rusmawardiana, 2020)


Demam Skarlatina

(Darmawan dan Rusmawardiana, 2020)


Hand Foot and Mouth Disease

(Darmawan dan Rusmawardiana, 2020)


PENDAHULUAN
● Campak/ morbili/ measles / rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan
oleh virus campak.
● Referensi Campak ditemukan sejak abad ke-7.

● Penyakit ini sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromal sampai
lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam.
● Penyebaran infeksi terjadi dengan perantara droplet.

● Sebelum vaksin tersedia, infeksi virus campak hampir universal selama masa
kanak-kanak, dan lebih dari 90% orang kebal pada usia 15 tahun.
● Vaksin hidup pertama yang dilemahkan dilisensikan untuk digunakan di Amerika
Serikat pada tahun 1963 (strain Edmonston B).

Sumber : Journal CDC 2015


Etiologi
Definisi Virus Campak :
• Berukuran 100-250 nm.
Campak adalah penyakit virus akut • Mengandung inti untai RNA
yang disebabkan oleh virus dalam tunggal yang diselubungi oleh
famili paramyxovirus, genus lapisan lipid.
Morbillivirus. • Memiliki 6 struktur protein
utama.
• 2 protein penting adalah
protein F (fusi) dan H
(hemagglutinin)
(Halim, 2016)
Next
● Karena dikelilingi lapisan pelindung lipid  mudah diinaktivasi oleh cairan
yang melarutkan lipid seperti eter dan kloroform.
● Virus campak juga dengan cepat diinaktivasi oleh panas (>37 C), sinar
matahari, dan pH asam.
● Virus ini memiliki waktu bertahan hidup yang singkat (kurang dari 2 jam) di
udara atau di benda dan permukaan.

(Halim, 2016)
EPIDEMIOLOGI

• Depkes RI tahun 2014, kasus campak di Indonesia Sebelum


vaksinasi
dilaporkan mencapai 12.222 kasus.
Campak
• Sebagian besar kasus campak adalah anak-anak usia menyumbang
sekitar 2,6 juta
pra-sekolah dan usia SD, terbanyak pada kelompok
kematian.
umur 1-4 tahun dan 5-9 tahun. Era
• Campak ini merupakan penyakit pada manusia, tidak vaksinasi
ada reservoir hewan WHO, 2015 
• Pada negara dengan iklim sedang  peningkatan 134.200
kematian
pada akhir musim dingin dan musim semi

Sumber : Journal CDC 2015


Patogenesis
• Virus masuk ke saluran
pernafasan
• Invasi ke sel epitel
melalui interaksi
glikoprotein
hemaglutinin (H)
dengan reseptor seluler
• Reseptor seluler 
lectin type C dan
langerin (sel dendritik
dan sel langerhans),
nectin-4
• Selain epitel, virus juga
menginvasi CD46
(umumnya), strain virus
recombinan invasi
CD150

(Misin, et al., 2020)


Lamina propria
konjungtiva kaya
akan DC, sel
Langerhans,
makrofag, sel T CD4+
dan CD8+ dan sel B,
menyediakan tempat
replikasi yang sesuai
untuk virus.
Infeksi ini dan respon
imun spesifik virus
morbili selanjutnya
dapat menyebabkan
konjungtivitis
prodromal.

(Laksono, et al., 2016)


Patogenesis
First stage of infection

“strategi kuda trojan”

Invasi sel dendritik MHC


kelas II + CD11  migrasi
ke KGB regional dan
menginvasi sel limfosit 
viremia primer (2-3 hari)

(Misin, et al., 2020)


Patogenesis
Tahap replikasi

Virus menyebar di sistem Mode


Retikuloendotelial : lien, transmisi/penularan
hati, dan kelenjar limfa.
Periode infeksi maksimum
Kemudian menyebar ke pada fase di mana virus
jaringan lain di seluruh bereplikasi t.u di saluran
tubuh, ex: jaringan pernafasan atas 
submukosa, lidah, mukosa penularan melalui
bukal, trakea, hidung, dan droplet/ bisa juga aerosol
kulit. (viremia sekunder :
5-7 hari) Waktu: 4 hari sebelum
dan setelah munculnya
ruam kulit.

(Misin, et al., 2020)


Gejala dan Tanda
Masa inkubasi campak berkisar 10 hari (8-12 hari). Dari paparan hingga timbulnya
ruam rata-rata 14 hari (kisaran, 7-21 hari).

Stadium prodromal Stadium Stadium


Eksantem konvalesens
Demam, malaise, dan 3C (cough, Ruam makulopapular Ruam berangsur menghilang
coryza, conjungtivitis). dengan penyebaran sesuai dengan pola
Tanda patognomonik : Koplik sentrifugal dari belakang timbulnya  menghilang dan
spots telinga, wajah, leher, berubah menjadi kecoklatan
dada, ekstremitas atas, yang akan menghilang dalam
bawah 7-10 hari.
(Halim, 2016)
(Kondamudi dan Waymack, 2021)

Ruam makulopapular
Koplik spots  lesi putih kebiruan, sedikit Dapat berlangsung 5-6 hari, diskrit, pada
menonjol 2-3 mm, pada dasar kemerahan awalnya dapat hilang dengan penekanan,
dekat gigi molar 1. setelah 3-4 hari tidak hilang dengan
penekanan. Dapat mengalami deskuamasi.
Faktor Resiko

Anak < 1tahun Kekurangan Vitamin A

Malnutrisi Gangguan imunitas

Hidup di tempat
padat penduduk

Sumber : Journal CDC 2015


Penegakan Diagnosis

Anamnesis • Adanya demam tinggi terus menerus >38 C disertai batuk,


pilek, nyeri telan, mata merah, dan silau bila terkena
cahaya (fotofobia), bisa disertai diare
• Pada hari ke 4 dan 5 demam timbul ruam kulit didahului
demam yang lebih tinggi dari sebelumnya
• Saat ruam timbul, batuk dan diare dapat bertambah parah
sehingga anak mengalami sesak napas atau dehidrasi.
• Adanya kulit kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi)
dapat merupakan tanda penyembuhan.
Sumber: PPM IDAI 2009
Penegakan Diagnosis

Pemeriksaan Fisik • Stadium prodormal : berlangsung 2-4 hari akan


ditemukan demam >38 C, 3C dan tanda patognomonik
berupa Koplik spots
• Stadium erupsi : timbul ruam makulopapular yang
bertahan 5-6 hari dengan distribusi secara sentripetal
• Stadium penyembuhan : setelah 3 hari ruam akan
menghilang sesuai dengan urutan timbulnya. Ruam
kulit akan menghitam dan mengelupas yang akan
menghilang selama 1-2 minggu
Sumber: PPM IDAI 2009
Penegakan Diagnosis

Pemeriksaan • Darah tepi: jumlah leukosit normal atau meningkat

Penunjang apabila ada komplikasi infeksi bakteri


• Pemeriksaan untuk komplikasi
• Ensefalopati dilakukan pemeriksaan cairan
serebrospinalis, kadar elektrolit darah, dan analisis
gas darah
• Enteritis: feses lengkap
• Bronkopneumonia: dilakukan pemeriksaan foto dada
dan analisis gas darah
Sumber: PPM IDAI 2009
Pemeriksaan Laboratorium

Isolasi virus Uji serologis


• Untuk kepentingan surveilans • Menggunakan enzyme-linked immunoassay (EIA)
epidemiologi molekuler untuk mendeteksi antibodi IgM dan IgG
• Virus campak diisolasi dari urin, • Respon IgM akan bersifat sementara (1-2 bulan),
aspirasi nasofaring, swab dan respon IgG akan bertahan selama bertahun-
tenggorokan, darah yang tahun
diheparinisasi • EIA untuk IgM bersifat diagnostik jika positif,
• Spesimen diambil saat 3 hari membutuhkan satu spesimen serum, diambil
setelah onset ruam saat timbulnya ruam.
• IgG menggunakan 2 spesimen yang diambil dari
waktu berbeda (setelah timbul ruam dan 10-30
hari kemudian), hasilnya harus menunjukan
kenaikan titer 4x IgG baru dikatakan hasil (+)
Sumber : Journal CDC 2015
Tatalaksana
Pada campak tanpa komplikasi:
● Pada umumnya tidak perlu rawat inap
● Terapi suportif berupa terapi cairan yang cukup, suplementasi nutrisi, dan beri Vitamin A
Dosis Vitamin A
● Anak usia <6 bulan : 50.000 IU
● Anak usia 6-11 bulan : 100.000 IU
● Anak usia 12 bulan atau lebih :200.000 IU
Dapat diberikan selama 2 hari, bagi anak dengan malnutrisi/kekurangan Vit A dapat diberikan
3x dengan pemberian ke 3 pada 2-4 minggu setelah dosis kedua.

Terapi simptomatik
● Demam : Antipiretik, ex: paracetamol 10-15 mg/kgBB/dosis dapat diulang tiap 4
jam
● Konjungtivitis : Pada gejala ringan tidak perlu pengobatan, jika mata bernanah dapat
diberi salep mata kloramfenikol/tetrasiklin, 3 kali sehari selama 7 hari
● Perawatan mulut : Jaga kebersihan mulut, beri obat kumur antiseptik bila pasien dapat
berkumur

Sumber: Hospital Care of Children, WHO 2013


Komplikasi

Komplikasi yang jarang terjadi


biasanya lebih serius dan
memerlukan perawatan spesialis
dengan rujukan ke rumah sakit
Campak dengan komplikasi
Rawat di RS Rawat Jalan
Pengobatan untuk Komplikasi

Bronkopneumonia Enteritis Otitis Media


antibiotik ampisilin 100 Pemberian cairan intravena
mg/kgBB/hari dalam 4 dosis Infeksi sekunder >>
dapat dipertimbangkan Beri antibiotik
intravena dikombinasikan dengan apabila terdapat enteritis +
kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari kotrimoksazol-
dehidrasi. sulfametokzasol (TMP
intravena dalam 4 dosis selama 3
hari 4 mg/ kgBB/hari
dibagi dalam 2 dosis)

Sumber: Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis IDAI


Prognosis
• Campak merupakan self limited disease, namun sangat infeksius.
• Mortalitas dan morbiditas meningkat pada penderita dengan faktor risiko yang
mempengaruhi timbulnya komplikasi.
• Di negara berkembang, kematian mencapai 1-3%, dapat meningkat sampai 5-15%
saat terjadi KLB campak.

(Halim, 2016)
Pencegahan
Vaksin MR/MMR
Vaksin MR
● Vaksin Measles Rubella (MR) adalah vaksin hidup yang
dilemahkan (live attenuated) berupa serbuk kering dengan
pelarut. Kemasan vaksin adalah 10 dosis per vial.
● Setiap dosis vaksin MR mengandung:
1000 CCID50 virus campak
1000 CCID50 virus rubela
● Vaksin MR diberikan secara subkutan dengan dosis
0,5 ml. Vaksin hanya boleh dilarutkan dengan pelarut yang
disediakan dari produsen yang sama. Vaksin yang telah
dilarutkan harus segera digunakan paling lambat sampai 6
jam setelah dilarutkan.

(Kemenkes RI, 2017)


Vaksin MR
Kontraindikasi:
- Individu yang sedang dalam terapi kortikosteroid, imunosupresan dan
radioterapi
- Wanita hamil
- Leukemia, anemia berat dan kelainan darah lainnya
- Kelainan fungsi ginjal berat
- Decompensatio cordis
- Setelah pemberian gamma globulin atau transfusi darah
- Riwayat alergi terhadap komponen vaksin (neomicyn)

Pemberian imunisasi ditunda pada keadaan sebagai berikut:


- Demam
- Batuk pilek
- Diare
(Kemenkes RI, 2017)
Cara Pemberian Vaksin

• Penyuntikan dilakukan pada otot


deltoid di lengan kiri
atas.
• Dosis pemberian adalah 0,5 ml
diberikan secara subkutan
(sudut kemiringan penyuntikan
45º).

(Kemenkes RI, 2017)


DAFTAR PUSTAKA

Kondamudi dan Waymack. 2021. Measles. StatPearls Publishing


Laksono, et al. 2016. Measles Virus Host Invasion and Pathogenesis. MDPI. Vol 8(210): 1-13
Misin, et al. 2020. Measles: An Overview of a Re-Emerging Disease in Children and
Immunocompromised Patients. MDPI. Vol 8 (276): 1-16
Kemenkes RI, 2017. Petunjuk Teknis Kampanye Imunisai Measles Rubella
Halim, R.G. 2016. Campak pada Anak. CDK. Vol.43 no.3
Darmawan, H., Rusmawardiana. 2020. Diagnosis Eksantema akibat Infeksi. CDK. Vol. 47 no. 3.
Centers for Disease Control and Prevention. 2015. Epidemiology and Prevention of Vaccine
Preventable Diseases. Vol 5(8): 209-229
Thanks

CREDITS:
This presentation template was
created by Slidesgo, including icons
by Flaticon, infographics & images by
Freepik

Anda mungkin juga menyukai