Anda di halaman 1dari 24

STUDI KASUS

INFEKSI
“CAMPAK “
OLEH
KELOMPOK VI
KELAS B

AFRIYANI 2141012078
YAASINTA SAFIRA 2141012020
MARSHA THAHIRAH 2141012062
HANIFATUL LARISSA 2141012008
PRATIWI SUGARMAN 2141012002

Dosen Pengampu
Prof. Dr. apt. Yufri aldi, M.Si

Program Studi Profesi Apoteker


Fakultas Farmasi
Universitas Andalas
2021
Defenisi

Menurut WHO, campak adalah suatu penyakit yang disebabkan karena virus, yang
ditandai dengan bercak-bercak kemerahan berbentuk makulopapular yang
didahului dengan panas badan >38oC selama 3 hari/lebih dan disertai gejala
batuk, pilek, mata merah, konjungtivitis
Etiologi Campak
Penyakit campak disebabkan oleh virus rubeola, dari
famili Paramyxovirus, dengan genus Morbillivirus.
Virus ini adalah virus RNA yang dikenal hanya mempunyai
satu antigen

Misin, Andrea., Roberta Maria,dkk. 2020. Measles: An Overview of a Re-


Emerging Disease in Children and Immunocompromised Patients.
Microorganisms 2020, 8, 276
Gejala Campak
1 2 3
Your Text Here
• Tanda khas (patognomonis)
ditemukan Koplik’s spot atau
• Suhu tubuh biasanya • Bercak,kemerahan/rash/ruam bercak putih keabuan dengan
> 38o C selama 3 hari yang dimulai dari belakang dasar merah di pipi bagian
atau lebih telinga berbentuk dalam (mucosa bucal)
makulopapular selama 3 hari
• disertai salah satu
atau lebih, • Bercak kemerahan
atau lebih gejala • beberapa hari kemudian (4-7 makulopapular setelah 7 – 30
batuk, pilek, mata hari) akan menyebar ke hari akan berubah menjadi
merah atau mata seluruh tubuh kehitaman (hiperpigmentasi)
berair;. dan disertai kulit bersisik.

Add Text Here

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Buku pedoman surveilans campak-rubela.


Patofisiologi Campak
infeksi terjadi jika terhirup droplet di udara
yang berasal dari penderita

. Virus campak masuk melalui


saluran pernapasan dan melekat
di sel-sel epitel saluran napas.

Setelah melekat, virus bereplikasi


Multiplikasi virus juga terjadi di
dan diikuti dengan penyebaran ke . Pada hari ke-11 sampai hari ke14,
tempat awal melekatnya virus. Pada
kelenjar limfe regional. Setelah virus ada di darah, saluran Selama infeksi, virus bereplikasi di
hari ke-5 sampai ke-7 infeksi, terjadi
penyebaran ini, terjadi viremia pernapasan, dan organ-organ tubuh sel-sel endotelial, sel-sel epitel,
viremia sekunder di seluruh tubuh
primer disusul multiplikasi virus di lainnya, 2-3 hari kemudian virus mulai monosit, dan makrofag
terutama di kulit dan saluran
sistem retikuloendotelial di limpa, berkurang.
pernapasan.
hati, dan kelenjar limfe

CDK-238/ vol.43 no.3, th. 2016


MANIFESTASI KLINIK

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Buku pedoman surveilans campak-rubela.


Pemeriksaan campak
Pemeriksaan FISIK
Morbili memiliki gejala klinis khas yaitu terdiri dari 3 stadium yang
masing-masing memiliki ciri khusus.

• Stadium prodormal = berlangsung kira-kira 4-5 hari dengan gejala demam


dan konjungtivitis

• Stadium erupsi = berlangsung 4-7 hari setelah stadium prodormal, ditandai


dengan timbulnya bercak koplik dan ruam yang mulai muncul dari belakang
telinga kemudian menyebar ke wajah, badan, lengan dan kaki.

• Stadium konvalensi (stadium akhir) = ditandai dengan erupsi yang mulai


menghilang.
Pemeriksaan Penunjang
• Deteksi antigen. Antigen campak dapat dideteksi pada sel epitel
dalam secret respirasi dan urine.
• Isolasi dan identifikasi virus dengan melihat nasofaring dan
konjungtiva, sampel darah, secret pernafasan, serta urine yang
diambil dari pasien pada saat demam. Diambil pada 0 – 5 hari setelah
timbul rash/ruam.
• Serologi ELISA IgM,
Pemastian infeksi campak
dengan pengambilan
serum pada 3 – 28 hari
setelah timbul rash/ruam.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Buku pedoman surveilans campak-rubela.
TERAPI FARMAKOLOGI
 Jika Suhu Tinggi : Antipiretik (parasetamol 10-15 mg/kgBB/dosis dapat
diberikan sampai setiap 4 jam)
 Jika terdapat Infeksi Sekunder : Antibiotik
 Jika terjadi Kejang : Antikonvulsi (Karbamezin, Valproat)

Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari:


• Pemberian cairan yang cukup
• Kalori yang sesuai dan jenis makanan yang disesuaikan dengan tingkat
kesadaran dan adanya komplikasi
• Suplemen nutrisi
• Antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder
• Anti konvulsi apabila terjadi kejang
• Pemberian vitamin A
TERAPI FARMAKOLOGI BERDASARKAN
GEJALA
a. Pengobatan simptomatis penderita yang tidak komplikasi
Bagi penderita yang tidak ada komplikasi, beri pengobatan simptomatik seperti :
- antipiretik untuk menurunkan suhu tubuh penderita
- orang tua dianjurkan untuk merawat anaknya di rumah dan terus menyusui bagi bayi yang
masih mendapatkan ASI
- memberikan makanan cukup gizi dan memberi minum air putih
b. Pemberian vitamin A dosis tinggi.
- diberikan pada penderita sesuai
dengan usia.
- bila ada komplikasi mata/ penderita gizi
buruk : beri dosis ketiga, 2 minggu
kemudian sesuai dosis diatas.
- bila penderita usia < 6 bulan + ASI dari
ibu pada masa nifas mendapat vit A,
tidak perlu diberikan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Buku pedoman surveilans campak-rubela.
TERAPI FARMAKOLOGI BERDASARKAN GEJALA

c. Pengobatan penderita dengan komplikasi.


Penderita dengan komplikasi maka dianjurkan untuk berobat ke Puskesmas dan
diberikan obat antibiotika yang disesuikan dengan jenis komplikasi.

d. Rujuk penderita ke Rumah Sakit


Penderita harus segera dirujuk ke RS apabila keadaan penderita cukup berat,
antara lain menunjukkan gejala:
- Kondisi secara umum memburuk,
- Nafas cepat atau susah bernafas
- Diare berat yang menunjukkan gejala dehidrasi, tidak mau minum
- Nadi cepat, mulut merah, semua makanan dimuntahkan.
- Penderita kejang
- Mata nyeri dan kabur atau perubahan penglihatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Buku pedoman surveilans campak-rubela.
TERAPI NON FAMAKOLOGI
CAMPAK
01
Pasien tirah baring

02
Menjauhi/ menghindari keramaian, untuk
mencegah penularan

03
Menutup hidung dan mulut ketika bersin/
batuk untuk mencegah penularan campak

04
Makanan dan minuman bergizi,
air putih yang cukup
Pencegahan campak
• Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi campak ataupun
vaksinasi MMR (Measles, Mumps, Rubella).
• Sesuai jadwal imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2014,
vaksin campak diberikan pada usia 9 bulan.
• Selanjutnya, vaksin penguat dapat diberikan pada usia 2
tahun.
• Apabila vaksin MMR diberikan pada usia 15 bulan, tidak perlu
vaksinasi campak pada usia 2 tahun.
• Selanjutnya, MMR ulangan diberikan pada usia 5-6 tahun.
• Dosis vaksin campak ataupun vaksin MMR 0,5 mL subkutan
CASE STUDY CAMPAK
Pasien anak perempuan usia 12 tahun datang ke RSUDAM dengan keluhan muncul bintik-bintik
merah di seluruh tubuh sejak 3 hari yang lalu. Awalnya bintik- bintik merah muncul pada wajah
dan menyebar ke leher, dada dan seluruh tubuh. Bintik-bintik merah terkadang disertai dengan
rasa gatal. Ibu pasien mengatakan pada mulut anaknya timbul bercak-bercak putih disertai mata
merah dan berair. Sejak 7 hari Sebelum Masuk Rumah Sakit (SMRS), pasien mengalami
demam. Demam terus menerus dan meningkat namun tidak disertai menggigil maupun kejang.
Demam disertai batuk berdahak, dahak kental berwarna putih dan tidak berbau. Pasien juga
mengeluhkan pilek dengan sekret encer tanpa disertai sesak napas. Secara bersamaan dengan
timbulnya bintik- bintik merah, pasien juga mulai mengalami Buang Air Besar (BAB) cair disertai
ampas berwarna kuning kecoklatan tidak berlendir ataupun berdarah dengan frekuensi 3-4x
dalam sehari. Sebelumnya pasien telah meminum obat penurun panas namun demam timbul
kembali. Karena tidak ada perubahan ibu pasien membawa anaknya ke RSUDAM. Pasien tidak
pernah memiliki keluhan yang sama. Riwayat selama kehamilan, persalinan dan tumbuh
kembang anak tersebut normal namun riwayat imunisasi tidak lengkap. Pasien hanya
mendapatkan imunisasi Bacillus Calmette Guerin (BCG) 1 kali saat usia 1 bulan dan polio 1 kali
saat usia 1 bulan dikarenakan saat imunisasi pertama pasien mengalami demam. Pasien ini
didiagnosis dengan morbili.
Terapi yang diberikan berupa cairan hipotonik Natrium
Dekstrose 5% (N4D5) 25 tetes/menit, antibiotik golongan
cephalosporin berupa ceftriakson 2x1 g Intravena (IV),
vitamin A 1x200.000 IU per oral, zinc 1x20 mg per oral
selama 10 hari, oralit dan paracetamol tablet 4x500 mg.
Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam karena
keadaan umum pasien dalam keadaan baik serta tidak
didapatkan gejala dan tanda terjadinya komplikasi.
PEMERIKSAAN FISIK & penunjang
Parameter Hasil Normal Kesimpulan
Suhu ℃ 39,4 36-37,5 Demam
Nadi (x/menit) 88x/menit 60-100 Cemas
Ruam makulopapular + (diseluruh tubuh) - Campak
Mata Merah + - Campak
Leukosit (sel/µL
6.000/ul 4.000-12.000 Normal
darah)
Trombosit (sel/µL 150.000-
213.000/ul Normal
darah) 450.000
Eritrosit (juta/µL
4,7 4,5-5,0 Normal
darah)
Hemoglobin 13,8 g/dl 12,0 Anemia ringan
Hematokrit 40%
PEMERIKSAAN lainya
• Dari anamnesa didapatkan bahwa pasien tidak
menjalani imunisasi dengan lengkap, dimana pasien
hanya melakukan imunisasi BCG 1x dan polio 1x secara
bersamaan saat pasien usia 1 bulan, kemudian tidak
melanjutkan imunisasi yang lain karena pasca imunisasi
pasien mengalami demam.

• Pasien ini memiliki status gizi kurang yang menjadi salah


satu faktor risiko
KELUHAN PASIEN
• Bintik-bintik merah terkadang disertai dengan rasa
gatal.
• Demam terus menerus dan meningkat namun tidak
disertai menggigil maupun kejang.
• Demam disertai batuk berdahak, dahak kental berwarna
putih dan tidak berbau.
• pilek dengan sekret encer tanpa disertai sesak napas.
• Buang Air Besar (BAB) cair disertai ampas berwarna
kuning kecoklatan tidak berlendir ataupun berdarah
dengan frekuensi 3-4x dalam sehari.
ASSESMENT OBAT
Dosis &
Obat Rute Indikasi
Pemakaian
Paracetamol PO 10-15 mg/kgBB/dosis Antipiretik
tiap 4 jam
Vitamin A PO 1 kali sehari 200.000 Imunomodulator
IU
ceftriakson IV 2 kali sehari 1 gram Antibiotik memiliki efek
bakterisidal
Natrium Dekstrose 5% IV 25 tetes/menit penggantian cairan
(N4D5) tubuh dan menambah
energi
zinc PO 1 kali sehari 20mg Meningkatkan imunitas
selama 10 hari tubuh, mengatasi
defisiensi diare pada
anak
pembahasan
• Pasien morbili diupayakan untuk memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan dan
nutrisi yang adekuat. Pada kasus ini cairan yang dibutuhkan adalah cairan maintenance yang
fungsinya adalah untuk menggantikan air yang hilang lewat urine, tinja, paru, dan kulit. Karena
cairan yang keluar sedikit sekali mengandung elektrolit, maka cairan pengganti terbaik adalah
cairan hipotonik seperti N4D5. Pada pasien ini jenis pemberian cairan hipotonik sudah tepat
dengan jumlah tetesan 25 tetes/menit.

• Pemberian antibiotik golongan cephalosporin berupa ceftriaxone dapat digunakan pada infeksi
saluran nafas, sehingga pemberian antibiotik pada pasien ini dirasa kurang tepat karena pada
pasien ini tidak didapatkan tanda-tanda infeksi.

• Pengobatan simtomatik seperti pemberian antipiretik berupa paracetamol pada pasien ini
dikarenakan pasien mengeluhkan demam. Dosis paracetamol pada anak yaitu 10-15
mg/kgBB/dosis. Dosisyang dianjurkan pada pasien ini adalah 260–390 mg/satu kali pemberian
namun pada pasien ini diberikan 500 mg sehingga dosis yang diberikan kurang tepat dan melebihi
dari dosis yang ditentukan.
• Terapi Vitamin A terbukti menurunkan angka morbiditas dan mortalitas
(WHO) juga menganjurkan pemberian vitamin A kepada semua anak dengan
campak karena ketika terjadi defisiensi vitamin A pada kasus morbili maka
akan menyebabkan kebutaan dan kematian. Pada pasien ini diberikan
vitamin A . 200.000 IU di hari pertama perawatan. Pemberian vitamin A pada
anak dengan morbili adalah 100.000 IU per oral satu kali dan apabila
terdapat malnutrisi maka dilanjutkan 1500 IU tiap hari.

• WHO dan UNICEF merekomendasikan mengenai penatalaksanaan diare


pada anak yaitu dengan menambahkan suplementasi zinc (Zn) pada terapi
rehidrasi oral. Zinc berfungsi dalam kekebalan tubuh sebagai second
messenger dalam transduksi sinyal, imunitas sel serta imunitas nutrisional.
Zinc juga berperan penting dalam mengurangi risiko serta tingkat keparahan
penyakit diare. Dari beberapa penelitian didapatkan bahwa efek pemberian
suplementasi terapi zinc dapat menurunkan lamanya diare
REFERENSI
1. Misin, Andrea., Roberta Maria,dkk. 2020. Measles: An Overview of a Re-Emerging Disease in Children and
Immunocompromised Patients. Microorganisms 2020, 8, 27
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Buku pedoman surveilans campak-rubela.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai