Anda di halaman 1dari 5

Kasus I

Bayangkan jika Anda adalah seorang guru matematika di kelas VII. Saat ini Anda
hendak menyampaikan materi mengenai matematika sosial yakni mencari nilai rata-
rata (mean). Untuk memudahkan pserta didik dalam memahami pembelajaran, Anda
mencoba untuk membuat urutan atau langkah-langkah yang perlu diikuti oleh
peserta didik agar dapat mencari nilai rata-rata pada sebuah soal. Anda meminta
kepada peserta didik untuk mengerjakan soal yang Anda berikan. Hasilnya, peserta
didik mampu mengerjakan dengan benar, sesuai dengan langkah yang telah Anda
siapkan. Beberapa saat kemudian, Anda meminta kepada peserta didik untuk
mengulangi soal yang sama tanpa melihat urutan pengerjaan soal, dan peserta didik
mampu mengerjakannya dengan benar.

1. Menurut Anda, apa yang membuat peserta didik mampu mengerjakan soal
dengan baik pada percobaan kedua (tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan soal)?

2. Seorang calon guru, dalam kegiatan belajar yang seperti apa metode di atas dapat
diterapkan? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan teori yang berkaitan.

Jawaban

1. Pada kasus tersebut guru menggunakan teknik scaffolding atau pemberian


sejumlah bantuankepada peserta didik pada tahap awal pembelajaran, kemudian
mengurang bantuan dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengerjakan secara mandiri tanpa bantuan. Pada kasus di atas peserta didik
mampu mengeriakan soal dengan baik pada percobaan kedua tanpa melihat urutan
yaitu karena peserta didik elah memahami konsep dasar cara mencari nilai rata-rata
(mean) dengan baik melalui bimbingan dari guru pada awal pembelajaran yaitu
dengan membuat langkah-langkah mencari nilai ata-rata, sehingga mereka dapat
menerapkan konsep tersebut dalam mengerjakan soal matematika pada percobaan
kedua secara mandiri. Hal ini sejalan dengan teori konstruktivisme sosial Vygotsky
yang berbunyi “What the child can do in cooperation today he can do alone
tomorrow” yang artinya “apa yang dilakukan atau dipelajari anak hari ini dengan
bekerja sama (kelompok) dapat diakukannnya secara mandiri pada masa yang akan
datang”.
2. Metode di atas dapat diterapkan pada pembelajaran yang memungkinkan peserta
didik untuk berkolaborasi dengan teman sebaya dalam kelompok-kelompok kecil.
Salah satu pembelajaran yang memungkinkan terciptanya iklim kelas yang interaktif
dan kolaboratif yang dapat diterapkan guru yaitu pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif memungkinkan peserta didik untuk berinteraksi dengan
teman sebaya yang lebih berkompeten melalui arahan dan bimbingan dari guru. Iklim
kelas dalam pembelajaran kooperatif dapat memfasilitasi siswa dalam membangun
kualitas berpikir serta membangun kultur sosialnya dalam pembelajaran
berkelompok. Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi peserta didik dengan
lingkungan sosial merupakan aktivitas bermakna yang dapat mengkonstruksi
beragam pengetahuan (Suci, 2018).

Sebagai seorang calon guru, penting untuk memahami berbagai metode


pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kegiatan belajar. Salah satu metode
yang populer adalah pembelajaran kooperatif, di mana siswa bekerja sama dalam
kelompok untuk mencapai tujuan belajar bersama. Metode ini dapat membantu
meningkatkan keterampilan sosial dan kerja sama siswa, serta mengurangi
persaingan yang tidak sehat di antara mereka.Selain itu, terdapat juga metode
pembelajaran berbasis masalah, di mana siswa diberikan masalah atau tantangan
yang harus dipecahkan dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang
telah dipelajari.

Metode ini dapat membantu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah


dan kreativitas siswa, serta memperkuat hubungan antara teori dan praktik dalam
pembelajaran teori Belajar Teori konstruktivisme adalah salah satu teori belajar yang
menekankan pada peran aktif siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri
melalui pengalaman dan refleksi. Dalam konteks pembelajaran, guru dapat
menerapkan metode-metode seperti diskusi kelompok atau proyek kolaboratif untuk
membantu siswa membangun pemahaman mereka endiri tentang materi pelajaran.
Sementara itu, teori behaviorisme menekankan pada peran lingkungan eksternal
dalam membentuk perilaku individu. Dalam konteks pembelajaran, guru dapat
menerapkan sistem reward dan punishment untuk memperkuat perilaku positif dan
mengurangi perilaku negatif siswa. Namun, kritik terhadap teori ini adalah bahwa ia
tidak mempertimbangkan faktor internal seperti motivasi dan minat siswa.Penerapan
Metode Pembelajaran contoh penerapan metode pembelajaran yang pertama adalah
dengan menggunakan pembelajaran kooperatif di dalam kelas. Dalam pembelajaran
kooperatif, siswa bekerja bersama-sama dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan
tugas atau proyek tertentu. Hal ini dapat membantu siswa belajar lebih efektif karena
mereka dapat saling membantu dan mendukung satu sama lain, serta memperoleh
pengalaman bekerja dalam tim. Selain itu, metode pembelajaran berbasis masalah
juga dapat diterapkan di luar kelas, seperti dalam kegiatan ekstrakurikuler atau
proyek penelitian. Dalam metode ini, siswa diberikan masalah atau tantangan
tertentu yang harus mereka selesaikan dengan cara mengumpulkan informasi dan
menganalisis data. Dengan demikian, siswa tidak hanya belajar teori tetapi juga
memperoleh pengalaman praktis dalam menyelesaikan masalah Satu tantangan
tangan utama dalam penerapan metode pembelajaran adalah kurangnya dukungan
dari pihak sekolah. Banyak sekolah masih menerapkan sistem pembelajaran
konvensional yang terpusat pada guru, sehingga sulit untuk memperkenalkan
metode pembelajaran baru yang melibatkan siswa secara aktif. Solusinya adalah
dengan melakukan pendekatan persuasif kepada pihak sekolah dan memperlihatkan
bukti bahwa metode pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain
itu, kurangnya keterampilan teknologi juga menjadi tantangan dalam penerapan
metode pembelajaran yang lebih modern. Sebagai calon guru, kita harus mampu
menguasai teknologi yang digunakan dalam pembelajaran, seperti aplikasi
pembelajaran online atau perangkat lunak presentasi. Solusinya adalah dengan
mengikuti pelatihan atau kursus yang dapat meningkatkan keterampilan teknologi
kita.

Kesimpulan

Dalam rangka menjadi seorang guru yang efektif, penting bagi kita untuk
mempertimbangkan berbagai metode pembelajaran yang tersedia. Dalam presentasi
ini, kami telah membahas beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan,
seperti pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah, dan sebagainya.
Kami juga telah menguraikan beberapa teori belajar yang dapat mendukung
penerapan metode pembelajaran. Namun, tidak selalu mudah untuk menerapkan
metode pembelajaran ini dalam praktik mengajar kita. Ada banyak tantangan yang
mungkin dihadapi, seperti kurangnya dukungan dari pihak sekolah atau kurangnya
keterampilan teknologi. Namun, dengan solusi yang tepat, seperti mencari
dukungan dari rekan guru atau mengikuti pelatihan teknologi kita dapat mengatasi
tantangan ini dan berhasil menerapkan metode.

Kasus II

Rina adalah seorang guru di kelas 1 SD. Sebagian besar peserta didiknya belum
bisa berhitung dengan lancar. Rina sedang memikirkan cara yang sesuai untuk
membantu setiap peserta didik menyelesaikan tantangan belajarnya.

1) Menurut Anda, apa yang dapat Rina lakukan untuk membantu peserta didiknya
sesuai dengan tahapan perkembangan usia?
Berdasarkan kasus diatas, Rina sebagai guru SD kelas harus memahami peserta
didik sesuai tahap perkembangannya, dimana dalam kasus ini peserta didik berada
pada tahap perkembangan pra-operasional (2-7 th). Berdasarkan pemahaman
tersebut, maka yang dapat dilakukan oleh Rina adalah membuat atau menyediakan
media ajar dengan menggunakan tanda-tanda, simbol dan benda sebagai alat
praktik atau media berhitung yang menarik bagi siswa sehingga mempermudah
peserta didik dalam memahami konsep berhitung. Konsep-konsep matematika dasar
baik itu menghafal angka (tanggal, nomor telepon, atau nomor rumah), menghitung,
mengelompokkan angka serta memahami sistem penomoran. Istilah ini disebut
diskalkulia (Ketidakmampuan belajar kekacauan dalam berhitung)

2) Mengapa kamu menyarankan hal tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan


menyertakan teori yang berkaitan.
Menurut Piaget (1954)

Mengusulkan bahwa terdapat empat tahapan perkembangan kognitif: sensori


motorik, pra-operasional, operasional konkret, dan formal Operasional. Berdasarkan
teori yang berkaitan dengan kasus diatas, teori yang digunakan adalah teori
perkembangan kognitif tahap pra-operasional. Pada tahapan ini, anak telah
menunjukkan aktivitas kognitif dalam menghadapi berbagai hal di luar drinya.
Meskipun kemampuan berpikirnya masih belum mempunyai sistem yang
terorganisasi dengan baik, namun anak sudah mampu memahami realita di
lingkungan dengan menggunakan tanda-tanda dan simbol. Cara berpikir anak pada
tahapan ini bersifat tidak sistematis,ntidak konsisten, dan tidak logis. Oleh karena itu,
mereka belum mampu memahami konsep yang lebih kompleks seperti misalnya
konsep waktu, sebab dan akibat, serta perbandingan.

Kasus lll

Menurut Anda, apakah pertimbangan dan keputusan Made sudah sesuai? Mengapa
demikian?

Ya sesuai, karna seorang guru haruslah menyangkutpautkan sebuah materi dengan


ke khas san daerah dia mengajar (etnik, budaya, status social) karna dengan begitu
peserta didik dapat memahami materi yang di ajarkan dengan baik sesuai dengan
kenyataan social di lingkungan peserta didik.

Sebagai seorang calon guru, dalam kegiatan belajar yang seperti apa metode di atas
dapat diterapkan? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan teori yang
berkaitan.
Dalam semua kegiatan beajar mengajar dan disetiap materi pembelajaran hal itu
dilakukan untuk mempermudah peserta didik mengkostruksi materi yang diajarkan,
Suatu proses pembelajaran akan dapat berlangsung secara efektif atau tidak, sangat
ditentukan oleh seberapa tinggi tingkat pemahaman pendidik tentang karakteristik
peserta didiknya. Pemahaman karakteristik peserta didik sangat menentukan hasil
belajar yang akan dicapai, aktivitas yang perlu dilakukan, Dan asesmen yang tepat
bagi peserta didik. Atas dasar ini, sebenarnya karakteristik peserta didik harus jadi
menjadi perhatian dan pijakan pendidik dalam melakukan seluruh aktivitas
pembelajaran. Karakteristik peserta didik meliputi: etnik, kultural, status sosial, minat,
perkembangan kognitif, kemampuan awal, gaya belajar, motivasi, perkembangan
emosi, perkembangan sosial, perkembangan moral, serta perkembangan motorik.

Anda mungkin juga menyukai