Anda di halaman 1dari 42

TUGAS PRAKTEK 3

PDGK4501 / PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING


DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III DI SD
NEGRI 5 KEPAU BARU

NAMA : YUNI KARTIKA

NIM : 856444105

POKJAR: SELATPANJANG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UPBJJ – UT PEKANBARU

UNIVERSITAS TERBUKA

2023
PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III DI SD

NEGRI 5 KEPAU BARU

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan proses yang bersifat (a purely internal event) yang

dapat dilihat dengan nyata. Proses itu terjadi dalam diri seseorang yang sedang

mengalami proses belajar. Educational Psycology: A Realistis Approach

mengemukakan arti belajar dengan kata-kata yang singkat yaitu “Learning is

development of new assocation as a result of exprience”.

Belajar adalah prosesnya yang terjadi secara internal di dalam invidu dalam

usahanya memperoleh hubungan-hubungan baru bukan tingkah laku yang tampak.

Hubungan-hubungan baru tersebut dapat berupa antara perangsang-perangsang,

antara reaksi-reaksi, atau antara perangsang dan reaksi.

Pembelajaran adalah suatu sistem yang dimana menyangkutkan hal hal yang

saling berinteraksi satu dengan lainnya dan melakukan kerjasama agar tercapainya

sebuah tujuan siswa dan sekokah. Di setiap kegiatan belajar kesiapan siswa dalam

megikuti pelajadan sangat diperlukan baik secara belajar individu maupun belajar

kelompok. Belajar memerlukan kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas


saat belajar secara individu maupun secara kelompok, kesiapan yang terpenting

adalah kesiapan fisik dan mental nya siswa.

Kesiapan mental siswa akan mempengaruhi dalam proses menerima

pelajaran yang dapat berakibat ke dalam hasil belajar siswa. Seperti kesiapan, Nilai

siswa, bakat, minat, perhatian dan konsentrasi siswa. Dimulai dari hal terkecil

seperti kegaduhan di dalam kelas mengakibatkan tingkat perhatian dan konsentrasi

siswa menurun atau bahkan hilang sama sekali.

Dalam Konsentrasi belajar sangat diperlukannya fokus atau tingkat

pemusatan pikiran di dalam suatu objek yang ada di hadapannya, yang sedang

dipelajari dengan cara menghalau seluruh fikiran selain pada objek yang di

fokuskan. Konsentrasi siswa bisa di peroleh jika pengajaran dan kesesuain minat

siswa tersesuaikan. Oleh karena itu konsentrasi siswa menjadi prioritas guru dalam

mengajar.

Ciri-ciri anak yang dapat berkonsentrasi dalam belajar, Konsentrasi di

klasifikasikan berdasarkan beberapa aspek:

a) Perilaku kognitif, yaitu perilaku yang menyangkut masalah pengetahuan,

informasi, dan masalah kecakapan intelektual. Pada tahap ini anak memiliko

konsentrasi yang ditandai :

1. Kesiapan ingatan trntang pengetahuan yang diperolehnya. pengetahuan yang

dapat segera muncul bila diperlukan,

2. Pandai mengaplikasikan tentang informasi yang didapat

3. Mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh,

4. Mampu mengadakan analisis dan sintesis pengetahuan yang diperoleh.


b) Perilaku afektif, yaitu perilaku yang berupa sikap dan apersepsi. Pada perilaku

ini, anak yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditandai dengan:

1. adanya penerimaan yaitu tingkat perhatian tertentu

2. Tanggapan, yaitu kemauan untuk menanggapi yang diajarkan,

3. Mampu mengemukakan pendapatnya sendiri tanoa malu dan takut salah.

c) Tindakan psikomotor.pada perilaku ini ditandai dengan :

1. Gerak anggitan badan yang sesuai denflgan apa petunjuk guru,

2. Tindakan komunikasi antar sesama siswa dan juga guru baik secara expresi

muka maupun gerakan bdan yang memiliki arti.

d) Pelafalan bahasa, pada tahap ini anak yang memiliki konsentrasi tinggi ditandai

dengan aktifnya dia berbahasa dan terkoordinir dengan benar.

Konsentrasi belajar sangat penting untuk proses pembelajaran.

Meningkatkan hasil belajar dan aktifitas siswa. Di dalam penelitian ini ditemukan

permasalahan tentang kurangnya konsentrasi siswa dalam memperhatikan

pelajaran.

Didalam konsentrasi belajar dapat terjadi penurunan konsentrasi baik secara

internal dan eksternal. Yang mengakibatkan terhambatnya perkembangan dan hasil

akhir siswa. Dalam hal ini guru memiliki peran untuk mengetahui, memahami, dan

memberikan solusi tentang pemahaman siswa tentang pelajaran yang di dapatkan.

Berdasarkan pengamatan dan temuan hasil evaluasi yang dilakukan oleh

peneliti, diperoleh suatu permasalahan dalam pembelajaran di kelas III SDN Kepau

Baru. Dimana guru hanya ceramah, sedangkan siswa hanya mendengar dan

mencatat apa yang dikatakan guru. Dalam hal ini pembelajaran hanya diarahkan
pada kemampuan anak untuk menghafal informasi tanpa dituntut untuk memahami

informasi yang di ingatnya itu dan menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

Selain itu juga siswa di dalam kelas hanya duduk, diam dan mendengar

penjelasan dari guru saja. Selain itu terlihat juga siswa sibuk dengan urusanya

sendiri yaitu membolak balikkan buku tanpa dibaca dan ada yang asyik bicara

dengan temannya, sehingga pada saat guru mengajukan pertanyaan siswa kurang

menanggapi. Hal ini membuat proses pembelajaran menjadi membosankan dan

siswa menjadi kurang aktif.

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa dari 27 siswa yang berhasil

mendapatkan nilai diatas KKM hanya 12 siswa, dan 15 siswa masih dibawah

KKM, sedangkan KKM yang ditetapkan adalah 70,00. Nilai hasil observasi yang

dilakukan peneliti dimana siswa tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) yang berlaku disekolah mendapat persentase 44,4%, sedangkan suatu

pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa secara klasikal telah belajar tuntas

dengan ketuntasan belajar mencapai 80 % dari seluruh jumlah siswa.

Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti mencoba menerapkan

pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam pembelajaran tematik

tema lingkungan yang mamadukan antara mata pelajaran matematika, bahasa

Indonesia, IPA, sbdp. Peneliti memiih pendekatan CTL sebab CTL (Contextual

Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya


dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat (Blanchard dalam Julianto,dkk 2011:75).

Melalui model pembelajaran CTL ini dengan harapan sebagai pemecahan

masalah yang berkaitan dengan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik di

kelas III pada tema “Perkembangbiakan Hewan dan Tumbuhan” subtema

“Perkembangbiakan Tumbuhan”, dan supaya dapat memberikan salah satu

alternatif upaya meningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik yang

selama ini dikeluhkan terutama yang berkaitan dengan ketidak berhasilan

pembelajaran tematik dikelas III.

Didalam kelas 3 di SD Negri 5 Kepau Baru masih terjadi adanya siswa yang

melamun di dalam kelas, siswa tidak fokus terhadap guru, siswa tidak memahami

pembelajaran yang mengakibatkan siswa tidak bisa mengerjakan soal dengan baik,

bahkan ada siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat pembelajaran

berlangsung. Hal seperti ini akan sangat berpengaruh terhadap nilai mata pelajaran

tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah Bagaimana cara Menerapkan Model Contextual Teaching And Learning

Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Di Sd Negri 5 Kepau Baru?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dibuatnya penelitian ini

adalah umtuk mengetahui bagaimana cara Menerapkan Model Contextual Teaching

And Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Di Sd Negri 5

Kepau Baru.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukkannya penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi siswa

Penelitian ini bermanfaat bagi siswa untuk meningkatkan konsentrasi dan

hasil belajar, aktivitas, minat belajar pada mata pelajaran tematik dan

meminimalisir kesalahan atau miskonsepsi siswa dalam memahami materi.

2. Bagi Guru

Menjadi sebuah bahan evaluasi pembelajaran untuk menyelesaikan

masalah tentang kurangnya konsentrasi siswa dalam pembelajaran,

aktivitas, minat, dan interaksi siswa. Sehingga siswa dapat memahami

materi dan menghasilkan nilai yang diatas KKM. Bahkan menjadikan siswa

yang memiliki tujuan sesuai yang diinginkan oleh guru dan sekolah.

3. Bagi sekolah

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan mutu sekolah, dan

dapat meningkatan kualitas sekolah di mata masyarakat agar menjadi lebih

baik.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. HASIL BELAJAR

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yan

membentukannya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product

menunjukan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau

proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungisional).

Hasil produksi adalah perolehan yang didapat karena adanya kegiatan

mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished goods). Hasil

belajar yaitu kemampuan manangkap makna atau arti dari sesuatu yang

dipelajari.

Penerapannya mampu menerapkan ilmu pengeahuan yang dipelajari

dalam suatu situasi. al yang sama berlaku untuk menghasilkan pembangunan,

termasuk hasil belajar. Dalam siklus input-proses-hasil, hasil dapat dengan

jelas dibedakan dengan input akibat perubahan oleh proses. Begitu pula dalam

kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah

perilakunya dibanding sebelumnya.

Hasil belajar adalah kegiatan yang menghasilkan makna dari apa yang

dipelajarinya. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan

perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan

perolehan yang menjadi hasil belajar.

Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusiaberubah

dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada tujuan

pengajaran yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik”.


Perubahan perilaku akibat kegiatan belajar mengakibatkan siswa

memiliki penguasaan terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam

kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran. Pemberian

Tekanan penguasaan materi akibat perubahan dalam diri siswa setelah belajar.

Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas

sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu

didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat berupa

perubahan dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Dimana kognitif mencakup: knowledge (pengetahuan, ingatan),

comprehension (pemahaman, menjelaskan), application (menerapkan),

Analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis

(pengorganisasikan, merencanakn), evaluating (menilai).

Afektif mencakup: receiving (sikap menerima), responding (memberi

respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization

(karakteristik). Psikomotorik mencakup: initiatory, pre-routine, rountinized,

keterampilan produktif. Hasil belajar kelas harus dapat dilaksanakan ke dalam

situasi-situasi di luar sekolah. Dengan kata lain, murid dapat mentrasfer hasil

belajar itu kedalam situasi-situasi yang sesungguhnya di dalam masyarakat.

Tentang transfer hasil belajar, setidak-tidaknya kita akan menemukan 3

teori yaitu: teori disiplin formal (the displin theory), teori unsur-unsur yang

identik (the identical element theory), teeori generalisasi (the generalization

theory).
B. Pembelajaran Kontekstual

Pikiran seseorang akan dipengaruhi oleh konteks di mana dia hidup dan

berada. Misalnya seorang anak yang sehari-harinya hidup di kota ketika diminta

untuk mengambilkan telur akan menuju ke lemari es (kulkas). Lain halnya dengan

seorang anak yang sehari-harinya hidup di desa pertanian akan menuju ke kandang

ayam. Respon kedua anak tersebut berbeda sebab mereka memiliki konteks yang

berbeda. Dalam konteks kota, pikiran anak akan tertuju pada lemari es (kulkas)

ketika berpikir tentang telur sedangkan dalam konteks desa pertanian pikiran anak

tertuju pada kandang ayam ketika berpikir tentang telur. Berdasarkan uraian

tersebut di datas, konteks berarti hal-hal yang berkaitan dengan ide-ide atau

pengetahuan awal seseorang yang diperoleh dari berbagai pengalamannya sehar-

hari. Oleh karena itu, kontekstual berarti berkaitan dengan atau bersifat konteks.

Dengan mengaitkan materi pelajaran (instructional content) dengan konteks

kehidupan dan kebutuhan siswa akan meningkatkan motivasi belajarnya serta akan

menjadikan proses belajar mengajar lebih efisien dan efektif. Pendekatan belajar ini

disebut pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning). Proses belajar

kontekstual terjadi dalam situasi kompleks dan hal ini berbeda dengan pendekatan

behaviorist yang lebih menekankan pada latihan. Menurut Nurhadi dalam

Mundilarto (2004: 70) contextual teaching and learning merupakan konsep belajar

mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan di kelas

dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupannya sebagai

individu, anggota keluarga, dan masyarakat.


1) Pendekatan kontekstual sebenarnya berakar dari pendekatan

konstruktivistik yang menyatakan bahwa seseorang atau siswa

melakukan kegiatan belajar tidak lain adalah membangun pengetahuan

melalui interaksi dan interpretasi di lingkungannya. Pengetahuan yang

berasal dari pengalaman dan konteks dibangun oleh siswa sendiri bukan

oleh guru. Menurut Priyatni dalam Krisnawati dan Madya (2004: 56)

pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan metode

kontekstual memiki karakteristik sebagai berikut:

Pembelajaran yang dilaksanakan dalam konteks yang otentik, artinya

pembelajaran diarahkan agar siswa memiliki keterampilan dalam

memecahkan masalah nyata yang dihadapi.

2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengerjakan tugas tugas yang bermakna.

3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman

bermakna kepada siswa.

4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok , berdiskusi, dan

saling mengoreksi.

5) Kebersamaan, kerjasama, dan saling memahami satu dengan yang lain

secara mendalam merupakan aspek pembelajaran yang

menyenangkan.

6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif dan

memetingkan kerjasama.

7) Pembelajaran dilaksanakan dengan cara menyenangkan.


Mardapi (2004: 14) mengemukakan bahwa kegiatan dan strategi yang

ditampilkan dalam pembelajaran kontekstual dapat berupa kombinasi dari kegiatan

berikut:

1) Pembelajaran autentik, yaitu pembelajaran yang memungkinkan siswa

belajar dengan konteks yang bermakna, sehingga menguatkan berpikir

dan keterampilan memecahkan masalah-masalah penting dalam

kehidupan di masyarakat.

2) Pembelajaran berbasis inquiri, yaitu memaknakan strategi pengajaran

dengan metode-metode sains, sehingga diperoleh pembelajaran yang

bermakna.

3) Pembelajaran berbasis masalah, yaitu pendekatan pembelajaran yang

menggunakan masalah-masalah yang ada di dunia nyata atau

disekelilingnya sebagai konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis

dan keterampilan memecahkan masalah, dan untuk memperoleh konsep

utama suatu mata pelajaran.

4) Pembelajaran layanan, yaitu metode pembelajaran yang

menggabungkan layanan masyarakat dengan struktur sekolah untuk

merefleksikan layanan, menekankan hubungan antara layanan yang

dialami dan pembelajaran akademik di sekolah.

5) Pembelajaran berbasis kerja, pendekatan pembelajaran yang

menggunakan konteks tempat kerja, dan membahas penerapan konsep

mata pelajaran di lapangan.


Lebih lanjut Mardapi (2004: 14) menjelaskan bahwa ada beberapa prinsip

dasar yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu sebagai

berikut:

1) Menekankan pada pemecahan masalah (problem solving)

2) Mengenal kegiatan mengajar terjadi pada berbagai konteks seperti

rumah,

masyarakat, dan tempat kerja (multiple contex)

3) Membantu siswa belajar bagaimana memonitor belajarnya sehingga

menjadi

individu mandiri (self-regulated learned)

4) Menekankan pengajaran dalam konteks kehidupan siswa (life skill

education)

5) Mendorong siswa belajar dari satu dengan yang lainnya dan belajar

bersamasama (cooperative learning)

6) Menggunakan penilaian autentik (authentic assessment)

Prinsip kegiatan pembelajaran kontekstual di atas pada dasarnya diarahkan

agar siswa dapat mengembangkan cara belajarnya sendiri dan selalu mengaitkan

dengan apa yang ada di masyarakat, yaitu aplikasi dari konsep yang dipelajarinya.

Sementara itu, menurut Yulaelawati (2004: 119) dijelaskan bahwa dalam

proses pembelajaran secara kontekstual, peserta didik akan melalui satu atau lebih

bentuk pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

1) Relating (mengaitkan): belajar dalam konteks menghubungkan atau

mengkaitkan pengetahuan baru dengan pengalaman hidup.


2) Experience (mengalami): belajar dalam konteks penemuan (dicvovery),

dan penciptaan (invention).

3) Applying (mengaplikasikan): belajar dalam konteks bagaimana

pengetahuan atau informasi dapat digunakan dalam berbagai situasi.

4) Cooperating (bekerja sama): belajar dalam konteks menghubungkan

atau

mengkaitkan pengetahuan baru dengan pengalaman hidup, dengan cara

bersma-sama.

5) Transferring: belajar dalam konteks pengetahuan yang ada atau

membina dari apa yang sudah diketahui.

Menurut Nurhadi (2002: 10) sebuah kelas dikatakan menggunakan

pendekatan kontekstual, jika menerapkan tujuh komponen utama contextual

teaching and learning berikut, yaitu:

1) Konstruktivistik (constructivism), mengembangkan pemikiran bahwa

siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,

menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan

keterampilan barunya.

2) Menemukan (inquiry), laksanakan sejauh mungkin kegiatan inqury

untuk semua topik.

3) Bertanya (questioning), kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan

bertanya.

4) Masyarakat belajar (learning community), ciptakan masyarakat

belajar dengan membentuk kelompok-kelompok belajar.

5) Pemodelan (modeling), hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.


6) Refleksi (reflection), lakukan refleksi di akhir pertemuan.

7) Penilaian yang riil (authentic assessment), lakukan penilaian yang

sebenarnya dengan berbagai cara.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negri 5 Kepau Baru yang beralamat
di Jl. Utama Kampung Baru Dusun III, Desa Kepau Baru, Kecamatan
Tebing Tinggi Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti.

B. Waktu Penelitian
Waktu dilakukannya penelitian ini adalah pada Semester Ganjil
Tahun Ajaran 2022/2023, yaitu pada Juli hingga Desember 2022.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian


Jenis Bulan
Kegiatan Jul Agustu Septembe Oktob Novembe Desembe
i s r e r r
Persiapan
Penilaian
Siklus
Pembahasa
n Antar
Siklus
Pembuatan
Laporan
Sumber: Olahan Peneliti

C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini kelas III semester genap tahun pelajaran
2018/2019. Dengan jumlah 27 siswa. Karakter kemampuan siswa bervariasi
dengan pemberdayaan siswa laki-laki berjumlah 14 dan siswa perempuan 13
orang.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri
dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan refleksi. Waktu yang dilakukan
dalam tiap siklusnya adalah tiga kali pertemuan. Secara lebih rinci prosedur
penelitian untuk tiap siklus adalah sebagai berikut:

1. Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap ini membuat persiapan mengajar yaitu:
1) Membuat rencana pembelajaran dengan metode Contextual
Teaching and Learning (CTL)
2) Menyusun soal tes hasil belajar.
3) Menyusun lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa selama
pembelajaran berlangsung.
4) Menyusun lembar observasi pengelolaan pembelajaran

b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang
ditentukan.Tindakan ini untuk memperbaiki keadaan atau tkegiatan
pembelajaran di kelas. Langkah yang akan dilakukan pada proses
pembelajaran dikelas adalah:

1) Kegiatan awal
a) Guru mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dengan seksama.
b) Mengkondisikan siswa untuk belajar.
c) Memberikan apersepsi untuk menggali pengetahuan awal
siswa.
d) Memberikan motivasi.
e) Menyampaikan tujuan pembelajaran sesuai indikator.
2) Kegiatan Inti
Pada kegiatan ini peneliti menyampaikan:
a) Menyampaikan materi menggunakan metode Contextual
Teaching and Learninng (CTL) dengan materi yang akan
disampaikan setahap demi setahap. Menggali konsep siswa dan
menghubungkan konsep yang benar.
b) Meminta siswa untuk membentuk kelompok heterogen.
c) Membimbing siswa melakukan kegiatan belajar dalam
kelompok untuk menemukan konsep baru tentang materi yang
dipelajari melalui media gambar yang diberikan oleh guru.
d) Sehingga siswa dapat mengaitkan antara materi dengan
kehidupan sehari-hari, meminta siswa untuk menyampaikan
hasil wawancara, diskusi dan pengamatan dalam bentuk
laporan dengan presentasi didepan kelas.
e) Mengecek pemahaman siswa dengan memberi umpan balik,
apakah siswa sudah dapat melakukan tugas dengan baik dan
memberi penguatan mengenai konsep yang telah didapat.

3) Kegiatan Akhir
a) Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa.
b) Melaksanakan tindak lanju dengan memberikan arahan,
kegiatan, atau tugas sebagai bagian pengayaan.

c. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang
proses pembelajaran yang dilakukan guru sesuai dengan tindakan
yang telah disusun. Melalui pengumpulan informasi, observasi
dapat mencatat berbagai kelemahan dan kekuatan yang dilakukan
guru dalam melaksanakan tindakan, sehingga hasilnya dapat
dijadikan masukan ketika guru melakukan relfleksi untuk
penyusunan rencana ulang memasuki putaran atau siklus
berikutnya.

d. Refleksi
Refleksi adalah aktivitas melihat berbagai kekurangan yang
dilaksanakan guru selama tindakan. Refleksi dilakukan dengan
menganalisis hasil tes dan obsevasi serta menentukan
perkembangan kemajuan dan kelemahan yang terjadi sebagai dasar
perbaikan pada siklus berikutnya.

2. Siklus II
Hasil refleksi I digunakan dalam perbaikan dan
pengembangan tindakan pada siklus II. Pelaksanaan tindakan siklus II
pada dasarnya adalah untuk membuktikan apakah terjadi perubahan dan
peningkatan aktivitas dan hasil belajar setelah siswa memperoleh tindakan
pada siklus I.
Langkah-langkah penelitian yang dilakukan pada siklus
kegiatan dapat divisualisasikan dalam bentuk gambaran sebagai berikut:
Gambar 3.1
Bagan Tahapan Penelitian Tindakan Kelas

Sumber: Olahan Peneliti


E. Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan
kuantitatif. Untuk variabel metode berupa data kualitatif sedangkan variabel
hasil belajar merupakan data kuantitatif.
Untuk mengumpulkan data yang diinginkan dan diperlukan maka
dalam penelitan ini menggunakan teknik:
1. Tes
Tes pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa dalam
aspek kognitif (C1, C1, C2, C6). Melalui post test sebagai alat ukur dalam
proses evaluasi tes harus memilki dua kriteria, yaitu kriteria validitas dan
realibilitas. Tes sebagai suatu alat ukur dikatakan memilki tingkat validitas
seandainya dapat mengukur apa yang dapat diukur. Tidak dikatakn tes
memilki tingkat validitas seandainya yang hendak diukur kemahiran
mengoperasikan sesuatu tetapi yang akan digunakan adalah tes tertulis
yang mengukur keterpahaman suatu konsep. Tes memilki tingkat reabilitas
atau keandalan jika tes tersebut dapat menghasilkan informasi yang
konsisten.

2. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati
setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat
observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti. Hal yang akan
diamati antara lain yaitu: proses pembelajaran dengan metode CTL
(Contextual Teaching and Learning), dan hasil belajar aspek psikomotorik
(P2, P4, P4, P5).
Disamping itu observasi juga dapat digunakan mendapatkan
informasi atau data tentang keadaan, kondisi tertentu, kondisi kelas, kantor,
sekolah dan lain sebagainya, maka menggunakan observasi ,merupakan
teknik yang tepat, sebab peneliti dapat melihat secara langsung objek yang
ingin diteliti tanpa melalui perantar yang mungkin bisa melebih-lebihkan atau
mengurangi data sebenarnya
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya manumental dari
seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan seperti buku-buku, majalah,
dokumen, peraturan, dan sebagainya.
Hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih dapat
dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan disekolah, ditempat
kerja, dan dimasyarakat. Tetapi perlu dicermati tidak semua dokumentasi
memiliki kredibilitas yang tinggi.

F. Teknik Analisis Data


Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan metode CTL dilakukan
perhitungan rata-rata dan persentasi hasil belajar siswa:

a) Untuk mengitung nilai rata-rata dengan rumus:


∑ 𝑥𝑖
𝑥=
𝑛
Keterangan:
𝑥 = nilai rata-rata siswa
∑ 𝑥𝑖 = jumlah nilai siswa
𝑛 = jumlah siswa

b) Untuk menghitung persentase digunakan dengan rumus:


𝑘
𝜌= × 100%
𝑛
Keterangan:
𝜌 = persentase
𝑘 = jumlah siswa yang memperoleh nilau ≥ 70
𝑛 = jumlah seluruh siswa

G. Indikator Keberhasilan
Tindakan Kelas ini dikatakan berhasil jika menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 5 Kepau Baru pada mata
pelajaran IPA. Peningkatan hasil belajar siswa ditandai dengan tercapainya KKM
dengan nilai minimal 70 mencapai 70%.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yang dilaksanakan ketika subjek penelitian naik kelas III dimana peneliti
berkolaborasi dengan wali kelas yang bersangkutan sebagai observer.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Tematik kelas III SD Negri 5 Kepau Baru. Peneliti merancang
pembelajaran dengan menerapkan motode Contextual Teaching and Learning
(CTL). Pembelajaran dilaksanakan dalam dua siklus dimana setiap siklus
terdiri dari satu kali pertemuan.
1) Kondisi Awal
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada awal semester I
tahun pelajaran 2022/2023 hasil belajar mata pelajaran Tematik di kelas
III SDN 5 Kepau Baru Kec. Tebing Tinggi Tmur Kab. Kepulauan
Meranti, menunjukkan nilai hasil belajar siswa belum mencapai KKM
yaitu dibawah 70, selain itu terlihat masih ada siswa yang kurang fokus
dalam mengikuti pelajaran, sibuk mengobrol dengan teman sebangkunya
dan kurang aktif mengikuti pembelajaran dikarenakan metode yang
digunakan oleh guru kurang bervariasi menyebabkan siswa kurang
memahami pelajaran. Berikut adalah nilai hasil belajar siswa yang
diperoleh sebelum dimulainya pembelajaran pada Siklus I.

Tabel 4.1

Nilai Hasil Belajar Pra-Siklus

No Nama Siswa Jenis Kelamin Nilai


1 B.Y L 100
2 C.Y P 70
3 D.D L 60
4 D.N L 40
5 F.R P 50
6 G.Y P 70
7 G.Z L 60
8 H.N P 50
9 I.A L 70
10 I.I.R L 60
11 K.P P 70
12 L.N.Z P 60
13 L.U L 80
14 M.Y.P P 90
15 N.M.S L 60
16 P.T L 60
17 P.U P 70
18 R.K P 30
19 R.R P 60
20 S.I.L L 60
21 S.S P 70
22 T.H L 80
23 T.G L 60
24 T.P.K P 50
25 U.T.K L 90
26 U.Y L 80
27 Y.K P 60
RATA-RATA 65,18
Sumber: Olahan Peneliti
Tabel 4.2

Rekap Hasil Belajar Pra Siklus

No Nilai Jumlah Siswa Persentase


1 100 1 3,7%
2 90 2 7,4%
3 80 3 11,1%
4 70 6 22,2%
5 60 10 37%
6 50 3 11,1%
7 40 1 3,7%
8 30 1 3,7%
Sumber: Olahan Peneliti

Berdasarkan tabel di atas, terdapat dari 27 siswa, terdapat 12 siswa


yang telah memenuhi KKM dengan 1 siswa yang mendapatkan nilai 100
(3,7%), 2 siswa dengan nilai 90 (7,4%), 3 siswa dengan nilai 80 (11,1%) dan
6 siswa dengan nilai 70 (22,2%) namun hal tersebut cukup untuk memenuhi
KKM nilai rata-rata kelas karena terdapat 15 siswa yang belum memenuhi
KKM. Diantaranya 10 siswa mendapat nilai 60 (37%), 3 siswa mendapat
nilai 50 (11,1%), 1 siswa mendapat nilai 40 (3,7%) dan 1 siswa mendapat
nilai 30 (3,7%).

Tabel 4.3
Data Hasil Belajar Siswa Pra-Siklus
No Indikator Nilai
1 Nilai Rata-Rata 65,18
2 Nilai Tertinggi 100
3 Nilai Terendah 30
4 Tingkat Ketuntasan 44,4%
Sumber: Olahan Peneliti
Nilai rata-rata yang dipperoleh dari seluruh siswa adalah 65,18
dengan tingkat ketuntasan 44,4%. Nilai terendah yang diperoleh adalah 30
dan nilai tertinggi yang diperoleh adalah 100.

2) Siklus I
a) Perencanaan
Pada tahap ini peneliti merencanakan penerepan motode CTL
dalam proses pembelajaran. Hal-hal yang dilakukan dalam perencanaan
adalah sebagai berikut.
1. Menentukan materi pokok bahasan. Materi pelajaran yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah Tema 1 yaitu
“Perkembangbiakan Tumbuhan Dan Hewan” Subtema 2
“Perkembangbiakan Tumbuhan”.
2. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
3. Menyiapkan media dan bahan ajar yang mendukung
penggunaan metode pembelajaran seperti gambar
perkembangbiakan tumbuhan, biji-bijian dan stik es krim.
4. Mempersiapkan sumber belajar seperti buku pelajaran Tematik
SD/MI Kelas III dan buku-buku yang relevan.
5. Membuat perangkat evaluasi, dalam mempersiapkan perangkat
didasarka pada pembuatan kisi-kisi soal. Banyaknya soal pada
siklus ini adalah 5 soal berbentuk pilhan ganda dan 5 soal
berbentuk essay, yang akan diujikan akhir siklus (postest).
6. Membuat alat pengumpulan data berupa lembar observasi
kegiatan (guru dan siswa) dalam pembelajaran.

b) Pelaksanaan
Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Senin, 11 Maret, 2019
dilakukan selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Dengan materi
“Perkembangbiakan Hewan Dan Tumbuhan” subtema
“Perkembangbiakan Tumbuhan” dengan metode Contextual
Teaching And Learning (CTL). Adapun langkah-langkah
pembelajaran sebagai berikut:
1. Pendahuluan
Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa
berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing.
Kemudian guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi
lembar kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi
dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan
pembelajaran. Setelah itu Menyanyikan lagu wajib nasional
”Garuda Pancasila” dan Menginformasikan tema yang akan
dibelajarkan yaitu tentang ” Perkembangbiakan Tumbuhan”.

2. Kegiatan Inti
Pada kegiatan ini, guru membagi siswa menjadi 5
kelompok. Guru membuka pelajaran dengan mengenalkan
subtema 2, yaitu Perkembangbiakan Tumbuhan sambIL
mengajak siswa memperhatikan gambar yang telah ditempel
di papan tulis untuk menunjukkan dan mengamati bentuk
tunas, spora, dan umbi, dan lainnya.
Guru memberikan gambar tumbuhan beserta cara
perkembangbiakannya kepada siswa untuk di amati oleh,
Siswa pun memperhatikan dengan seksama, meskipun ada
beberapa siswa yang terlihat ribut dan mengobrol dengan
temannya bahkan berjalan kesana-kemari tanpa
menghiraukan penjelasan gurunya namun ketika di tegur
mereka akan kembali memperhatiakan gurunya.
Setelah menjelaskan materi, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan memberikan
tanggapan tentang materi yang telah disampaikan apabila ada
materi yang belum dipahami atau dimengerti oleh siswa.
Selanjutnya, setelah selesai sesi tanya jawab, guru
mempersilahkan peserta didik mengidentifikasi teks tentang
cara perkembangbiakan tumbuhan (tunas, spora dan umbi)
yang terdapat dalam buku siswa. Peserta didik membaca
tahapan perkembangbiakan tumbuhan yang terdapat dalam
buku siswa.
Kemudian guru menunjukkan beberapa contoh
tumbuhan biji-bijian sambil mempersilahkan siswa untuk
berdiskusi dan melakukan tanya jawab dengan guru. Setelah
itu guru menunjukkan karya seni yang terbuat dari biji-bijian
sambil menjelaskan tentang tumbuhan yang berkembang
biak dengan biji dan manfaat biji-bijian. Peserta didik
menuliskan alat dan bahan yang digunakan untuk membut
karya seni mozaik biji-bijian dan guru membagikan biji-
bijian yang akan dibuat menjadi mozaik kepada siswa yang
telah dibagi menjadi 5 kelompok. Peserta didik secara
berkelompok membuat karya seni mozaik sederhana yang
terbuat dari berbagai macam biji-bijian.
Setelah selesai membuat mozaik dari biji-bijian,
Peserta didik mengamati contoh penyelesaian soal
penjumlahan menggunakan teknik nilai tempat dan susun
teknik susun kebawah. Guru akan menjelaskan kepada
peserta didik tentang cara penyelesaian soal penjumlahan
dengan menggunakan tabel penjumlahan dan stik eskrim
matematika.

3. Penutup
Akhir dari pembelajaran adalah guru mengadakan
post-test terdiri dari 5 soal pilihan ganda dan 5 soal essay,
dan dikerjakan secara individu, setelah waktu habis guru
menutup pembelajaran dengan salam. Keadaan siswa pada
ketiga siklus I ini mengalami peningkatan, siswa mulai
terbiasa mengikuti proses pembelajaran dengan guru yang
baru. Siswa sudah bisa menjawab pertanyaa guru ketika
ditunjuk menjawab. Meskipun sudah mulai terbiasa
menyesuaikan diri, tetapi rencana yang telah dibuat belum
sepenuhnya tercapai.

c) Pengamatan
Setelah siswa melakukan proses pembelajaran dengan
menggunakan metode selanjutnya dilakukan penilaian hasil belajar
siswa. Penilaian terhadap hasil belajar siswa ditunjukan oleh nilai
postest yang dilakuan diakhir pertemuan pada siklus I. Adapun data
hasil belajar dapat dilihat pada tabel dibawah ini.Berikut adalah hasil
pengamatan siswa pada siklus I.

Tabel 4.4

Nilai Hasil Belajar Siklus I

No Nama Siswa Jenis Kelamin Nilai


1 B.Y L 100
2 C.Y P 90
3 D.D L 60
4 D.N L 50
5 F.R P 70
6 G.Y P 70
7 G.Z L 60
8 H.N P 50
9 I.A L 60
10 I.I.R L 60
11 K.P P 80
12 L.N.Z P 70
13 L.U L 90
14 M.Y.P P 100
15 N.M.S L 60
16 P.T L 70
17 P.U P 70
18 R.K P 40
19 R.R P 80
20 S.I.L L 60
21 S.S P 80
22 T.H L 100
23 T.G L 70
24 T.P.K P 70
25 U.T.K L 90
26 U.Y L 70
27 Y.K P 70
RATA-RATA 69,25
Sumber: Olahan Peneliti

Tabel 4.5

Rekap Hasil Belajar Siklus I

No Nilai Jumlah Siswa Persentase


1 100 3 11%
2 90 3 11%
3 80 3 11%
4 70 9 33%
5 60 6 22%
6 50 2 7%
7 40 1 4%
Sumber: Olahan Peneliti

Berdasarkan tabel di atas, terdapat dari 27 siswa, terdapat 18 siswa


yang telah memenuhi KKM dengan 3 siswa yang mendapatkan nilai 100
(11%), 3 siswa dengan nilai 90 (11%), 3 siswa dengan nilai 80 (11%) dan 9
siswa dengan nilai 70 (33%) namun hal tersebut cukup untuk memenuhi
KKM nilai rata-rata kelas karena terdapat 9 siswa yang belum memenuhi
KKM. Diantaranya 6 siswa mendapat nilai 60 (22%), 2 siswa mendapat nilai
50 (7%) dan 1 siswa mendapat nilai 50 (4%).

Tabel 4.6
Data Hasil Belajar Siswa Siklus I
No Indikator Nilai
1 Nilai Rata-Rata 69,25
2 Nilai Tertinggi 100
3 Nilai Terendah 40
4 Tingkat Ketuntasan 70%
Sumber: Olahan Peneliti

Berdasarkan Tabel di atas terlihat bahwa setelah melalui proses


pembelajaran dengan menggunakan metode Contextual Teaching and
Learning (CTL) pada siklus I, siswa yang tuntas mencapai 70% pada tes
akhir siklus I. Hasil belajar siswa telah mencapai target yaitu memenuhi
KKM 70 dengan rata-rata nilai 69,25

d) Refleksi
Dari hasil pengamatan oleh observer pada siswa kegiatan siklus
I ditemukan hal-hal sebagai berikut:
1. siswa masih kurang antusias dalam menjawab pertanyaan dari
guru, maupun mengajukan pertanyaan untuk guru terhadap
materi yang kurang di pahami karena masih canggung dengan
adanya guru baru.
2. Beberapa siswa kurang serius dalam memperhatikan penjelasan
dari guru.
3. Masih ditemukan siswa yang saling mengobrol.
4. Beberapa siswa kurang aktif dalam kerjasama dengan
kelompoknya atau berdiskusi.
5. Beberapa siswa tidak melatih diri dalam menghadapi kesulitan
belajar sehingga hasil belajar siswa masih rendah.
Namun dalam pelaksaan kegiatan pada siklus I, terdapat beberapa
kelebihan pada motode pembelajaran yang dilakukan, yaitu.

1) Siswa menjadi lebih semangat dalam belajar karena


pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas.
2) Beberapa siswa sudah mulai tertarik dengan metode belajar
yang digunakan.
Pada saat proses belajar dengan metode kontekstual tersebut, karena
berada di luar ruangan, karena hanya mendengarkan penjelasan guru pada
saat di luar ruangan, beberapa siswa terpecah konsentrasinya pada hal-hal
sekitar seperti memperhatikan kelas lain yang sedang berolahraga,
memperhatikan jalan bahkan ada beberapa siswa yang berinisiatif untuk
pergi ke kantin.

Untuk itu, perlu dilakukan perbaikan pada metode pembelajaran


tersebut yang akan dilaksanakan pada siklus II. Upaya perbaikan yang akan
dilakukan adalah dengan membuat materi yang disampaikan menjadi lebih
kontekstual, yaitu pada saat menjelaskan materi di luar kelas dengan
menunjukkan gambar, guru juga akan meminta siswa mencari hal-hal yang
berkaitan dengan materi belajar di sekitar lingkungan sekolah sehingga
dapat merangsang keingintahuan siswa dan membuat siswa lebih aktif
dalam berdiskusi dan melakukan tanya jawab.

3) Siklus II
a) Perencanaan
Pada tahap ini peneliti merencanakan penerepan motode CTL
dalam proses pembelajaran. Perencanaan materi Siklus II sama dengan
Siklus I namun pada Siklus II pemebelajaran dilakukan sepenuhnya di
luar kelas. Hal-hal yang dilakukan dalam perencanaan adalah sebagai
berikut.
1. Menentukan materi pokok bahasan Materi pelajaran yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah Tema 1 yaitu
“Perkembangbiakan Tumbuhan Dan Hewan” Subtema 2
“Perkembangbiakan Tumbuhan.
2. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) perbaikan.
3. Menyiapkan media dan bahan ajar yang mendukung
penggunaan metode pembelajaran seperti gambar-gambar
bentuk perkembangbiakan tumbuhan, biji-bijian dan stik es
krim.
4. Mempersiapkan sumber belajar seperti buku pelajaran Tematik
SD/MI Kelas III dan buku-buku yang relevan.
5. Membuat perangkat evaluasi, dalam mempersiapkan perangkat
didasarkan pada pembuatan kisi-kisi soal. Banyaknya soal pada
siklus ini adalah 5 soal berbentuk pilhan ganda dan 5 soal
berbentuk essay, yang akan diujikan akhir siklus (postest).
6. Membuat alat pengumpulan data berupa lembar observasi
kegiatan (guru dan siswa) dalam pembelajaran.

b) Pelaksanaan Siklus II
Pada pelaksanaan siklus II, pembelajaran dibagi menjadi 3
sesi yaitu, pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Materi yang
akan diajarkan pada Siklus II sama dengan materi yang diajarkan
pada Siklus I, namun pada Siklus II seluruh pemeblajaran dilakukan
di luar kelas sehingga siswa dapat lebih mengaitkan pembelajaran
dengan keadaan sekitar. Pada akhir pelajaran siswa diberikan post-
test dengan 5 soal pilihan ganda dan 5 soal essay.

c) Pengamatan
Berikut adalah hasil belajar yang diperoleh siswa pada Siklus
II.
Tabel 4.7

Nilai Hasil Belajar Siklus II

No Nama Siswa Jenis Kelamin Nilai


1 B.Y L 100
2 C.Y P 100
3 D.D L 70
4 D.N L 60
5 F.R P 70
6 G.Y P 70
7 G.Z L 70
8 H.N P 60
9 I.A L 70
10 I.I.R L 80
11 K.P P 80
12 L.N.Z P 90
13 L.U L 90
14 M.Y.P P 100
15 N.M.S L 80
16 P.T L 70
17 P.U P 70
18 R.K P 60
19 R.R P 90
20 S.I.L L 80
21 S.S P 80
22 T.H L 100
23 T.G L 80
24 T.P.K P 70
25 U.T.K L 90
26 U.Y L 70
27 Y.K P 70
RATA-RATA 78,51
Sumber: Olahan Peneliti

Tabel 3.8

Rekap Hasil Belajar Siklus I

No Nilai Jumlah Siswa Persentase


1 100 4 14,8%
2 90 4 14,8%
3 80 6 22,2%
4 70 10 37%
5 60 3 11,1%
Sumber: Olahan Peneliti

Berdasarkan tabel di atas, terdapat dari 27 siswa, terdapat 24 siswa


yang telah memenuhi KKM dengan 4 siswa yang mendapatkan nilai 100
(14,8%), 4 siswa dengan nilai 90 (14,8%), 6 siswa dengan nilai 80 (22,2%)
dan 10 siswa dengan nilai 70 (37%) namun hal tersebut cukup untuk
memenuhi KKM nilai rata-rata kelas karena terdapat 3 siswa yang belum
memenuhi KKM, yaitu terdapat 3 siswa yang memperoleh nilai 60 (11,1%)

Tabel 3.9
Data Hasil Belajar Siswa Siklus I
No Indikator Nilai
1 Nilai Rata-Rata 78,51
2 Nilai Tertinggi 100
3 Nilai Terendah 60
4 Tingkat Ketuntasan 88%
Sumber: Olahan Peneliti

Berdasarkan Tabel di atas terlihat bahwa setelah melalui proses


pembelajaran dengan menggunakan metode Contextual Teaching and
Learning (CTL) pada siklus II, siswa yang tuntas mencapai 88% pada
tes akhir siklus I. Hasil belajar siswa telah mencapai target yaitu
memenuhi KKM 70 dengan rata-rata nilai 78,51.

d) Refleksi
Berdasarkan hasil evaluasi belajar yang diperoleh, pada
siklus II siswa mendapatkan nilai yang lebih baik daripada hasil
evaluasi pada siklus I. Dapat disimpulkan bahwa siswa sangat
antusias dalam mengikuti pelajaran. Kelebihan dalam menerapkan
pembelajaran kontekstual adalah siswa mengikuti pelajaran dengan
perasaan gembira karena dapat melihat langsung jenis-jenis
perkembangbiakan tumbuhan dan jenis biji-bijian serta diberi
kesempatan untuk membuat kolase dari biji-bijian. Siswa mulai
berkonsentrasi penuh pada pelajaran yang disampaikan guru dan
siswa yang mengobrol sudah berkurang karena guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi kepada teman satu
kelompok mengenai perkembangbiakan tumbuhan. Serta siswa
menjadi sangat bersemangat dalam belajar karena guru mengajak
siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran seperti
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menempelkan
mozaik di kertas yang ditempelkan ke papan tulis secara bergiliran
dan menghitung menggunakan stik es krim.
Namun, dalam menerapkan metode pembelajaran
kontekstual, guru harus lebih kreatif dalam menyajikan materi serta
harus mempersiapkan alat peraga yang disukai siswa dan
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Namun dalam
melakukan simulasi pembelajaran ini, siswa yang biasanya sulit
berkonsentrasi di kelas menjadi fokus dan berkonsentrasi. Metode
pembelajaran kontekstual ini sangat baik diterapkan dalam
pembelajaran untuk merangsang keingintahuan siswa sehingga
rasa ingin tahu tersebut membuat siswa lebih fokus dalam belajar.
B. Pembahasan
Berikut adalah rekap hasil belajar siswa pada Pra-Siklus, Siklus I dan Siklus
II.

Tabel 4.10
Rekap Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II
No Nilai Pra-Siklus Siklus I Siklus II
1 100 1 3 4
2 90 2 3 4
3 80 3 3 6
4 70 6 9 10
5 60 10 6 3
6 50 3 2
7 40 1 1
8 30 1
Sumber: Olahan Peneliti

Gambar 4.1
Grafik Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II
30

25 10

20
3
6
15 9
6
10 10
4
4
3 6
5 3 0
2
3
3 3
2 0
1
1 1 1
0
0
100 90 80 70 60 50 40 30

Pra-Siklus Siklus I Siklus II

Sumber: Olahan Peneliti


Tabel 4.10

Data Hasil Belajar Siswa

No Hasil belajar yang diamati Pra Siklus Siklus


Siklus I II
1 Nilai rata-rata 65,18 69,25 78,51
2 Siswa yang mendapat nilai ≥ 70 12 18 24
3 Siswa yang mendapat nilai ≤ 70 15 9 3
4 Tingkat ketuntasan 44,4% 70% 88%
Sumber: Olahan Peneliti

Berdasarkan data di atas, dapat disimpilkan bahwa pada Pra-Siklus, Siklus


I dan Siklus II mengalami kenaikan. Pada Pra-Siklus, hanya terdapat 12 siswa yang
mendapat nilai di atas 70 dan 15 siswa belum memenuhi kriteria ketuntasan.
Tingkat ketuntasan siswa pada Pra-Siklus adalah 44,4%.

Pada siklus I, jumlah siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan mengalami


kenaikan menjadi 18 siswa, sementara 9 orang siswa belum memenuhi nilai ambang
batas sehingga belum memenuhi kriteria ketuntasan. Pada Siklus I tingkat
ketuntasan mencapai 70%.

Pada siklus II, siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan mencapai 88%
dengan jumlah siswa mencapai 24 orang yang telah mendapat nilai di atas 70,
sementara 3 orang siswa masih mendapat nilai di bawah 70.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa hasil belajar
siswa pada Pra-Siklus, Siklus I dan Siklus II mengalami kenaikan yang
signifikan. Pada Pra-Siklus tingkat ketuntasan siswa pada Pra-Siklus adalah
44,4%. Kemudian pada siklus I, tingkat ketuntasan naik hingga mencapai 70%.
Dan pada siklus II, siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan mencapai 88%.
Penelitian yang telah dilakukan menghasilkan temuan yaitu penerapan
pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL) yang memusatkan pembelajaran
pada kehidupan secara nyata dan sesuai kehidupan sehari-hari siswa, sehingga
peserta didik lebih mudah memahami pelajaran yang disampaikan. Selain itu,
siswa juga lebih konsentrasi memperhatikan penjelasan guru karena
memancing rasa ingi tahu siswa sehingga siswa berani bertanya, menjawab,
mengungkapkan pendapat serta berdiskusi dengan kelompok.

B. SARAN
Dengan adanya hasil penelitian ini maka saran dari peneliti adalah
sebagai berikut:
1. Bagi peserta didik kelas III SDN 5 Kepau Baru supaya lebih aktif dan lebih
giat lagi dalam proses pembelajaran karna akan lebih mudah memahami
materi yang disampaikan oleh guru sehingga dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar, karena dengan melihat nyata bentuk sebuah bahan yang
di pelajari akanlebih mudah mengingatnya.
2. Bagi pendidik dapat meningkatkan profesionalisme dalam mengelola
pembelajaran sehingga dapat terwujudnya kualitas pembelajaran, dengan
bertambahnya wawasan pengetahuan yang baru akan membuat guru lebih
terinovasi lagi dalam memilih media ataupun metode yang sesuai dengan
materi yang akan di ajarkan kepada anak didik. Supaya proses belajar
mengajar itu tidak monoton dan membosankan.
3. Bagi sekolah untuk meningkatkan mutu proses dan hasil belajar siswa.
Dan memperbaiki proses belajar mengajar guna mencapai tujuan yang di
harapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Wijaya, Candra & Syahrum. (2013). Penelitian Tindakan Kelas: Melejitkan
Kemampuan Penelitian Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Guru.
Bandung: Citapustaka Media Perintis.
Farhana, Husna & Awiria, Awiria (2019) Penelitian tindakan kelas. Jakarta:
Harapan Cerdas.
Mu'alimin & Rahmad Arofah, HC. (2014) Penelitian tindakan kelas; Teori dan
praktik. Yogyakarta: Ganding Pustaka.
Taniredja, Tukiran; Faridli, Efi Miftah & Harmianto Sri. (2013). Model-Model
Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.
Rumanta, M. (2021). Penelitian Tindakan Kelas (Edisi 2). Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka

Jurnal:
Primayana, Kadek Hengki . Lasmawan, I Wayan & Adnyana, Putu Budi. (2019).
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Berbasis Lingkungan Terhadap
Hasil Belajar IPA Ditinjau Dari Minat Outdoor Pada Siswa Kelas IV. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaan IPA Indonesia. 9(2). 72-79.
Nilasari, Elfi. Djatmika, Ery Try & Santoso, Anang. (2016). Pengaruh
Penggunaan Modul Pembelajaran Kontekstual Terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan
Pengembangan. 1(7). 1399-1404.
Afriani, Andri. (2018). Pembelajaran Kontekstual (Cotextual Teaching And
Learning) Dan Pemahaman Konsep Siswa. Jurnal Al-Muta’aliyah STAI
Darul Kamal NW Kembang keran. 1(3). 80-88.
Nurrita, Teni. (2018). Pengembangan Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa. Jurnal Misykat 3(1), 171-187.
Amir, M.F. & Kurniawan, M.I. (2016). Penerapan Pengajaran Terbalik untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa PGSD UMSIDA Pada Materi
Pertidasamaan Linier. PEDAGOGI: Jurnal Pendidikan, 5(1), 13-26.

Anda mungkin juga menyukai