Anda di halaman 1dari 8

Kasus 1 - pemeblajaran

Course: Perkembangan Peserta Didik (PPD32020)

46 documents

University: Universitas Sriwijaya

Info

1. Kasus I

Bayangkan jika Anda adalah seorang guru matematika di kelas VII. Saat ini Anda
hendakmenyampaikan materi mengenai matematika sosial yakni mencari nilai rata-rata (mean).
Untukmemudahkan peserta didik dalam memahami pembelajaran, Anda mencoba untuk
membuaturutan atau langkah-langkah yang perlu diikuti oleh peserta didik agar dapat mencari nilai rata-
rata pada sebuah soal. Anda meminta kepada peserta didik untuk mengerjakan soal yang Andaberikan.
Hasilnya, peserta didik mampu mengerjakan dengan benar, sesuai dengan langkah yangtelah Anda
siapkan. Beberapa saat kemudian, Anda meminta kepada peserta didik untukmengulangi soal
yang sama tanpa melihat urutan pengerjaan soal, dan peserta didik mampumengerjakannya dengan
benar.Menurut Anda, apa yang membuat peserta didik mampu mengerjakan soal denganbaik pada
percobaan kedua (tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan soal)?Sebagai seorang calon guru, dalam
kegiatan belajar yang seperti apa metode di atasdapat diterapkan? Elaborasi jawaban Anda dengan
menyertakan teori yang berkaitan.

1. Pada kasus tersebut guru menggunakan teknik scaffolding atau pemberian sejumlah bantuan
kepada peserta didik pada tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangibantuan dan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengerjakan secaramandiri tanpa bantuan.
Pada kasus di atas peserta didik mampu mengeriakan soal denganbaik pada percobaan kedua
tanpa melihat urutan yaitu karena peserta didik telahmemhami konsep dasar cara
mencari nilai rata-rata (mean) dengan baik melaluibimbingan dari guru pada awal
pembelajaran yaitu dengan membuat langkah-langkahmencari nilai rata-rata, sehingga mereka
dapat menerapkan konsep tersebut dalam mengerjakan soal matematika pada percobaan
kedua secara mandiri. Hal ini sejalan dengan teori konstruktivisme sosial Vygotsky yang berbunyi
“What the child can do incooperation today he can do alone tomorrow” yang artinya “apa yang
dilakukan ataudipelajari anak hari ini dengan bekerja sama (kelompok) dapat diakukannnya
secaramandiri pada masa yang akan datang” (Suci, 2018).

2. Metode di atas dapat diterapkan pada pembelajaran yang memungkinkan peserta didikuntuk
berkolaborasi dengan teman sebaya dalam kelompok-kelompok kecil. Salah satupembelajaran yang
memungkinkan terciptanya iklim kelas yang interaktif dan kolaboratifyang dapat diterapkan guru
yaitu pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatifmemungkinkan peserta didik untuk
berinteraksi dengan teman sebaya yang lebihberkompeten melalui arahan dan bimbingan dari
guru. Iklim kelas dalam pembelajarankooperatif dapat memfasilitasi siswa dalam membangun
kualitas berpikir sertamembangun kultur sosialnya dalam pembelajaran berkelompok.
Kemampuanberkomunikasi dan berinteraksi peserta didik dengan lingkungan sosial
merupakanaktivitas bermakna yang dapat mengkonstruksi beragam pengetahuan (Suci, 2018). Sebagai
seorang calon guru, penting untuk memahami berbagai metodepembelajaran yang dapat
diterapkan dalam kegiatan belajar. Salah satu metode yangpopuler adalah pembelajaran
kooperatif, di mana siswa bekerja sama dalam kelompokuntuk mencapai tujuan belajar bersama.
Metode ini dapat membantu meningkatkanketerampilan sosial dan kerja sama siswa, serta
mengurangi persaingan yang tidak sehatdi antara mereka.Selain itu, terdapat juga metode pembelajaran
berbasis masalah, di manasiswa diberikan masalah atau tantangan yang harus dipecahkan dengan
menggunakanpengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari. Metode ini dapat
membantumeningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas siswa, serta
memperkuathubungan antara teori dan praktik dalam pembelajaran teori BelajarTeori konstruktivisme
adalah salah satu teori belajar yang menekankan pada peranaktif siswa dalam membangun
pengetahuannya sendiri melalui pengalaman dan refleksi.Dalam konteks pembelajaran, guru dapat
menerapkan metode-metode seperti diskusikelompok atau proyek kolaboratif untuk
membantu siswa membangun pemahamanmereka endiri tentang materi pelajaran.Sementara itu,
teori behaviorisme menekankanpada peran lingkungan eksternal dalam membentuk perilaku individu.
Dalam kontekspembelajaran, guru dapat menerapkan sistem reward dan punishment untuk
memperkuatperilaku positif dan mengurangi perilaku negatif siswa. Namun, kritik terhadap teori
iniadalah bahwa ia tidak mempertimbangkan faktor internal seperti motivasi dan minat siswa.
Penerapan Metode PembelajaranContoh penerapan metode pembelajaran yangpertama adalah
dengan menggunakan pembelajaran kooperatif di dalam kelas. Dalampembelajaran kooperatif, siswa
bekerja bersama-sama dalam kelompok kecil untukmenyelesaikan tugas atau proyek tertentu. Hal
ini dapat membantu siswa belajar lebihefektif karena mereka dapat saling membantu dan
mendukung satu sama lain, sertamemperoleh pengalaman bekerja dalam tim.Selain itu,
metode pembelajaran berbasismasalah juga dapat diterapkan di luar kelas, seperti dalam kegiatan
ekstrakurikuler atauproyek penelitian. Dalam metode ini, siswa diberikan masalah atau tantangan
tertentuyang harus mereka selesaikan dengan cara mengumpulkan informasi dan menganalisisdata.
Dengan demikian, siswa tidak hanya belajar teori tetapi juga memperolehpengalaman praktis
dalam menyelesaikan masalahSatu tantangn tangan utama dalam penerapan metode
pembelajaran adalahkurangnya dukungan dari pihak sekolah. Banyak sekolah masih
menerapkan sistempembelajaran konvensional yang terpusat pada guru, sehingga sulit
untukmemperkenalkan metode pembelajaran baru yang melibatkan siswa secara
aktif.Solusinya adalah dengan melakukan pendekatan persuasif kepada pihak sekolah
danmemperlihatkan bukti bahwa metode pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajarsiswa.Selain
itu, kurangnya keterampilan teknologi juga menjadi tantangan dalampenerapan metode
pembelajaran yang lebih modern. Sebagai calon guru, kita harusmampu menguasai teknologi
yang digunakan dalam pembelajaran, seperti aplikasipembelajaran online atau perangkat lunak
presentasi. Solusinya adalah dengan mengikutipelatihan atau kursus yang dapat meningkatkan
keterampilan teknologi kita.KesimpulanDalam rangka menjadi seorang guru yang efektif, penting
bagi kita untukmempertimbangkan berbagai metode pembelajaran yang tersedia. Dalam presentasi
ini,kami telah membahas beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan,
sepertipembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah, dan sebagainya. Kami
jugatelah menguraikan beberapa teori belajar yang dapat mendukung penerapan metode
pembelajaran.

Namun, tidak selalu mudah untuk menerapkan metode pembelajaran ini dalampraktik mengajar kita.
Ada banyak tantangan yang mungkin dihadapi, seperti kurangnyadukungan dari pihak sekolah atau
kurangnya keterampilan teknologi. Namun, dengansolusi yang tepat, seperti mencari dukungan dari
rekan guru atau mengikuti pelatihanteknologi, kita dapat mengatasi tantangan ini dan berhasil
menerapkan metode.

Pemahaman Peserta Didik DAN Pembelajarannya Topik 1

Course: Bimbingan dan Konsleing (BK-001)

3 documents

University: Universitas PGRI Madiun

Info
PEMAHAMAN TENTANG PESERTA DIDIK DAN PEMBELAJARANNYA TOPIK 1 NAMA KELOMPOK: 1. David
Muhammad Fandika 2. Esa Dian Lestari 3. Nadia Tri Annisa KASUS 1 Bayangkan jika Anda adalah
seorang guru matematika di kelas VII. Saat ini Anda hendak menyampaikan materi mengenai
matematika sosial yakni mencari nilai rata-rata (mean). Untuk memudahkan peserta didik dalam
memahami pembelajaran, Anda mencoba untuk membuat urutan atau langkah-langkah yang perlu
diikuti oleh peserta didik agar dapat mencari nilai rata-rata pada sebuah soal. Anda meminta kepada
peserta didik untuk mengerjakan soal yang Anda berikan. Hasilnya, peserta didik mampu mengerjakan
dengan benar, sesuai dengan langkah yang telah Anda siapkan. Beberapa saat kemudian, Anda
meminta kepada peserta didik untuk mengulangi soal yang sama tanpa melihat urutan pengerjaan soal,
dan peserta didik mampu mengerjakannya dengan benar. a. Menurut Anda, apa yang membuat peserta
didik mampu mengerjakan soal dengan baik pada percobaan kedua (tanpa melihat urutan/langkah
pengerjaan soal)? Yang membuat peserta mampu mengerjakan adalah dikarenakan guru
menerapkan langkah langkah yang sudah jelas sehingga siswa dapat menangkap pembelajaran dengan
baik dan paham tentang pengerjaan soal yang diberikan, selain itu hal tersebut dapat terjadi karena
siswa sudah terbiasa berlatih seperti itu bersama gurunya dan sudah memiliki gambaran tentang
langkah-langkah pengerjaan soal tersebut. b. Sebagai seorang calon guru, dalam kegiatan belajar yang
seperti apa metode di atas dapat diterapkan? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan teori yang
berkaitan. Metode yang diterapkan pada pembelajaran tersebut adalah metode latihan soal dan
penugasan. Hal ini berdasar pada teori belajar behavioristik yang berfungsi sebagai dasar

penguatan pada implementasi metode belajar diatas. Teori belajar behavioristik adalah teori
belajar yang berfokus pada perubahan perilaku peserta didik sebagai hasil dari proses pembelajaran.
Menurut teori ini, perubahan perilaku peserta didik disebabkan oleh adanya interaksi antara stimulus
dan respon. Pemilihan teori ini berkaca pada kelebihan antara lain: 1. Teori behavioristik mampu
menghasilkan suatu perilaku yang bersifat konsisten terhadap bidang tertentu. Hal ini dapat dicapai
dengan menyusun materi ajar secara hirarkis dalam bentuk bagian-bagian kecil, dari yang sederhana
sampai pada yang kompleks. 2. Teori behavioristik mampu mengoptimalkan bakat dan kecerdasan
peserta didik yang sudah terbentuk sebelumnya melalui kegiatan pengulangan dan pelatihan yang
berkesinambungan. Menurut teori belajar behavioristik, kegiatan pengulangan dan pelatihan
tersebut berfungsi sebagai proses penguatan untuk mengoptimalkan kemampuan peserta didik agar
semakin terampil. Kesimpulan Berdasarkan kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa metode yang
diterapkan dalam pembelajaran tersebut adalah latihan soal dan penugasan. Penerapan ini tidak
jauh dari pengawasan dan pantauan guru yang mengajar. Peran guru BK melakukan pengamatan
perkembangan peserta didik dan melakukan analisa untuk melihat hasil dari penerapan metode diatas.
KASUS 2 Rina adalah seorang guru di kelas 1 SD. Sebagian besar peserta didiknya belum bisa berhitung
dengan lancar. Rina sedang memikirkan cara yang sesuai untuk membantu setiap peserta didik
menyelesaikan tantang belajarnya. a. Menurut Anda, apa yang dapat Rina lakukan untuk
membantu peserta didiknya sesuai dengan tahapan perkembangan usia? Berdasarkan kasus diatas,
Rina sebagai guru SD kelas 1 harus memahami peserta didik sesuai tahap perkembangannya, dimana
dalam kasus ini peserta didik berada pada tahap perkembangan praoperasional (2-7 th). Berdasarkan
pemahaman terdsebut, maka yang dapat dilakukan oleh Rina adalah membuat atau menyediakan
media ajar dengan menggunakan tanda-tanda, simbol, dan benda sebagai alat praktik atau media
berhitung yang menarik bagi siswa sehingga mempermudah peserta didik dalam memahami konsep
berhitung. Konsep-konsep matematika dasar, baik itu menghafal angka (tanggal, nomor telepon, atau
nomor rumah), menghitung, mengelompokkan angka serta memahami sistem penomoran. Istilah ini
disebut diskalkulia (Ketidakmampuan belajar kekacauan dalam berhitung) b. Mengapa Anda
menyarankan hal tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan teori yang berkaitan. Menurut
Piaget (1954) mengusulkan bahwa terdapat empat tahapan perkembangan kognitif: sensori
motorik, praoperasional, operasional konkret, dan formal operasional.Berdasar teori yang berkaitan
dengan kasus diatas, teori yang digunakan adalah teori perkembangan kognitif tahap
praoperasional. Pada tahapan ini, anak telah menunjukkan aktivitas kognitif dalam menghadapi
berbagai hal di luar dirinya. Meskipun kemampuan berpikirnya masih belum mempunyai sistem yang
terorganisasi dengan baik, namun anak sudah mampu memahami realitas di lingkungan dengan
menggunakan tanda-tanda dan simbol. Cara berpikir anak pada pertingkat ini bersifat tidak sistematis,
tidak konsisten, dan tidak logis. Oleh karena itu, mereka belum mampu memahami konsep yang lebih
kompleks seperti misalnya konsep waktu, sebab dan akibat, serta perbandingan. KASUS 3 Made adalah
seorang guru yang mengajar di salah satu sekolah negeri wilayah Bali. Ia mengampu mata
pelajaran bahasa Indonesia. Ia hendak mengajarkan materi teks deskripsi pada peserta didiknya. Pada
buku cetak yang menjadi panduannya saat mengajar, terdapat beberapa contoh teks deskripsi
menceritakan tentang bangunan-bangunan pencakar langit yang ada di Ibu Kota. Dengan
memperhatikan latar belakang setiap peserta didiknya, Made pun mencoba untuk memberikan contoh
berbeda. Ia memberikan contoh teks deskripsi tentang pantai dan makanan khas di Bali.

a. Menurut Anda, apakah pertimbangan dan keputusan Made sudah sesuai? Mengapa demikian?
Langkah yang diambil oleh Made telah sesuai, dikarenakan Made mamahami latar belakang peserta
didik secara keseluruhan, yaitu etnis Bali yang berbeda dengan etnis ibu Kota yang didasari dengan teori.
Agar pembelajaran menjadi efektif, maka penting bagi pendidik untuk mengetahui dengan jelas
bagaimana gambaran peserta didik yang ada di dalam kelas. Pendidik sangat dianjurkan untuk
mengenal dan memahami peserta didik dikarenakan terdapat keberagam latar belakang seperti etnik,
sosial dan budaya. b. Prinsip apa yang Made gunakan dalam kasus tersebut? Elaborasi jawaban
Anda dengan menyertakan teori yang berkaitan. Prinsip yang Made digunakan dalam penanganan
kasus diatas menggunakan prinsip pembelajaran Pembelajaran dirancang dengan
mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat pencapaian peserta didik saat ini, sesuai
dengan kebutuhan belajar, serta mencerminkan karakteristik, lingkungan, dan budaya peserta
didik, dan perkembangan peserta didik yang beragam sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan
menyenangkan. Sehingga dengan adanya penerapan prinsip pembelajaran tersebut menghasilkan
pemebelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik serta pembelajaran tersampaikan
dengan baik.
s II

Kasus II

Course: Ppg prajabatn

21 documents

University: Universitas Muhammadiyah Jambi

Info

Kasus IIRina adalah seorang guru di kelas 1 SD. Sebagian besar peserta didiknya belum bisa berhitung
dengan lancar. Rina sedang memikirkan cara yang sesuai untuk membantu setiap peserta didik
menyelesaikan tantang belajarnya.

1. Menurut Anda, apa yang dapat Rina lakukan untuk membantu peserta didiknya sesuai dengan
tahapan perkembangan usia?

JAWAB: Rata-rata usia siswa kelas 1 SD adalah 7 tahun, menurut Jean Pieget pada usia tersebut
anakbelum sepenuhnya sanggup menggunakan logika, mengubah, menggabungkan,
ataumemisahkan ide atau pikiran. Sehingga anak-anak di rentang usia tersebut baru
bisamenerapkan logika pada objek fisik. Hal ini tentu harus menjadi perhatian Rani sebagaiguru, agar
bisa menciptakan proses pembelajaran yang sesuai dengan kondisi sertakebutuhan siswa. Rani
bisa menciptakan pembelajaran dengan menerapkan logika pada objek fisik agar bisamenstimulus
kemampuan anak dalam berfikir. Salah satu cara yang bisa dilakukan denganmenyediakan benda-benda
disekitar siswa, seperti buku, pensil, spidol yang setiap harinyasiswa gunakan dalam belajar. Rani bisa
menggunakan benda-benda tersebut sebagai mediauntuk siswa berhitung. Dengan mengaitkan
pelajaran berhitung dengan kehidupan sehari-hari tentu akan menjadi salah satu cara belajar berhitung
cepat dan mudah karena anak-anakdapat mempraktikkannya secara langsung. Selain itu, Rani
juga bisa menyediakanpermainan yang berkaitan dengan hitung-menghitung seperti congklak,
dimana dalampermainan tersebut secara tidak langsung anak telah diajarkan berhitung.

2. Mengapa Anda menyarankan hal tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan teori yang
berkaitan.

AWAB: Kegiatan pembelajaran yang kami sarankan diatas sangat erat kaitannya dengan
TeoriBelajar Konstruktivisme. Dengan menyediakan benda-benda disekitar serta
beberapapermainan yang berhubungan dengan hitung-menghitung secara tidak langsung
siswadihadapkan dengan situasi nyata yang ada dilingkungan sekitarnya. Sehingga
terciptapengalaman baru yang bisa digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Halini
tentu selaras dengan prinsip utama Teori Belajar Konstruktivisme, dimana gurumenempatkan
peserta didik sebagai individu yang membangun pemahaman dan memahamiinformasi secara aktif
sepanjang proses pembelajaran.

b. Kasus II Rina adalah seorang guru di kelas 1 SD. Sebagian besar peserta didiknya belum bisaberhitung
dengan lancar. Rina sedang memikirkan cara yang sesuai untuk membantusetiap peserta didik
menyelesaikan tantangan belajarnya. 1) Menurut Anda, apa yang dapat Rina lakukan untuk membantu
peserta didiknya sesuaidengan tahapan perkembangan usia? Jawab : Berdasarkan kasus diatas, Rina
sebagai guru SD kelas harus memahamipeserta didik sesuai tahap perkembangannya, dimana
dalam kasus ini pesertadidik berada pada tahap perkembangan pra-operasional (2-7 th).
Berdasarkanpemahaman tersebut, maka yang dapat dilakukan oleh Rina adalah membuatatau
menyediakan media ajar dengan menggunakan tanda-tanda, simbol danbenda sebagai alat praktik atau
media berhitung yang menarik bagi siswasehingga mempermudah peserta didik dalam memahami
konsep berhitung.Konsep-konsep matematika dasar baik itu menghafal angka (tanggal, nomortelepon,
atau nomor rumah), menghitung, mengelompokkan angka sertamemahami sistem penomoran.
Istilah ini disebut diskalkulia(Ketidakmampuan belajar kekacauan dalam berhitung)2) Mengapa
kamu menyarankan hal tersebut? Elaborasi jawaban Anda denganmenyertakan teori yang
berkaitan. Jawab : Menurut Piaget (1954) mengusulkan bahwa terdapat empat
tahapanperkembangan kognitif: sensori motorik, pra-operasional, operasionalkonkret, dan formal
Operasional. Berdasarkan teori yang berkaitan dengankasus diatas, teori yang digunakan adalah
teori perkembangan kognitiftahap pra-operasional. Pada tahapan ini, anak telah menunjukkan
aktivitaskognitif dalam menghadapi berbagai hal di luar dirinya. Meskipunkemampuan
berpikirnya masih belum mempunyai sistem yangterorganisasi dengen baik, namun anak sudah
mampu memahami realita dilingkungan dengan menggunakan tanda-tanda dan simbol. Cara
berpikiranak pada tahapan ini bersifat tidak sistematis, tidak konsisten, dan tidaklogis. Oleh karena
itu, mereka belum mampu memahami konsep yanglebih kompleks seperti misalnya konsep waktu,
sebab dan akibat, serta perbandingan.

KASUS III
Made adalah seorang guru yang mengajar di salah satu sekolah negeri wilayah Bali.
Iamengampu mata pelajaran bahasa Indonesia. Ia hendak mengajarkan materi teks deskripsi
padapeserta didiknya. Pada buku cetak yang menjadi panduannya saat mengajar, terdapat beberapa
contoh teks deskripsi menceritakan tentang bangunan-bangunan pencakar langit yang ada di IbuKota.
Dengan memperhatikan latar belakang setiap peserta didiknya, Made pun mencoba untuk memberikan
contoh berbeda. Ia memberikan contoh teks deskripsi tentang pantai dan makanankhas di
Bali.Menurut Anda, apakah pertimbangan dan keputusan Made sudah sesuai?
Mengapademikian? Prinsip apa yang Made gunakan dalam kasus tersebut? Elaborasi jawaban Anda
denganmenyertakan teori yang berkaitan.

JAWABPertimbangan dan keputusan Made dalam memberikan contoh teks deskripsi


tentangpantai dan makanan khas di Bali sangat tepat dan sesuai. Made menggunakan prinsiprelevansi
dengan lingkungan siswa. Prinsip ini mengaitkan materi pelajaran dengan lingkungan siswa.
Pemilihan topik yang dilakukan Made sangat relevan dengan tempat dimana dia mengajar, yaitu
Bali. Hal ini dapat membantu siswa agar merasa lebih terhubung dengan materi pelajaran
karena mereka dapat merasakan keterkaitan langsungantara apa yang mereka pelajari dengan
lingkungan sekitar mereka.Prinsip yang diterapkan oleh Made adalah prinsip relevansi dengan
lingkungan siswa.Prinsip ini sejalan dengan Teori Kontruktivisme yang dikenalkan oleh Lev
Vygotsky.Teori ini menekankan pentingnya konteks sosial dan lingkungan dalam
pembelajaran.Mengaitkan pembelajaran dengan lingkungan dan budaya peserta didik dapat
membantusiswa agar lebih memahami materi pelajaran yang disampaikan.

Anda mungkin juga menyukai