Anda di halaman 1dari 10

Logbook Blok 1 DK1 SK2

Nama : Almira Carissa Puspita Wijaya


NIM : 225160100111030
Kelompok : E/5
Fasilitator : drg. Kartika Andari Wulan, Sp. Pros

Skenario 2

Pagi ini kami akan menjalani diskusi kelompok pertemuan pertama. Dalam diskusi
kami membahas permasalahan yang ada dalam skenario sebagai trigger. Kegiatan diskusi
dilakukan berdasarkan pendekatan seven jump. Seorang dari kami bertugas mencatat dan
seorang lagi memimpin jalannya diskusi, dan anggota yang lain saling bergantian
berkontribusi. Di akhir diskusi kami menetapkan apa saja yang perlu kami cari untuk dapat
memahami permasalahan dalam skenario. Pembelajaran yang seperti ini berbeda dengan yang
kami jalani pada masa SMA dulu. Kemampuan belajar kami perlu terus dikembangkan agar
dapat mengikuti pendidikan disini dan berhasil lulus menjadi seorang dokter gigi yang
kompeten dan “long-life learner”.

Learning Issues
1. Memahami kompetensi dokter gigi
a) Pengertian
b) Kriteria
2. Memahami metode Problem Based Learning (PBL)
a) Pengertian
b) Tujuan
c) Mekanisme
d) Kekurangan dan kelebihan
3. Memahami metode Seven jump
a) Pengertian
b) Tujuan
c) Langkah langkah
4. Memahami peran fasilitator dan mahasiswa dalam diskusi
5. Memahami long life learner
a) Pengertian
b) Tujuan

Learning Outcomes
1. Kompetensi Dokter Gigi
a) Pengertian
Kompetensi adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan
pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja. Dengan
demikian, definisi kompetensi dokter gigi adalah kemampuan yang harus dimiliki
dan dibutuhkan oleh seorang dokter gigi dalam melaksanakan pekerjaannya
sebagai seorang dokter gigi (Agustiono, 2019). Sebagaimana dijelaskan dalam
Konsil Kedokteran Indoneisa bahwa terdapat standar kompetensi dokter gigi yang
harus dipenuhi setiap dokter gigi di Indonesia. Standar kompetensi bagi
penyelenggaraan pendidikan profesi dokter gigi mengandung pengertian sebagai
kriteria minimal yang harus dicapai oleh setiap lulusan institusi pendidikan dokter
gigi di Indonesia agar para lulusannya kelak dapat memberikan pelayanan kepada
masyarakat dengan mutu yang setara.

b) Kriteria
Menurut Konsil Kedokteran Indonesia, untuk menjadi seorang dokter gigi yang
kompeten, seseorang harus memenuhi kriteria dan melaksanakan hal-hal yang telah
di bagi menjadi beberapa domain, sebagai berikut:
• Domain I: Profesionalisme
Melakukan praktik di bidang kedokteran gigi sesuai dengan keahlian,
tanggung jawab, kesejawatan, etika dan hukum yang relevan.
• Domain II: Penguasaan Ilmu Pengetahuan Kedokteran dan Kedokteran Gigi
Memahami ilmu kedokteran dasar dan klinik, kedokteran gigi dasar dan klinik
yang relevan sebagai dasar profesionalisme serta pengembangan ilmu
kedokteran gigi.
• Domain III: Pemeriksaan Fisik Secara Umum dan Sistem Stomatognatik
Melakukan pemeriksaan, mendiagnosis dan menyusun rencana perawatan
untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang prima melalui tindakan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
• Domain IV: Pemulihan Fungsi Sistem Stomatognatik
Melakukan tindakan pemulihan fungsi sistem stomatognatik melalui
penatalaksanaan klinik.
• Domain V: Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat
Menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat menuju kesehatan gigi dan
mulut yang prima.
• Domain VI: Manajemen Praktik Kedokteran Gigi
Menerapkan fungsi manajemen dalam menjalankan praktik KG

2. Problem Based Learning


a) Pengertian
Pembelajaran berbasis masalah atau sering dikenal dengan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang
dipusatkan pada siswa melalui pemberian masalah dari dunia nyata di awal
pembelajaran. Menurut Duch dalam Suharia (2013) PBL adalah model
pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama
dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah dalam kehidupan. Menurut
Arends (2008), Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran
yang menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna
kepada peserta didik, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi
dan penyelidikan. PBL membantu peserta didik untuk mengembangkan
keterampilan berpikir kritis dan keterampilan menyelesaikan masalah. Menurut
Trianto (2010), model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan
suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang
membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan
penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata. Sama halnya menurut Riyanto
(2009), model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan model
pembelajaran yang dapat membantu peserta didik untuk aktif dan mandiri dalam
mengembangkan kemampuan berpikir memecahkan masalah melalui pencarian
data sehingga diperoleh solusi dengan rasional dan autentik.
b) Tujuan
Tujuan PBL menurut Rusman (2010: 238) yaitu penguasaan isi belajar dari
disiplin heuristik dan pengembangan keterampilan pemecahan masalah. Selain itu,
Trianto (2010: 94-95) menyatakan bahwa tujuan PBL yaitu membantu siswa
mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan mengatasi masalah,
belajar peranan orang dewasa yang autentik dan menjadi pembelajar yang mandiri.
Dari beberapa pendapat diatas terdapat persamaan dalam tujuan model Problem
Based Learning, dan dapat disimpulkan bahwa tujuan model Problem Based
Learning yaitu untuk menumbuhkan kreativitas siswa dalam memecahkan suatu
masalah yang dihadapkan dalam dunia nyata dan untuk mendorong motivasi siswa
serta berfikir kreatif.

c) Mekanisme
Menurut Hosnan (2014:301), mekanisme dalam melakukan problem-based
learning didasari dari lima langkah umum, yaitu:
1) Orientasi peserta didik pada masalah
2) Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran
3) Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5) Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

d) Kelebihan dan Kekurangan


• Kelebihan
Sanjaya (dalam Wulandari, 2012:2), menyebutkan bahwa keunggulan PBL antara
lain:
1) PBL merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami pelajaran
2) PBL dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi siswa
3) PBL dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran
4) Melalui PBL bisa memperlihatkan kepada peserta didik bahwa setiap mata
pelajaran (matematika, IPA, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan
cara berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya
sekedar belajar dari guru atau buku-buku saja
5) PBL dianggap PBL dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa
6) PBL dapat mengem-bangkan kemampuan berpikir kritis
7) PBL dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka milik dalam dunia nyata
8) PBL dapat mengembangkan minat siswa untuk belajar secara terus-menerus
sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

• Kekurangan
Menurut Sanjaya dalam Wulandari (2012:2), kelemahan model PBL antara lain:
1) Siswa tidak mempunyai minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
2) Keberhasilan model pembelajaran PBL membutuhkan cukup waktu untuk
persiapan
3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah
yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin mereka
pelajari.

3. Metode Seven Jumps


a) Pengertian
Metode Seven Jump adalah metode yang dijalankan berdasar prinsip Problem
Based Learning (PBL). The seven jumps merupakan proses tutorial diskusi
kelompok kecil yang diperkenalkan pertama kali di Kanada pada akhir dekade
1960. The seven jumps dilakukan dengan pendekatan tujuh langkah yang sistematis
dalam menemukan penyelesaian dari suatu masalah pemicu. Kegiatan ini terdiri
dari tujuh tahap, yaitu identifikasi dan klarifikasi kata-kata sulit yang ada di dalam
skenario, penentuan masalah yang disepakati bersama, brainstorming dan
identifikasi area pengetahuan yang kurang, menyusun penjelasan masalah dalam
bentuk penjelasan sementara, penentuan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
belajar mandiri, selanjutnya setiap anggota kelompok menjelaskan hasil belajar
mandiri mereka dan saling berdiskusi (Wood, 2003).
Di dalam melaksanakan seven jump terdapat interaksi dua arah antara tutor (dosen
fasilitator) dan mahasiswa. Metode ini dapat memberikan motivasi dan bantuan
bagi mahasiswa untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa yang mengalami
kesulitan belajar karena metode ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
dan kemampuan mahasiswa dalam mempelajari modul yang sedang dipelajari.
Selain itu, PBL dapat mendorong mahasiswa untuk mandiri karena berkaitan
dengan kedisiplinan dan keinisiatifan diri mahasiswa dalam belajar.

b) Tujuan
Metode seven jump efektif digunakan dalam bidang pendidikan yang menyangkut
teori dan keterampilan secara koheren dan terintegrasi serta memberi berbagai
keuntungan dan nilai-nilai yang lebih baik. Metode seven jump didasarkan pada
adult learning theory yang bertujuan untuk lebih meningkatkan potensi kepuasan
belajar dalam mengembangkan kepribadian mahasiswa (Ratnawati, 2018). Selain
itu, Sejalan dengan Harsono, menurut Kurniawan dan Suryawinata (2003), tujuan
dari proses problem-based learning, metode tutorial, teknik seven jumps adalah
untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berpikir kritis dan membantu
mereka aktif dan mandiri dalam belajar (self-directed learning). Tidak hanya itu,
Seven Jump Method juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan soft skill,
meningkatkan tingkat percaya diri siswa agar berani untuk menyampaikan
pendapat di depan khalayak umum dengan berperan aktif saat diskusi, berpikir
kritis, membangun kerja sama tim, dan mandiri selama pembelajaran berlangsung.

c) Langkah-Langkah
Menurut Wood pada tahun 2003 terdapat 7 langkah dalam melakukan seven jumps
method, yaitu:
a. Clarifying unfamiliar terms
Mengidentifikasi dan mengklarifikasi istilah asing yang terdapat dalam
skenario. Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang membuat setiap
peserta berangkat dari cara memandang yang sama atas istilah-istilah atau
konsep yang ada dalam masalah.

b. Menetapkan/mendefinisikan masalah
Mendefinisikan masalah dengan tepat dan kelompok harus menyepakati
fenomena yang memerlukan penjelasan. (Moust dkk, 2021).
c. Brainstorming session to discuss the problem
Peserta menyarankan penjelasan yang mungkin dengan prior
knowledge, mendukung pengetahuan satu sama lain, mengidentifikasi area
pengetahuan yang belum lengkap, dan sekretaris mencatat semua diskusi
(wood, 2003).
d. Analyzing the problem
Ketua akan merangkum dan membuat review dari hasil pada langkah 2
dan 3 untuk menyimpulkan penjelasan atau hipotesis sementara.
e. Menentukan tujuan belajar atau Learning Object
Hal ini dilakukan agar tujuan belajar dapat terfokus, tercapai, bersifat
komprehensif dan tepat. Setiap pembelajaran memiliki tujuan belajar yang
harus berhubungan dengan materi juga metode yang akan dibahas.
f. Mahasiswa melakukan pembelajaran secara mandiri
Dengan mencari jawaban dari permasalahan dari referensi sumber yang
valid dan tepat, hasil akhir dari proses ini adalah “learning outcomes” dari
learning issues yang telah didapatkan sebelumnya.
g. Diskusi bersama lalu Reporting
Learning outcomes yang telah dijawab secara mandiri didiskusikan
bersama dengan anggota kelompok yang lain dan dalam proses ini, mahasiswa
dituntut untuk aktif menyampaikan pendapatnya masing-masing dalam
menjawab setiap learning issues yang telah ditentukan, lalu setelah proses
diskusi telah berakhir, dilakukan reporting atau melaporkan hasil pembelajaran.

4. Peran Dosen (Fasilitator) dan Mahasiswa dalam Diskusi


• Peran Dosen/Fasilitator
Tugas utama tutor adalah memfasilitasi dan mengaktifkan jalannya
proses diskusi oleh karena itu disebut juga sebagai fasilitator. Tutor bertindak
sebagai process expertise (tutor tidak bertugas untuk mengajar atau memberi
penjelasan tentang masalah yang diberikan), dan memastikan bahwa tujuan
pembelajaran yang ditetapkan oleh tim kurikulum dapat tercapai. Tutor tidak
dapat melakukan intervensi kecuali apabila diskusi dirasakan melenceng dari
tujuan pembelajaran, tetapi tidak boleh mendikte mahasiswa.
Selain itu, seorang fasilitator juga berperan dalam merangsang diskusi
yang mendalam, mengajukan pertanyaan untuk memicu kedalaman berpikir
dan untuk membantu mahasiswa mengidentifikasi kesalahpahaman,
memberikan informasi, tetapi hanya untuk membuat diskusi berjalan ketika
kelompok terjebak (stuck) (Moust dkk, 2021).
• Peran Mahasiswa
Seluruh mahasiswa dalam kelompok PBL harus turut berperan secara
aktif dalam diskusi PBL. Dalam setiap diskusi PBL hendaknya dipilih
seorang ketua dan sekretaris secara bergantian, sehingga semua anggota
kelompok mendapatkan giliran berlatih memegang tanggung jawab. Ketua
bertugas untuk membuka diskusi PBL, memimpin jalannya diskusi sehingga
dapat berlangsung dengan baik. Ketua juga berperan dalam mengatur
jalannya diskusi dengan cara melibatkan semua anggota kelompok untuk aktif
dalam diskusi. Selama diskusi berlangsung, ketua kelompok harus dapat
menjaga diskusi tetap terarah dan tidak melenceng dari tujuan pembelajaran.
Setelah diskusi berakhir, ketua menyampaikan rangkuman hasil diskusi
kepada kelompoknya.
Sekretaris bertugas mencatat semua informasi dan penjelasan yang
didapatkan selama diskusi PBL kemudian menyusunnya agar teratur. Pada
akhir diskusi PBL pertama, sekretaris bertugas mencatat daftar tujuan
pembelajaran yang ditetapkan oleh kelompok diskusi tersebut.
Anggota kelompok bertugas untuk terlibat aktif dalam kegiatan diskusi
PBL. Dengan mengaktifkan prior knowledge yang telah dimiliki, seluruh
anggota kelompok melakukan diskusi untuk membahas masalah apa yang
ditemukan, kemungkinan penjelasan masalah tersebut, usulan solusi bagi
masalah yang ditemukan, dan menetapkan tujuan pembelajaran. Semua
anggota kelompok wajib membuat logbook dan mencari literatur untuk
mencapai seluruh tujuan pembelaran dari pemicu yang diberikan. Pada
diskusi kedua, seluruh anggota kelompok wajib menunjukkan logbook dan
melaporkan hasil pembelajaran mandiri mereka dan bertukar pendapat
dengan anggota kelompok lainnya.

5. Long Life Learner


a) Pengertian
Konsep lifelong learning dikemukakan pertama kali oleh Edgar Faure dari The
International Council of Educational Development (ICED) atau Komisi
Internasional Pengembangan Pendidikan. Pembelajaran sepanjang hayat (lifelong
learning) pada dasarnya merupakan suatu konsep pembelajaran yang ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan belajar (learning needs), dan kebutuhan pendidikan
(education needs). Arti pendidikan sepanjang hayat (long life education) adalah
bahwa pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap
berlanjut sepanjang hidupnya (Suprijanto, 2008: 4). Long life learner (belajar
sepanjang hayat) juga dapat diartikan sebagai konsep tentang belajar terus menerus
dan berkesinambungan (continuing-learning) dari buaian sampai akhir hayat,
sejalan dengan fase-fase perkembangan pada manusia. Proses pendidikan ini
mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal, non-formal maupun formal baik
yang berlangsung dalam keluarga, disekolah, dalam pekerjaan dan dalam
kehidupan masyarakat.

b) Tujuan
Lifelong learning bertujuan untuk meningkatkan pemahaman kita terhadap
dunia sekitar yang tak terbatas oleh sekat-sekat pendidikan formal karena perlu
diketahui dalam menuntut ilmu itu tidak hanya bersumber dari sekolah (formal)
saja, melainkan lingkungan masyarakat juga bisa dijadikan wadah untuk
meningkatkan pengetahuan dan pengalaman diri.
DAFTAR PUSTAKA

Agustiono, Setiyo. 2019. Kompetensi Menjadikan Dirimu Tersenyum. Surabaya:


ITS Tekno Sains.

Arends, Richard. 2008. Learning to Teach. Penerjemah: Helly Prajitno & Sri
Mulyani. New York: McGraw Hill Company.

Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Standar Kompetensi Dokter Gigi.

Moust, Joss, Peter Bouhuijs, dan Henk Schmidt. 2021. Introduction to Problem
Based Learning, 4th Edition. Groningen: Noordhoff Publishers.

Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada.

Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme


Guru Edisi Kedua). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suharia, M., Lisdianab, Widyaningrum, P. 2013.Pengembangan Perangkat


Pembelajaran Zat Adiktif dan Psikotropika dengan Problem Based Learning Di
SMP. Journal Of Inovative Science Education.Unnes: Semarang

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Tubagus A., Trining W., Nur Permatasari, R. Setyohadi. 2018. Teknis Pelaksanaan
PBL (Program Based Learning). Dental Education Unit Fakultas Kedokteran
Gigi, Universitas Brawijaya Malang.

Wood, D, F. (2003). ABC of learning and teaching in medicine; Problem Based


Learning. British Medical Journal. 326 (7384): 328-330.
Suprijanto. (2008) Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Bumi Aksara

Wulandari, Eni dkk. 2012. Penerpan Model PBL (Problem Based Learning) pada
Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SD. Jurnal: FKIP-Universitas Sebelas Maret.

Anda mungkin juga menyukai