PENYUSUN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKNIK KESEHATAN PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN PADANG
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan ini menyetujui dan mengesahkan Panduan Praktek pada mata ajar Keperawatan Anak
I yang disusun oleh Tim Pengajar (Hj. Tisnawati, SSt, M.Kes)
Demikian persetujuan dan pengesahan ini dibuat dengan sesungguhnya, untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Padang, ........................
Mengesahkan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmatnya
sehingga tim keperawatan anak dapat menyelesaikan penyusunan Buku Panduan Praktik
keperawatan anak. Buku panduan ini dapat diselesaikan berkat kerjasama tim keperawatan
anak dan masukan dari berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada Ketua Jurusan, Ka. Prodi Keperawatan dan pihak-pihak
lain yang telah berkontribusi. Semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan oleh
semua pihak kepada kami mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Kami menyadari dalam penyusunan buku panduan ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kami mengharapkan masukan, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
Padang, ........................
PENYUSUN
A. Pendahuluan
Keterampilan pemberian asuhan keperawatan bayi dengan hisprung merupakan salah satu
tindakan kolaboratif dalam keperawatan yang harus dikuasai oleh mahasiswa untuk
mengatasi masalah bayi resiko tinggi. Kesalahan dalam perawatan bayi hisprung banyak
ditemui antara lain salah dalam mengkaji, merumuskan diagnosa keperawatan,
perencanaan , implementasi dan evaluasi keperawatan, dan kaitannya dengan
perkembangan pasien. Oleh karena itu mahasiswa perlu memiliki keterampilan dalam
pemberian asuhan keperawatan hisprung agar dapat menangani masalah pasien.
Keterampilan ini merupakan kelanjutan dari pembelajaran keperawatan dasar sebelumnya
terdapat penambahan keterampilan yang spesifik seperti pemecahan kasus dengan
menggunakan metode Seven Jump.
Pembelajaran diskusi ini dilakukan dalam dua sesi, masing-masing sesi 2 x 60 menit. Sesi
pertama adalah penjelasan dari dosen yang dilanjutkan dengan praktek asuhan, sesi kedua
adalah redemonstrasi oleh mahasiswa dan evaluasi dari dosen/instruktur. Latihan
bertempat di ruang laboratorium keperawatan anak Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Padang
B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti diskusi diharapkan mahasiswa mampu melakukan pemberian
asuhan keperawatan bayi dengan hisprung dengan benar
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti diskusi ini, diharapkan mahasiswa mampu:
a. Mempraktekkan pengkajian bayi dengan hisprung yang benar
b. Mempraktekkan membuat diagnosa keperwatan bayi dengan hisprung yang benar
c. Mempraktekkan membuat perencanaan/ intervensi keperwatan bayi dengan
hisprung yang benar
d. Mempraktekkan membuat evaluasi keperwatan bayi dengan hisprung yang benar
e. Mendokumentasikan askep bayi dengan hisprung yang benar
C. Strategi Pembelajaran
Pendekatan perkuliahan ini adalah pendekatan Student Center Learning. Dimana
digunakan lebih banyak menggunakan metode ISS (Interactive skill station) dan
lain -lain, yang nantinya akan didiskusikan dalam kelompok kelompok yang telah
pemicu yang disetting seperti kasus nyata dan mahasiswa akan mendiskusikan
dalam kelompok dengan metode sevent jump. Dengan demikian mahasiswa dapat
untuk beberapa pertemuan dosen akan memberikan kuliah singkat diawal untuk
keterampilan, metode yang yang akan dilakukan adalah simulasi dan demonstrasi
dilaboratorium.
Proses pemecahan masalah yang terdapat dalam scenario menggunakan strategi seven jump,
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1 Klasifikasi istilah yang tidak jelas dalam scenario dan tentukan kata/kalimat kunci.
Langkah 2 Mengidentifikasi problem dasar dalam scenario dengan membuat beberapa pertanyaan penting
Langkah 3 Menganalisa problem tersebut dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas
Lanhkah 4 Menentukan dan mengklasifikasikan pertanyaan yang belum terjawab
Menentukan tujuan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
Langkah 5
mahasiswa
Mencari informasi tambahan tentang kasus diatas dengan cara belajar mandiri atau diskusi
Langkah 6
dengan pakar, tanpa didampingi fassilitator/tutor.
Langkah 7 Melaporkan hasil diskusi dan sintesis hasil informasi yang telah dilakukan.
Catatan :
Dalam diskusi kelompok setiap mahasiswa diwajibkan membawa buku sumber, journal dan
majalah yang relevan serta internet untuk mencari informasi tambahan.
PROSES TUTORIAL
Hari Kegiatan Keterangan
Pembagian modul Setelam membaca dengan teliti scenario dalam modul,
mahasiswa harus membentuk organisasi kelompok dengan
menentukan ketua kelompok dan skretaris selebihnya
adalah anggota kelompok.
I Tutorial I (langkah I s.d V) Ketua kelompok memimpin diskusi
1. Klasifikasi istilah yang tidak jelas Skretaris mencatat proses dan hasil diskusi
dalam scenario dan tentukan
Diskusi kelompok didampingi fasilitator
kata/kalimat kunci.
/tutor
2. Mengidentifikasi problem dasar
Hasil diskusi dirumuskan secara tertulis
dalam scenario dengan membuat
beberapa pertanyaan penting
3. Menganalisa problem tersebut
dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan diatas
4. Menentukan & mengklasifikasikan
pertanyaan yang belum terjawab
5. Menentukan tujuan pembelajaran
sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai mahasiswa
II 6. Mencari informasi tambahan Melakukan aktivitas pembelajaran individual
tentang kasus diatas dengan cara diperpustakaan dengan menggunakan buku
belajar mandiri atau diskusi ajar, journal,dan majalah dan internet untuk
dengan pakar, tanpa didampingi mencari informasi tambahan
fasilitator/tutor Melakukan diskusi kelompok secara mandiri
dengan cara curah pendapat bebas
(brainstorming) antar anggota kelompok
untuk menganalisa informasi dalam
menyelesaikan masalah
Melakukan konsultasi pada narasumber/pakar
yang relevan.
Hari Kegiatan Keterangan
1. Prasyarat
Pengetahuan yang harus dimiliki sebelum berlatih:
1. Anatomi fisiologi
2. Kebutuhan Dasar Manusia I & II
2. Teori
Penyakit hirschsprung adalah suatu kelainan tidak adanya sel ganglion parasimpatis pada
usus, dapat dari kolon sampai pada usus halus. (Ngastiyah, 1997 : 138).
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid; ini merupakan 70% dari kasus
penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibanding anak
perempuan.
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus.
Ditemukan sama banyak pada anak laki maupun prempuan.(Ngastiyah, 1997 : 138)
C. ETIOLOGI HISPRUNG
Mungkin karena adanya kegagalan sel-sel ”Neural Crest” ambrional yang berimigrasi ke
dalam dinding usus atau kegagalan pleksus mencenterikus dan submukoisa untuk
berkembang ke arah kranio kaudal di dalam dinding usus.
Disebabkan oleh tidak adanya sel ganglion para simpatis dari pleksus Auerbach di kolon.
Sebagian besar segmen yang aganglionik mengenai rectum dan bagian bawah kolon sigmoid
dan terjadi hipertrofi serta distensi yang berlebihan pada kolon.
(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985 : 1134)
Sering terjadi pada anak dengan ”Down Syndrome”.
Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi kraniokaudal
pada nyenterik dan submukosa dinding pleksus.
(Suriadi, 2001 : 242).
Gejala pada anak yang lebih besar karena gejala tidak jelas pada waktu lahir.
E. PATOFISIOLOGI
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan
tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic hampir
selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini
menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan
tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga
mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus
dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega
Colon ( Betz, Cecily & Sowden).
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan
relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses
terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal
terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut
melebar ( Price, S & Wilson ).
F. MANIFESTASI KLINIS
Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 – 28 jam
pertama setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur
dengan cairan empedu dan distensi abdomen. (Nelson, 2000 : 317).
Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan
Penyakit Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi
total saat lahir dengan muntaah, distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi
mekonium. Keterlambatan evakuasi meconium diikuti obstruksi konstipasi, muntah
dan dehidrasi. Gejala rigan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan
yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare,
distensi abdomen dan demam. Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur
merupakan tanda yang khas. Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi
distensi abdomen hebat dan diare berbau busuk yang dapat berdarah.
( Nelson, 2002 : 317 ).
1. Obstruk total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evaluai
mekonium.
2. Keterlambatan evaluasi mekonium diikuti obstruksi periodic yang membaik secara
spontan maupun dengan edema.
3. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti
dengan obstruksi usus akut.
4. Konstruksi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Diare
berbau busuk dapat menjadi satu-satunya gejala.
5. Gejala hanya konstipasi ringan.
1. Neonatal
a. Kegagalan pengeluaran mekonium (lebih dari 24 jam)
b. Distensi abdomen
c. Karena adanya obstruksi usus letak rendah
d. Obstipasi
e. Muntah yang berwarna hijau
2. Infant
a. Kegagalan dalam pertumbuhan berat badan
b. Konstipasi
c. Distensi abdomen
d. Adanya suatu periode diare dan muntah
e. Kadang muncul tanda enterokolitis seperti diare, demam berdarah, letargi
3. Childhood
a. Konstipasi
b. Fases berbau menyengat seperti karbon
c. Distensi abdomen
d. Masa feses teraba
e. Anak biasanya punya nafsu makan yang buruk
G. KOMPLIKASI
1. Obstruksi usus
2. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
3. Konstipasi
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat penghisap and
mencari sel ganglion pada daerah submukosa.
2. Biopsy otot rectum, yakni pengambilan lapisan otot rectum, dilakukan dibawah
narkos. Pemeriksaan ini bersifat traumatic.
3. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin dari hasil biopsy asap. Pada penyakit ini klhas
terdapat peningkatan aktivitas enzim asetikolin enterase.
4. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsy usus.
I. PENATALAKSANAAN
Ø Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik
di usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus
besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
a) Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk
melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk
mengembalikan ukuran normalnya.
b) Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak
mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama.
Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson, Duhamel,
Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling sering
dilakukan terdiri dari penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana mukosa
aganglionik telah diubah.
Pembedahan hirschsprung dilakukan dalam 2 tahap, yaitu dilakukan kolostomi loop atau
double-barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertropi dapat kembali
normal (memerlukan waktu 3-4 bulan), lalu dilanjutkan dengan 1 dari 3 prosedur berikut :
Ini terdiri dari pengangkatan ari segmen usus aganglionik yang mengalami obstruksi.
Pembedahan rekto-sigmoidektomi dilakukan teknik pull-through dapat dicapai dengan
prosedur tahap pertama, tahap kedua atau ketiga, rekto sigmoidoskopi di dahului oleh suatu
kolostomi. Kolostomi ditutup dalam prosedur kedua.
1. Persiapan prabedah
1. Lavase kolon
2. Antibiotika
3. Infuse intravena
4. Tuba nasogastrik
5. Perawatan prabedah rutin
6. Pelaksanaan pasca bedah
1. Perawatan luka kolostomi
2. Perawatan kolostomi
3. Observasi distensi abdomen, fungsi kolostomi, peritonitis dan
peningkatan suhu.
4. Dukungan orangtua, bahkan kolostomi sementara sukar untuk
diterima. Orangtua harus belajar bagaimana menangani anak dengan
suatu kolostomi. Observasi apa yang perlu dilakukan bagaimana
membersihkan stoma dan bagaimana memakaikan kantong kolostomi.
(Betz, 2002 : 198)
Ø Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila
ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain :
a. Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak
secara dini
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c. Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
d. Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang.
Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak – anak
dengan malnutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya
meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema.
Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi
dapat digunakan nutrisi parenteral total ( NPT )
Ø Pengobatan
Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat penyumbatan usus, segera dilakukan
kolostomi sementara. Kolostomi adalah pembuatan lubang pada dinding perut yang
disambungkan dengan ujung usus besar. Pengangkatan bagian usus yang terkena dan
penyambungan kembali usus besar biasanya dilakukan pada saat anak berusia 6 bulan
atau lebih.
Jika terjadi perforasi (perlubangan usus) atau enterokolitis, diberikan
antibiotik.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN MEGA KOLON
PADA KASUS “HIRSPRUNG”
A. PENGKAJIAN
Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, tanggal
pengkajian, pemberi informasi.
Antara lain :
1. Anamnesis
Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis
medis.Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan
pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen, kembung,
muntah.
a. Keluhan utama Klien
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan pengkajian, pada
klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen, kembung, muntah.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir, distensi
abdomen dan muntah hijau atau fekal.
Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana upaya klien
mengatasi masalah tersebut.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan, persalinan dan
kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.
d. Riwayat Nutrisi meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak.
e. Riwayat psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan rendah diri
atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita
Hirschsprung.
g. Riwayat social
Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam mempertahankan hubungan
dengan orang lain.
h. Riwayat tumbuh kembang
Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.
i. Riwayat kebiasaan sehari-hari
Meliputi – kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre operasi
1. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak
adanya daya dorong.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
inadekuat.
3. Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.
Post operasi
1. Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan
2. Nyeri b/d insisi pembedahan
3. Kurangnya pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan
kolostomi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Pre Operasi
1. Konstipasi berhubungan dengan mekanik : megakollon
Tujuan : BAB lancar
Kriteria Hasil :
Feses lunak
Anak tidak kesakitan saat BAB.
Tindakan operasi colostomi
Intervensi :
Bowel management
o Catat BAB terakhir
o Monitor tanda konstipasi
o Anjurkan keluarga untuk mencatat warna, jumlah, frekuensi BAB.
o Berikan supositoria jika perlu.
Bowel irrigation
o Jelaskan tujuan dari irigasi rektum.
o Check order terapi.
o Jelaskan prosedur pada orangtua pasien.
o Berikan posisi yang sesuai.
o Cek suhu cairan sesuai suhu tubuh.
o Berikan jelly sebelum rektal dimasukkan.
o Monitor effect dari irigasi.
Persiapan preoperatif
o Jelaskan persiapan yang harus dilakukan.
o lakukan pemeriksaan laboratorium: darah rutin, elektrolit, AGD.
o transfusi darah bila perlu.
2. Cemas b/d perubahan dalam status kesehatan anak
Tujuan : Cemas keluarga pasien teratasi
Kriteria Hasil :
Ibu terlihat lebih tenang
Ibu dapat bertoleransi dengan keadaan anak
Intervensi : Anxiety reduction
jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan.
kaji pemahaman orangtua terhadap kondisi anak, tindakan yang akan dilakukan
pada anak.
anjurkan orang tua untuk berada dekat dengan anak.
bantu pasien mengungkapkan ketegangan dan kecemasan.
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal dengan sumber informasi
Tujuan: Orang tua mengetahui tentang perawatan anak
Kriteria Hasil:
- Mampu menjelaskan penyakit, prosedur operasi
- mampu menyebutkan tindakan keperawatan yang harus dilakukan.
- Mampu menyebutkan cara perawatan.
Intervensi:
teaching: proses penyakit
o Kaji pengetahuan pasien tentang penyakit.
o Jelaskan tentang penyakit, prosedur tindakan dan cara perawatan bersama
dengan dokter.
o Informasikan jadwal rencana operasi: waktu, tanggal, dan tempat operasi, lama
operasi.
o Jelaskan kegiatan praoperasi : anestesi, diet, pemeriksaan lab, pemasangan
infus, tempat tunggu keluarga.
o Jelaskan medikasi yang diberikan sebelum operasi: tujuan, efek samping.
health education:
o jelaskan tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
o Jelaskan mengenai penyakit,prosedur tindakandancara perawatan dengan
dokter.
o Lakukan diskusi dengan keluarga pasien dengan penyakit yang sama.
o Jelaskan cara perawatan post operatif.
monitor cairan
- kaji jumlah dan jenis intake cairan dan kebiasaan eliminasi
- kaji faktor resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan
- monitor intake dan output
- monitor serum, dan elektrolit
- jaga keakurtan pencatatan intake dan output
- administrasi pemberian cairan
managemen hipovolemi
- monitor status cairan termasuk intake dan output
- jaga kepatenan terpi intra vena
- monitor kehilangan cairan
- monitor hasil laboratorium
- hitung kebutuhan cairan
- administrasi pemberian cairan hipotonik/isotonik
- observasi indikasi dehidrasi
- kelola pemberian intake oral
- monitor tanda dan gejala over hidration
Post Op.
1. Nyeri Akut b/d agen injuri fisik
Tujuan : Level nyeri berkurang
Kriteria Hasil :
- anak tidak rewel
- ekspresi wajah dan sikap tubuh rileks
- tanda vital dbn
Intervensi :
Management nyeri
- Kaji nyeri meliputi karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.
- Observasi ketidaknyamanan non verbal
- Berikan posisi yang nyaman
- Anjurkan ortu untuk memberikan pelukan agar anak merasa nyaman dan tenang.
- Tingkatkan istirahat
Teaching
- Jelaskan pada ortu tentang proses terjadinya nyeri
- Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit
- Evaluasi keluhan nyeri atau ketidaknyamanan
- Perhatikan lokasi nyeri.
Administrasi analgetik
- Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat.
- Cek program medis tentang jenis obat, dosis dan frekuensi pemberian
- Ikuti 5 benar sebelum memberikan obat
- Cek riwayat alergi
- Monitor tanda vital sebelum dan sesudah pemberian obat
- Dokumentasikan pemberian obat
monitor cairan
- kaji jumlah dan jenis intake cairan dan kebiasaan eliminasi
- kaji faktor resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan
- monitor intake dan output
- monitor serum, dan elektrolit
- jaga keakurtan pencatatan intake dan output
- administrasi pemberian cairan
managemen hipovolemi
- monitor status cairan termasuk intake dan output
- jaga kepatenan terpi intra vena
- monitor kehilangan cairan
- monitor hasil laboratorium
- hitung kebutuhan cairan
- administrasi pemberian cairan hipotonikisotonik
- observasi indikasi dehidrasi
- kelola pemberian intake oral
- monitor tanda dan gejala over hidration
D. Implementaasi
Tahap pelaksanaan merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan dengan
melaksanakann berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperrawatan. Dalam tahap ini, perawat harus
mengetahui berbagai hal di antaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada
klien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang
hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien. Dalam
pelaksanaan rencana tindakan terdapat dua jenis tindakan, yaitu tindakan jenis
mandiri dan tindakan kolaborasi (Hidayat, A. Aziz Alimul, 2008: 122).
E. Evaluasi
Pre operasi Hirschsprung
1. Pola eliminasi berfungsi normal
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3. Kebutuhan cairan dapat terpenuhi
4. Nyeri pada abdomen teratasi
Post operasi Hirschsprung
1. Integritas kulit lebih baik
2. Nyeri berkurang atau hilang
3. Pengetahuan meningkat tentang perawatan pembedahan terutama pembedahan kolon
3. Evaluasi
Bayi Ny.B laki- laki umur 1 hari, lahir spontan dirumah bidan, bayi tidak BAB sejak
lahir, muntah bewarna hijau, BB bayi 2700 gram, suhu 36,7 derjat selsius, tidak ditemukan
tanda/ gejala kejang, frekwensi nafas 57 x/ menit,tidak ada gejala sesak nafas. Bayi tampak
gelisah/ rewel dan perut kembung, pada pemeriksaan anus dengan colok dubur feses bayi
menyemprot. Lakukanlah pemecahan kasus diatas dengan menggunakan metode Seven
Jump!!
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 1999. Hand Book Of Nursing (Buku Saku Diagnosa Keperawatan). Jakarta :
EGC
Ngastiyah. 2002. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Medika: Jakarta
Surarmi,Asrining,dkk. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta:EGC
Wong. Donna L. (2004). Pedoman klinis keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC