PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembelajaran adalah kegiatan yang dirancang oleh guru agar terjadi proses
pembelajaran pada siswa. Melalui perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
kegiatan belajar mengajar, siswa dapat mempelajari keterampilan atau nilai baru
secara metodis. Proses pembelajaran memperlakukan siswa sebagai subjeknya;
proses pembelajaran adalah apa yang dipahami siswa ketika mereka belajar; dan
lingkungan belajar. Lingkungan di mana pembelajaran terjadi dikenal sebagai
konteks pembelajaran. Pembelajaran yang dapat membantu siswa
mengembangkan pengetahuan yang luas, keterampilan, kepribadian yang positif,
dan minat aktif dalam belajar dianggap pembelajaran yang efektif (Kamal, 2020).
Siswa dapat dengan sengaja mempelajari keterampilan atau nilai-nilai baru
dengan mempersiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan belajar
mengajar secara cermat. Lingkungan belajar, yang adalah apa yang siswa pahami
saat mereka belajar, dan proses belajar, yang menganggap siswa sebagai topiknya.
Konteks pembelajaran adalah latar di mana pembelajaran berlangsung.
Pembelajaran yang efektif dianggap sebagai instruksi yang menumbuhkan pada
siswa berbagai informasi, kemampuan, kepribadian positif, dan minat dalam
belajar. Hasil penghasilan dipengaruhi oleh dua jenis elemen: faktor internal siswa
dan faktor eksternal yang terkait dengan siswa, seperti tenaga pengajar dan
pendidik. Guru harus mampu melakukan proses pembelajaran dengan cara yang
mempengaruhi proses internal siswa itu sendiri karena mereka berfungsi sebagai
salah satu variabel eksternal yang mendukung hasil belajar siswa mereka (Citra &
Rosy, 2020).
Masalah dengan sistem pendidikan saat ini adalah bahwa siswa menerima
lebih sedikit bimbingan tentang bagaimana mengembangkan dan memajukan
kemampuan berpikir mereka. Siswa kadang-kadang diberitahu untuk hanya
mempertahankan dan mengingat semua pengetahuan yang disampaikan
sebelumnya sebelum mereka diizinkan untuk menjelaskannya sendiri. Untuk
mengatasi tantangan tersebut, diperlukan strategi pengajaran yang
2
mereka pelajari karena mereka tidak dapat segera menonton atau berpartisipasi
dalam bagaimana fungsi organ.. Hal ini membuat siswa kebingungan untuk
membayangkan bagaimana sistem ekskresi pada manusia. Selain itu guru belum
dapat menyampaikan materi dengan melibatkan siswa dalam kegiatan – kegiatan
belajar yang lebih dekat dengan sistem ekskresi, contohnya mengerjakan LKPD
yang berisi instruksi dan soal yang dapat dipecahkan melalui penyelesaian yang
didapat langsung dan diamati seperti kegiatan mekanisme pembentukan urine,
akan seperti apa hasilnya dan lain sebagainya. Kemudian siswa dapat berpikir
kritis semisalnya apabila manusia tidak memiliki sistem ekskresi apa yang akan
terjadi, hal ini dapat dilakukan dengan membuat kegiatan belajar observasi
langsung atau mengadakan praktikum sederhana disekolah.
Penerapan model PjBL ini dapat mengajak siswa secara aktif dalam
perolehan informasi mengenai materi system ekskresi dari berbagai sumber
literatur pada pembelajaran materi sistem ekskresi. Karena fakta bahwa mencari
informasi memperlambat proses membaca, mereka yang terlibat dalam proses
pengumpulan informasi akan memiliki ingatan yang lebih lama. PjBL lebih
konsisten dengan produk yang dihasilkan karyawan karena selama masa kerja
mereka, mereka membantu karyawan memahami apa yang diajarkan sehingga
pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang dimaksud juga akan bertahan
lebih lama. Pembelajaran berbasis proyek dapat menginspirasi siswa untuk
belajar, membuat hampir setiap siswa berpartisipasi aktif dalam kursus. Untuk
memastikan bahwa pekerjaan proyek berjalan lancar dan bahwa siswa
menerapkan apa yang telah mereka pelajari dari subjek yang telah mereka pelajari
dalam pengaturan nyata, pembelajaran berbasis proyek mengharuskan siswa untuk
berkolaborasi dalam kelompok tanpa membedakan. Alat bantu mengajar dan
media poster adalah hasil akhir pembelajaran berbasis proyek dalam penelitian ini.
Alat ajar dan materi poster ini berfungsi sebagai alat pembelajaran dengan
memuat materi pelajaran yang akan dipelajari. Karena alat pengajaran dan poster
ini mencakup komponen pendidikan, daya tarik, dan estetika, mereka dapat
meningkatkan motivasi dan minat siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran
(Kusumaningrum & Djukri, 2016).
5
Identifikasi Masalah
Ruang Lingkup
Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat mencapai sasaran yang tepat dan sesuai dengan
yang diharapkan, keterbatasan permasalahan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pembelajaran yang dilakukan adalah pembelajaran berbasis proyek
sebagai kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional sebagai kelas
6
kontrol.
2. Hasil belajar siswa diukur dengan kemampuan kognitif siswa melalui
pretest dan postes
3. Materi yang diajarkan adalah materi Sistem Ekskresi Manusia.
Rumusan Masalah
Manfaat Penelitian
1. Salah satu tujuan utama penelitian adalah untuk menentukan hasil belajar
kognitif siswa dalam kaitannya dengan materi yang tercakup dalam sistem
ekskresi kelas dengan memanfaatkan paradigma pembelajaran berbasis
proyek.
2. Untuk menilai seberapa baik pengetahuan tentang sistem ekskresi
dipelajari oleh siswa kelas XI IPA SMA N 14 Medan ketika diajarkan
secara konvensional.
3. Menginvestigasi pengaruh pembelajaran berbasis proyek terhadap hasil
belajar kognitif siswa kelas XI IPA SMA N 14 Medan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Model Pembelajaran
individu adalah norma, dan evaluasi lebih difokuskan pada elemen hasil daripada
proses (Eliza et al., 2019)
Pemusatan pertanyaan terhadap suatu permasalahan menjadi langkah awal
dalam proses pembelajaran dengan model PjBl. Dimana pertanyaan tersebut
berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai yang mana hasilnya disajikan
dalam bentuk produk nyata yang dikerjakan oleh siswa. Atau dalam arti akhir dari
pembelajaran ini berupa karya siswa dalam bentuk produk, dimana dalam
pengerjaannya melibatkan siswa secara langsung, sehingga keterampilan proses
sains siswa dapat berkembang. Dalam pembelajaran dengan PjBl guru berperan
sebagai pembimbing, fasilitator ataupun motivator. Evaluasi akhir ditentukan
bukan hanya dari hasil belajar kognitif, melainkan jugadari segi afektif selama
proses pengerjaan proyek. Karena dalam proses tersebut juga memberikan
dampak pada kemandirian serta hasil belajar siswa. (Hutapea & Simanjuntak,
2017)
materi baru dan teknik belajar, (3) untuk menginspirasi siswa untuk secara aktif
terlibat dalam proses pembelajaran dengan hasil yang dapat diamati, dan (4) untuk
meningkatkan kemampuan siswa untuk mengelola alat dan bahan yang
dibutuhkan untuk penyelesaian proyek, (5) untuk mempromosikan kolaborasi
kelompok, (6) Membuat belajar menyenangkan bagi siswa dan guru untuk
membuat belajar lebih menyenangkan (Andy Ariyanto, 2022)
Akan selalu ada titik akhir atau tengah dalam setiap kegiatan belajar
mengajar di mana hasil belajar dievaluasi. Tujuan proses pembelajaran dan
penilaian hasil belajar saling terkait erat. Evaluasi mencoba untuk memastikan
tingkat pencapaian atau pengetahuan tentang informasi yang diajarkan oleh siswa.
Ada dua jenis alat penilaian: penilaian non-tes dan penilaian yang mencakup tes.
15
Jenis penilaian ini, yang mencakup tes dan non-tes, membutuhkan tingkat
pemikiran tertentu untuk menanggapi berbagai pertanyaan. (Noor, 2020)
Hasil belajar adalah hasil akhir yang dicapai siswa setelah menyelesaikan
proses pembelajaran dan dapat digunakan sebagai ukuran seberapa baik mereka
memahami informasi yang mereka ajarkan. Hasil belajar ditentukan oleh
perubahan perilaku pada peserta didik yang cukup langgeng dan ke arah yang
menguntungkan. Hasil pendidikan ini adalah semua hasil dari interaksi antara
pengajaran dan pembelajaran. Jika seorang pelajar dapat mengidentifikasi
perubahan internal, maka pembelajaran telah berhasil. Kapasitasnya untuk
berpikir, kemampuannya, atau sikapnya terhadap suatu barang adalah beberapa
hal yang telah berubah. (Syachtiyani & Trisnawati, 2021)
Tujuan pembelajaran dapat dievaluasi dan diidentifikasi dengan
menggunakan hasil belajar sebagai baseline. Hasil belajar, atau keterampilan baru
yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan prosedur pembelajaran tertentu, dapat
menjadi subjek evaluasi di kelas. Siswa mungkin dianggap telah belajar dengan
sukses jika mereka mampu menerapkan apa yang telah mereka pelajari. Mengenai
elemen kognitif, emosional, dan psikomotorik, hasil belajar dan perubahan diri
siswa saling terkait. Proses di mana siswa memperoleh tiga jenis pengetahuan:
pengetahuan intelektual, pengetahuan keterampilan, dan pengetahuan sikap. Hasil
belajar yang dicapai yang menyebabkan peserta didik berperilaku berbeda. Hasil
pendidikan mana yang dapat ditingkatkan melalui upaya yang disengaja yang
diterapkan secara konsisten untuk menghasilkan perbaikan yang menguntungkan
(Mutiaramses et al., 2021)
Taksonomi Bloom menentukan tingkatan kemampuan dari yang terendah
hingga tertinggi. Terdapat 3 domain (Magdalena et al., 2020)
(1) Ranah kognitif : Ranah mencakup kemampuan yang berkaitan dengan
mengiterpretasi sesuatu, bukan hanya sekedar mengetahui, namun harus
paham dengan cara memberikan gambaran, contoh dan disertai dengan
penjelasan.
(2) Ranah afektif : Ranah yang mencakup nilai dan sikap, sikap siswa dapat
dilihat perubahannya. Penilaian ranah afektif dilakukan dengan melalui dua
16
cara, yakni laporan diri oleh siswa yang dilakukan dengan mengisi angket dan
pengamatan yang dilakukan oleh guru.
(3) Ranah psikomotorik : Ranah mencakup berkaitan dengan skill dan kemapuan
bertindak siswa dalam pembelajaran. Hasil belajar ranah psikomotorik
tampak dalam skill ( keterampilan ) siswa.
1. Faktor Eksternal
a. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Untuk
memperoleh hasil belajar yang baik maka siswa memiliki dan memilih lingkungan
yang memberikan pengaruh terhadap hasil belajar.
b. Faktor Instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang dirancang sesuai dengan hasil belajar
dan berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan belajar yang direncanakan.
Faktor instrumental ini yaitu kurikulum, dan Metode pembelajaran.
2. Paru – Paru
Fungsi dari paru-paru mengeluarkan hasil dari respirasi berupa uap air (H 2O)
dan karbon dioksida (CO2). Zat ini diangkut oleh hemoglobin darah. Di dalam
paru-paru, terdapat alveoli (tunggal, alveolus) sebagai tempat terjadinya
pertukaran gas, letaknya berada di ujung bronkiolus paling kecil yang menggugus
dalam bentuk kantong-kantong udara. Alveoli ini berjumlah jutaan di dalam paru-
paru manusia. Pada alveoli, karbon dioksida masuk ke rongga udara setelah
berdifusi keluar dari kapiler melintasi epitel alveoli.
19
3. Hati
Hati memiliki fungsi untuk mengekskresikan zat seperti racun, empedu,
pigmen, dan urea. Di dalam tubuh, kelenjar yang paling besar sekaligus sebagai
kelenjar detoksifikasi adalah hati. Setiap hari ada empedu sekitar ½ liter yang
harus diekskresikan oleh hati. Empedu memiliki biliverdin dan bilirubin yang
merupakan pigmen (zat warna empedu) sehingga empedu berwarna hijau kebiruan
dan bentuknya seperti cairan namun terasa pahit, zat lain yang terkandung di
dalamnya adalah garam empedu, garam mineral, dan kolesterol, empedu memiliki
pH sekitar 7-7,6. Usus dua belas jari akan menerima zat warna yang dikirim dari
empedu kemudian dioksidasi menjadi urobilin. Urine dan feses akan diberi warna
dengan urobilin sehingga akan berwarna kuning cokelat.
4. Ginjal
Ginjal, atau "ren," adalah organ rongga perut dengan bentuk kacang merah
yang terletak di kedua sisi punggung bawah di dinding tubuh dorsal. Dua ginjal,
keduanya berwarna merah keunguan, ditemukan dalam tubuh manusia. Ginjal
20
kanan agak lebih rendah dari ginjal kiri. Setiap ginjal terhubung ke kantong yang
cukup besar yang disebut kandung kemih oleh ureter tipis yang mengalir melalui
ginjal. Kandung kemih ini sebagai tempat pengumpulan dan penyimpanan urine,
sehingga kandung kemih dapat menampung kapasitas urine yang lebih banyak
dengan memperluas dan mengembangkan volumenya.
primer jika dibandingkan dengan darah di kapiler, lebih isotonik ketika telah
memasuki lengkung Henle. NaCl dan air diserap pada lengkung Henle ini.
Selanjutnya, pada tubulus kontortus distal akan menyerap penyerapan NH4-,
H+, bahan obat-obatan, kreatinin, dan urea serta penyerapan kembali ion
HCO3-, air, dan garam NaCl. Urin yang dibentuk dari proses ini dinamakan
dengan urin sekunder. Urine akan berwarna dan memiliki bau dari hasil
reabsorpsi ini, di dalamnya terkandung pigmen empedu, urea, garam, dan air.
c. Pengumpulan (Augmentasi), Tubulus pengumpul akan menerima urine
sekunder hasil tubulus kontortus distal. Penyerapan kembali terhadap urea,
garam NaCl, dan air terjadi pada tubulus ini, yang akan menghasilkan urine
yang akan dibuang dari tubuh. Urine akan bergerak dari tubulus pengumpul
menuju pelvis renalis, kemudian mengalir memasuki ureter ke dalam kandung
kemih (vesika urinaria). Rasa buang air kecil akan dirasakan oleh manusia
ketika kandung kemih ini penuh. Volume dapat terpengaruh oleh berbagai
faktor seperti emosi, konsentrasi darah, suhu, dan zat-zat diuretik.
Tabel 2.2 Proses Pembentukan Urine
3. Edema
Penyakit yang terjadi akibat ruang antar seluler yang mengalami penimbunan
4. Albuminaria
Penyakit yang menunjukkan alat filtrasi dalam darah yang mengalami
kerusakan, sehingga mengakibatkan urine masih mengandung albumin dan
protein. Gejala penyakit albuminaria yaitu kencing berbusa atau berbuih, sering
buang air kecil, kram otot di malam hari, dan mual.
5. Nefritis
Penyakit yang dialami nefron karena terdapat infeksi. salah satu jenis penyakit
autoimun yang menyerang ginjal akibat dari systemic lupus erythematosus (SLE)
atau lebih sering disebut lupus. Di mana sistem kekebalan tubuh menargetkan dan
menyerang ginjal.
6. Uremia
Penyakit yang terjadi pada reabsorbsi akibat nefron yang rusak sehingga
menghasilkan urine dalam jumlah banyak dan sangat encer. Gejala berupa
kelelahan, mual, hilang nafsu makan, rasa logam di mulut, dan kebingungan
mental.
7. Poliuria
Penyakit yang terjadi pada reabsorbsi akibat nefron yang rusak sehingga
menghasilkan urine dalam jumlah banyak dan sangat encer. Gejala penyakit
poliuria yaitu hesitansi, kondisi ketika proses pengeluaran urine terhenti tiba-
tiba. inkontinensia urine alias urine yang keluar tanpa disadari. urgensi, kandung
kemih tertekan setiap saat.
8. Batu ginjal
Bagian ginjal seperti kandung kemih, saluran ginjal, atau rongga ginjal
memiliki suatu endapan garam kalsium di dalamnya. Gejala yang paling umum
berupa nyeri parah, biasanya di sisi perut, yang sering disertai dengan mual.
9. Gagal ginjal
Fungsi ginjal mengalami kegagalan. Suatu kondisi ketika ginjal kehilangan
kemampuan membuang racun dan menyeimbangkan cairan tubuh.
10. Jerawat
25
kronis. Gejala jerawat yaitu Benjolan berwarna kemerahan atau kuning (karena
mengandung nanah), benjolan kecil (papul) yang muncul di atas kulit, dan sensasi
panas atau terbakar akibat adanya peradangan.
11. Eksem
Penyakit kronis pada sistem ekskresi kulit yang menyebabkan kulit bersisik,
kering, merah, dan gatal. Gejala eksem yaitu kulit kering dan gatal-gatal, bercak
merah di area kulit yang gatal, kulit tampak berkerut, kulit menjadi sensitif dan
bengkak saat digaruk.
12. Kudis atau skabies
Sistem ekskresi kulit terganggu akibat parasit insekta Sarcoptes scabies yang
dapat menular.
13. Pruvitus Kutaneae
Penyakit akibat iritasi saraf sensori perifer yang menimbulkan gejala rasa
gatal. Penyebab lainnya karena gangguan kelenjar tiroid, penyakit hati, dan
kencing manis.
14. Penyakit kuning
Penyakit yang menyebabkan warna feses menjadi abu-abu kehitaman dan
warna darah menjadi kekuningan karena empedu masuk ke dalam darah bukan ke
dalam usus akibat pembuluh empedu yang tersumbat. Gejala penyakit kuning
yaitu berubahnya warna kulit, sklera mata, dan membran mukosa lain menjadi
kekuningan, demam dan meriang.
15. Asfiksi
Aliran udara terganggu akibat saluran pernapasan yang mengalami kelainan
dan pengikatan oksigen mengalami gangguan pada proses pengikatannya.gejala
penyakit asfiksi yaitu sesak napas, hiperventilasi (tempo napas yang cepat) dan
nyeri tenggorokan.
Teknologi sistem ekskresi
a. Hemodialisis (Cuci Darah), Pembersihan darah dilakukan dengan bantuan
mesin ginjal buatan yang digunakan pada kasus yang lebih serius. Proses yang
dilakukan mesin ini sama seperti yang ada pada ginjal, yaitu menggunakan
26
prinsip dialisis. Pembuluh arteri pada lengan dihubungkan ke mesin ini agar
darah bisa masuk ke dalamnya. Saluran dialisis yang ada di dalam mesin yang
dibuat dari bahan selulosa (semipermeabel) akan dialiri darah melewatinya. Zat
kecil akan tersaring melalui membran pada saluran ini. Kemudian, pembuluh
vena akan menerima darah yang telah dibersihkan melalui saluran yang
terhubung pada lengan yang sama.
b. Transplantasi ginjal, Proses penggantian ginjal dari orang lain baik masih
hidup maupun sudah mati.
c. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy). Endapan yang membatu di
dalam saluran kemih dihancurkan melalui transmisi gelombang kejut.
d. Skin grafting (cangkok kulit) merupakan proses penggabungan ketebalan
kulit dari orang lain baik sebagian maupun keseluruhan. Biasanya dilakukan
pada pengobatan kulit yang mengalami area luka bakar yang besar dan parah.
(Aisyah & Rosnita, 2021) melaporkan bahwa dampak model PjBL terhadap
kurikulum pesantren kelas XI menyebabkan perbedaan hasil belajar, dengan nilai
rata-rata kelas eksperimen untuk hasil belajar biologi kognitif yang berpedoman
pada model pembelajaran PjBL adalah 85,07 dan nilai rata-rata kelas kontrol yaitu
78,40. Karena itu, siswa yang mempelajari biologi kognitif yang umumnya
diarahkan oleh paradigma PjBL melihat hasil belajar yang jauh lebih baik.
(Darus et al., 2021) melaporkan bahwa pengaruh model PjBL terhadap mata
pelajaran biologi kelas XI di SMA Negeri 1 Tondano menunjukkan perbedaan
hasil belajar dengan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen sebesar 86,93
27
sedangkan rata-rata hasil belajar kelas kontrol sebesar 79,83. Model pembelajaran
berbasis proyek dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
(Chasanah et al., 2019) Jelaskan dampak model PjBL pada X IIS 2 SMAN 1
Nglames Kab. Kualitas bahan baku Madiun. Hasil belajar siswa yang
menggunakan modulasi berbasis PjBL jauh lebih besar (83,8) dibandingkan
dengan yang menggunakan teknik presentasi dan diskusi (76,7) jika dibandingkan
dengan kontrol mata kuliah yang tidak menggunakan modulasi berbasis PjBL.
Kerangka Berpikir
Hasil belajar yang rendah diakibatkan oleh berbagai faktor. Faktor internal
dapat dilihat dari ciri khas atau karakteristik siswa, sedangkan faktor eksternal
dipengaruhi oleh guru, maupun lingkungan sekitar siswa. Guru yang menjadi
salah satu komponen dalam pembelajaran memiliki tanggung jawab terhadap
pelaksanaan proses pembelajaran. Dengan keberhasilan guru melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik, maka akan memberikan pengaruh positif terhadap
hasil belajar siswa.
Salah satu upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan cara
membuat variasi metode mengajar. Penggunaan model pembelajaran berbasis
proyek ( Project Based Learning ) dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi
rendahnya hasil belajar siswa. Dengan model ini, siswa akan dilibatkan secara
aktif dalam proses pembelajaran. Dimana siswa berkolaborasi mencari jawaban
serta solusi pemecahan suatu permasalahan yang didapatkan secara mandiri.
Peneliti menggambarkan kerangka pikir penelitian dengan skema berikut :
Kondisi Awal
1. Pembelajaran biologi yang berlangsung kurang melibatkan siswa secara aktif
2. Hasil belajar kognitif biologi siswa rendah
28
Tindakan
Menerapkan model pembelajaran berbasis proyek dengan tahap :
1. Memberikan Pretest
2. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok
3. Mengajukan permasalahan ke siswa
4. Siswa mencari informasi dari berbagai literatur dalam tugas pemecahan
masalah
5. Siswa merumuskan hasil proyek
6. Siswa mempresentasikan hasil proyek
7. Memberikan Postest
Kondisi Akhir
Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa dengan menggunakan
model pembelajaran berbasis proyek ( Project Based Learning )
Hipotesis Penelitian
H 1: μ 1 ≠ μ 2
29
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri
14 Medan, Tahun Pembelajaran 2022 / 2023 yang terdiri dari 7 kelas dan
berjumlah 248 siswa.
3.3.2 Sampel
Variabel Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini ada dua variabel yang akan diukur, yaitu :
Variabel Bebas : Variabel bebas pada penelitian ini yaitu model
pembelajaran berbasis proyek ( Project Based Learning ).
31
Variabel Terikat : Variabel terikat pada penelitian ini yaitu hasil belajar
kognitif siswa pada materi sistem ekskresi manusia kelas XI IPA SMA
Negeri 14 Medan.
Definisi Operasional
Desain Penelitian
eksperimental yang digunakan, seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel
3.1 Desain Penelitian
Keterangan :
T 1 : Tes Pendahuluan
T 2 : Tes Akhir
X 2 : Kelas Kontrol
r xy=n ∑ XY −¿ ¿ ¿
Untuk membandingkan keberartian harga validitas tiap item soal , maka nilai
koefisien korelasi tersebut dibandingkan dengan nilai tabel kritik product
moment , dengan α = 0,05. Menurut Arikunto ( 2013 : 122 ) suatu tes dikatakan
valid jika r hitung >¿ r tabel , dan sebaliknya suatu tes dikatakan tidak valid jika r hitung <¿
r tabel dengan taraf kesalahan 5 %.
Tes Reliabilitas
Tes Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana pengukuran itu
dapat memberikan hasil yang relatif tetap bila dilakukan pengukuran kembali
terhadap subjek yang sama. Rumus yang digunakan dalam menentukan reliabilitas
tes yaitu :
[ ∑σi
]
2
k
r 11= 1−
k −1 σi
2
−r 11 =¿ reliabilitas instrument
2
−∑ σ i =¿ jumlah varians butir
Untuk menfasirkan harga reliabilitas dari soal, maka harga tersebut harus
dibandingkan dengan harga r tabel product moment. jika r hitung >r tabel maka soal
tersebut reliabel , begitu juga sebaliknya , jika r ruang < r tabelmaka soal tidak reliabel ,
dengan taraf kesalahan 5 %.
Indeks Kesukaran
Untuk memperoleh kualitas soal yang baik hendaknya memperhatikan
kesukaran dari soal tersebut. Mengukur soal tersebut mudah, sedang, maupun
sukar dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :
B
P=
JS
35
No Proporsi Jenis
(P) Soal
1. 0,00 < 𝑃 ≤ 0,30 Sukar
2. 0,30 < 𝑃 ≤ 0,70 Sedang
3. 0,70 < 𝑃 ≤ 1,00 Mudah
Daya Pembeda
Untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap soal yang diberikan maka
digunakan daya pembeda. Dimana disini akan dibedakan siswa yang memiliki
kemampuan tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan rendah. Rumus
untuk mengetahui daya pembeda yaitu :
BA BB
D= −
JA JB
¿ P A −PB
Keterangan :
−BB =¿ jumlah skor siswa kelompok bawah yang menjawab soal benar
−PB =¿ proporsi siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
Menurut Arikunto ( 2013 ) butir – butir soal yang baik yaitu butir soal yang
mempunyai indeks diskriminasi 0,4 sampai 0,7 . Klasifikasi daya pembeda soal
yaitu :
Instrumen Penelitian
2. Mengidentifikasi jenis – 10 8 11 13 4
jenis organ ekskresi manusia
4. Menganalisis proses 4, 18 17 2, 19 5
pembentukan urine pada
manusia
5. Menyebutkan gangguan 7 6 20, 16 4
fungsi yang terjadi pada
sistem ekskresi manusia
Jumlah 6 5 5 4 20
Keterangan :
C3 : Mengaplikasikan C5 : Mengevaluasi
C4 : Menganalisis C6 : Mengkreasikan
38
Prosedur Penelitian
39
Populasi
Sampel
Pre- Test
Post- Test
Pengolahan Data
Kesimpulan
2. Tentukan kelas mana yang akan digunakan sebagai kelas eksperimen dan
kelas mana yang akan digunakan sebagai kelas kontrol untuk sampel
penelitian yang dipilih dengan purposive sampling, sampai dengan
maksimal dua kelas.
3. Berikan siswa pre-test untuk melihat apakah mereka memiliki pemahaman
yang kuat atau pemahaman dasar tentang tujuan yang harus dipenuhi..
4. Setiap kelas menerima perlakuan belajar setelah menyelesaikan pertanyaan
pre-test, dengan kelas eksperimen menerima instruksi pembelajaran
berbasis proyek sementara kelas kontrol menerima instruksi tradisional.
5. Selain itu, setiap kelas menerima post-test untuk mengukur hasil belajar
siswa tentang topik sistem pernapasan manusia.
6. Setelah pasien menerima perawatan dan menjalani pengujian, pemrosesan
data dapat dilakukan. Kemudian kesimpulan bisa dibuat.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk pengujian normal tidaknya sebaran data
yang akan dianalisis. Untuk pengujian tersebut digunakan uji Liliefors dengan
rumus :
LO=F ( Zi )−S ( Zi )
Gambar 3.6 Rumus Uji Liliefors
Keterangan :
Kriteria pengujian normal bila Lhitung < Ltabelmaka dikatakan data berdistribusi
normal. Dan sebaliknya, jika Lhitung > Ltabel maka data dikatakan tidak berdistribusi
normal, dengan taraf signifikan α = 0,05.
b. Uji Homogenitas
2
S1
F= 2
S2
Pengambilan keputusan adalah jika nilai F hitung < F tabel dengan derajat
kebebasan 0,05 , maka dapat dikatakan bahwasannya variasi data adalah
homogen.
c. Uji Hipotesis
42
S2=¿ ¿
Keterangan :
t=¿ Distribusi T
X 1 =¿ Skor rata – rata nilai eksperimen
H_O disetujui dan H_I ditolak jika t_(hitung)t_tabel atau level signifikan > (nilai
tanda > 0,05). menunjukkan bahwa penggunaan paradigma pembelajaran berbasis
proyek (project-based learning) tidak berdampak pada hasil belajar siswa terhadap
materi sistem ekskresi manusia kelas XI IPA SMA Negeri 14 Medan. H O : μ1=μ 2
H 1: μ 1 ≠ μ 2
43
Keterangan :
Hasil Penelitian
Temuan penelitian berasal dari penilaian hasil belajar kognitif siswa pada
informasi yang berkaitan dengan sistem ekskresi dalam bentuk 20 pertanyaan
pilihan ganda. Dalam penelitian ini, dua kelas digunakan sebagai sampel: kelas XI
IPA 5 (kelas eksperimen), yang memiliki 35 siswa, dan kelas XI IPA 6 (kelas
kontrol), yang memiliki 31. PjBL digunakan untuk mengajar siswa IPA kelas XI
5, dan kuliah digunakan untuk mengajar siswa IPA kelas XI 6. 4.1.1 Data
Kemampuan Kognitif
Data Pretest
Dari hasil pretest yang didapatkan dari kelas eksperimen dan kelas kontrol
diketahui bahwa dari kedua kelas tersebut masing-masing memiliki nilai rata-rata
dan standar deviasi (SD). Perbandingan nilai pretest siswa pada kedua kelas dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.1 Nilai pretest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
45
Di kelas eksperimen, skor terendah adalah 30 dengan hanya dua siswa, dan
yang terbaik adalah 65 dengan hanya dua siswa. Sebaliknya, skor terendah
kelompok kontrol adalah 30 dengan empat siswa dan yang terbaik adalah 65
dengan dua siswa.
Data postest
Dari hasil postest yang didapatkan dari kelas eksperimen dan kelas kontrol
diketahui bahwa dari kedua kelas tersebut masing-masing memiliki nilai rata-rata
dan standar deviasi (SD). Perbandingan nilai postest siswa pada kedua kelas dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.2 Nilai postest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
Jumlah 35 Jumlah 31
Untuk memperjelas data hasil kemampuan kognitif siswa yang didapatkan dari
nilai pretes dan postes dapat diperhatikan pada histogram di bawah ini :
46
47
90
82.42
80 75.96
70
60
30
20
10
0
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Gambar 4.1 Histogram hasil pretes dan postes siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol
eksperimen yang diberi perlakuan dengan model PjBL dapat dilihat pada
histogram berikut ini :
Kelas Eksperimen
88
86 85.71
84
84
82.85
82
80.71 Kelas Eksperimen
80
77.85
78
76
74
72
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5
Gambar 4.2 Presentase hasil belajar siswa dengan PjBL ditinjau dari
indikator pembelajaran
Dari data diatas, diketahui bahwasanya ketercapaian kelas eksperimen
pada indikator 1 menyebutkan pengertian sistem ekskresi sebesar 85,71, pada
indikator 2 mengidentifikasi jenis – jenis organ ekskresi manusia sebesar 80,71,
pada indikator 3 menjelaskan fungsi organ – organ ekskresi pada manusia sebesar
77,85, pada indikator 4 menganalisis proses pembentukan urine pada manusia
sebesar 84 dan pada indikator 5 menyebutkan masalah fungsi yang bisa terjadi
pada sistem ekskresi manusia sebesar 82,85.
siswa ditinjau dari indikator pembelajaran pada kelas eksperimen yang diberi
dengan model PjBL dapat dilihat pada histogram berikut ini :
Kelas Eksperimen
100
90.95
90
82.85
79.42
80
70.71
70
60
Kelas Eksperimen
50
40
30
20
10
0
C3 C4 C5 C6
Gambar 4.3 Presentase hasil belajar dengan PjBL ditinjau dari aspek
taksonomi Bloom
Kelas Kontrol
90 83.87
80 76.61 77.41
74.19
69.35
70
60
50 Kelas Kontrol
40
30
20
10
0
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5
Gambar 4.4 Presenatse hasil belajar siswa tanpa PjBL ditinjau dari
indikator pembelajaran
kemampuan kognitif siswa ditinjau dari aspek kognitif taksonomi bloom pada
kelas kontrol yang diberi perlakuan menggunakan metode ceramah dapat dilihat
pada histogram berikut ini :
Kelas Kontrol
100
89.78
90
82.58
79.42
80
70
60 54.83 Kelas Kontrol
50
40
30
20
10
0
C3 C4 C5 C6
60
50
Kelas Eksperimen
40 Kelas Kontrol
30
20
10
0
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5
Tabel 4.3 Perbandingan Hasil Belajar Siswa dari Aspek Taksonomi Bloom
Kelas C3 C4 C5 C6
Kelas
Eksperimen 90,95 82,85 79,42 70,71
60 54.83
50 Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
40
30
20
10
0
C3 C4 C5 C6
Gambar 4.7 Perbandingan hasil belajar siswa dari aspek taksonomi bloom
Uji Normalitas
55
Data pretest kelas eksperimen L_hitung harga adalah 0,1485 dari tabel di atas,
sedangkan data posttest kelas eksperimen L_hitung harga adalah 0,0908. L_(tabel)
memiliki nilai 0,1499 selama ini. Hasil pretest dan posttest siswa di kelas
eksperimen dapat disimpulkan berdistribusi normal apabila nilai L_hitung
L_(tabel) masing-masing adalah 0,14850,1499 dan 0,09080,1499. Diketahui
bahwa nilai L_hitung L_(tabel) (0,11660,1590) dan (0,13220,1590) dapat
disimpulkan bahwa data pretest dan posttest siswa di kelas kontrol berdistribusi
normal. Ini adalah kasus ketika data pretest dan posttest untuk kelas kontrol
diperoleh.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas akan dilakukan dengan membandingkan varians dari setiap
set data pretest dan posttest dari dua kelas sampel setelah ditentukan bahwa dua
kelas sampel berdistribusi normal. Jika F_Hitung F_ (tabel) dengan tingkat
signifikansi 0,05 menunjukkan bahwa data tersebut homogen, maka inilah
56
masalahnya. Pada tabel di bawah ini, hasil uji homogenitas data pretest dan
posttest ditampilkan.:
Dari data diatas, diperoleh harga F hitung untuk data pretest sebesar 1,1769. Setelah
membandingkan F hitung dengan F tabel diperoleh bahwa F hitung< F tabel( 1,1769
<1,8181) maka dapat disimpulkan bahwa data pretest homogen. Sedangkan untuk
data postest sebesar 1,4883 dan F hitung< F tabel( 1,4883<1,8181) sehingga dapat
diambil kesimpulan bahwa data postest adalah homogen.
b. Uji Hipotesis
H 1: μ 1 ≠ μ2
Dimana jika :
Ketika nilai tanda kurang dari 0,05 dan nilai t_(hitung)>t_(tabel) tercapai, H_0
ditolak dan H_1 diperbolehkan. Dan jika nilai tanda lebih dari 0,05 dan level
signifikan t_hitung > t_tabel, H_(0) diterima dan H_1 ditolak.
57
Tabel di bawah ini menunjukkan ringkasan hasil uji-t untuk pretest dan
postsample untuk kedua sampel :
Dan pada perhitungan uji-t pada data nilai postes didapatkan nilai t hitung
pada data postes 3,1276 > 1,9977 dimana ini menunjukkan bahwasanya terdapat
perbedaan yang signifikan antara skor kelas eksperimen dengan skor kelas
kontrol. Hal tersebut menunjukkan bahwasanya model pembelajaran berbasis
proyek (Project Based Learning) lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran
menggunakan konvensional.
Pembahasan
4.2.1 Hasil Belajar Kognitif Siswa
pretest kelas eksperimen maupun kelas kontrol masih dikategorikan rendah serta
terdapat perbedaan yang tidak jauh berbeda.
Selain itu, hasil belajar siswa di kelas PjBL ditemukan sebesar 78,41 pada
penelitian (Eljas & Zainil, 2022). Sehingga PjBL yang dijabarkan dalam sintaks
pembelajaran dimulai: (1) Penentuan proyek, dimana siswa dan guru menyepakati
proyek yang akan dibuat sesuai dengan materi yang sedang dipelajari; (2)
Merancang langkah-langkah penyelesaian proyek, dimana guru membagikan LKP
(Lembar Kerja Proyek) dan setiap kelompok membuat rencana dalam
menyelesaikan proyek; (3) Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek, dimana siswa
dengan bimbingan guru; dan (4) Penyelesaian proyek dengan fasilitas dan monitor
guru.
siswa akan mempresentasikan hasil produk dan melakukan tanya jawab. Dengan
dilakukannya pembuatan produk ini siswa akan lebih mencari tahu tentang topik
atau materi yang dipelajari berkaitan dengan produk yang mereka hasilkan. Selain
itu dengan adanya proses tanya jawab antar kelompok juga dapat menambah
pengetahuan siswa dari teman sekelompok lainnya, yang mana ini juga
menyebabkan kemampuan kognitif siswa lebih meningkat.
kelas kontrol adalah 89,78. Jelas bahwa ada perbedaan 1,17 antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol dalam hal sifat kognitif C3. Karena diskusi guru
tentang mereka selama sesi kuliah, siswa di kelas kontrol masih dapat menjawab
pertanyaan C3 dengan benar. Kelas eksperimen masih mengungguli kelas kontrol
dalam hal pertanyaan yang merespons pada kelas ini. Paradigma pembelajaran
PjBL, partisipasi keterlibatan siswa, dan ketersediaan informasi yang jelas tentang
materi pelajaran patut disyukuri untuk ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Hasil belajar kognitif biologi di kelas XI IPA SMA N 14 Medan Isi sistem
ekskresi yang diajarkan menggunakan paradigma pembelajaran berbasis
proyek sangat baik, dengan nilai postes rata-rata 82,42.
2. Siswa kelas XI IPA SMA N 14 Medan yang diinstruksikan tentang sistem
ekskresi tanpa menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis proyek
memiliki hasil yang jauh lebih buruk, dengan skor postes rata-rata 75,96
dalam hal indikator dan aspek domain kognitif C3-C6.
3. Penggunaan model pembelajaran berbasis proyek mempengaruhi hasil
belajar kognitif siswa; Pada saat uji t dihitung pada data nilai postes, maka
nilai t_hitung pada data postes yang diperoleh adalah 3,1276 > 1,9977;
menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis proyek (PjBL)
memiliki dampak yang lebih kuat dibandingkan pembelajaran tanpa
menggunakan metode pembelajaran berbasis proyek.c
Saran
46
47