FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022
BUKU PANDUAN TUTOR
SISTEM PENGLIHATAN
BLOK X
Edisi Ke Delapan
TIM PENYUSUN
Koordinator Kurikulum :
dr. Anis Kusumawati, M.Sc, M.Med.Ed
JUDUL
TIM PENYUSUN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN
METODE PEMBELAJARAN
SARANA DAN PRASARANA
METODE SEVEN JUMP
SKENARIO
LEMBAR EVALUASI TUTORIAL
KATA PENGANTAR
Wassalamualaikum,
Februari 2022
PENDAHULUAN
1. Pembekalan
Pembekalan diberikan tiap hari sesuai dengan jadwal, bertujuan untuk
memberikan dasar pemahaman atau konsep ilmu tertentu atau bersifat sebagai
pengayaan ilmu bagi mahasiswa
2. Konsultasi Pakar
Kegiatan mahasiswa untuk berkonsultasi dengan pakar tentang masalah-
masalah yang mereka hadapi atau yang mereka ingin ketahui (yang muncul dalam
diskusi). Adapun teknis pelaksanaannya (jumlah mahasiswa, tempat dan waktu)
ditentukan sendiri oleh mahasiswa dengan pakar yang bersangkutan.
3. Belajar Mandiri
Belajar mandiri dijadwalkan untuk memberi kesempatan kepada mahasiswa
merangkum materi yang sudah diterima. Dengan mengacu pada tujuan
pembelajaran, mahasiswa diharapkan dapat memahami materi sesuai tujuan
pembelajaran yang sudah ditetapkan. Jika pada saat belajar mandiri ada materi
yang tidak dipahami, mahsiswa bisa berdiskusi dengan mahasiswa lain, mencari
referensi atau menanyakan saat konsultasi pakar.
6. CD interaktif
Metode pemutaran CD interaktif bertujuan untuk memberikan gambaran
visual dari materi pembelajaran yang disesuaikan dengan blok yang berlangsung.
Pemutaran CD dilanjutkan dengan mendiskusikan visualisasi tersebut antara
dosen dan mahasiswa sehingga bisa didapatkan penggambaran yang menyeluruh
tentang materi yang ditayangkan.
Seorang anak usia 8 tahun dibawa ke Poliklinik Mata oleh orangtua nya dengan
keluhan kedua matanya merah, berair dan bengkak sejak 2 hari yang lalu. Selain itu
air mata nya merah seperti keluar darah dari kelopak matanya kemarin sore.
Sebelumnya sudah periksa ke bidan diberi obat tetes mata dan sirup, akan tetapi
keluhan belum membaik. Orangtua pasien merasa khawatir, sebelumnya anak nya
sedikit demam, riwayat batuk pilek disangkal. Pasien tidak mengeluhkan penglihatan
kabur. Teman-teman di sekolah nya ada yang mengalami keluhan serupa dengan
pasien. Riwayat alergi disangkal, asma disangkal, rhinitis disangkal. Kemudian dokter
melakukan pemeriksaan dan memberikan obat.
TUGAS MAHASISWA
a. Kerjakan secara mandiri step 1-5 (dari seven jump) dan tabel di logbook.
Logbook difoto lalu kirim ke grup WA tutor dan upload di e-learning
(maksimal Rabu, 16 Februari 2022 pukul 7.00 WIB)
• Step 1 Kata kunci dan klarifikasi istilah
• Step 2 Tetapkan masalah dari skenario
• Step 3 Brainstorm kemungkinan hipotesis
• Step 4 Jelaskan hipotesis di step 3 lebih detail dan buat koneksi dari
semua hipotesis (buat mind map)
• Step 5 Tulis topik apa saja yang harus dipelajari (learning objective)
• Referensi logbook minimal 5 (perhatikan keterbaruan sumber
pustaka).
• Belajar mandiri dan siapkan bahan untuk diskusi tutorial.
TOPIK
1. Pathogenesis infeksi Mata
2. Mata merah tanpa penurunan visus (tidak melibatkan media refrakta: kornea,
Humor aqous, Lensa dan Vitreous)
3. Konjungtivitis Viral (Adenovirus, Herves simplex virus, herpes zoster virus)
4. Konjungtivitis bakteri, alergi, penyebab lain
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa dapat menjelaskan anatomi, histologi organ mata dan adneksa mata
2. Mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme perlindungan mata, patogenesis
infeksi mata
3. Mahasiswa dapat menjelaskan faktor risiko infeksi mata luar
4. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi, etiologi, epidemiologi, diagnosis klinis
konjungtivitis dan penyebabnya berdasarkan anamnesis,pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang
5. Mahasiswa dapat menjelaskan penatalaksanaan konjungtivitis (drug of choise,
rasional terapi berdasarkan penyebabnya)
6. Mahasiswa dapat menjelaskan komplikasi konjungtivitis
7. Mahasiswa dapat menjelaskan pencegahan komplikasi dan penularan
konjungtivitis di masyarakat
Seven Jump
Langkah 1: Kata kunci dan klarifikasi istilah yang tidak dimengerti
Respon tutor Respon mahasiswa Diskusi
Pemicu: Membuat daftar istilah Istilah:
Skenario tentang dari skenario yang perlu 1. Mata merah
konjungtivitis diklarifikasi definisinya 2. lakrimasi
3. mata bengkak/ edema
4. demam
5. rinithis
6. asma
7. alergi
Status oftalmologi:
ODS: Visus 6/6
Konjuntiva: injeksi(+), secret serous (+),
pseudomembran (+)
Kornea: jernih
Iris : kripte (+)
Pupil: bulat, sentral,ᴓ3mm, reflek pupil (+) Normal
Lensa : jernih
Pemeriksaan fisik: Suhu: 37.8 0C
Limfadenopati pre auricular (+)
Gambar palpebra
2. Kelenjar Lakrimal
Sistem lakrimal terdiri dari sekresi kelenjar lakrimal, ekskresi pungtum,
kanalikuli, sakus, dan duktus nasolakrimalis. Kelenjar lakrimal utama terletak
pada superotemporal bola mata. Kelenjar lakrimal memproduksi air mata
yang berfungsi untuk menjaga kelembaban bola mata. Struktur kelenjar
lakrimal dan sistem ekskresinya tampak pada gambar
2. Anatomi Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis dan transparan yang melapisi bagian
anterior bola mata dan bagian dalam palpebra. Konjungtiva dibagi tiga bagian yaitu
konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbar dan forniks.
Konjungtiva palpebra melapisi bagian dalam palpebra, dibagi lagi menjadi tiga bagian
yaitu marginal, tarsal dan orbital. Bagian marginal terletak di tepi palpebra hingga
2mm ke dalam palpebra, bagian tarsal melekat di tarsal plate, sedangkan bagian
orbital terletak di antara konjungtiva tarsal dan forniks. Di konjungtiva palpebra
terdapat kelenjar henle dan sel goblet yang memproduksi musin.
Konjungtiva bulbar melapisi bagian anterior bola mata dan dipisahkan dengan sklera
anterior oleh jaringan episklera. Konjungtiva yang berbatasan dengan kornea disebut
limbal conjunctiva. Di konjungtiva bulbar terdapat kelenjar manz dan sel goblet.
Konjungtiva forniks merupakan penghubung konjungtiva palpebra dengan
konjungtiva bulbar. Daerah tersebut memiliki kelenjar lakrimal aksesoris yaitu
kelenjar krause dan wolfring yang menghasilkan komponen akuos air mata.
3. Histologi Konjungtiva
Konjungtiva terdiri atas tiga lapisan yang secara histologi berbeda, yaitu lapisan
epitelium, adenoid, dan fibrosa.
Lapisan epitelium merupakan lapisan terluar konjungtiva dengan struktur yang
bervariasi di setiap regio. Epitel konjungtiva marginal terdiri atas lima lapis epitel
gepeng berlapis dan pada konjungtiva tarsal terdiri atas dua lapis epitel silindris dan
gepeng. Konjungtiva forniks dan bulbar terdiri atas tiga lapis epitel yaitu sel silindris,
sel polihedral, dan sel kuboid, sedangkan konjungtiva limbal terdiri atas berlapis-lapis
sel gepeng.
Lapisan adenoid merupakan lapisan limfoid yang berfungsi dalam respons imun
di permukaan mata. Lapisan itu disebut conjunctiva-associated lymphoid tissue
(CALT); terdiri atas limfosit dan leukosit yang dapat berinteraksi dengan mukosa sel
epitel melalui sinyal resiprokal yang dimediasi oleh growth factor, sitokin dan
neuropeptida.
Lapisan fibrosa terdiri atas jaringan kolagen dan fibrosa serta pembuluh darah dan
konjungtiva. Konjungtiva palpebra diperdarahi oleh pembuluh darah palpebra,
sedangkan konjungtiva bulbar memperoleh darah dari arteri siliaris anterior.
Persarafan sensorik konjungtiva berasal dari cabang nervus kranialis
4. Mekanisme Perlindungan Mata
Mata tersusun dari jaringan penyokong yang salah satu fungsinya adalah melawan
infeksi secara mekanik. Orbita, kelopak mata, bulu mata, kelenjar lakrimal dan
kelenjar meibom berperan dalam produksi, penyaluran dan drainase air mata.
Jaringan ikat di sekitar mata dan tulang orbita berfungsi sebagai bantalan yang
melindungi mukosa okular. Kelopak mata berkedip 10-15 kali per menit untuk proses
pertukaran dan produksi air mata, serta mengurangi waktu kontak mikroba dan iritan
ke permukaan mata.
Mata memiliki jaringan limfoid, kelenjar lakrimal dan saluran lakrimal yang berperan
dalam sistem imunitas didapat. Makromolekul yang terkandung dalam air mata
memiliki efek antimikroba seperti lisozim, laktoferin, IgA, dan sitokin lainnya.
Epitel konjungtiva yang tidak terinfeksi menghasilkan CD8 sitotoksik dan sel
langerhans, sedangkan substansia propia konjungtiva memiliki sel T CD4 dan CD8, sel
natural killer, sel mast, limfosit B, makrofag dan sel polimorfonuklear. Pembuluh
darah dan limfe berperan sebagai media transpor komponen imunitas dari dan ke
mata. Pada inflamasi, berbagai mediator menyebabkan dilatasi vaskular, peningkatan
permeabilitas dan diapedesis sel inflamasi dari pembuluh darah yang mengakibatkan
mata menjadi merah.
5. Patogenesis Infeksi Mata
Mikroorganisme masuk ke dalam tubuh dengan cara adhesi, evasi, dan invasi. Adhesi
adalah penempelan molekul mikroorganisme ke epitel mata yang dimediasi oleh
protein permukaan mikroorganisme. Evasi adalah upaya mikroorganisme untuk
menembus pertahanan sistem imun. Hampir semua mikroorganisme hanya
menginvasi bila terdapat kerusakan epitel kecuali beberapa bakteri seperti Neissseria
gonorhoeae dan Shigella spp. Pada infeksi virus, adhesi sekaligus memfasilitasi proses
invasi melalui interaksi molekul virus dengan sel hospes seperti interaksi kapsul
adenovirus dengan integrin sel hospes yang menyebabkan proses endositosis virus
oleh sel.
Mikroorganisme juga dapat bertahan melewati sistem pertahanan tubuh dan
bereplikasi seperti pada infeksi HSV, virus varisela serta herpes zoster namun
sebagian besar infeksi lainnya dapat dieradikasi oleh sistem imun tubuh.
6. Mata merah
7. Konjungtivitis
a. Definisi
Konjungtivitis adalah inflamasi jaringan konjungtiva yang dapat disebabkan oleh
invasi mikroorganisme, reaksi hipersensitivitas atau perubahan degeneratif di
konjungtiva. Pasien biasanya mengeluh mata merah, edema konjungtiva dan
keluar sekret berlebih. Gejala tersebut terjadi akibat dilatasi vaskular, infiltrasi
selular dan eksudasi.
b. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, konjungtivitis dibagi menjadi konjungtivitis infeksi dan
non-infeksi. Pada konjungtivitis infeksi, penyebab tersering adalah virus dan
bakteri, sedangkan pada kelompok non-infeksi disebabkan oleh alergi, reaksi
toksik, dan inflamasi sekunder lainnya. Konjungtivitis juga dapat dikelompokkan
berdasarkan waktu yaitu akut dan kronik. Pada kondisi akut, gejala terjadi hingga
empat minggu, sedangkan pada konjungtivitis kronik, gejala lebih dari empat minggu.
c. Prevalensi
Konjungtivitis adalah diagnosis yang mencakup berbagai kelompok penyakit yang
terjadi di seluruh dunia dan mempengaruhi semua usia, semua strata sosial, dan
jenis kelamin. Data prevalensi yang mendokumentasikan kejadian atau prevalensi
semua bentuk konjungtivitis belum ada, kondisi ini telah dikutip sebagai salah satu
penyebab paling sering dari pasien rujukan sendiri. Konjungtivitis jarang
menyebabkan kehilangan penglihatan permanen atau kerusakan struktural,
tetapi dampak ekonomi dari penyakit dalam hal kehilangan pekerjaan dan waktu
sekolah, biaya kunjungan medis, tes diagnostik, dan pengobatan cukup besar.
d. Faktor risiko
Konjungtivitis virus
§ Kontak langsung dengan: Jari yang terkontaminasi, Instrumen medis, Air
kolam renang, Barang-barang pribadi dari orang yang terinfeksi
Konjungtivitis bakteri
§ Kontak dengan jari yang terkontaminasi, fomites atau kontak oculo-genital
dengan seseorang yang terinfeksi
§ Produksi atau drainase air mata yang terganggu
§ Gangguan penghalang epitel alami
§ Abnormalitas struktur adneksa
§ trauma
§ Status imunosupresi
Konjungtivitis alergi
§ Riwayat kondisi alergi atau atopik non-okular saat ini atau sebelumnya (eksim,
asma, urtikaria, rinitis).
e. Manifestasi Klinis
Konjungtivitis Viral
Penatalaksanaan konjungtivitis
Penatalaksanaan konjungtivitis et causa Clamidia;