Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan pendidikan memegang peranan penting, karena pendidikan

merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

manusia (SDM). sejalan dengan dunia pendidikan yang semakin pesat, menutut

lembaga pendidikan untuk lebih dapat menyesuaikan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan, banyak perhatian khusus di arahkan kepada perkembangan dan kemajuan

pendidikan guna meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan dengan pembahruan

sistem pendidikan.

Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional

menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian dan kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pembelajaran adalah aktivitas dalam pendidikan, Proses pembelajaran sebagai

pendidikan secara formal melibatkan dua komponen yakni guru dan peserta didik.

Keduanya saling berinteraksi aktif dalam mencapai sebuah tujuan pembelajaran.

Sebagai guru, diantara kemampuan dasar yang harus dimiliki adalah dapat
mengoptimalisasikan kemampuan perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran,

Sementara peserta didik juga harus dapat merespon secara aktif apa yang telah

disampaikan oleh guru.

Keberhasilan atau kegagalan dalam proses belajar mengajar sangat tergantung dari

guru, Guru merupakan komponen yang memiliki pengaruh yang begitu besar terhadap

peserta didik. Guru dituntut memiliki langkah-langkah dalam pelaksanaan proses

pembelajaran seperti kematangan perencanaan dan strategi dalam menjalankan

tugasnya. Guru perlu memperhatikan cara pengorganisasian kelas, penyampaian materi

kepada peserta didik dan interaksi yang terjadi di dalam proses pembelajaran .Interaksi

peserta didik tidak hanya pada seorang guru saja sebagai sumber belajar, Guru harus

kreatif dalam menciptakan sumber belajar yang terdapat di sekeliling peserta didik

dengan maksimal. Dengan cara demikian diharapkan tujuan pendidikan dapat tercapai.

Dalam hal ini tentu saja diperlukan adanya tenaga pendidik yang professional yaitu

tenaga pendidik yang kreatif, menyenangkan dan dapat membangkitkan minat peserta

didik untuk aktif dalam berpikir serta mencari dan menemukan pengetahuannya sendiri,

karena pembelajaran khususnya mata pelajaran fisika masih dianggap mata pelajaran

yang sangat sulit dan membosan kan oleh peserta didik di tingkat SMP/MTs sehingga

dapat berpengaruh pada hasil belajar peserta didik itu sendri.

Pembelajaran fisika adalah salah satu pelajaran yang sangat penting dalam

pendidikan, mulai dari tingkat menengah hingga ke perguruan tinggi. Dan setiap materi
satu dengan yang lainnya saling berhubungan sehingga diperlukan pemahaman

sebelumnya untuk dapat membangun pemahaman yang baru. Bunyi merupakan materi

fisika yang termasuk dalam kurikulum KTSP pada jenjang SMP/MTs kelas VIII

semester genap.Materi bunyi seringkali kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari

sehingga materi ini tergolong materi yang mudah diterima oleh peserta didik.

Akan tetapi proses pembelajaran fisika di Mts.Alkhairaat Guraping kota tidore

kepulauan, masih terdapat kendala dimana, banyak peserta didik yang kurang

memahami dan kesulitan mempelajari pelajaran fisika khususnya pada materi bunyi.

Peserta didik hanya menghafal rumus-rumus yang diberikan oleh guru tanpa

mengetahui bagaimana rumus itu diperoleh, Menghafalkan rumus bukanlah cara yang

baik dalam belajar. Rumus-rumus yang diperoleh akan tertutupi apabila peserta didik

menemukan rumus-rumus yang baru yang sifatnya berbeda dari rumus sebelumnya,

Sehingga saat dihadapkan pada permasalahan yang lain mereka cenderung tidak dapat

menyelesaikannya. Selain pemahaman peserta didik yang kurang, ternyata dalam

proses pembelajaran guru sering menggunakan pembelajaran konvensional, Tentu saja

ini mengakibatkan pembelajaran hanya terpusat pada satu sumber belajar dan Ruang

gerak peserta didik menjadi terbatas karena tidak dapat bereksplorasi dalam belajar,

Mereka jarang sekali bertanya, menyampaikan pendapat, dan tukar pikiran dengan

sesama teman pun jarang dilakukan. Kondisi ini yang menimbulkan hasil belajar

mereka kurang dari yang diharapkan karena rasa jenuh dan rasa malas dalam diri

peserta didik. Mereka menjadi peserta didik yang pasif sehingga tidak mengherankan
kalau hasil belajar peserta didik di MTs Alkhairaat Guraping kota tidore kepulauan

khususnya di mata pelajaran fisika nilainya masih dibawah KKM.

Untuk mengatasi hal tersebut peneliti mencoba menggunakan Model

pembelajaran active learning (belajar aktif) dan diharapkan dapat membantu guru

melakukan pembelajaran yang relative mudah dipahami oleh peserta didik, dan

pembelajaran dapat berlangsung dalam situasi yang menyenangkan, sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. pembelajaran active learning

merupakan pengelolaan sistem pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif

menuju belajar yang mandiri, dan dengan belajar aktif peserta didik ikut terlibat dalam

proses belajar secara spontan, dan membantu peserta didik dalam memahami konsep

serta melatih mereka untuk dapat berkomunikasi baik dengan guru dan juga dengan

sesama temannya, dan diharapkan peserta didik terlepas dari rasa kejenuhan sehinggga

dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik MTs Alkairaat Guraping kota tidore

kepulauan pada pelajaran fisika.

Berangkat dari deskripsi inilah menarik perhatian penulis untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Pengunaan Model Pembelajaran Active Learning

Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Mts. Alkhairaat Guraping Kota Kepulauan tidore

Kelas VIII pada Konsep Bunyi”.


B. Batasan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis membatasi

masalah yang menekankan pada pengaruh model pembelajaran Active Learning untuk

meningkatkan hasil belajar peserta didik, khususnya pada konsep bunyi di kelas VIII

Mts Alkhairaat Guraping kota tidore kepulauan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Apakah pembelajaran Active Learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta

didik, khususnya pada konsep bunyi pada kelas VIII Mts.Alkhairaat guraping

kota tidore kepulauan ?

2. Berapa besarkah peningkatan hasil belajar peserta didik Mts.Alkairaat guraping

kota tidore kepulauan pada konsep bunyi melalui penggunaan model

pembelajaran Active Learning ?

D. Tujuan Penelitian

Yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik pada konsep bunyi

setelah digunakan model pembelajaran Active Learning.


2. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar peserta didik pada

konsep bunyi melalui penggunaan model pembelajaran Active Learning.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Tenaga pengajar/Guru, dapat mengetahui strategi pembelajaran yang

bervariasi yang dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran

dikelas, sehingga permasalahan-permasalahan yang dihadapi baik oleh peserta

didik, guru, dan materi pembelajaran dapat diminimalkan.

2. Bagi peserta didik, dengan menggunakan pembelajaran active learning dapat

meningkatkan hasil belajar, mengoptimalkan kemampuan berfikir, kerja sama,

tanggung jawab, dan aktivitas peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti sebagai calon tenaga pengajar khususnya

pada pelajaran fisika.

F. Devenisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam memahami variabel dalam

penelitian ini, maka perlu diberikan definisi dari variabel-variabel yang Di Maksud

yaitu :

a. Pembelajaran Active Learning


Model pembelajaran active learning merupakan bagian dari pembelajaran yang

menekankan pada keaktifan peserta didik dalam menyelesaikan masalah dan

menformulasikan pertanyaan yang dimilikinya. Model Pembelajaran active learning

juga merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan peserta didik berperan

secara aktif dalam proses pembelajaran baik dalam bentuk interaksi sesama peserta

didik maupun peserta didik dengan guru dalam proses pembelajaran tersebut.

b. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan prilaku peserta didik yang diperoleh setelah

mengikuti pembelajaran selama kurun waktu tertentu yang relatif. Hasil belajar juga

merupakan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri peserta didik, yang dapat

diamati dan diukur dalam perubahan sikap dan ketrampilan, hamalik (2002:155). Dari

pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan dan

ketrampilan yang diperoleh peserta didik setelah mengalami aktifitas belajar.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Active Learning

a. Pengertian Pembelajaran Active Learning

Model pembelajaran active learning merupakan konsep yang sulit didefinisikan

secara tegas, karena semua cara belajar itu mengandung unsur keaktifan dari peserta

didik, meskipun kadar keaktifannya berbeda, Keaktifan dapat muncul dalam berbagai

bentuk. Akan tetapi, semua itu harus dikembalikan kepada suatu karakteristik keaktifan

yang mencerminkan dari active learning itu sendiri yaitu keterlibatan intelektual,

emosional dalam kegiatan belajar-mengajar yang bersangkutan dalam pencapaian

pengetahuan, perbuatan serta pengalaman langsung terhadap baliknya (Feed Back)

dalam pembentukan ketrampilan dan penghayatan serta internalisasi dan nilai-nilai

dalam pembentukan sikap.

Bertitik tolak dari uraian di atas, maka diambil suatu kesimpulan bahwa yang

dimaksud dengan model pembelajaran active learning adalah salah satu cara atau model

pembelajaran yang menuntut keaktifan dan partisipasi peserta didik dalam setiap

kegiatan belajar mengajar seoptimal mungkin, sehingga peserta didik mampu

mengubah tingkah lakunya secara efektif dalam kehidupan sehari-hari.

b. Karakteristik Pembelajaran Active learning


Menurut Bonwell dan Eison (Machmudah,2008) pembelajaran active learning

memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh

pengajar/ guru melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran analistis

dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas.

2. Peserta didik tidak mendengarkan pelajaran secara pasif, tetapi mengerjakan

sesuatu yang berkaitan dengan materi pelajaran.

3. Siswa lebih banyak dituntut berpikir kritis menganalisa dan melakukan evaluasi.

4. Umpan balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.

c. Langkah-Langkah Pembelajaran Aktif Learning

Pembelajaran active learning dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan

semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga semua peserta didik dapat

mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang

mereka miliki. Disamping itu, dengan pembelajaran active learning dapat menjaga

perhatian peserta didik (anak) agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.

Adapun langkah-langkah model pembelajaran aktif (active learning) sebagai berikut

a. Menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai oleh pelajaran tersebut dan

memotivasi peserta didik.


b. Menyajikan Informasi khusus tentang konsep pelajaran yang akan dipelajari

kepada peserta didik.

c. Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok dan masing-masing

kelompok dibagikan kartu berisi informasi tentang konsep sesuai dengan materi

yang diajarkan.

d. Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan

tugas.

e. Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari peserta didik

dengan memberikan soal dan penjelasan.

f. Memberikan penghargaan bagi kelompok yang terbaik sesuai dengan kriteria

guru.

d. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Active Learning

1. Prinsip Motivasi

Guru hendaknya berperan sebagai pendorong, motivator, agar motif-motif yang

positif ditingkatkan dalam diri peserta didik. Ada dua jenis motivasi, yaitu motivasi

dari dalam diri anak (intrinsik) dan motivasi dari luar diri anak (ekstrinsik). Motivasi

dalam diri dapat dilakukan dengan menggairahkan perasaan ingin tahu anak, keinginan

untuk mencoba, dan hasrat untuk maju dalam belajar. Motivasi dari luar dapat

dilakukan dengan memberikan ganjaran, misalnya melalui pujian, hukuman, misalnya

dengan penugasan untuk memperbaiki pekerjaan rumahnya.


2. Prinsip Latar atau Konteks

Guru perlu meyelidiki apa kira-kira pengetahuan, perasaan, ketrampilan, sikap,

dan pengalaman yang telah dimiliki para peserta didik sebelumnya, kemudian

dihubungkan dengan bahan pelajaran baru yang hendak diajarkan guru atau dipelajari

para peserta didik. Dengan cara ini, para peserta didik akan lebih mudah menangkap

dan memahami bahan pelajaran yang baru.

3. Prinsip Hubungan Social atau Sosialisasi

Dalam belajar para peserta didik perlu dilatih untuk bekerja sama dengan rekan-

rekan sebayanya. Ada kegiatan belajar tertentu yang akan lebih berhasil jika

dikerjakan secara bersama-sama, misalnya dalam kerja kelompok. belajar mengenai

pembelajaran IPA khususnya fisika para peserta didik dapat bekerja sama, Mereka

dapat dibagi kedalam kelompok dan setiap kelompok diberikan tugas yang berbeda-

beda. Latihan bekerja sama sangatlah penting dalam proses pembentukan

kepribadian anak (Semiawan, 1992: 11).

4. Prinsip Belajar Sambil Bekerja

Peserta didik perlu diberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan nyata yang

melibatkan otot dan pikirannya. Semakin mereka bertumbuh semakin berkurang

kadar  bekerja dan semakin bertambah kadar berpikir. Dengan melalui kegiatan bekerja

peserta didik dapat mencari, dan menemukan sendiri dan tidak akan mudah dilupakan.

Hal itu akan tertanam dalam hati sanubari dan pikiran mereka. (Semiawan, 1992: 11).
5. Prinsip Pemecahan Masalah

Para peserta didik dihadapkan dengan situasi bermasalah agar mereka peka

terhadap masalah, Kepekaan terhadap masalah dapat ditimbulkan jika peserta didik

dihadapkan kepada situasi yang memerlukan pemecahan. Para guru hendaknya

mendorong mereka untuk melihat masalah, merumuskannya, dan berdaya upaya untuk

memecahkannya sejauh taraf kemampuan para peserta didik (Semiawan, 1992: 13).

e. Komponen-Komponen Active Learning

Salah satu karakteristik dari pembelajaran menggunakan model belajar aktif

adalah keaktifan siswa dan guru, Sehingga tercipta suasana belajar aktif. Menurut

(Sukandi,2003), komponen-komponen metode belajar aktif dalam proses belajar

Mengajar adalah sebagai berikut:

1) Pengalaman

Menurut (sukandi,2003) pengalaman langsung akan lebih mengaktifkan banyak

indra dari pada hanya melalui mendengarkan. Karena dengan membaca, peserta didik

lebih menguasai materi yang mereka pelajari dari pada hanya mendengarkan penjelasan

guru.

2) Interaksi
Belajar akan terjadi dan meningkat kualitasnya bila berlangsung dalam suasana

diskusi dengan orang lain, saling bertanya dan mempertanyakan, atau Saling

menjelaskan. Menurut (sukandi,2003) diskusi, dialog, dan tukar gagasan akan

membantu anak mengenal hubungan-hubungan baru tentang sesuatu yang membantu

peserta didik memiliki pemahaman yang lebih baik.

3) Komunikasi

komunikasi dalam proses belajar mengajar secara aktif sangat penting, menurut

(Sukandi,2003) pengungkapkan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tulisan,

merupakan kebutuhan setiap manusia dalam rangka untuk mencapai kepuasan.

4) Refleksi

Refleksi dapat terjadi akibat adanya interaksi dan komunikasi. Umpan balik dari

guru atau peserta didik lain terhadap hasil kerja seorang peserta didik yang berupa

pernyataan yang menantang (membuat peserta didik berpikir) dapat merupakan pemicu

bagi peserta didik untuk melakukan refleksi tentang apa yang sedang dipikirkan atau

dipelajari. (Sukandi, 2003: 11)

    Agar suasana belajar aktif dapat tercipta secara maksimal, maka diantara beberapa

komponen diatas terdapat pendukungnya, sebagaimana yang diungkapkan oleh

(Sukandi 2003: 12) antara lain:    

a. Sikap dan prilaku guru


Sesuai dengan pengertian mengajar yaitu menciptakan suasana yang

mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar peserta didik, maka sikap dan

prilaku guru hendaknya:

 Terbuka, mau mendengarkan pendapat peserta didik.

 Membiasakan peserta didik untuk mendengarkan bila guru atau peserts didik

lain berbicara.

 Menghargai perbedaan pendapat.

 Mentolelir kesalahan peserta didik dan mendorong untuk memperbaikinya.

 Memberi umpan balik terhadap hasil kerja peserta didik.

 Tidak terlalu cepat untuk membantu peserta didik.

 Tidak kikir untuk memuji dan menghargai.

 Tidak menertawakan pendapat atau hasil karya peserta didik sekalipun kurang

berkualitas, dan yang lebih penting

 Mendorong peserta didik untuk tidak takut salah dan berani menanggung resiko.

b. Ruang kelas yang menunjang belajar aktif, yaitu diantaranya:

 Berisikan banyak sumber belajar, seperti buku dan benda nyata.

 Berisi banyak alat bantu belajar, seperti media atau alat peraga.

 Berisi banyak hasil kerja peserta didk, seperti lukisan laporan percobaan, dan

alat hasil percobaan.

 Letak bangku dan meja diatur sedemikian rupa sehingga peserta didik leluasa

untuk bergerak.
f. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Active Learning

1) Keunggulannya :

 Peserta didik lebih termotivasi, dan suasana yang menyenangkan merupakan

faktor motivasi untuk peserta didik dan lebih mudah menyampaikan materi

ketika peserta didik menikmatinya.

 Setiap peserta didik bertanggung jawab untuk memutuskan apakah sesuatu hal

tepat untuk mereka dan dapat menginterprestasikan tindakan-tindakan untuk

mereka sendiri.

 Kegiatan bersifat fleksibel dan ada relevansinya, peraturan dan bahasa boleh

diubah menyesuaiakan dengan tingkat kebutuhan, sehingga peserta didik dapat

melakukan kegiatan yang relevan dengan berbagai usia kelompok yang

bervariasi dengan mengeksplorasi konsep yang sama.

 Memberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan, jika peserta didik

melakukan kesalahan yang menyebabkan kegagalan maka hentikan kegiatan

dan pikirkan alternatif dan mulai lagi kegiatannya.

2) Kelemahannya :

Di samping memiliki keunggulan, pembelajaran active learning (belajar aktif)

juga memiliki kelemahan antaranya :


 Waktu yang di sediakan untuk pembelajaran sudah ditentukan sebelumnya,

sehingga untuk kegiatan pembelajaran yang memakan waktu lama akan terputus

menjadi dua pertemuan.

 Kelas yang mempunyai jumlah peserta didik yang relative banyak akan

mempersulit kegiatan pembelajaran dengan active learning.

 Keterbatasan materi, peralatan yang digunakan untuk melakukan kegiatan

pembelajaran serta sumberdaya akan menghambat kelancaran pembelajaran

active learning.

 Pendidik takut untuk dikritik dalam mengajar dan merasa kehilangan kendali

kelas serta keterbatasan ketrampilan.

B. Belajar Dan Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi Lingkungannya (slameto, 2010).

Dari pengertian diatas terdapat kata perubahan yang berarti bahwa seseorang

setelah mengalami proses belajar, akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek

pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari yang tidak

bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari ragu-ragu menjadi yakin,

dari tidak sopan menjadi sopan. Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan yang ditampakkan dalam peningkatan kecakapan pengetahuan,

sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuan lain, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, dimana perubahan

tersebut relatif menetap dan berlangsung secara terus menerus.

2. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Anni (2004) merupakan perubahan prilaku yang diperoleh

pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar menurut Sudjana (1990)

adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman

belajarnya. Dari dua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

suatu kemampuan atau ketrampilan yang dimiliki oleh peserta didik setelah mengalami

aktivitas belajar.

Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yaitu : informasi verbal,

kecakapan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan. Sementara bloom

mengatakan bahwa tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang

yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu : kognitif, efektif dan

psikomotorik.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hakikat hasil belajar meruapakan hasil interaksi antara faktor-faktor yang

mempengaruhi Hasil belajar siswa, Faktor-faktor tersebut adalah faktor internal dan

faktor eksternal.

a) Faktor Internal

1. Faktor fisiologis yang meliputi :

 Kondisi fisik

Untuk dapat menempuh studi yang baik peserta didik perlu memperhatikan dan

Memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan fisik yang lemah dapat menjadipenghalang

Bagi siswa dalam menyalesaikan program studinya.

 Panca indra

Berfungsinya pancaindra merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung

dengan baik. Dalam sistem pendidikan dewasa ini di antara pancaindra yang

memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga. Hal ini penting karena

sebagian besar hal-hal yang dipelajari oleh manusia dipelajari melalui penglihatan dan

pendengaran.

2. Faktor psikologis yang meliputi :


 Inteligensi

Taraf inteligensi ini sangat mempengaruhi prestasi belajar perserta didik, di mana

peserta didik yang memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai peluang lebih besar

untuk mencapai yang lebih tinggi. Sebaliknya, peserta didik yang memiliki taraf

inteligensi yang rendah di perkirakan juga akan memiliki prestasi belajar yang rendah.

 Perhatian

Menurut Gazali adalah keaktifan jiwa di pertinggi, jiwa itu semata-mata Tertuju

pada suatu Perhatian obyek (benda/hal). Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik,

Maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang di pelajarinya, jika bahan

pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka akan timbulah kebosanan,sehingga ia

tidak suka lagi belajar.

 Minat

Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bahan pelajaran yang

dipelajari tidak sesuai dengan minatnya, maka peserta didik tidak akan belajar dengan

sebaik-baiknya. karena tidak ada daya tarik baginya, ia tidak memperoleh kepuasan

dari pelajaran itu. pelajaran yang menarik minat peserta didik lebih mudah dipelajari

dan disimpan.
 Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terliasasi

menjadi kecakapan sesudah belajar atau berlatih. Jika bahan yang dipelajari peserta

didik sesuai dengan Bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang

belajar dan pastilah Selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajar.

 Motivasi

Menurut (Irwanto,1997) Motivasi adalah penggerak perilaku. Motivasi belajar

adalah pendorong seseorang untuk belajar. Motivasi timbul karena adanya keinginan

atau kebutuha-kebutuhan dalam diri seseorang. Seseorang berhasil dalam belajar karena

ia ingin belajar.

 Kematangan

kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-

alat tubuhnya sudah melaksanakan kecakapan baru. Misalnya peserta didik dengan

kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk

menulis, dan otaknya sudah siap untuk berpikir abstrak.

 Kesiapan

Kesiapan adalah kesedian untuk memberi respon atau bereaksi. Kesedian itu timbul

dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena

kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan itu perlu


diperhatikan dalam proses belajar, karena jika peserta didik belajar dan sudah ada

kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

b) Faktor eksternal

Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain diluar diri siswa

yang dapat Mempengaruhi hasil belajar yang akan diraih, antara lain adalah :

1) Faktor lingkungan keluarga yang meliputi :

 Sosial ekonomi keluarga.

Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih berkesempatan

mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik, mulai dari buku, alat tulis hingga

pemilihan sekolah.

 Pendidikan orang tua.

Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi cenderung lebih

memperhatikan dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya,

dibandingkan dengan yang mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.

 Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga.

Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat berprestasi bagi

seseorang, dukungan dalam hal ini biasanya secara langsung berupa pujian atau nasihat,

maupun secara tidak langsung, seperti hubungan keluarga yang harmonis.


2) Faktor lingkungan sekolah yang meliputi :

a. Sarana dan prasarana

Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP akan membantu kelancaran

proses belajar mengajar disekolah, selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan

lingkungan sekitar sekolah dapat mempengaruhi proses belajar mengajar.

b. Kompetensi guru dan speserta didik

Kualitas guru dan peserta didik sangat penting dalam meraih prestasi, kelengkapan

sarana dan prasarana tanpa di sertai kinerja yang baik dari para penggunanya akan sia-

sia belaka, bila seorang peserta didik merasa kebutuhannya untuk berprestasi dengan

baik disekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dan tenaga pendidik

yang berkualitas, hubungan dengan guru dan teman-temannya berlangsung dengan

harmonis, dengan demikian, ia akan terdorong terus-menerus meningkatkan hasil

belajar.

c. Kurikulum dan metode mengajar

Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi tersebut kepada

peserta didik. Metode pembelajaran yang lebih interaktif sangat diperlukan untuk

menumbuhkan minat dan peran serta peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

(sarlito,1994), mengatakan bahwa faktor yang paling arif dan bijaksana adalah tegas,

memiliki disiplin tinggi, dan mampu membuat peserta didik menjadi senang akan

pelajaran, paling tidak peserta didik tersebut tidak bosan dalam mengikuti pelajaran.
3) Faktor lingkungan masyarakat yang meliputi :

a. Kegiatan siswa dalam masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan

pribadinya.

b. Teman bergaul

Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul peserta didik cepat masuk dalam jiwanya

daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik teradap diri

peserta didik, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti berpengaruh jelek

juga.

c. Bentuk kehidupan masyarakat

Kehidupan masyarakat disekitar peserta didik juga berpengaruh terhadap belajar

peserta didik. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar,

penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh

jelek kepada anak (peserta didik) yang berada di lingkungan tersebut. Sebaliknya jika

lingkungan adalah orang-orang terpelajar yang baik-baik, mereka mendidik dan

menyekolahkan anak-anaknya, antusias dengan cita-cita yang luhur akan masa depan

anaknya, pengaruh itu dapat mendorong semangat anak (peserta didik) untuk belajar

lebih giat lagi.


C. Uraian Materi Bunyi

1. Pengertian Bunyi

Dalam ilmu fisika bunyi adalah suatu getaran yang dihasilkan oleh sumber/benda

yang digetarkan, bunyi sangat erat kaitannya dengan getaran dan gelombang, bunyi

merupakan bentuk dari gelombang longitudinal. Gelombang bunyi dapat merambat

melalui zat padat, zat cair, dan gas. kuat lemahnya bunyi dipengaruhi oleh Amplitudo

dan tinggi rendahnya bunyi dipengaruhi oleh frekuensi. Adapun Syarat terdengarnya

bunyi ada 3 macam yaitu :

a. Adanya benda yang digetarkan (sumber bunyi)

b. Adanya medium (udara) atau zat perantara yang merambatkan bunyi

c. Adanya pendengar yang berada didalam jangkauan sumber bunyi

Bunyi merambat

Pendengar Sumber bunyi

Gambar : 2.1 bunyi merambat melalui zat padat (benang)


2. Cepat rambat bunyi

Cepat rambat bunyi merupakan hasil bagi jarak antara sumber bunyi dan pendengar

dengan selang waktu yang ditentukan bunyi untuk merambat, jika seseorang yang

sedang menebang pohon dari jarak yang jauh, bunyi kapak akan terdengar beberapa

saat setelah kapak menyentuh pohon hal itu dikarenakan gelombang bunyi merambat

dengan kecepatan tertentu. Secara sistematis cepat rambat bunyi dapat dihitung dengan

rumus :

S
V¿ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.2
t

keterangan : V = cepat rambat bunyi (m/s)

S = jarak tempuh (m)

t = waktu tempuh (s)

3. Frekuensi bunyi

Telinga manusia normal hanya mampu mendengar frekuensi bunyi yang berkisar

antara 20 hz sampai sampai 20.000 hz.

Bunyi berdasarkan frekuensinya dibedakan menjadi 3 macam yaitu :


 Bunyi Infrasonik adalah bunyi yang frekuensinya lebih rendah dari 20 Hz.

bunyi ini tidak dapat didengarkan oleh manusia namun dapat didengarkan oleh

hewan seperti, laba-laba, jangkrik dan lumba-lumba.

 Bunyi audiosonik adalah bunyi yang frekuensinya diantara  20 Hz - 20.000 Hz.

bunyi jenis inilah yang dapat didengarkan oleh manusia.sedangkan

 Bunyi ultrasonik adalah bunyi yang frekuensinya  yang lebih tinggi dari 20.000

Hz. bunyi ultrasonik juga tidak dapat di dengarkan manusia. hewan yang

mampu mendengarkan bunyi jenis ini adalah lumba-lumba, jangkrik, dan

anjing.

Infrasonic audiosonik ultrasonik

20 Hz 20.000 Hz

Gambar 2.2 : pembagian bunyi berdasarkan frekuensinya

Jika bunyi merupakan gelombang longitudinal yang berasal dari getaran yang

merambat melalui medium dari sebuah sumber bunyi, maka frekuensi getaran yang

dihasilkan sumber bunyi sama dengan frekuensi gelombang bunyi. Jadi, hubungan

antara cepat rambat, panjang gelombang, dan frekuensi bunyi dapat di tulis :

V = λ x f . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.3
Dimana : v = cepat rambat bunyi (m/s)

λ = panjang gelombang bunyi (m)

f = frekuensi bunyi (Hz)

T = periode (s)

4. Karakteristik bunyi

Setiap bunyi yang kita dengarkan memiliki ciri-ciri tertentu, sehingga dengan

perbedaan ciri tersebut kita dapat membedakan bunyi alat music, bunyi gemuruh

ombak, bunyi petir dan sebagainya, ciri-ciri bunyi yaitu :

 Nada

Bunyi dengan frekuensi getaran teratur disebut nada, seperti bunyi music dll,

sedangkan bunyi yang tidak teratur memiliki frekuensi getaran yang tidak teratur pula

disebut desah seperti gemuruh ombak, bunyi kendaraan, dan bunyi petir.

 Kuat bunyi

Makin besar amplitude getaran, maka semakin kuat bunyi yang dihasilkan.

Sebaliknya semakin kecil amplitude getaran maka lemah pula bunyi yang dihasilkan.
 Warna bunyi (Timbre)

Gabungan nada bunyi antara nada dasar dan nada atas yang menyertainya disebut

warna bunyi (timbre). Warna bunyi merupakan gabungan dari dua bunyi yang memiliki

frekuensi yang sama tetapi terdengar berbeda.

5. Resonansi

Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda akibat dari bergetarnya

benda lain yang memiliki frekuensi yang sama. Seperti terjadinya resonansi pada

sebuah bandul, Ketika sebuah bandul digoyangkan maka bandul lain yang tidak

digoyang namun memiliki panjang tali yang sama akan secara alami ikut bergoyang,

hal ini karena bandul yang mamiliki panjang tali yang sama juga mempunyai frekuensi

yang sama juga sehingga terjadi resonansi.

Gambar 2.4 : contoh terjadinya resonansi pada sebuah bandul

a. Alat-alat yang bekerja berdasarkan resonansi sehingga dapat memperkuat

bunyi adalah sebagai berikut :

a. Pita suara pada manusia


b. Suara binatang

c. Kentongan

d. Gitar atau biola

6. Pemantulan bunyi

Salah satu sifat bunyi adalah dapat dipantulkan, hal itu dapat dibuktikan apabila

kita berdiri diatas bukit dan berteriak, maka beberapa detik kemudian akan terdengar

bunyi suara kedua, bunyi kedua tersebut merupakan bunyi teriakan pertama yang

dipantulkan.Jadi, gelombang bunyi akan dipantulkan apabila mengenai permukaan

yang keras seperti tembok, dinding batu , dan lereng gunung. Dan jarak yang ditempuh

oleh bunyi yang dipantulkan dapat ditulis dengan rumus :

v xt
s= 2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.5

dimana : s = jarak yang akan ditentukan (m)

        v = cepat rambat bunyi (m/s)

       t = waktu yang digunakan untuk menempuh dua kali perjalanan (s)

a. Ada tiga jenis-jenis bunyi pantul yaitu :

1. Bunyi pantul yang memperkuat bunyi asli

Bunyi yang datang pada dinding dengan bunyi yang dipantulkan sampai ke

telingamu hampir bersamaan sehingga bunyi pantul akan memperkuat bunyi aslinya

yang menyebabkan suaramu terdengar lebih keras.


2. Gasung atau kerdam

Gaung atau kerdam adalah bunyi pantul yang sebagian terdengar bersamaan dengan

bunti aslinya, hal ini menyebabkan bunyi asli terdengar kurang jelas.

Contoh :

Bunyi asli : mer - de - ka

Bunyi pantul  : mer - de - ka

 Gema

Gema adalah bunyi pantul yang terdengar setelah bunyi asli selesai. hal ini terjadi

karena dinding pantulnya mempunyai jarak yang jauh. misalnya pada suatu lembah

atau gunung.

Contoh :

Bunyi asli           : mer - de - ka

Bunyi pantul     :  . . . . . . .  mer - de - ka


D. Kerangka pikir

Pelaksanaan Guru Peserta didik


pembelajaran

Active learning Hasil belajar

Aktivitas belajar evaluasi

Gambar 2.4: Bagan Kerangka piker

E. Hipotesiss

Yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah di duga dengan penggunaan

model pembelajaran Active learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta

didik,khususnya pada konsep bunyi.

Ho : Tidak terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik dengan digunakan model

Pembelajaran active learning (belajar aktif) khususnya pada sub pokok bahasan

bunyi.

Ha : Terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model

pembelajaran active learning (belajar aktif) khususnya pada sub pokok bahasan

bunyi.
BAB III

METODE PENELITIAN

a) Jenis Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka jenis penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif tipe komparatif.

b) Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi penelitian di Mts alkhairaat Guraping kota tidore kepulauan dan

dilaksanakan pada bulan juni selama 1 minggu.

c) Populasi dan Sampel

1. Populasi

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII

di Mts.Alkhairaat guraping kota tidore kepulauan yang berjumlah 50 peserta didik yang

tersebar dalam 2 kelas yaitu kelas VIIIA dan VIIIB.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik 2 kelas yang diambil secara acak

(random sampling) untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas control.


d) Desain penelitian `

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian

prettest-posttest desain, dan desain penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 3.1

Kelompok Preetest Perlakuan posttest

Eksperimen O1 X1 O2

sKontrol O3 X2 O4

keterangan :

X1 = kelas yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran

active learning (kelas eksperimen)

X2 = kelas yang diajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran active

learning (kelas konttrol)

O1= preetets pada kelas eksperimen

O2¿ posttets pada kelas eksperimen

O3= preettest pada kelas kontrol

O4¿ posttest pada kelas control


e) Variabel penelitian

Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :

a. Hasil belajar peserta didik yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran

active learning yang dilambangkan dengan X1

b. Hasil belajar peserta didik yang diajarkan tanpa menggunaka model pembelajaran

active Learning yang di lambangkan dengan X2.

f). Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik tes. Soal-soal tes yang

digunakan dalam penelitian adalah dalam bentuk assay yang terdiri dari 10 butir soal.

Namun sebelum digunakan dalam penelitian, soal-soal tersebut diuji coba untuk

mengetahui reliabilitas, dan tingat kesukarannya. Sedangkan untuk validitas hanya

dilihat dari kisi-kisi soal yang telah dibuat, realibilitas soal dianalisis dengan

menggunakan rumus alpha sebagai berikut :

r ₁₁= [ ][ ∑ ]
n
n−1
σ ¡²
σ ²t
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.2

Keterangan : r ₁₁=¿ Reliabilitas soal yang dicari

n=¿ jumlah item soal

∑ σ ¡ ² ¿ jumlah varians butir soal


Untuk dapat mengetahui daya beda dan tingkat kesukaran soal digunakan rumus
sebagai berikut :

Mean Kelas atas – Mean Kelas Bawa h


DP= . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..33
Skor Maksimum

Dimana : mean ¿
∑X
n

Keterangan :

DP¿ Daya bembeda

Sedangkan untuk mencari tingkat kesukaran soal dapat digunakan rumus sebagai
berikut :

Mean
TK¿ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.4
Skor Maksimum

g). Teknik Analisis Data

Dalam Menguji hipotesis penelitian, digunakan uji-t. tetapi sebelum menggunakan

uji-t terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji homogenitas dan uji normalitas

terhadap data yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Uji homogenitas

Nilai varians terbesar


F¿ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.5
Nilai varians terkecil

db (pembilang) ¿ n-1 (untuk varians terbesar)

db (penyebut) ¿ n-1 (untuk varians terkecil


Dengan kriteria pengujian :

jika Fhit¿ Ftab tidak homogen

jika Fhit ¿ Ftab homogen

2. Uji normalitas

(f ₒ−f ₑ )²
x=Σ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.6
fₑ

Dengan kriteria pengujian :

Jika x ²hit ¿ x ²tab data tidak normal

Jika x ²hit ¿ x ²tab data normal

Dimana : x ² ¿nilai chi-kuadrat

f0¿ frekuensi yang diobservasi

fe ¿ frekuensi yang diharapkan

Setelah diuji prasyarat dan dinyatakan homogen dan normal, kemudian data diuji

dengan statistik uji-t dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Mencari nilai rata-rata X1 dan X2

ΣX₁
Dengan : x₁ ¿ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.7
n₁

Σ X2
x2 ¿ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.8
n2
2. Mencari varians x1 dan x2

n1 ( Σ x 1 ) −( Σ x1 ) ²
2
2
S ¿ 1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.9
n1 (n1−1)

n1 ( Σ x2 ) −(Σ x 2)²
2
2
S=2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.10
n2 (n2−1)

3. Mencari rata-rata deviasi gabungan/simpangan baku

S2=¿ ¿ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.11

4. Untuk uji rata-rata dua pihak

x 1−x 2
t=
s
√ 1 1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.12
+
n1 n2

keterangan :

x 1 ¿ Rata-rata variabel ke 1

x 2 ¿ Rata-rata variabel ke 2

n1 =¿ Jumlah sampel ke 1

n2 ¿ Jumlah sampel ke 2

2
s1=¿ varians variabel ke 1

2
s2 ¿ varians variabel ke 2

s2 ¿ standar deviasi gabungan


kriteria pengujian adalah : terima H0 jika-t (1-½ α) dk ¿ thit¿ttab (1-½ α) dk didapat

dari daftar distribusi t dengan dk = (n1 +¿ n2 -2) dan untuk harga-harga t lainnya H0

ditolak

Ho : Tidak terdaatp peningkatan hasil belajar peserta didik dengan digunakan model

Pembelajaran active learning (belajar aktif) khususnya pada sub pokok bahasan

bunyi.

Ha : Terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model

pembelajarann active learning (belajar aktif) khususnya pada sub pokok bahsan

bunyi.

s
DAFTAR PUSTAKA

Cahyo, N, Agus.2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar. Yogyakarta :

diva press.

Silberman.2007. active learning. Yogyakarta : pustaka insan madani.

Zaini,Hisyam.2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani.

Hamalik ,2001. Proses belajar mengajar. jakarta : Bumi Askara

Slameto.2010. Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta :

Jakarta.

Prasodjo,budi.2006.Teori dan Aplikasi Fisika 2 untuk smp kelas VIII. Yogyakrta :

yudistira.

Kanginan, M. 2007. IPA Fisika untuk smp kelas VIII.Cimahi : Penerbit Erlangga.

Sudjiono, 2007. Pengantar Statistik pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sukardi.2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandunga: Bumi Akara.

Bandung : Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai