Anda di halaman 1dari 20

METODOLOGI PENELITIAN

Penerapan Strategi Mind Mapping pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X-2 SMA Negeri 2 Sendawar

Dosen Pengampu
Dr. Hj. Nurlaili, M.P.

Oleh :
Frederich Pakenoni
(NIM. 2105026027)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat proses belajar mengajar hingga saat ini masih menggunakan metode
konvensional yang cenderung membuat siswa pasif dan kurang bisa memahami materi
yang telah disampaikan sehingga siswa akan lebih sibuk dengan aktivitasnya masing-
masing seperti tidak mendengarkan penjelasan guru, bicara sendiri atau membuat
kegiatan lainnya di kelas. Kemudian, masalah yang kerap kali timbul di dalam kelas
yaitu dimana materi yang telah disampaikan hanya sebagian kecil siswa yang dapat
menangkapnya, dan hanya beberapa siswa yang aktif bertanya sedangkan siswa lain
berdiam diri. Hal ini disebabkan siswa cenderung merasa bosan dengan metode yang
digunakan oleh guru dalam penyampaian materi. Terlebih lagi materi tersebut bersifat
teori dan hafalan maka dapat membuat siswa menjadi pasif dan kurang termotivasi.
Dengan adanya permasalahan tersebut maka menyebabkan hasil belajar siswa kurang
memuaskan dengan kata lain masih banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah
standar yang telah ditetapkan khususnya untuk mata pelajaran kimia pada pokok
bahasan ikatan kimia.
Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan guru kelas X-2 SMAN 2
Sendawar serta pengamatan yang dilakukakan oleh peneliti terhadap proses belajar
mengajar di dalam kelas, diperoleh keterangan bahwa para siswa kurang memahami
dengan baik materi ikatan hydrogen yang disampaikan oleh guru. Hal ini pun terbukti
ketika siswa diuji dengan seperangkat tes maka hasil yang diperoleh kurang dari
standar KKM yang telah ditetapkan. Faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar
siswa bukan hanya karena siswa kurang memahami dengan baik materi yang
disampaikan oleh guru tetapi juga disebabkan karena kurangnya kreativitas guru dalam
memilih dan menggunakan strategi dan model pembelajaran yang efektif untuk
diterapkan dalam proses pembelajaran dan lebih cenderung menggunakan model
pembelajaran yang konvensional.
Rendahnya hasil belajar siswa pada materi ikatan hydrogen tersebut membuktikan
bahwa siswa belum menguasai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Sedangkan
siswa dianggap telah menguasai tujuan pembelajaran jika nilai hasil belajar yang
diperoleh mencapai nilai minimal 70 secara individu dan secara klasikal apabila siswa
yang mampu memperoleh nilai minimal 70 sebesar 80%. Hal ini berdasarkan Kriteria
Ketuntasan Minimal yang ditetapkan oleh sekolah. Model pembelajaran yang
diterapkan dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran Mind Mapping dengan
pertimbangan bahwa model ini mampu secara efektif untuk membantu siswa
menggunakan seluruh potensi otak secara maksimum serta dapat meningkatkan daya
ingat sebesar 80%. Dalam proses belajar, emosi dalam diri siswa sangat memengaruhi
baik atau kurang baiknya hasil belajar. Model pendidikan Mind Mapping berupaya
mengombinasikan dua belahan otak yaitu otak kiri yang berkaitan dengan perihal yang
bertabiat logis (misalnya belajar) serta otak kanan yang berkaitan dengan kreatifitas.
Dengan menggunakan Mind Mapping maka akan terjadi keseimbangan kerja kedua
belahan otak sehingga siswa lebih mampu memahami materi pelajaran dengan baik,
yang mana hal ini akan meningkatkan hasil belajar siswa .
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik sebuah rumusan
masalah dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu :
“Apakah ada peningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan strategi Mind
Mapping pada pokok bahasan Ikatan Kimia”?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil
belajar siswa melalui penerapan strategi Mind Mapping pada pokok bahasan Ikatan
Kimia
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Siswa
Siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan akademik, melatih
kemampuan berbicara, sekaligus menanamkan moralitas
2. Guru
Sebagai bahan masukan bagi guru dalam memperbaiki pembelajaran di kelas.
Selain itu, dapat menambah wawasan bagi guru mengenai penggunaan strategi
pembelajaran aktif.
3. Sekolah
Sebagai masukkan untuk memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan hasil
belajar kimia secara keseluruhan di sekolah itu sendiri pada khususnya dan sekolah
lain pada umumnya.
4. Peneliti
Dapat memahami peranan guru di dalam kelas dan mengetahui permasalahan yang
sering timbul di dalam kelas. Lebih utama lagi, penulis mengetahui dengan
penggunaan strategi pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan hasil
belajar pada pokok bahasan ikatan kimia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar
Belajar pada intinya tertumpu pada kegiatan untuk mencapai suatu hasil belajar
yang sesuai dengan tujuan belajar, secara psikologis, belajar mempunyai arti sebagai
suatu proses perubahan. Perubahan yang dimaksud disini adalah perubahan dalam hal
tingkah yang merupakan hasil interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Slameto (2010) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh
seorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya, perubahan tingkah laku secara
keseluruhan yang terjadi adalah meliputi perubahan sikap, perubahan keterampilan dan
perubahan pengetahuan.
Menurut Sudarmanto (1993) belajar merupakan usaha menggunakan setiap sarana
atau sumber, baik di dalam maupun di luar pranata Pendidikan guna perkembangan
dan pertumbuhan pribadi.
Sedangkan menurut (Slameto, 2010) ciri-ciri perubahan belajar adalah
a. Perubahan terjadi secara sadar
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
f. Perubahan menyangkut seluruh aspek tingkah laku
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari
belajar adalah suatu proses kegiatan memanfaatkan segala sarana dan sumber baik di
dalam maupun di luar pranata pendidikan yang akan menghasilkan perubahan sikap,
keterampilan dan pengetahuan.
B. Ciri-ciri Belajar
Pada hakekatnya belajar menunjukkan ke perubahan dalam tingkah laku, si subjek
dalam situasi tertentu berkat pengalamannya yang berulang-ulang, dan perubahan
tingkah laku tersebut tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan kecenderungan
respon bawaan, kematangan atau keadaan temporer dari subjek (misalnya keletihan,
dan sebagainya).
Dengan pengertian tersebut, ternyata belajar sesungguhnya memiliki ciri ciri atau
karakterstik tertentu
1. Belajar berbeda dengan kematangan, misalnya anak mengalami kematangan untuk
berbicara, kemudian berkat pengaruh percakapan di sekitarnya maka dia dapat
berbicara tepat pada waktunya.
2. Belajar dibedakan dari perubahan fisik dan mental. Perubahan tingkah laku yang
dapat terjadi, disebabkan oleh terjadinya perubahan fisik dan mental karena
melakukan mengakibatkan badan menjadi letih. suatu perbuatan berulangkali yang
3. Ciri belajar yang hasilnya relatif menetap, misalnya seseorang bukan hanya
mengetahui sesuatu yang perlu diperbuat, melainkan juga melakukan perbuatan itu
sendiri secara nyata. Jadi, istilah menetap dalam hal ini perilaku itu dikuasai secara
mantap.
C. Pengertian Hasil Belajar
Setelah kegiatan belajar-mengajar selesai maka untuk mengetahui tingkat
keberhasilan yang telah dicapai siswa dalam suatu akhir pembelajaran dapat diketahui
dari hasil belajar. Untuk mengetahui hasil belajar tersebut dapat dilakukan evaluasi
taraf keberhasilan rencana dan pelaksanaan kegiatan balajar-mengajar dengan tujuan
untuk melihat sejauh mana taraf keberhasilan mengajar guru dan kemampuan siswa
dalam menyerap materi yang telah diterangkan oleh guru. Hasil belajar adalah tingkat
penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses belajar-mengajar sesuai
dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Hasil belajar yang dimaksud mencakup
bidang kognitif, afektif, dan kemampuan belajar dari seorang pelajar.
Menurut Mulyasa (2006), hasil belajar pada hakekatnya merupakan kegiatan untuk
mengukur perubahan perilaku yang terjadi. Pada umumnya hasil belajar akan
memberikan pengaruh dalam dua bentuk, yaitu: Peserta akan mempunyai perspektif
terhadap kekuatan dan kelemahannya atas perilaku yang diinginkan dan mereka
mendapatkan bahwa perilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik setahap
maupun dua tahap sehingga akan timbul lagi kesenjangan antara penampilan perilaku
yang sekarang dengan tingkat yang diinginkan. Hasil belajar merupakan prestasi
belajar peserta didik secara keseluruhan, yang menjadi indikator kompetensi dan
derajat perubahan tingkah laku yang bersangkutan. Jadi hasil belajar merupakan
perolehan akhir setelah peserta didik mengalami proses pembelajaran dalam sebuah
waktu yang telah ditentukan.
Benjamin Bloom dalam Nana Sudjana (2002) mengklasifikasikan hasil belajar ke
dalam tiga ranah, yaitu :
1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek
berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
2. Ranah afektif, berkenaan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan,
jawaban atau reaksi, penilaian, mengorganisasikan, internalisasi.
3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan refleks,
keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan, gerakan
keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpresif.
Ketiga ranah di atas, merupakan hasil belajar yang terjadi pada diri seseorang dan tiga
ranah tersebut tidak dapat untuk dipisahkan karena memiliki hubungan timbal balik
maka ketiga ranah diatas perlu diperhatikan oleh seorang pendidik dalam rangka
mengarahkan para peserta didik sesuai dengan tujuan yang diharapkan
D. Peta Pikiran (Mind Mapping)
Model Mind Mapping atau dalam bahasa Indonesia berarti peta pikiran adalah
suatu model pembelajaran menulis kreatif untuk memudahkan siswa dalam mengingat
pengetahuan dan informasi yang telah diperoleh (Ginanjar Adhi, 2019)
Dalam proses setelah penulisan selesai, catatan tertulis akan dirangkum dalam
bentuk gagasan utama yang saling berkaitan dimana gagasan utama berada di tengah
dan sub gagasan pokok menjadi cabang-cabang yang dihubungkan oleh garis. Cabang
dari sub topik dapat dikembangkan menjadi lebih detail hingga yang terkecil. Ini bisa
dianalogikan dengan cabang di pohon. Mind Mapping sebagai salah satu metode
belajar yang dirancang dengan cara memetakan informasi dalam bentuk grafis. Mind
Mapping dapat dipetakan menggunakan garis percabangan, gambar, maupun kata
kunci yang saling berkaitan dengan konsep atau ide utamanya (Ahmad, 2021).
Mind Mapping disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran adalah salah satu cara
mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Mind Mapping bisa juga
dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif. Dikategorikan ke dalam teknik kreatif
karena pembuatan Mind Mapping ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si
pembuatnya (Fadhilaturrahmi, 2017).
1. Langkah-langkah atau Sintaks Mind Mapping
Secara teknis Membuat Mind Mapping tidak terlalu sulit, cukup siapkan
selembar kertas kosong yang disusun dalam posisi landscape kemudian letakkan
topik yang akan dibahas di tengah halaman kertas dengan posisi horizontal. Coba
gunakan gambar, simbol atau kode dalam Mind Mapping yang dibuat dengan
memvisualisasikan kerja otak kiri yang bersifat rasional, numerik dan verbal, maka
bersinergi dengan kerja otak kanan yang bersifat imajinatif, emosional, kreatif dan
artistik. Dengan mensinergikan potensi otak kiri dan kanan, siswa dapat lebih
mudah menangkap dan menguasai materi pelajaran (Imas Kurniasih, 2015).
Cara termudah untuk membuat Mind Map adalah dengan menyiapkan
kertas kosong polos tanpa garis atau warna. Selanjutnya, siapkan beberapa
Ballpoint berwarna untuk menghiasi setiap kategori. Selain itu, Mind Mapping
dapat dibuat secara kreatif, seperti menggunakan kotak kategori dengan berbagai
bentuk. Garis yang digunakan untuk menghubungkan topik utama dan sub topik
juga tidak harus lurus, selain itu Anda dapat menggunakan berbagai warna yang
Anda inginkan.
2. Karakteristik Metode Pemetaan Pikiran (Mind Mapping)
Karakter otak mengambil informasi tidak secara linear melainkan dengan
cara bercampuran antara gambar, bunyi, aroma, pikiran dan perasaan. Peta pikiran
atau mind map seperti dikemukakan di atas adalah teknik pencatatan kreatif yang
berjalan tidak linear, tetapi bukan berarti pencatatan yang tidak linear adalah
termasuk catatan mind map. Perbedaan tersebut terletak pada karakteristik dan
unsur -unsurnya.
Menurut Karim (2017) keunikan metode mind map memiliki unsur dan
mind map adalah sebagai berikut: (1) Central idea, merupakan fokus pusat yang
berisi citra atau lambang masalah atau informasi yang akan dipetakan; (2) Gagasan,
setelah gagasan utama ditentukan kemudian gagasan tersebut dibiarkan mengalir
bebas tanpa penilaian; (3) Kata Kunci, setelah gagasan utama ditentukan kemudian
dikasih satu kata kunci untuk memudahkan mengingat gagasan yang telah
dipetakan; (4) Warna, warna tersebut digunakan untuk menerangi dan menekankan
pentingnya sebuah gagasan; (5 ) Gambar dan simbol, ini digunakan untuk
menyoroti gagasan dan merangsang otak untuk membentu asosiasi dan dikaitkan
dengan yang lain.
Sedangkan karakteristik metode mind map disebutkan Karim (2017)
sebagai berikut: Subyek yang menjadi perhatian mengalami kristalisasi dalam citra
sentral; Tema utama dan subyek memancar dan citra sentral sebagai cabang-
cabang; Cabang-cabang terdiri dan citra kunci atau kata kunci, kemudian dituliskan
di garis yang berasosiasi. Topik-topik dengan tingkatkepentingan yang lebih kecil
juga digambarkan sebagai cabang-cabang yang melekat pada cabang dan tingkat
yang lebih tinggi; dan Cabang-cabang ini membentuk struktur modus yang
berhubungan.
E. Materi Pembelajaran
1. Terbentuknya Ikatan Kimia
Agar dapat mencapai struktur elektron seperti gas mulia, antar unsur
mengadakan hal-hal berikut.
a. Perpindahan elektron dari satu atom ke atom lain (serah terima elektron). Atom
yang melepaskan elektron akan membentuk ion positif, sedangkan atom yang
menerima elektron akan berubah menjadi ion negatif, sehingga terjadilah gaya
elektrostatik atau tarik-menarik antara kedua ion yang berbeda muatan. Ikatan
ini disebut ikatan ion.
b. Pemakaian bersama pasangan elektron oleh dua atom sehingga terbentuk
ikatan kovalen. Selain itu, dikenal juga adanya ikatan lain yaitu:
1) Ikatan logam,
2) Ikatan hidrogen,
3) Ikatan Van der Waals.
2. Jenis-jenis Ikatan Kimia
a. Ikatan Ion (Ikatan Elektrovalen)
Ikatan ion yaitu ikatan yang terbentuk sebagai akibat adanya gaya tarikmenarik
antara ion positif dan ion negatif. Ion positif terbentuk karena unsur logam
melepaskan elektronnya, sedangkan ion negatif terbentuk karena unsur
nonlogam menerima elektron. Ikatan ion terjadi karena adanya serah terima
elektron. Atom-atom membentuk ikatan ion karena masing-masing atom ingin
mencapai keseimbangan/kestabilan seperti struktur elektron gas mulia. Ikatan
ion terbentuk antara:
1) Ion positif dengan ion negatif,
2) Atom-atom berenergi potensial ionisasi kecil dengan atom-atom
berafinitas elektron besar (Atom-atom unsur golongan IA, IIA dengan
atom-atom unsur golongan VIA, VIIA),
3) Atom-atom dengan keelektronegatifan kecil dengan atom-atom yang
mempunyai keelektronegatifan besar.
Contoh :
Ikatan antara 11𝑁𝑎 dengam 17𝐶𝑙

11𝑁𝑎 :2 8 1 → melepas 1 elektron, membentuk


𝑁𝑎+ :2 8

17𝐶𝑙 :2 8 7 ← menerima 1 elektron, membentuk


𝐶𝑙− : 2 8 8

𝑁𝑎+ + 𝐶𝑙− → membentuk ikatan ion NaCl (natrium klorida)


Sifat-sifat senyawa ion sebagai berikut.
1) Dalam bentuk padatan tidak menghantar listrik karena partikel-partikel
ionnya terikat kuat pada kisi, sehingga tidak ada elektron yang bebas
bergerak.
2) Leburan dan larutannya menghantarkan listrik.
3) Umumnya berupa zat padat kristal yang permukaannya keras dan sukar
digores.
4) Titik leleh dan titik didihnya tinggi.
5) Larut dalam pelarut polar dan tidak larut dalam pelarut nonpolar.
b. Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi antara unsur nonlogam dengan
unsur nonlogam yang lain dengan cara pemakaian bersama pasangan elektron.
Adakalanya dua atom dapat menggunakan lebih dari satu pasang elektron.
Apabila yang digunakan bersama dua pasang atau tiga pasang maka akan
terbentuk ikatan kovalen rangkap dua atau rangkap tiga. Jumlah elektron
valensi yang digunakan untuk berikatan tergantung pada kebutuhan tiap atom
untuk mencapai konfigurasi elektron seperti gas mulia (kaidah duplet atau
oktet).
Penggunaan bersama pasangan elektron digambarkan oleh Lewis
menggunakan titik elektron. Rumus Lewis merupakan tanda atom yang di
sekelilingnya terdapat titik, silang atau bulatan kecil yang menggambarkan
elektron valensi atom yang bersangkutan.
1. 1H 1 (elektron valensi 1)

2. 7N : 2, 5 (elektron valensi 5)

3. 8O : 2, 6 (elektron valensi 6)

4. 17Cl : 2, 8, 7 (elektron valensi 7)

Apabila dua atom hidrogen membentuk ikatan maka masing-masing atom


menyumbangkan sebuah elektron dan membentuk sepasang elektron yang
digunakan bersama. Sepasang elektron bisa digantikan dengan sebuah garis
yang disebut tangan ikatan.

Jumlah tangan dapat menggambarkan jumlah ikatan dalam suatu senyawa


kovalen. Pada molekul H2 di atas ikatannya disebut ikatan kovalen tunggal.
Molekul O2 terjadi dari dua atom oksigen dengan ikatan kovalen rangkap,
sedangkan pada molekul N2 terdapat tiga ikatan kovalen yang disebut ikatan
kovalen rangkap tiga.

Contoh :
Pembentukan ikatan antara 1H dengan 7N membentuk NH3 .
Senyawa NH3
7N 25

1H 1
Atom nitrogen memerlukan tiga elektron untuk
mendapatkan susunan elektron gas mulia,
sedangkan setiap atom hidrogen memerlukan
sebuah elektron untuk mempunyai konfigurasi
elektron seperti gas helium. Oleh karena itu,
setiap atom nitrogen memerlukan tiga atom
Gambar 3.1 senyawa amonia
hydrogen.
Sifat-sifat senyawa kovalen sebagai berikut.
1. Pada suhu kamar umumnya berupa gas (misal H2, O2 , N2 , Cl2 , CO2), cair
(misalnya: H2 O dan HCl), ataupun berupa padatan.
2. Titik didih dan titik lelehnya rendah, karena gaya tarik-menarik
antarmolekulnya lemah meskipun ikatan antaratomnya kuat.
3. Larut dalam pelarut nonpolar dan beberapa di antaranya dapat berinteraksi
dengan pelarut polar.
4. Larutannya dalam air ada yang menghantar arus listrik (misal HCl) tetapi
sebagian besar tidak dapat menghantarkan arus listrik, baik padatan,
leburan, atau larutannya.
Jarak antara dua inti atom yang berikatan disebut panjang ikatan.
Sedangkan energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan disebut energi
ikatan. Pada pasangan unsur yang sama, ikatan tunggal merupakan ikatan yang
paling lemah dan paling panjang. Semakin banyak pasangan elektron milik
bersama, semakin kuat ikatan dan panjang ikatannya semakin kecil/ pendek.
Contoh :
Ikatan : N−N N=N N≡N
Panjang Ikatan (Å) : 1,47 1,24 1,10
Energi Ikatan (Kj/mol) : 163 418 941
1. Ikatan Kovalen Koordinasi
Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen yang terjadi karena
pasangan elektron yang dipakai bersama berasal dari salah satu atom yang
berikatan.
Tanda (→) menyatakan sumber pasangan elektron yang dipakai bersama.
Ikatan kovalen koordinat dapat terjadi antara suatu atom yang mempunyai
pasangan elektron bebas dan sudah mencapai konfigurasi oktet dengan
atom lain yang membutuhkan dua elektron dan belum mencapai konfigurasi
oktet.
Contoh :
Senyawa 𝑆𝑂3

15𝑆 : 2, 8, 6 8𝑂 : 2, 6

Ketika membuat rumus Lewis dari asam-asam oksi (misalnya asam


sulfat/𝐻2𝑆𝑂4) lebih dahulu dituliskan bayangan strukturnya kemudian
membuat rumus Lewisnya yang dimulai dari atom hidrogen. Hal ini untuk
mengetahui jenis-jenis ikatan yang ada, antara ikatan kovalen atau ikatan
kovalen koordinat.
2. Polarisasi Ikatan Kovalen
Perbedaan keelektronegatifan dua atom menimbulkan kepolaran senyawa.
Adanya perbedaan keelektronegatifan tersebut menyebabkan pasangan
elektron ikatan lebih tertarik ke salah satu unsur sehingga membentuk dipol.
Adanya dipol inilah yang menyebabkan senyawa menjadi polar. Pada
senyawa HCl, pasangan elektron milik bersama akan lebih dekat pada Cl
karena daya tarik terhadap elektronnya lebih besar dibandingkan H. Hal itu
menyebabkan terjadinya polarisasi pada ikatan H – Cl. Atom Cl lebih
negatif daripada atom H, hal tersebut menyebabkan terjadinya ikatan
kovalen polar.
Contoh :
a) Senyawa kovalen polar: HCl, HBr, HI, HF, H2O, NH3
b) Senyawa kovalen nonpolar: H2, O2, Cl2, N2, CH4, C6H6, BF3.
Pada ikatan kovalen yang terdiri lebih dari dua unsur, kepolaran
senyawanya ditentukan oleh hal-hal berikut.
a) Jumlah momen dipol, jika jumlah momen dipol = 0, senyawanya
bersifat nonpolar. Jika momen dipol tidak sama dengan 0 maka
senyawanya bersifat polar.
Besarnya momen dipol suatu senyawa dapat diketahui dengan:

Di mana:
𝜇 = momen dipol dalam satuan Debye (D)
d = muatan dalam satuan elektrostatis (ses)
l = jarak dalam satuan cm
b) Bentuk molekul, jika bentuk molekulnya simetris maka senyawanya
bersifat nonpolar, sedangkan jika bentuk molekulnya tidak simetris
maka senyawanya bersifat polar
c. Ikatan Logam
Logam mempunyai sifat-sifat antara lain:
1) Pada suhu kamar umumnya padat,
2) Mengilap,
3) Menghantarkan panas dan listrik dengan baik,
4) Dapat ditempa dan dibentuk.
Dalam bentuk padat, atom-atom logam tersusun dalam susunan yang
sangat rapat (closely packed). Susunan logam terdiri atas ion-ion logam dalam
lautan elektron.
Dalam susunan seperti ini elektron valensinya relatif bebas bergerak dan
tidak terpaku pada salah satu inti atom. Ikatan logam terjadi akibat interaksi
antara elektron valensi yang bebas bergerak dengan inti atau kation-kation
logam yang menghasilkan gaya tarik.

Gambar 3.2 Ikatan Logam


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Definisi Konsepsional
1. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya, perubahan tingkah laku secara keseluruhan yang terjadi
adalah meliputi perubahan sikap, perubahan keterampilan dan perubahan
pengetahuan (Slameto, 2010)
2. Hasil Belajar hasil belajar pada hakekatnya merupakan kegiatan untuk mengukur
perubahan perilaku yang terjadi (Mulyasa, 2006)
3. Model Mind Mapping atau dalam bahasa Indonesia berarti peta pikiran adalah
suatu model pembelajaran menulis kreatif untuk memudahkan siswa dalam
mengingat pengetahuan dan informasi yang telah diperoleh (Ginanjar Adhi, 2019)
4. Ikatan kimia adalah suatu materi yang mengajarkan tentang ikatan ion, ikatan
kovalen, ikatan kovalen koordinasi dan ikatan logam kaitannya dengan sifat zat
(Yasthophi, 2017)
B. Definisi Operasional
1. Belajar adalah suatu proses kegiatan memanfaatkan segala sarana dan sumber baik
di dalam maupun di luar pranata pendidikan yang akan menghasilkan perubahan
sikap, keterampilan dan pengetahuan.
2. Hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan, yang
menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan tingkah laku yang
bersangkutan.
3. Mind Mapping dapat dipetakan menggunakan garis percabangan, gambar, maupun
kata kunci yang saling berkaitan dengan konsep atau ide utamanya (Ahmad, 2021)
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X-2 SMAN 2 Sendawar yang
berjumlah 32 orang.
D. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMAN 2 Sendawar pada bulan Februari 2023 hingga Mei
2023.
E. Prosedur Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat
reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan
meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih professional
(Sukidin,dkk, 2002).
Berdasarkan pendapat dari ahli di atas maka penelitian ini akan dilakukan suatu
bentuk penelitian dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki
dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga siklus.
Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Penelitian
Tindakan Kelas ini menggunakan model spiral, yang diagramnya sebagai berikut:

(Sumber: Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999)


Gambar 3.3 Alur Penelitian Tindakan Kelas
F. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan siklus (putaran) yang terdiri atas dua kali pertemuan pada
tiap siklusnya. Prosedur penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
1. Persiapan Penelitian Sebelum memasuki siklus pertama maka dilakukan persiapan
penelitian dengan tujuan untuk memperlancar penelitian ini maka telah
dipersiapkan instrumen dan penilaian.
a. Siklus 1
Siklus pertama dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan dengan waktu 2x45
menit tiap pertemuan pada sub pokok bahasan ikatan kimia pada kehidupan
sekitar
1) Tahap Perencanaan Tindakan 1
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut :
a) Mempersiapkan konsep materi yang dijadikan bahan pembelajaran
yaitu Ikatan logam
b) Membuat RPP dengan menggunakan langkah-langkah strategi
pembelajaran aktif tipe Mind Map
c) Membuat lembar observasi
d) Membuat tes tertulis
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan I
Pada tahap pelasanaan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti antara lain:
a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
b) Guru menjelaskan materi pelajaran
c) Guru membagi siswa ke dalam bentuk kelompok
d) Guru menginformasikan strategi pembelajaran yang akan digunakan
yaitu strategi pembelajaran aktif tipe Mind Map
e) Guru menjelaskan aturan pembelajaran Mind Map
f) Guru menyiapkan spidol berwarna
g) Guru mengocok semua kertas yang berisi materi dan memberikan satu
set atau lebih kartu kepada setiap tim
h) Setiap kelompok diminta untuk memilah atau memilih kartu ke dalam
satu kategori atau materi
i) Setelah semua kelompok menemukan pasangan kartu, guru meminta
setiap kelompok untuk mempresentasikan kepada siswa lainnya dan
setiap kartu yang disortir dengan benar akan mendapatkan point.
j) Klarifikasi dan kesimpulan
3) Tahap Observasi I
Tindakan observasi dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung
di kelas, dengan menggunakan teknik pengamatan yang meliputi kejadian
dan perubahan tingkah laku siswa. Kegiatan observasi ini dilakukan oleh
guru kimia kelas X di sekolah SMA Negeri 1 Samarinda yaitu Ibu Aulia
Nauli Effendy, S. Pd.
4) Tahap Refleksi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain :
a) Peneliti dan observer mendiskusikan hasil observasi
b) Merefleksikan perubahan yang terjadi.
c) Hasil analisis data dijadikan acuan dalam merencanakan perbaikan
selanjutnya
d) Masalah belum dapat diselesaikan dilanjutkan ke siklus 2
b. Siklus 2
Siklus kedua dilaksanakan dengan acuan hasil analisis kegiatan siklus pertama.
Tahap-tahap yang dilakukan pada siklus kedua sama halnya dengan siklus
pertama hanya saja yang membedakan adalah subpokok bahasan yaitu
tatanama senyawa alkana, alkena dan alkuna. Pelaksanaan siklus 2 ini
dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan dengan waktu 2x45 menit tiap
pertemuan. Bila terdapat 65% dari jumlah siswa yang mendapatkan nilai lebih
dari atau sama dengan 65 maka penelitian dihentikan dan jika terdapat kurang
dari 65% siswa yang mendapatkan nilai di bawah 65 maka dilanjutkan ke
siklus 3.
c. Siklus 3
Siklus ketiga dilaksanakan dengan acuan hasil analisis kegiatan siklus kedua.
Tahap-tahap yang dilakukan pada siklus ketiga sama halnya dengan siklus
kedua hanya saja yang membedakan adalah subpokok bahasan yaitu tentang
kesomeran. Pelaksanaan siklus 3 ini dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan
dengan waktu 2x45 menit tiap pertemuan.
G. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui instrumen:
1. Dokumentasi nilai Dokumentasi nilai ini digunakan peneliti sebagai acuan dalam
membentuk kelompok. Dimana di dalam setiap kelompok terdiri dari siswa yang
memiliki kemampuan yang berbeda sedangkan perbandingan antar kelompok
memiliki kemampuan yang sama antara kelompok yang satu dengan yang lainnya.
Dokumentasi nilai ini diperoleh dari nilai pokok bahasan sebelumnya.
2. Tes akhir Soal tes akhir siklus digunakan peneliti untuk mengetahui hasil belajar
siswa setelah terlaksana satu siklus pembelajaran. Soal tes akhir dibuat oleh
peneliti dalam bentuk pilihan ganda.
3. Pemberian tugas kelompok Pemberian tugas kelompok ini digunakan untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diberikan
sebelumnya dengan cara menyortir kartu ke dalam kategori tertentu sesuai dengan
materi pelajaran tersebut.
4. Observasi Lembar observasi digunakan untuk mengetahui tingkat aktivitas siswa
dan aktivitas guru pada saat pembelajaran berlangsung. Kegiatan observasi ini
dilakukan oleh guru kimia kelas X di sekolah SMA Negeri 1 samarinda yaitu Ibu
Aulia Nauli Effendy, S.Pd.
H. Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriftif. Data yang diperoleh
kemudian disusun, dijelaskan dan akhirnya dianalisis dengan cara mendeskripsikan
atau menggambarkan dengan menyajikan dalam bentuk persentase untuk setiap
putaran. Secara rinci analisis digunakan dalam 2 tahap,yaitu:
1. Penyajian data
Untuk analisis data menggunakan statistik deskriftif, yaitu:
a. Rata-rata
Digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam satu kelas dan untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar dengan membandingkan rata-rata skor
hasil belajar masing-masing siklus dengan menggunakan rumus:
𝑥1+ 𝑥2 + 𝑥3 + 𝑥4 ∑𝑛 𝑥𝑖
𝑥= = 𝑖=1
𝑛 𝑛
Keterangan 𝑥 = nilai rata-rata nilai akhir belajar siswa pada
setiap siklus
𝑛 = Banyaknya siswa
𝑛

∑ 𝑥𝑖
= jumlah skor seluruh siswa
𝑖=1

Untuk menghitung nilai akhir hasil belajar siswa yang diperoleh dari skor tugas
dan skor tes akhir siklus dihitung dengan menggunakan rumus:
NA = TG + Post-tes
Keterangan :
NA = Nilai hasil belajar siswa dalam satu siklus
TG = skor tugas kelompok (dengan bobot 40%)
Post-tes = Skor tes akhir siklus siswa (dengan bobot 60%)
b. Persentase
Digunakan persentase untuk menggambarkan persentase ketuntasan belajar
dalam satu siklus.
Persentase = 𝑎 × 100%
𝑏
Keterangan =
a = Banyaknya siswa yang tuntas
b = Banyaknya siswa seluruhnya
c. Grafik
Grafik digunakan untuk menggambarkan peningkatan dan persentase
ketuntasan hasil belajar kimia siswa dalam pembelajaran dengan kreativitas
guru tiap siklusnya.
2. Penarikan Kesimpulan
Setelah data diperoleh, kemudian diolah secara sistematis lalu berdasarkan data
tersebut diambil kesimpulan
I. Standar Ketuntasan Belajar-Mengajar
Berdasarkan kebijakan sekolah menetapkan bahwa nilai ketuntasan hasil belajar siswa
untuk mata pelajaran eksak adalah lebih dari atau sama dengan 65. Secara klasikal
siswa yang memperoleh nilai minimal 65 sekurang-kurangnya 65%

Anda mungkin juga menyukai