Anda di halaman 1dari 20

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

PENINGKATAN MOTIVASI PEMBELAJARAN


ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI MODEL
CONTEXTUAL TEACHING LEARNING SISWA KELAS X
SMK BPS&K I JAKARTA TIMUR

OLEH :
DEDI HARYADI

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BPS&K I


Jalan Bina Karya No.2 Pondok Kopi Jakarta Timur
Tahun Pelajaran 2011/ 2012
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peran guru sebagai pendidik merupakan peran-peran yang berkaitan dengan
tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan, tugas-tugas pengawasan dan
pembinaan serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak, agar anak
itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga
dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut sepert
penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua dan orang dewasa lain,
moralitas dan tanggung jawab kemasyarakatan dan tanggung jawab kemasyarakatan
pengetahuan dan keterampilan dasar persiapan untuk perkawinan dan hidup
berkeluarga pemilihan jabatan dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual.
Banyak pihak yang mensinyalir rendahnya kualitas pendidikan saat ini berkaitan erat
dengan rendahnya motvasi siswa Untuk memecahkan masalah pembelajaran yang
demikian perlu dilakukan upaya, yang antara lain berupa pengembangan strategi
pembelajaran yang mampu mengoptmalkan motvasi belajar siswa dalam rangka
peningkatan kualitas pembelajaran secara menyeluruh dalam belajar.
Metode Pembelajaran Problem Solving merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran motvasional yang diyakini mampu meningkatkan motvasi maupun
prestasi siswa dalam belajar. Berdasarkan kenyataan diatas maka kami melakukan
Penelitan Tindakan Kelas dengan judul “ PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
DENGAN METODE PROBLEM SOLVING PADA PELAJARAN ADMINISTRASI
PERKANTORAN DI SMK BPS&K I JAKARTA, KELAS X, TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011".
Pada penelitan ini akan dikembangkan tndakan-tndakan yang dapat meningkatkan
motvasi belajar siswa.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh metode problem solving (pemecahan masalah)
terhadap peningkatan semangat belajar siswa kelas X SMK BPS &K I
JAKARTA ?
2. Apa kelebihan dan kekurangan dari metode problem solving (pemecahan
masalah) dalam kegiatan belajar mengajar ?
C. Pemecahan Masalah
Untuk menjawab permasalahan dalam penelitan ini, maka hipotesis
yang akan diajukan adalah bahwa penerapan metode Problem Solving
(pemecahan masalah) dapat meningkatkan motvasi pembelajaran siswa kelas
X SMK BPS& K I
D. Tujuan
Penelitan tndakan kelas ini dilaksanakan dengan tujuan
1. Untuk mengetahui dampak metode problem solving (pemecahan masalah)
terhadap peningkatan semangat belajar siswa kelas X SMK BPS&K I
JAKARTA .
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode problem solving
(pemecahan masalah).
E. Manfaat Penelitan
Dalam penelitan ini diharapkan mendatangkan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi siswa
Sebagai tambahan ilmu mengenai metode dalam pendidikan, sehingga
mereka mengetahui bahwa dalam pendidikan mereka bukan hanya
dijadikan sebagai obyek, melainkan perlu juga dijadikan sebagai subyek.
2. Bagi guru
Sebagai alat tolak ukur bagi metode yang telah disampaikan oleh guru
dalam kegiatan belajar mengajar dikelas, sehingga guru dapat
menggunakan metode yang lebih baik dalam kegiatan belajar mengajar
guna mencapai terhadap berbagai tujuan yang diinginkan.

3. Bagi Sekolah
Sebagai penambah sumber keihnuan yang baru bagi lembaga, sehingga
lembaga tersebut lebih sering menggunakan metode problem solving
sebagai upaya menuju terhadap demokratsasi pendidikan
4. Bagi penelit
a. Sebagai suatu eksperimen yang dapat dijadikan salah satu acuan
untuk melaksanakan penelitan selanjutnya.
b. Untuk menambah wawasan keilmuan tentang metode problem solving.
c. Sebagai sumbangsih pemikiran dari penelit yang merupakan wujud
aktualisasi peran siswa dalam pengabdiannya terhadap lembaga
pendidikan.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori
1. Metode ini berasal dari John Dewey, maksud utama metode ini adalah
memberikan lathan kepada siswa dalam berpikir. Metode ini dapat
menghindarkan dalam pembuatan kesimpulan yang tergesa-gesa.
Proses menimbang-nimbang berbagai kemungkinan pemecahan dan
menangguhkan pengambilan keputusan sampai terdapat bukt-bukt yang cukup
akan menjadi dasar dalam penerapan metode ini.
Metode problem solving (pemecahan masalah) atau suatu metode dalam
pendidikan dan pengajaran dengan sejalan melath anak-anak (siswa) untik
menghadapi masalah-masalah dari yang paling sederhana sampai kepada
masalah yang paling rumit (Zuhairini, 1997 : 110). Metode ini biasanya
dikombinasikan dengan metode proyek, dimana anak dihadapkan pada masalah-
masalah, kemudian disuruh memecahkan sendiri sampai mendapatkan
pemecahannya atau kesimpulannya (Roestyah, 1986 : 82).
Suatu masalah yang akan dipecahkan selalu mempunyai ciri yaitu adanya
suatu kesulitan baik yang bersifat psikis maupun fisik.maksudnya dalam
percakapan sehari-hari dikatakan bahwa ada persoalan yang memerlukan otak
dan ada yang memerlukan otot untuk dapat memecahkannya. Oleh sebab itulah
maka sebaiknya suatu masalah yang akan dipecahkan oleh murid harus
selalu merupakan masalah yang kepentngan pemecahannya benar-benar
dihayat sebagai kebutuhan bagi hidupnya.
Suatu masalah dikatakan masalah yang baik bila memenuhi syarat-syatar
sebagai berikut:
1. Jelas, dalam art bersih dari kesalahan-kesalahan bahasa maupun isi
pengertan yang berbeda.
2. Kesulitan dapat diatasi, maksudnya adalah bahwa pokok persoalan yang akan
dipecahkan tdak merupakan pokok berganda
3. Bernilai bagi murid, hasil atupun proses yang dialami murid harus
bermanfaat dan menguntungkan pengalaman murid atau memperkaya
pengalaman murid.
4. Sesuai dengan perkembanganm psikis murid, masalah yang dipecahkan
tdak terlalu mudah dan tdak terlalu sulit.
5. Prakts, dalam artan mungkin dijumpai delam kehidupan sehari-hari
(Jusuf Djajadisasra, 1981: 21).

Adapun tujuan utama dari penggunaan metode problem solving


dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut:
1. mengembangkan kemampuan berpikir, terutama dalam mencari sebab
akibat dan tujuan dari suatu permasalahan.
2. memberikan kepada siswa pengetahuan dan kecakapan prakts yang
bernilai atau bermanfaat bagi keperluan hidup sehari-hari.
3. belajar bagaimana dalam bertndak dalam suatu situasi baru.
4. belajar bekerja secara sistemats diwaktu memecahkan suatu
permasalahan.
Metode problem solving (pemecahan masalah) tepat digunakan:
1. apabila pelajaran dimaksudkan untuk melath siswa untuk berpikir krits dan
analits.
2. apabila pelajaran dimaksudkan untuk melath siswa memiliki
keberanian dan rasa tanggung jawab dalam mengahadapi masalah-
masalah kehidupan kelak dimasyarakat

B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teorets dan empiris di atas, maka dapatlah
disusun kerangka berpikir penelitan ini sebagai berikut. Kualitas proses dan
hasil pembelajaran dapat difasilitasi oleh media pembelajaran secara efisien
dan efektf, sehingga teknologi pembelajaran dapat diciptakan dengan sebaik-
baiknya. Kondusivitas pembelajaran mata pelajaran kearsiapan siswa yang
memprogramkan dalam rencana studi mereka akan dapat ditngkatkan
kualitasnya apabila media pembelajaran interaktf dan kontekstual
dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam pembelajaran.
Pada dasarnya, media pembelajaran interaktf dan kontekstual diharapkan
dapat membantu penciptaan sebuah model pembelajaran yang bercirikan
tga karakteristk pembelajaran unggul, yaitu sebagai : 1) sesuatu yang
menyenangkan hat, 2) memberi informasi, dan 3) menginstruksikan. Ciri
pertama sebagai sebuah ‘entertainment’ , media pembelajaran merupakan
sarana rekreasi yang amat menyenangkan. Media demikian umumnya dipilih
dari, misalnya: video, film, atau foto-foto. Ciri ke-dua sebagai sarana
informasi tentang fakta, konsep, dan sebagainya. Media demikian dapat
dipilih, misalnya dari: media cetak, brosur, analisis bursa efek, majalah, dan
sebagainya. Ciri ketga sebagai sebuah instruksi. Media yang dirancang untuk
maksud ini biasanya diarahkan kepada mereka-mereka yang memerlukan
informasi, sehingga perilaku mereka dapat diubah dari tdak mengetahui
menjadi mengetahui.
Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran
interaktf dan kontekstual dalam pembelajaran mata pelajaran Kersipan di
SMiK KARYA WIJAYA KUSUMA akan dapat menciptakan suatu model
pembelajaran aktf, kreatf, efektf, dan menyenangkan (P-A-K-E-M). Model
PAKEM diharapkan akan dapat mempermudah pencapaian kompetensi dasar,
yang terdiri dari empat jenis pengetahuan, yaitu: pengetahuan tentang fakta-
fakta (factual knowledge) , pengetahuan tentang konsep (conceptual
knowledge), pengetahuan tentang prosedur pembuatan dokumen
(procedural knowledge) , dan wawasan serta terobosan baru dalam membuat
dokumen (metacognitive knowledge). Kerangka berpikir ini dapat
digambarkan secara skemats sebagai berikut:

Pembelajaran
bercirikan: Memperjelas dan mempermudah
Kreatif
Aktif
pencapaian kompetensi dasar
(factual, conceptual, procedural,
metacognitive knowledge)

Kreatif
Media pembelajaran
interaktif dan kontekstual
Efektif

Menyenangkan

Gambar 02: Kerangka Berpikir Penelitian. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan atas kerangka berpikir di atas, maka dapatlah disusun


sebuah hipotesis tndakan sebagai berikut bahwa: peningkatan prestasi
belajar membuat dokumen melaluli model roolplay pada siswa kelas X AP
SMK BPS&K I Jakarta dapat meningkatkan kualitas pencapaian kompetensi
dasarkearsipan, yang terdiri dari pengetahuan tentang fakta, konsep dasar,
prosedur dan strategi, serta wawasan tentang kesehatan.

C. Hipotesis Tindakan
1. Kegiatan Penelit:
a. Penelit menetapkan suatu pokok atau problema yang akan
dipecahkan guru meminta kepada siswa untuk mengemukakan
suatu pokok permasalahan
b. Guru mengatur giliran pembicaraan agar semua siswa tdak
serempak berbicara mengemukakan pendapatnya masing-masing
c. Menjaga suasana kelas dan mengatur setap pembicara agar
seluruh kelas dapat mendapatkan apa yang sedang dikemukakan
d. Mengatur agar sifat atau isi pembicaraan tdak menyimpang dari
pokok permasalahan.
2. Kegiatan siswa
a. Menelaah topik atau pokok permasalahan yang diajukan guru,
atau mengusulkan suatu problema
b. Ikut aktf memikirkan sendiri atau mencari sumber atau data dari
buku-buku sumber pengetahuan lain agar dapat menemukan
jawaban pemecahan masalah yang diajukan
c. Menghormat pendapat teman-temannya walaupun tdak setuju
dengan pendapat yang dikemukakan

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitan
Penelitan ini dilaksanakan di SMK BPS &K I tepatnya di Jln. Bina Marga No. 2
Pondok Kopi Jakarta Timur. Adapun Penelitan Tindakan Kelas ini di Khususkan
pada kelas X semester pertama pada mata pelajaran Administrasi
Perkantoran tahun pelajaran 2010
1. Perisiapan Penelitan
Metode problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar,
tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving
dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari
data sampai kepada menarik kesimpulan. Penggunaan metode ini
memerlukan persiapan-persiapan sebagai berikut:
a. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus
tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuanya.
b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah tersebut. Misalnya dengan jalan membaca
buku, menelit, bertanya, berdiskusi dan lain sebagainya.
c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan
jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh pada
langkah kedua diatas.
d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini
siswa harus berusaha betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut betul-
betul cocok, apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali
tdak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja
diperlukan metode-metode lainnya, sepert demontrasi, tugas, diskusi
dan lain sebagainya.
e. Menarik kesimpulan. Artnya siswa harus samapi kepada kesimpulan
terakhir tentang jawaban daari masalah tadi.
Disamping langkah tersebut juga terdapat langkah- langkah
lain yaitu sebagai berikut:
1) pengenalan kesulitan masalah
2) pendefinisian masalah
3) saran-saran mengenai berbagai kemungkinan pemecahan
4) pengujian hipotesis
5) memferifikasi kesimpulan (Muhaimin dkk, 1996 : 88)
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research) yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur penelitian
berdasarkan pada prinsip Kemmis S, MC Toggar R (1988) yang mencakup
kegiatan perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation),
refleksi (reflection) atau evaluasi. Keempat kegiatan ini berlangsung secara
berulang dalam bentuk siklus. Penelitian ini dilakukan dengan cara
berkolaborasi antara guru sebagai peneliti tindakan kelas dengan guru SD
Negeri Jatinegara Kaum 03 Pagi Pulogadung Jakarta Timur.
C. Prosedur Penelitian
Untuk dapat menjawab permasalahan penelitian secara efisien dan efektif,
maka penelitian ini dirancang menggunakan Penelitian Tindakan Kelas
(classroom action research) ( cf Kemmis dan Mc Taggart, 1998). Pada
prinsipnya penelitian ini merupakan suatu upaya investigasi terhadap proses
dan hasil pembelajaran yang dilakukan secara reflektif, mandiri, kolaboratif,
dan siklustis. Tujuan pokok dari penelitian ini adalah untuk melakukan
peningkatan atau perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam mata
pelajaran Administrasi Perkantoran. Adapun prosedur pokok penelitian ini
dapat digambarkan secara sederhana sebagai berikut:

Refleksi awal masalah Perumusan Perumusan Indikator


dan penyebab masalah masalah penelitian keberhasilan

Refleksi akhir Observasi & Pelaksanaan Perencanaan


siklus evaluasi tindakan tindakan

1. Siklus Pertama
a. Tahap Perencanaan (Planning)
Rencana tindakan yang akan dilakukan dalam menggunakan model
pembelajaran interaktif pada Administrasi Perkantoran untuk meningkatkan
Motivasi pembelajaran pada siswa kelas X SMK BPS&K I Jakarta Timur .
Guru menyusun RPP berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar
pemahaman Administrasi Perkantoran kelas X, di mulai dengan;
mengidentifikasi masalah, menganalisis dan merumuskan masalah,
merancang model Pembelajaran interaktif , mendiskusikan penerapan model
pembelajaran interaktif, menyiapkan instrumen (angket, pedoman observasi,
tes akhir), menyusun kelompok belajar siswa, Merencanakan tugas kelompok

b. Tahap Tindakan (Action)


1. Melaksanakan langkah-langkah sesuai dengan perencanaan awal
2. Menerapkan model pembelajaran interaktif di lingkungan halaman sekolah
3. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuai
dengan rencana
4. Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang
dilaksanakan
5. Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala saat
melakukan tahap tindakan

c. Tahap Mengamati (observasi)


1. Melakukan diskusi dengan guru SMK secara berkolaborasi untuk rencana
observasi
2. Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran interaktif
yang dilakukan guru kelas X
3. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan model
pembelajaran interaktif
4. Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelamahan-
kelemahan atau kekurangan yang dilakukan guru serta memberikan saran
perbaikan untuk pembelajaran berikutnya

d. Tahap refleksi (Reflection)


1. Menganalisis temuan saat melakukan observasi pelaksanaan observasi
2. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model
pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok dan mempertimbangkan
langkah selanjutnya
3. Melakukan refleksi terhadap penerapan model pembelajaran interaktif
dengan kerja kelompok
4. Melakukan refleksi terhadaP kreativitas siswa dalam pembelajaran
Administrasi Perkantoran
5. Melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa
Berdasarkan hasil observasi, peneliti mencoba merinci kemudian
menganalisa permasalahan selama kegiatan pembelajaran berlangsung pada
siklus pertama yang harus diperbaiki atau ditingkatkan pada siklus kedua.

2. SIKLUS II
Tahap Refleksi/Siklus II meliputi
a. Tahap Perencanaan (Planning) Siklus Kedua
1) Hasil refleksi dievaluasi, didiskusikan, dan mencari upaya perbaikan
untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya
2) Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran
3) Merancang perbaikan II berdasarkan refleksi siklus I

b. Tahap Melakukan Tindakan (Action)


1). Melakukan analisis pemecahan masalah
2) Melaksanakan tindakan perbaikan II dengan memaksimalkan penerapan
model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok

c. Tahap Mengamati (observation)


1). Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran interaktif
dengan kerja kelompok
2) Mencatat perubahan yang terjadi
3) Melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran
dan memberikan balikan

d. Tahap Refleksi (Reflection)


1). Merefleksi proses pebelajaran interakti dengan kerja kelompok
2) Merefleksi hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran
interaktif dengan kerja kelompok
3) Menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian
4) Rekomendasi
Berdasarkan hasil observasi, peneliti mencoba merinci kemudian
menganalisis permasalahan selama kegiatan pembelajaran berlangsung pada
siklus kedua. Jika hasil belum mencukupi pada siklus kedua. Peneliti dapat
mendeskripsikan hasil observasi siklus pertama, kedua, dan dapat dilanjutkan
pada siklus ketiga sampai hasil penelitian dapat memperoleh hasil yang
signifikan.

Dari tahap kegiatan pada siklus I dan II, hasil yang diharapkan adalah
1. Siswa memiliki kemampuan dan kreativitas serta selalu aktif terlibat
dalam proses pembelajaran Administrasi Perkantoran
2. Guru memiliki kemampuan merancang dan menerapkan model
pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok khusus pada mata
pelajaran Administrasi Perkantoran
3. Terjadi peningkatan prestasi siswa pada mata pelajaran Administrasi
Perkantoran

3. SIKLUS III (tiga)


a. Tahap Perencanaan (Planning)
Melanjutkan dari siklus kedua peneliti merancang pembelajaran Administrasi
Perkantoran dengan model pembelajaran interaktif melalui pendekatan
lingkungan termasuk salah satu pendekatan komunikatif.

b. Tahap Melakukan Tindakan ( Action )


Peneliti memberikan penjelasan materi kepada siswa mengenai pendekatan
lingkungan pada alam dengan hewan liar yang terdapat pada lingkungan, dan
dapat membedakan hewan liar dengan hewan peliharaan.

c. Tahap Pengamatan (observation)


Peneliti mengamati situasi selama proses kegiatan pembelajaran kemudian
mendeskripsikan hal-hal yang terjadi selama kegiatan pembelajaran
berlangsung.

d. Tahap Refleksi (Reflection)


Berdasarkan hasil observasi, peneliti mencoba merinci kemudian
menganalisis permasalahan selama kegiatan pembelajaran berlangsung pada
siklus ketiga. Jika hasil belum mencukupi pada siklus ketiga. Peneliti dapat
mendeskripsikan hasil observasi siklus pertama, kedua, dan ketiga dapat
diselesaikan sampai pada siklus ketiga, sehingga hasil pembelajaran
Administrasi Perkantoran di kelas X dapat memenuhi syarat kompetensi pada
siklus ketiga.

D. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan bagaimana cara
menggambarkan data persiapan, pelaksanaan, maupun data hasil maka penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Studi Dokumentasi
Dalam studi dokumentasi ini, penulis membaca leger dan rapor
responden, serta tata tertib sekolah yang diberlakukan di SMK BPS&K 1 ,
buku pedoman, teori dan literature penunjang lainnya seperti pedoman
menyusun angket, skala interval hasil evauasi, skala ordinal, dll. Selain itu,
penulis juga mempelajari dokumen-dokumen lain seperti program tahunan,
program semester dan mekanisme penegakan disiplin sekolah di SMK
BPS&K 1 .

2. Teknik Observasi
Penulis mengadakan observasi untuk mendapatkan data tentang
populasi, sample, dan data pelengkap lainnya (keadaan sekolah, guru,
siswa, dan segala indikator yang berpengaruh terhadap sikap kepatuhan
siswa pada peraturan sekolah).
3. Angket
Angket dilakukan sebanyak dua kali yaitu angket pertama
sebagai try out untuk menentukan validitas dan readibilitas. Angket
kedua berupa penelitian langsung kepada subjek penelitian. Oleh karena
itu tipe angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe pilihan
yang diberikan langsung (alternatif) kepada subjek penelitian dan
digunakan sebagai metode pokok dalam mengungkapkan masalah
sikap siswa terhadap peraturan sekolah.
Hasil angket tentang masalah sikap terhadap peraturan sekolah
dinyatakan dalam skala ordinal dalam bentuk tingkatan yaitu :
alternative sangat positif, positif sedang, kurang dan sangat kurang
(negative). Data orisinal tadi diubah menjadi data interval melalui
pemberian skor atas alternatif pilihan (item) dengan ketentuan sebagai
berikut.
a. Pilihan D. Sikap sangat kurang (negatif) dengan skor 1
b. Pilihan C. Sikap sedang dengan skor 2.
c. Pilihan B. Sikap positif dengan skor 3.
d. Pilihan S. Sikap sangat positif dengan skor 4.

E. Teknik Analisa Data


Kebenaran hipotesis dapat dibuktikan melalui proses penyusunan,
pengaturan, pengolahan data. Pengolahan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik kuantitatif dengan landasan kerja reduksi, yaitu
meneliti hanya sebagian dari seluruh gejala yang hendak diselidiki. Langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Mencari frekusien nilai prestasi Pendidikan Kewarganegaraan, dan nilai
angket yang dimuat dalam format distribusi nilai.
2. Membuat tabel persiapan distribusi nilai Administrasi Perkantoran (x) dan
nilai angket (y), sehingga diketahui : X, Y; koefisien  dan y; jumlah xy; serta
2 dan y2.
3. Menghitung koefisien korelasi dengan menggunakan teknik korelasi product
moment dengan rumus sebagai berikut :
xy   x  y 
rxy =
 2
   
2
y 2
  y 
2

Keterangan : Kode r = koefisien Reabilitas,


Kode x = Variabel prestasi belajar ADMINISTRASI
PERKANTORAN, dan
Kode y= Variabel sikap siswa terhadap disiplin sekolah

F. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Dengan penerapan metode problem solving (pemecahan masalah) di
kelas X SMK BPS &K I JAKARTA, maka semangat belajar siswa semakin
bertambah yang dibuktkan dengan banyaknya siswa yang sering berargumen
dalam memecahkan suatu permasalahan dengan menggunakan literature
yang telah dibaca serta aktf .
Adapun kelebihan penerapan metode problem solving (pemecahan
masalah) siswa dapat ikut aktf dalam kegiatan belajar mengajar dan lebih
berpikir krits dari pada sebelumnya, sehingga suasana kelas menjadi lebih
hidup.
Kelemahan penerapan untuk melaksanakan metode problem yaitu
penyediaan buku-buku bacaan sebagai bahan penunjang.dan waktu yang
dibutuhkan relatf lama karena biasanya siswa menuntut waktu untuk
berfikir agar pendapat mereka benar dan tepat.
2. Saran
Perlu adanya kerjasama antara personalia yang ada dilingkungan sekolah
tentang pentngnya interaksi antara guru dengan murid sebagai upaya
pengembangan potensi daya fikir mereka dan upaya untuk melath siswa dalam
memecahkan masalahnya secara mandiri
Siswa sepatutnya belajar dan membaca buku-buku pengetahuan
lainnya yang dapat menunjang terhadap pemahamannya tentang ilmu
sosiologi, sehingga setap permasalahan yang diajukan oleh guru dapat
dijawab dengan benar. Dan siswa juga dapat menemukan berbagai
permasalahan guna dipecahkan sehingga dapat menumbuhkan kekritsan
siswa.

Daftar Pustaka

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jatm, Panduan Workshop Penelitian Tindakan Kelas, Tim
Perluasan dan Peningkatan Baku Mutu SMU, Surabaya, 2006.

Djajadisastra, Jusuf, Metode-Metode Mengajar, Angkasa, Bandung, 1981.

Muhaimin, dkk, Strategi Belajar Mengajar: Penerapannya Dalam Pembelajaran


Pendidikan Agama, CV. Citra Media, Surabaya, 1996.

Roestyah, dkk, Didaktik Metodik, PT Bina Aksara, Jakarta, 1986


Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Usaha Nasional, Surabaya, 1997.

Anda mungkin juga menyukai