Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN TEORI
A.   DEFINISI
Penyakit Campak adalah satu penyakit berjangkit. Campak (Rubeola,  Campak 9 hari)
atau dikenal dengan sebutan Gabagen (dalam bahasa Jawa); atau Kerumut (dalam bahasa
Banjar). Dalam istilah medisnya disebut juga dengan Morbili, Measles.  (Aru: 2006: 1447)
Morbili adalah : Penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, Yaitu
stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang
dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik ( Ilmu Kesehatann Anak
Edisi 2, th 1991. Fkui ).
Campak adalah suatu infeksi akut yang sangat menular ditandai oleh gejala prodormal
panas, batuk, pilek, radang mata disertai dengan timbulnya bercak merah makulopapurer
yang menyebar ke seluruh tubuh yang kemudian menghitam dan mengelupas. (Fanani. 2009:
61-62)
B.   ETIOLOGI
Cara penularan melalui droplet dan kontak, yakni karena menghirup percikan ludah
(droplet) dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita morbili/campak. Artinya,
seseorang dapat tertular Campak bila menghirup virus morbili, bisa di tempat umum, di
kendaraan atau di mana saja. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari
sebelum rimbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada. Masa inkubasi adalah 10-14 hari
sebelum gejala muncul.
Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun,
terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah
menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini.
Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif
pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun).
Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah:
         bayi berumur lebih dari 1 tahun
         bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
         remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.

A. MANIFESTASI KLINIS

Inkubasi
Biasanya tanpa gejala dan berlangsung 10-12 hari.
 Prodromal
Biasanya berlangsung 2-5 hari. Gejala yang utama muncul adalah demam, yang terus
meningkat hingga mencapai puncaknya suhu 39,40– 40,60C pada hari ke- 4 atau 5, yaitu pada
saat ruam muncul. Gejala lain yang juga bisa muncul batuk, pilek, farings merah, nyeri
menelan, stomatitis, dan konjungtivitis.

Bercak koplik
           berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dikelilingi eritema hampir selalu
didapatkan pada akhir stadium prodromal. Bercak Koplik ini muncul pada 1-2 hari sebelum
muncul rash (hari ke-3 – 4) dan menghilang setelah 1-2 hari munculnya rash. Cenderung
terjadi berhadapan dengan molar bawah, terutama molar 3, tetapi dapat menyebar secara
tidak teratur pada mukosa bukal yang lain.
 Erupsi (Rash)
          Terjadinya eritema berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Ruam ini
muncul pertama pada daerah batas rambut dan dahi, serta belakang telinga kemudian
menyebar dengan cepat pada seluruh muka, leher, lengan atas dan bagian atas dada pada
sekitar 24 jam pertama. Selama 24 jam berikutnya ruam menyebar ke seluruh punggung,
abdomen, seluruh lengan, dan paha. Ruam umumnya saling rengkuh sehingga pada muka dan
dada menjadi confluent. Bertahan selama 5-6 hari. Suhu naik mendadak ketika ruam muncul
dan sering mencapai 40-40,5 °C. Penderita saat ini mungkin tampak sangat sakit, tetapi
dalam 24 jam sesudah suhu turun mereka pada dasarnya tampak baik. Selain itu, batuk dan
diare menjadi bertambah parah sehingga anak bisa mengalami sesak nafas atau dehidrasi.
Tidak jarang pula disertai muntah dan anoreksia. Otitis media, bronkopneumonia, dan gejala-
gejala saluran cerna, seperti diare dan muntah, lebih sering pada bayi dan anak kecil. Kadang-
kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Terjadi pembesaran kelenjar getah bening di
sudut mandibula dan di daerah leher belakang. Dapat pula terjadi sedikit splenomegali.
          Ketika ruam mencapai kaki pada hari ke 2-3, ruam ini mulai menghilang dari muka.
Hilangnya ruam menuju ke bawah pada urutan yang sama dengan ketika ruam muncul.
          kulit menjadi kehitaman dan mengelupas (hiperpigmentasi) yang akan menghilang
setelah 1-2 minggu. Hiperpigmentasi merupakan gejala yang patognomonik untuk morbili.
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari (referensi lain menyebutkan sekitar 10-20
hari) setelah terinfeksi, yaitu berupa: - nyeri tenggorokan - hidung meler - batuk - nyeri otot -
demam - mata merah - fotofobia (rentan terhadap cahaya, silau). Namun, gejala ini tidak
semuanya terjadi pada tiap penderita tergantung dari stamina masing-masing.
Gejala klinis dibagi menjadi 3 stadium, yakni:
Stadium awal (prodromal)
Pada stadium awal campak berlangsung sekitar 4-5 hari, ditandai dengan: panas, lemas
(malaise), nyeri otot, batuk, pilek, konjungtivitits, fotofobia (takut cahaya), diare karena
adanya peradangan saluran pernapasan dan pencernaan.
Pada stadium ini, gejalanya mirip influenza. Namun diagnosa ke arah Morbili dapat dibuat
bila 2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik).di
dinding pipi bagian dalam (mukosa bukalis) dan penderita pernah kontak dengan penderita
morbili dalam 2 minggu terakhir.

Stadium timbulnya bercak (erupsi)


            Pada stadium dua ini dapat ditemukan ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak
gatal, muncul sekitar 2-5 hari setelah stadium awal. Ditandai dengan: demam meningkat,
bercak merah menyebar ke seluruh tubuh, disertai rasa gatal. Ruam ini bisa berbentuk makula
(ruam kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada
awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah
samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai,
sedangkan ruam di wajah mulai memudar. Selanjutnya gejala tersebut akan menghilang
sekitar hari ketiga. Kadang disertai diare dan muntah.
Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu
tubuhnya mencapai 40° Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai
merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.
Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama beberapa hari
diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan ada
selama 4 hari hingga 7 hari.
Stadium masa penyembuhan (konvalesen)
            Pada stadium ini, gejala-gejala di atas berangsur menghilang. Suhu tubuh menjadi
normal, kecuali ada komplikasi.

B. PATOFISIOLOGI

Penularan terjadi secara droplet dan kontak virus ini melalui saluran pernafasan dan masuk ke
system retikulo endothelial, berkembang biak dan selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh.
Hal tersebut akan menimbulkan gejala pada saluran pernafasan, saluran cerna, konjungtiva
dan disusul dengan gejala patoknomi berupa bercak koplik dan ruam kulit. Antibodi yang
terbentuk berperan dalam timbulnya ruam pada kulit dan netralisasi virus dalam sirkulasi.
Mekanisme imunologi seluler juga ikut berperan dalam eliminasi virus.
1.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.   Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni.
b. Dalam sputum, sekresi nasal, sediment urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant sel
yang khas.
c.   Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test dan complement
fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1 – 3 hari setelah
timbulnya ras dan mencapai puncaknya pada 2 – 4 minggu kemudian.

C. KOMPLIKASI

Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius. Namun
komplikasi dapat terjadi karena penurunan kekebalan tubuh sebagai akibat penyakit Campak.
Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak:
1)      Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi telinga tengah
2)      Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga pendeita mudah
memar dan mudah mengalami perdarahan
3)      Ensefalitis (radang otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus.
4)      Bronkopnemonia (infeksi saluran napas)
5)      Otitis Media (infeksi telinga)
6)      Laringitis (infeksi laring)
7)      Diare
8)      Kejang Demam (step)
D.    PENATALAKSANAAN TERAPI
Agar serangan campak tidak menjadi terlalu berat, kita bisa melakukan hal-hal berikut
berdasarkan fase-fasenya:
- Masa Inkubasi
Fase inkubasi berlangsung sekitar 10-12 hari. Di fase ini agak sulit mendeteksi infeksinya
karena gejalanya masih bersifat umum bahkan tidak terlihat sama sekali. Mungkin beberapa
anak mengalami demam tetapi umumnya anak tidak merasakan perubahan apa-apa. Bercak-
bercak merah yang merupakan ciri khas campak pun belum keluar.
Yang perlu dilakukan:
Jagalah keseimbangan gizi anak dengan baik agar daya tahan tubuhnya tetap tinggi. Misalnya
dengan makan sayur, buah, serta menjaga kebugaran tubuhnya. Bila memang nantinya
campak benar-benar menyerang kemungkinan terjadinya tidak akan terlalu parah.
         Fase Prodormal
Adalah fase dimana gejala penyakit sudah mulai timbul seperti flu, batuk, pilek, dan demam.
Mata anak pun akan tampak kemerah-merahan dan berair. Tak hanya itu, anak tidak bisa
melihat dengan jelas ke arah cahaya karena merasa silau (photo phobia). Ciri lain, di sebelah
dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga
mengalami diare. Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-
40,5° C. Di fase kedua bercak merah belum muncul.
Yang perlu dilakukan:
Segeralah memeriksakan anak ke dokter ketika flu, batuk, pilek, dan demam mulai muncul.
Jangan sampai menunggu munculnya bercak-bercak merah karena anak butuh pertolongan
secepatnya. Tindakan cepat sangat membantu untuk mengantisipasi beratnya penyakit.
         Fase Makulopapuler
Fase makulopapuler yakni keluarnya bercak merah yang sering diiringi demam tinggi antara
38-40,5°C. Awalnya, bercak ini hanya muncul di beberapa bagian tubuh saja, biasanya di
belakang kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Untuk membedakan dengan penyakit
lain, umumnya warna bercak campak akan sangat khas; merah dengan ukuran yang tidak
terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil.
Biasanya, bercak merah akan memenuhi seluruh tubuh dalam waktu satu minggu meskipun
hal ini tergantung pula pada daya tahan tubuh masing-masing anak. Pada anak yang memiliki
daya tahan tubuh baik umumnya bercak merahnya hanya pada beberapa bagian saja. Tetapi
pada anak yang memiliki daya tahan tubuh lemah, bercak merahnya akan semakin banyak.
Hal ini juga menunjukkan kalau campak yang diderita anak termasuk berat.
Yang perlu dilakukan:
Tetaplah mengonsultasikan segala sesuatunya pada dokter. Biasanya dokter akan
mengusahakan agar bercak merah pada anak tidak sampai muncul di sekujur tubuh. Bila
memang sekujur tubuhnya dipenuhi bercak, ini berarti campaknya cukup berat. Apalagi jika
sudah muncul gejala komplikasi, maka konsultasikanlah ke dokter apakah anak perlu dirawat
atau tidak.
Sebagian masyarakat beranggapan bahwa semakin banyak bercak merah yang tampak
semakin bagus karena berarti anak akan cepat sembuh. Pendapat ini keliru karena kita
sebenarnya dituntut untuk lebih waspada. Tetapi bila diagnosis sudah ditegakkan, dan tak ada
komplikasi, anak cukup dirawat di rumah.
        Fase Penyembuhan
Bila bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengan sendirinya.
Selanjutnya bercak merah akan berubah menjadi kehitaman dan bersisik, disebut
hiperpigmentasi. Pada akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atau sembuh dengan
sendirinya. Umumnya, dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anak sembuh benar dari
sisa-sisa campak.
Yang perlu dilakukan:
Tetap berikan obat yang sudah diberikan oleh dokter sambil menjaga asupan makanan bergizi
seimbang dan istirahat yang teratur. Jangan pernah beranggapan kalau bercak merah sudah
berkurang dan gejalanya sudah hilang berarti virus campaknya sudah musnah. Kita tetap
perlu melanjutkan pengobatan sampai anak benar-benar sembuh

WOC

Percikan ludah (dropilet)

Virus masuk dari hidung, mulut ataupun tenggorokan


Masuk ke system retikolo endothelial

virus masuk kealiran darah                         MK: kerusakan intraksi social        

menyebar kesuluruh tubuh                                      sosial

       campak            intraksi dgn lingkungan/ keluarga trgganggu

 
                                                                                                       mk: perubahan proses
keluarga
saluran pernafasan          sal cerna                        
konjungtivitis         MK: resti infeksi
jalan nafas                   hyperplasia                                                                                                   
k efektif                       - limfoid
                                    -usus buntu
 (mukosa usus buntu iritasi)
-          Kecepatan sekresi
-          Pergerakan usus                                      demam

Mk: perubahan nutrisi < dari keb tubuh               Suhu tubuh

Mempengaruhi thermostat dalam hipotalamus

Bercak koplik dan ruam pada kulit            MK: Nyeri

                  Gatal
MK: Resti kerusakan integritas kulit

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KULIT DENGAN CAMPAK
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu

diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat


memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat

bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:

a.      Pengumpulan Data

1)          Anamnesa

a)       Identitas Klien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status

perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS,

diagnosa medis.

b)        Keluhan Utama

   Pada umumnya keluhan utama pada kasus campak adalah demam, batuk, sakit kepala, dan
konjungtivitis.  Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap pada klien campak.
a)       Riwayat Penyakit Sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari campak, yang nantinya

membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi

terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan

bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya

campak bisa diketahui penyakit kulit yang lain.  (Ignatavicius, Donna D, 1995).

b)       Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab campak dan memberi petunjuk

berapa lama penyakit campak tersebut berlangsung.

c)       Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit camapak  merupakan salah satu

faktor predisposisi terjadinya campak, pneumonia, batuk, demam, konjungtivitis.

(Ignatavicius, Donna D, 1995).

d)      Riwayat Psikososial,


Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam

keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik

dalam keluarga ataupun dalam masyarakat (Ignatavicius, Donna D, 1995).

c)       Pola-Pola Fungsi Kesehatan

(1)   Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat

Pada kasus campak akan timbul demam, batuk, sakit kepala, dan konjungtivitis. Dan

harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan kulitnya. Selain

itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti kontak langsung dengan penderita

yang dapat mengganggu kesehatan kulit (Ignatavicius, Donna D,1995).

(2)   Pola Nutrisi dan Metabolisme

Pada klien campak harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya

seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C, vit c, dan lainnya untuk membantu proses

penyembuhan kulit. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan

penyebab masalah kulit Pola Eliminasi

Untuk kasus campak  gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga

dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada

pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola

ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.

 Pola Tidur dan Istirahat

Semua klien campak timbul rasa nyeri, keterbatasan sosialisasi, sehingga hal ini dapat

mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada

lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur.  (Doengos. Marilynn E, 2002).

(3)   Pola Aktivitas

Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi

berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu
dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk

pekerjaan beresiko untuk terjadinya penularan campak dibanding pekerjaan yang lain

(Ignatavicius, Donna D, 1995).

(4)   Pola Hubungan dan Peran

Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. (Ignatavicius, Donna

D, 1995).

(5)   Pola Persepsi dan Konsep Diri

Dampak yang timbul pada klien campak yaitu timbul pernafasan tidak efektif, saluran cerna

trganggu, konjungtivtis,  rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara

optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image) (Ignatavicius,

Donna D, 1995).

(6)   Pola Sensori dan Kognitif

Pada klien camapak daya rabanya meningkat terutama pada bagian kulit yang terkena,

sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu juga pada kognitifnya tidak

mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat camapak (Ignatavicius, Donna

D, 1995).

10)    Pola Penanggulangan Stress

Pada klien camapak timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya,. Mekanisme koping yang

ditempuh klien bisa tidak efektif.

11)     Pola Tata Nilai dan Keyakinan

Untuk klien campak tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik

terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan

gerak klien

a. Pemeriksaan fisik :

Mata : Terdapat konjungtivitis, fotophobia


Kepala : Sakit kepala
Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung                         
(pada stad eripsi ).
Mulut & bibir :Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.
Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada                
leher, muka, lengan dan kaki (pada stad. Konvalensi), evitema, panas                        
(demam).
    Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum
    Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.
     Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare
     Status Nutrisi : intake – output makanan, nafsu makanan
1.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.       Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
b.      Ganguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi virus.
c.       Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan adanya demam, tidak enak bedan,
pusing, mulut terasa pahit, kadang-kadang muntah dan gatal.
d.      Resiko terjadi komplikasi berhubungan dengan daya tahan tubuh yang menurun.
e.       Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit.
2.      INTERVENSI / IMPLEMENTASI
a.       Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Kriteria – standart:
         Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan peningkatan yang tepat.
         Menunjukkan perilaku / perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau
mempertahankan berat badan yang tepat.
Intervensi Keperawatan:
1.      Berikan banyak minum (sari buah-buahan, sirup yang tidak memakai es).
Rasional : untuk mengkompensasi adanya peningkatan suhu tubuh dan merangsang nafsu
makan
2.      Berikan susu porsi sedikit tetapi sering (susu dibuat encer dan tidak terlalu manis, dan
berikan susu tersebut dalam keadaan yang hangat ketika diminum).
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi melalui cairan bernutrisi.
3.      Berikan makanan lunak, misalnya bubur yang memakai kuah, sup atau bubur santan
memakai gula dengan porsi sedikir tetapi dengan kuantitas yang sering.
Rasional : untuk memudahkan mencerna makanan dan meningkatkan asupan makanan.
4.      Berikan nasi TKTP, jika suhu tubuh sudah turun dan nafsu makan mulai membaik.
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh setelah sakit.
b.   Ganguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi virus.
Criteria – standart:
- Pasien menunjukkan adanya penurunan suhu tubuh mencapai normal.
- Pasien menunjukkan tidak adanya komplikasi.
Intervensi keperawatan:
1.      Memberikan kompres dingin / hangat.
Rasional : untuk membantu dalam penurunan suhu tubuh pada pasien.
2.      Kolaborasi medis untuk pemberian terapi antipiretikum.
Rasional : antipiretikum bekerja untuk menurunkan adanya kenaikan suhu tubuh.
3.      Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi.
Rasional : suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu tubuh
agar tetap normal.
c.  Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan adanya demam, tidak enak bedan,
pusing, mulut terasa pahit, kadang-kadang muntah dan gatal.
Kriteria – standart:
- Pasien menunjukkan kenyamanan, tidak merasa gatal lagi.
- Badan kelihatan segar dan tidak merasa pusing.
Intervensi keperawatan:
1.       Bedaki tubuh anak dengan bedak salisil 1% atau lainnya atas resep dokter.
Rasional : bedak salisil 1% dapat mengurangi rasa gatal pada tubuh anak.
2.      Menghindari anak tidak tidur di bawah lampu karena silau dan membuat tidak nyaman.
Rasional : lampu yang terlalu terang membuat anak silau dan menambah rasa tidak nyaman.
3.      Selama demam masih tinggi tidak boleh dimandikan dan sering-sering dibedaki.
Rasional : tubuh yang dibedaki akan membuat rasa nyaman pasa pasien.
4.      Jika suhu tubuh turun, untuk mengurangi gatal dapat dimandikan dengan PK atau air hangat
atau dapat juga dengan bethadine.
Rasional : air hangat / PK dapat mengurangi gatal dan menambah rasa nyaman.
d. Resiko terjadi komplikasi berhubungan dengan daya tahan tubuh yang menurun.
Criteria – standart:
-  Pasien menunjukkan peningkatan kondisi tubuh.
- Daya tahan tubuh optimal tidak menunjukkan tanda-tanda mudah terserang panyakit.
Intervensi keperawatan:
1.      Mengubah sikap baring anak beberapa kali sehari dan berikan bantal untuk meninggikan
kepalanya.
Rasional : meninggikan posisi kepala dapat memberikan sirkulasi udara dalam paru.
2.      Mendudukkan anak / dipangku pada waktu minum.
Rasional : mencegah terjadinya aspirasi.
3.      Menghindarkan membaringkan pasien di depan jendela atau membawanya keluar selama
masih demam.
Rasional : menghindarkan anak terkena angin dan menambah suhu tubuh.
e. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit.
Kriteria – standart:
- Orang tua menunjukkan mengerti tetang proses penyakit.
- Orang tua mengerti bagaimana pencegahan dan meningkatkan gizi agar tidak mudah timbul
komplikasi yang berat.
Intervensi keperawatan:
1.      Memberikan penyuluhan tentang pemberian gizi yang baik bagi anak, terutama balita agar
tidak mudah mendapat infeksi.
Rasional : memberikan pengetahuan kepada orang tua.
2.      Menjelaskan pada orang tua tentang morbili tentang hubungan pencegahan dengan vaksinasi
campak dan peningkatan gizi agar tidak mudah timbul komplikasi yang berat.
Rasional : memberikan pengetahuan kepada orang tua tentang pencegahan penyakit anaknya.
4.    EVALUASI
a. Suhu tubuh normal / turun (36,7oC – 37,6oC).
b. Cairan dan nutrisi dalam tubuh seimbang.
c. Tubuh tidak merasa gatal.
d. Orang tua/keluarga mengerti mengenai penyakit morbili dan pencegahannya.

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Campak adalah penyakit akut yang disebabkan virus campak yang sangat menular pada
umumnya menyerang anak-anak. Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat
jalan. Anak harus diberikan cukup cairan dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat
simptomatik, dengan pemberian antipiretik, antitusif, ekspektoran, dan antikonvulsan bila
diperlukan. Sedangkan pada campak dengan penyulit, pasien harus dirawat inap. Di rumah
sakit pasien campak dirawat di bangsal isolasi sistem pernafasan, diperlukan perbaikan
keadaan umum dengan memperbaiki kebutuhan cairan, diet yang memadai.
Saran
          Bagi orang tua sebaiknya mengawasi anaknya pada saat terkena campak, agar menjaga
kebersihan diri anak tersebut dan tida berdampak negatif atau terdapat komplikasi lain setelah
sembuh dari campak.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, (1999). Perencanaan Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Fanani, Ahmad. (2009). Kammus kesehatan. Citra Pustaka: Jakarta


 IkatanDokterAnak Indonesia. (2004). StandarPelayananMedikKesehatanAnak.    IDAI:
Jakarta.
Mansjoer, A. dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga. Media   Aesculapius:
Jakarta.
Rani, A. dkk. 2008. Panduan Pelayanan Medik. PAPDI: Jakarata.
sylvia A. Price, dkk. (2006). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.       EGC:
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai