Abstrak : Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah
pada keterampilan berpikir kritis peserta didik, adapun data yang diperoleh dari berbagai jurnal yang
ada. Penelitian yang diambil memiliki 2 siklus dan objek penelitian yaitu mahasiswa dan siswa.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan proses mengubah tingkah laku peserta didik menjadi manusia
dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat di lingkungan alam
sekitarnya. Melalui pendidikan peserta didik dapat mengembangkan kemampuan secara
optimal dan dapat mewujudkan fungsi dirinya sesuai dengan kebutuhan pribadi dan
masyarakat. Untuk itu, langkah yang paling efisien dalam memperbaiki sifat dan akhlak
seorang peserta didik adalah melalui peningkatan pendidikan. Semakin berkembangnya
teknologi informasi saat ini menyebabkan berbagai perubahan terjadi diberbagai ini
kehidupan. Perkembangan juga merambah dalam dunia pendidikan. Berdasarkan hal tersebut,
maka proses pendidikan haruslah dapat dijalankan sesuai dengan ketentuan yang bersifat
mendasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Alat komunikasi dan kolaborasi seperti
forum online, chat, dan email memfasilitasi diskusi dan pembelajaran di antara peserta didik,
dan informasi yang didapat dengan mudah melalui internet dapat menambah wawasan
peserta didik dalam memecahkan masalah.
Model pembelajaran merupakan bentuk awal pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan tenik
pembelajaran (Taufiqur Rahman, 2018: 22).
Salah satu model pembelajaran yang dapat dikembangkan dan diadopsi untuk
menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran adalah penerapan model Problem Based
Learning (PBL). “PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi
kepada pebelajar dengan masalah-masalah praktis atau pembelajaran yang dimulai dengan
pemberian masalah dan memiliki konteks dengan dunia nyata” (Wee & Kek, 2002:12).
Tugas UAS Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Kimia
Model ini melatih siswa untuk memecahkan masalah dengan pengetahuan yang
dimilikinya. Proses tersebut akan membuat terbangunnya pengetahuan baru yang lebih
bermakna bagi siswa. Pengertian PBL menurut Dutch (Amir, 2009:27) adalah “metode
intruksional yang menantang peserta didik agar belajar untuk belajar bekerjasama dalam
kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata”. Masalah digunakan untuk
mengaitkan rasa keingintahuan, kemampuan analisis, dan inisiatif siswa terhadap materi
pelajaran. PBL mempersiapkan peserta didik untuk berpikir kritis dan analitis, dan
menggunakan sumber belajar yang sesuai. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan
bahwa model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan
siswa dalam memecahkan masalah nyata. Model ini menyebabkan motivasi dan rasa ingin
tahu menjadi meningkat. Model PBL juga menjadi wadah bagi siswa untuk dapat
mengembangkan cara berpikir kritis dan keterampilan berpikir yang lebih tinggi.
Teori yang dikembangkan oleh Glatthorn dan Craft-Tripp (Pecore, 2012), menyatakan
Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang berbasis teori konstruktivisme
yang akan membuat siswa tertarik untuk belajar dan berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran. Menurut Muraray-Harvey, Pourshafie, dan Reyes (2013) salah satu cara untuk
menciptakan pembelajaran aktif adalah dengan menerapkan model pembelajaran berbasis
masalah. Model pembelajaran berbasis masalah menekankan pada proses belajar mengajar
yang lebih luas, menciptakan peluang untuk mengembangkan pengetahuan yang bermakna,
keterampilan dan sikap yang berkaitan dengan pembelajaran kolaboratif, sehingga dapat
membangun pengetahuan kooperatif, membantu siswa untuk membangun hubungan eksplisit
antara sikap terhadap kerjasama dan mencapai hasil belajar; mengidentifikasi keterampilan
kolaboratif khusus yang dibutuhkan oleh siswa, dan diperoleh melalui kolaborasi kelompok.
PBL beroperasi dalam beberapa langkah utama, seperti dalam model "Sev en-jump"
(model Maastricht PBL). Langkah-langkah tersebut dapat diringkas menjadi tiga tahap utama
yaitu; tahap awal, tahap PBL, dan tahap akhir. Pada tahap pertama, kegiatan pertama
melibatkan pembentukan kelompok, baik secara administratif maupun acak menugaskan
siswa ke dalam kelompok kecil pada sesi pertemuan pertama. Kelompok tersebut kemudian
disajikan dengan masalah PBL dan mereka mulai menganalisis dan memahami masalah
tersebut. Diantara kegiatan khusus pada tahap ini meliputi; perumusan tujuan pembelajaran ,
mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan, menghasilkan hipotesis, mendefinisikan masalah
pembelajaran dan konsep yang akan dipelajari, dan ini sebagian besar dilakukan dengan
mendefinisikan "apa yang mereka ketahui", "apa yang tidak mereka ketahui" dan selanjutnya
"Apa yang perlu mereka ketahui". Dalam hal ini, guru berperan sebagai fasilitator untuk
membimbing pembelajaran siswa melalui siklus proses PBL.
Tugas UAS Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Kimia
METODE
Dalam makalah ini merupakan penulisan berdasarkan data yang telah ada. Teknik
pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penulisan ini, karena
tujuan utama dari penulisan ini adalah mendapatkan data. Pengumpulan data dapat dilakukan
dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya, data
dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode
eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan
lain-lain (Sugiyono, 2012: 224-225). Pada penulisan ini kami menggunakan data yang bersal
dari beberapa jurnal yaitu 5 jurnal nasional dan 3 jurnal internasional. Bila dilihat dari sumber
datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data,
pada penulisan ini sumber primer yaitu jurnal nasional dan internasional. Dan sumber
sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,
pada penulisan ini sumber sekunder yaitu buku yang terdapat dirumah, hipotesis pengumpul
data, ataupun internet. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data,
maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview
(wawancara) kuesioner (angket), dokumentasi, dan gabungan keempatnya. Pada penulisan ini
menggunakan tekni pengumpulan data secara dokumentasi. Dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu yang bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang.
Terdapat hasil yang penulis kutip dari beberapa jurnal dengan fokus atau objek
penelitian yaitu pada mahasiswa RKBI Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Undiksha dan
pelajar.
Hasil keterampilan pemecahan masalah mahasiswa yang dikumpulkan dari hasil penilaian
laporan pemecahan masalah menggunakan rubrik disajikan pada Tabel 1. Pada tabel juga
ditunjukkan skor keterampilan pemecahan masalah untuk setiap indikator.
prosedur
3. Mengkomunikasikan solusi 2,67 3,67 1,00
Rata-rata 2,67 ± 0,64 3,5 ± 0,44 0,83
Peningkatan keterampilan pemecahan masalah pada mahasiswa dapat terlihat pada grafik 1.
3.5
2.5
2 Siklus I
Siklus II
1.5
0.5
0
Memahami Masalah Memilih Stratigi/Prosedur Mengkomunikasikan Solusi
Tabel 2 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan berpikir kritis mahasiswa dari
siklus I ke siklus II untuk semua indikator. Ini membuktikan bahwa penerapan model
pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa.
Dengan tindakan perbaikan yang diterapkan pada siklus II, indikator keberhasilan
yang ditetapkan pada penelitian ini sudah dapat dicapai, baik untuk keterampilan pemecahan
masalah (skor rata-rata sebesar 3,5) maupun untuk keterampilan berpikir kritis mahasiswa
(skor ratarata sebesar 7,88). Kenaikan skor rata-rata keterampilan pemecahan masalah
mahasiswa dari siklus I ke siklus II sebesar 0,83, sedangkan kenaikan skor rata-rata
keterampilan berpikir kritis mahasiswa dari siklus I ke siklus II sebesar 0,67.
sesuai dengan masalah. Dalam hal ini, mahasiswa berlatih menerapkan kemampuan
menyeleksi informasi atau menentukan hal yang relevan dan tidak relevan. Kemampuan ini
sangat penting agar mahasiswa tidak terkecoh dengan informasi-informasi yang tidak
berguna yang bisa mengganggu. Dari informasi yang relevan dengan masalah yang
dipecahkan, mahasiswa merumuskan solusi. Dalam merumuskan solusi ini mahasiswa
berargumentasi atau memberi alasan-alasan mengapa solusi tersebut dipilih. Kemampuan
berargumentasi ini merupakan salah keterampilan berpikir kritis. Perumusan solusi ini
menuntut kemampuan berkomunikasi, yaitu mengungkapkan gagasan atau ide-ide secara
rasional dan sistematis sehingga dapat dipahami dengan mudah oleh orang lain.
(Wayan Redhana.2011:80-83)
Selanjutnya diberikan beberapa pertanyaan dengan tingkat yang berbeda kepada siswa,
adapun hasil tercantum pada tabel 3.
Tabel 3 Peningkatan Frekuensi Pertanyaan Siswa yang Muncul Berbasis Tingkatan Kognitif
Perbandingan pertanyaan siswa yang muncul pada siklus I dan II menunjukkan bahwa
tipe pertanyaan C1, C2, dan C3 (pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi) mengalami
penurunan dan meningkat pada tipe pertanyaan C4, C5, dan C6 (analisis, sintesis, dan
evaluasi). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pola pikir siswa selama pembelajaran
meningkat dari berpikir tingkat rendah menjadi berpikir tingkat tinggi. Peningkatan ini tidak
terlepas dari penerapan pembelajaran berbasis masalah pada proses pembelajaran. Tipe
jawaban C1 dan C3 mengalami penurunan dan meningkat pada tipe jawaban C4, C5, dan C6.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pola pikir siswa selama proses pembelajaran meningkat
dari berpikir tingkat rendah menjadi berpikir tingkat tinggi. Peningkatan ini tidak terlepas
dari penerapan pembelajaran berbasis masalah pada proses pembelajaran. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Arafah (2005) bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat
mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran berbasis masalah dapat
Tugas UAS Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Kimia
KESIMPULAN
ditarik adalah: (1) penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat membantu dalam
memecahkan masalah peserta didik; (2) penerapan model pembelajaran berbasis masalah
dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis; (3) penerapan model pembelajaran berbasis
masalah mampu meningkatkan sikap bertanya pada peserta didik.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Gunantara, Gd, dkk. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/download/2058/1795
Yamin, Sulaiman. 2011.The Effect of Problem Based Learning on Critical Thinking Ability:
A Theoretical and Empirical Review. International Review of Social Sciences and
Humanities.https://www.onlinedoctranslator.com/app/gettranslateddocument/The_
Effect_of_Problem_Based_Learning_on.en.id.pdf
Mulyanto, Heri dkk.2018. The Effect of Problem Based Learning Model on Student
Mathematics Learning Outcomes Viewed from Critical Thinking Skills.
https://www.researchgate.net/profile/Gunarhadi_Gunarhadi/publication/323924686
_The_Effect_of_Problem_Based_Learning_Model_on_Student_Mathematics_Lear
ning_Outcomes_Viewed_from_Critical_Thinking_Skills/links/5df04d7792851c83
64738b94/The-Effect-of-Problem-Based-Learning-Model-on-Student-
Mathematics-Learning-Outcomes-Viewed-from-Critical-Thinking-Skills.pdf