Anda di halaman 1dari 101

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Pendidikan mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan kita, baik dalam kehidupan individu, bangsa maupun negara. Oleh karena itu pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sehingga sesuai dengan tujuan. Keberhasilan suatu bangsa terletak pada mutu pendidikan yang dapat meningkatkan kualtias sumber daya manusianya. Pendidikan pada dasarnya suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi segala perubahan dan permasalahan dengan sikap terbuka serta pendekatanpendekatan yang kreatif tanpa harus kehilangan identitas dirinya. Sekolah merupakan bagian dari sistem pendidikan formal yang mempunyai aturanaturan jelas atau lebih dikenal dengan GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran) sebagai acuan proses pembelajaran dan guru sebagai fasilisator yang berperan dalam keberhasilan seorang siswa, sehingga guru harus tepat dalam memilih metode pembelajaran yang akan digunakan. Kimia merupakan salah satu cabang ilmu IPA yang berperan sangat esensial dalam perkembangan sains dan teknologi. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk menguasai materi pelajaran kimia secara tuntas. Hal ini sejalan dengan tujuan pembelajaran kimia yang tercantum dalam kurikulum 2004, yaitu :

agar siswa memahami atau menguasai penerapan konsep kimia dan saling keterkaitannya serta menerapkan berbagai konsep kimia untuk memecahkan dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi secara (Depdiknas, 2004)

konsepmampu masalah ilmiah.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pengajaran kimia harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Keberhasilan pengajaran kimia ini ditentukan oleh besarnya partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, makin aktif siswa mengambil bagian dalam kegiatan pembelajaran, maka makin berhasil kegiatan pembelajaran tersebut. Tanpa aktivitas belajar tidak akan memberikan hasil yang baik. Pada kenyataannya, guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas cenderung berlangsung secara konvensional atau menggunakan strategi pembelajaran tradisional. Artinya guru mentransformasi ilmu pengetahuannya dengan menggunakan metode ceramah sehingga

pembelajaran berpusat pada guru (Teacher Centered). Padahal menurut Kurikulum 2004, kegiatan belajar mengajar harus berpusat pada siswa yang artinya siswa harus lebih aktif menggali informasi sendiri. Selain itu, kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa pencapaian jumlah siswa yang tuntas belajar di SMA Islam Darut Tauhid Bangil kelax X ternyata masih rendah. Dikatakan rendah karena belum mencapai ketuntasan belajar menurut kurikulum SMU 1994 yaitu memperoleh nilai > 65. Dalam mempelajari konsep kimia, siswa kurang bisa mengaitkan konsep yang ada ke dalam kehidupan sehari-hari apalagi kimia merupakan ilmu baru yang dipelajari oleh siswa sehingga siswa akan

mengalami kesulitan bila siswa dihadapkan kepada bahan pengajaran baru yang menghendaki penalaran intelektual sedangkan ilmu kimia sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan akan lebih mudah dipahami siswa berdasarkan pengalaman yang mereka temui di lingkungan sendiri. Untuk mengatasi masalah tersebut di atas, perlu diupayakan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk membuat pembelajaran lebih aktif. Salah satunya adalah dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching dan Leraning (CTL) yang merupakan konsep belajar untuk membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan awal siswa dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Blanhard, 2001). Dengan konsep itu hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Dalam upaya itu, siswa memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing. Pendekatan kontekstual hanya sebuah strategi pembelajaran seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran lebih aktif. Pendekatan kontekstual dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada. Dalam kelas yang diajarkan dengan pendekatan CTL, tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberikan informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa) dengan membentuk kelompok. Kebiasaan di kelas, kelompok dibuat sendiri oleh siswa sehingga kelompok

yang terbentuk bersifat homogen dan kelas didominasi oleh kelompok yang aktif. Dari kenyataan tersebut, digunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD karena model kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana sehingga siswa dapat lebih mudah dalam memahami dan melakukan belajar dalam kelompok. Pembentukan kelompok kooperatif yang heterogen dilakukan dengan cara melihat hasil belajar siswa terdahulu. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD diterapkan untuk

mengelompokkan kemampuan yang berbeda sehingga memungkinkan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa secara aktif sehingga diharapkan siswa yang pandai akan membantu siswa yang kurang pandai karena dalam STAD siswa haru mempunyai tanggung jawab secara individu dan secara kelompok sehingga akan memperbaiki kualitas pembelajaran dan meningkatkan hasil belajarnya. Berdasarkan uraian di atas penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas X pada Kompetensi Dasar Struktur Atom, Sifat-sifat Periodik Unsur dan Ikatan Kimia Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. B. RUMUSAN MASALAH Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana kemampuan guru dalam mengolah KBM melalui penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD?

2. Bagaimana aktivitas guru dan siswa selama Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD? 3. Bagaimana ketuntasan belajar siswa setelah menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD? C. BATASAN MASALAH 1. Peneliti hanya membahas tentang ketuntasan belajar siswa dan pengelolaan guru dalam menerapkan model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. 2. Materi pembelajaran dibatasi pada komptensi dasar struktur atom, sifatsifat periodik unsur dan ikatan kimia. 3. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dibatasi pada 2 siklus, yaitu : Siklus 1 : membahas tentang Sifat Keperiodikan Unsur Siklus 2 : Perkembangan Teori Atom 4. Sasaran penelitian adalah siswa kelas X SMA Islam Darut Tauhid Bangil D. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Kemampuan guru dalam mengolah KBM melalui penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. 2. Aktivitas guru dan siswa selama Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. 3. Ketuntasan belajar siswa setelah menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.

E. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi siswa, dapat memupuk budaya membaca, berdiskusi/bekerja kelompok dan menggali informasi sendiri sehingga dapat belajar mandiri. 2. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai contoh model pembelajaran kimia yang berorientasi pada model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk membantu siswa dalam memahami konsep-konsep kimia. 3. Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, khususnya dapat meningkatkan nilai akademis siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD Keefektifan belajar terjadi bila siswa secara aktif dilibatkan dalam mengorganisasikan dan menemukan hubungan informasi. Kegiatan belajar yang efektif tidak hanya meningkatkan pemahaman dan daya serap siswa pada materi pembelajaran, tetapi juga melibatkan ketrampilan berpikir. Menurut Slavin (dalam Agus S. 2004:24) keefektifan pembelajaran ditentukan empat aspek sebagai berikut : 1. Kualitas pembelajaran yaitu seberapa besar informasi atau ketrampilan yang disajikan sehingga siswa dapat dengan mudah mempelajarinya, kualitas pembelajaran sebagian besar merupakan hasil dari kemampuan guru dan mengelola kelas. 2. Kesesuaian tingkat pembelajaran yaitu sejauhmana guru memastikan tingkat kemajuan siswa untuk mempelajari informasi baru. 3. Intensif yaitu seberapa besar usaha guru memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas-tugas belajar dan mempelajari materi yang disajikan. 4. Waktu yaitu banyaknya waktu yang diberikan kepada siswa untuk mempelajari materi yang disajikan. Dari uraian tersebut, pembelajaran yang efektif menghendaki guru agar melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran sehingga siswa mampu

menemukan hubungan antara informasi baru dengan informasi awal dan akhirnya mampu memahami informasi yang diberikan guru. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran maka pemahaman ini dapat ditinjau dari beberapa aspek, antara lain : 1. Aspek ketrampilan mengelola pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual dengan model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dikatakan efektif bila ketrampilan guru telah mencapai kriteria baik dan sangat baik. 2. Aspek aktivitas guru dikatakan efektif jika pencapaian waktu ideal yang telah ditetapkan dalam penyusunan silabus sesuai dengan pendekatan kontekstual dengan model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. 3. Aspek ketuntasan hasil belajar dikatakan tuntas jika memperoleh nilai > 65%. Sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal dicapai jika terdapat > 85% siswa telah tuntas belajar pada kelas tersebut. B. PENGERTIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. CTL juga merupakan suatu reaksi terhadap teori yang pada dasarnya behavioristik yang telah mendominasi pendidikan selama puluhan tahun (Nur; 2002). Pendekatan CTL mengakui bahwa pembelajaran merupakan suatu proses kompleks dan banyak fase berlangsung jauh

melampaui drill oriented dan metodologi stimulus dan response yang dikembangkan oleh pembelajaran berorientasi pada psikologi behaviorisme. Berdasarkan teori tersebut belajar terjadi hanya jika siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berfikir yang dimilikinya (Nur; 2001). Sedangkan menurut Cord yang dikutip Nur (2001) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual terjadi apabila siswa memproses informasi dan pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga informasi tersebut bermakna bagi mereka dalam kerangka acuan mereka sendiri. Pola pendekatan kontekstual berbeda dengan pendekatan konvensional yang kita kenal selama ini. Beberapa perbedaan tersebut dapat kita gambarkan dalam table berikut ini : Tabel 2.1 : Perbedaan Pola Pendekatan Konvensional dan Kontekstual. Konvensional Berdasarkan pada hafalan Khas memfokuskan pada suatu mata pelajaran Nilai informasi ditentukan oleh guru Menjejali siswa dengan setumpuk informasi Asesment pembelajaran hanya untuk kepentingan akademik formal, seperti ujian Sumber : Nur, 2002. Kontekstual Berdasarkan pada ruang Khas mengintegrasikan banyak mata pelajaran Nilai informasi didasarkan pada kebutuhan individual Menghubungkan informasi dengan pengetahuan awal Asesment autentik melalui penerapan atau pemecahan masalah realistic

Menurut teori CTL pembelajaran terjadi hanya apabila siswa memproses informasi dan pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga informasi itu bermakna bagi mereka dalam kerangka acuan mereka sendiri

(Nur; 2001). Pendekatan kontekstual mengasumsikan bahwa otak secara alami mencari makna dalam konteks yaitu dalam hubungan dengan lingkungan mutakhir tersebut dan bahwa otak melakukan pencarian itu dengan mencari hubungan yang bermakna dan tampak berguna. Orang dapat belajar secara baik dalam konteks, dalam suatu yang terkait dengan kebutuhannya. Belajar terbaik dapat dikatakan dengan mengerjakan pekerjaan itu sendiri dalam proses penyelaman kembali (refleksi). Secara lebih rinci Nur (2001) menguraikan tujuh prinsip dalam pendekatan konteksutal : 1. Penemuan (Inquiry) Kegiatan pembelajaran diawali dengan pengamatan dalam rangka untuk memahami suatu konsep. Dalam praktek pembelajaran melewati siklus mengamati, bertanya, menyelidiki, menganalisa dan merumuskan teori baik secara individu maupun bersama-sama dengan teman lainnya. Penemuan juga merupakan aktivitas untuk mengembangkan dan sekaligus menggunakan ketrampilan berfikir secara kritis. 2. Pertanyaan (Questioning) Seperti telah dikemukakan di atas, pertanyaan merupakan alat pembelajaran bagi guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa. Pertanyaan digunakan oleh siswa selama melaksanakan kegiatan yang berbasis penemuan. 3. Konstruktivisme (Constructivism)

Siswa membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalamanpengalaman baru berdasarkan pengalaman awal. Pengalaman awal selalu merupakan dasar dan tumpuan yang digabung dengan pengalaman baru untuk mendapatkan pemahaman baru. Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman yang bermakna. 4. Kelompok Belajar (Learning Community) Proses pembelajaran terjadi dalam situasi sesama siswa, saling berbicara dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran aktif bagi siswa akan lebih baik jika dibandingkan dengan belajar sendiri. Hal ini berbeda dengan pembelajaran tradisional yang secara tidak langsung mendidik siswanya untu menjadi individu yang egoistis, tidak banyak peduli dengan lingkungannya. Lebih tragis lagi jika persaingan tersebut selesai. 5. Penilaian Autentik (Authentic Assesment) Penilaian Autentik ini bersifat mengukur produk pembelajaran yang sering bervariasi yaitu pengetahuan dan keterampilan. Penilaian ini tidak hanya melihat produk akhir, tetapi juga prosesnya instruksi dan pertanyaan-poertanyaan dipilih yang relevan dengan prinsip-prinsip pendekatan kontektual. 6. Refleksi (Reflection) Salah satu pembeda pendekatan kontekstual dengan pendekatan konvensional yang berbentuk cara-cara berfikir tentang sesuatu yang telah dipelajari siswa. Dalam proses berfikir itu, siswa dapat merevisi dan

merespon kejadian, aktivitas dan pengalaman mereka. Prosedur umumnya, siswa mencatat butir-butir materi yang telah dipelajarinya, siswa dilatih untuk mengenali ide-ide baru yang muncul. Bentuk refleksi yang digunakan dalam penelitian berupa diskusi. 7. Pemodelan (Modelling) Aktivitas guru di kelas memiliki efek modal bagi siswa. Jika guru mengajar dengan berbagai variasi metode dan teknik pembelajaran, maka secara tidak langsung siswapun akan meniru metode atau teknik yang dilakukan guru. Guru dapat melakukan aktivitas mengucapkan hal-hal yang difikirkan. Guru juga dapat melakukan sesuatu yang diinginkan agar siswa melakukannya. Dalam pendekatan kontekstual siswa ditempatkan dalam suatu konteks yang bermakna dimana siswa membuat suatu hubungan antara pengetahuan lama dengan pengetahuan yang dipelajari. Salah satu model pembelajaran yang berasosiasi dengan CTL antara lain adalah : belajar berbasis masalah, pengajaran autentik, belajar berbasis inkuiri, belajar berbasis kerja, belajar kooperatif, belajar berbasis tugas terstruktur dan belajar jasa layanan. Selain model pembelajaran di atas masih banyak model pembelajaran lain yang berasosiasi dengan pendekatan kontekstual yang dapat digunakan dalam pembelajaran kontekstual (Roestama; 2002). C. STRATEGI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Agar pelaksanaan pembelajaran kontekstual lebih efektif, guru harus berperan dengan baik dalam merencanakan, mengimplementasikan, merefleksikan dan menyempurnakan pembelajaran kontekstual dengan cara : 1. Menekankan pada pemecahan masalah atau problem. Pengajaran diawali dengan menyajikan masalah nyata yang releven dengan keluarga siswa, pengalaman, sekolah, tempat kerja dan masyarakat yang mempunyai arti penting bagi siswa. Siswa didorong berfikir kritis dan sistematis untuk menemukan masalah dan menggunakan isi materi pembelajaran dalam menyelesaikan masalah. 2. Mengakui bahwa kebutuhan belajar siswa terjadi dalam berbagai konteks, seperti rumah, masyarakat dan tempat kerja. Pengetahuan yang diperoleh siswa tidak lepas darimana dan bagaimana siswa mendapatkan pengetahuan dan pengetahuan semakin bertambah jika siswa belajar dari lingkungan yang bervariasi. 3. Mengontrol dan mengarahkan siswa menjadi pembelajar yang mandiri, dengan cara memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan uji coba. 4. Memahami keragaman konteks hidup siswa dan dapat memanfaatkannya sebagai daya pendorong untuk belajar sekaligus menambah kompleksitas pembelajaran itu sendiri, melalui kerja sama dan aktivitas kelompok belajar sehingga siswa berfikir melalui komunikasi dengan orang lain. 5. Guru bertindak sebagai fasilitator, pelatih dan pembimbing akademis dalam mendorong siswa untuk melakukan kerja sama dalam belajar. Komunikasi pembelajaran terbentuk di dalam tempat kerja dan sekolah

kaitannya dengan suatu usaha bersama-sama menggunakan pengetahuan, memusatkan tujuan pembelajaran dan memperkenankan semua orang untuk belajar dari sesamanya. 6. Menggunakan penilaian Autentik. Penilaian ini tidak hanya mengukur seberapa banyak pengetahuan yang telah dikumpulkan oleh siswa, tetapi juga dapatkah siswa menerapkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari meskipun tarafnya sederhana. Rumusan instruksi guru di kelas dan dalam LKS yang mengarahkan siswa menerapkan pemahamannya untuk memecahkan masalah adalah contoh teknik penilaian autentik. D. EVALUASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL Untuk menentukan apakah lingkungan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa, diperlukan strategi penilaian yang beragam. Hal yang berkaitan dengan hasil belajar meliputi penilaian apakah dengan pembelajaran kontekstual dapat membangun dan memperluas pengalaman siswa dibandingkan sebelumnya. Apakah pembelajaran kontekstual dapat membantu siswa dalam menyelesaikan atau memecahkan persoalan dalam kehidupan sehari-hari, atau siswa mengalami peningkatan dalam

mengekspresikan apa yang mereka ketahui termasuk bagaimana menggunakan pengetahuannya di dalam dan luar sekolah. Strategi penilaian dan alat ukurnya dikatakan baik jika ada kesesuaian dengan tujuan dan dampak nyata yang diharapkan dari materi pelajaran tertentu. Dari tujuan dan umpan balik materi pelajaran, muncul ragam strategi

penilaian yang dapat mengukur prestasi siswa dan pengetahuan prses di dalam aktivitas pembelajaran. Salah satu prinsip penilaian pada pendekatan kontekstual adalah tidak hanya menilai apa yang diketahui oleh siswa tetapi juga menilai apa yang dapat dilakukan oleh siswa. Dilihat dari segi evaluasi penilaian pendekatan kontekstual sangat berbeda dengan teknik penilaian pendekatan konvensional. Sasaran penilaian berubah dari mengukur seberapa banyak pengetahuan siswa ke arah mengukur bagaimana siswa menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan persoalan yang ada di dunia nyata. E. PENDEKATAN KONSTRUKTIVIS Vigotsky (dalam Nur, 2000) menyatakan bahwa konstruktivis adalah suatu pendapat yang menyatakan bahwa siswa membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalaman-pengalaman awal. Pengalaman awal selalu merupakan dasar atau tumpuan yang digabung dengan pengalaman baru untuk mendapatkan pemahaman baru. Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman yang bermakna. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa prinsip konstruktivisme yang dapat diambil untuk pengembangan kegiatan pembelajaran, yaitu : (a) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun sosial; (b) Pengetahuan tidak dapat dialihkan dari guru kepada siswa tanpa aktivitas siswa itu sendiri untuk menalar; (c) Siswa secara terus menerus aktif mengkonstruksikan realita, sehingga selalu terjadi

perubahan menuju konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah, dan (d) Tugas guru adalah membantu menciptakan situasi yang memungkinkan terjadinya proses konstruksi oleh siswa (Jalal dan Surpriadi dalam Rahma Y. 2000). Pembelajaran konstruktivis dalam pengajaran menerapkan

pembelajaran kooperatif secara luas, berdasarkan teori bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. (Nur, 1999) Dalam kegiatan pembelajaran, guru menekankan pada penjembatan (Scoffolding), yaitu memberi siswa tugas-tugas yang kompleks, sulit namun realistik dan kemudian memberi cukup bantuan untuk menyelesaikan tugas ini (Nur, 2001). Bantuan dikurangi sedikit demi sedikit sampai siswa dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Pengajaran ditekankan pada proses top-down yang berarti siswa mulai dengan masalah-masalah yang kompleks untuk dipecahkan dan selanjutnya memecahkan atau menemukan ketrampilan-ketrampilan dasar yang diperlukan. (Nur, 1999) F. PEMBELAJARAN KOOPERATIF Pengertian pembelajaran kooperatif (Nur dan Wikandari : 1999) adalah metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok yang heterogen kemampuannya. Pada pembelajaran kooperatif siswa yakin bahwa tujuan mereka tercapai jika dan hanya jika siswa lain akan mencapai tujuan tersebut (Ibrahim dkk, 2000). Siswa belajar untuk bersepakat dalam memutuskan suatu masalah dan lebih bertoleransi atau menghargai pendapat dan perasaan orang

lain. Hubungan dengan teman sebaya membuat siswa semakin senang menikmati bagian dari proses belajar. Unsur-unsur dasar yang perlu ditanamkan pada diri siswa agar pembelajaran kooperatif lebih efektif adalah sebagai berikut (Lundgren, 1994 : 5) : 1. Para siswa harus mempunyai persepsi bahwa mereka tenggelam atau berenang bersama. 2. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, di samping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi. 3. Para siswa harus berpandangan mereka semua memiliki tujuan yang sama. 4. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara para anggota kelompoknya. 5. Para siswa akan diberi satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok. 6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh ketrampilan bekerja sama selama belajar. 7. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Beberapa keuntungan dalam pembelajaran kooperatif, antara lain adalah sebagai berikut : 1. Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.

2. Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama berhasil. 3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok. 4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat. 5. Interaksi antar siswa juga membantu meningkatkan perkembangan kognitif yang non-konservatif menjadi konservatif (teori Piaget). G. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran atau indikator pencapain dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Untuk lebih jelasnya tahap pembelajaran kooperatif lebih lanjut terdapat pada tabel di bawah ini : Tabel 2.2. : Tahapan Pembelajaran Kooperatif FASE TINGKAH LAKU GURU Fase-1 Menyampaikan tujuan dan memo- Guru menyampaikan semua tujuan tivasi siswa yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar Fase-2 Menyajikan informasi Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan demonstrasi atau lewat bacaan Fase-3 Mengorganisasikan siswa ke dalam Guru menjelaskan kepada siswa cara kelompok belajar membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar

bekerjasama Fase-4 Membimbing kelompok bekerja dan Guru membimbing kelompok belabelajar jar pada saat mereka mengerjakan tugas Fase-5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau mempresentasikan hasil kerja masing-masing kelompok Fase-6 Memberi penghargaan Guru memberikan penghargaan atas hasil belajar individu dan kelompok

Terdapat empat tipe dalam pembelajaran kooperatif yang digunakan, yaitu STAD, Jigsaw, Investigasi Kelompok dan Pendekatan Struktural. H. TUJUAN PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu : 1. Hasil belajar akademik Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kerja siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Pembelajaran kooperatif ini dapat memberi keuntungan pada siswa kelompok rendah maupun kelompok tinggi yang bekerjasama meyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok tinggi akan menjadi tutor bagi kelompok rendah. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok tinggi akan meningkatkan kemampuan akademiknya karena memberikan pelayanan sebagai tutor. 2. Penerimaan terhadap perbedaan individu Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk saling bekerjasama, saling

bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. 3. Pengembangan ketrampilan sosial Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengajarkan kepada siswa kemampuan kerjasama dan kolaborasi dalam berinteraksi antara anggota kelompok. I. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih banyak meningkatkan hasil belajar daripada pembelajaran kooperatif dan kelompok pembelajaran tradisional adalah sebagai berikut : Tabel 2.3. : Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Tradisional Kelompok Pembelajaran Kooperatif Kepemimpinan bersama Saling ketergantungan positif Keanggotaan yang heterogen Mempelajari ketrampilan-ketrampilan kooperatif Tanggungjawab terhadap hasil belajar seluruh anggota kelompok Menekan pada tugas dan hubungan kooperatif Ditunjang oleh guru Satu hasil kelompok Evaluasi kelompok Kelompok Pembelajaran Tadisional Satu pemimpin Tidak ada saling ketergantungan Keanggotaan yagn homogen Asumsi adanya ketrampilanketrampilan sosial yang efektif Tanggungjawab terhadap hasil belajar sendiri Hanya menekan pada tugas

- Diarahkan oleh guru - Beberapa hasil individu - Evaluasi individu

Berdasarkan hasil penelitian Thomson (Lundgren 1, 1994) pembelajaran kooperatif mempunyai manfaat sebagai berikut : 1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas 2. Meningkatkan rasa harga diri 3. Memperbaiki kehadiran 4. Saling memahami adanya perbedaan individu 5. Mengurangi perilaku yang mengganggu 6. Mengurangi konflik antara pribadi 7. Mengurangi sikap apatis 8. Meningkatkan motivasi 9. Meningkatkan hasil belajar 10. Memperbesar retensi 11. Meningkatkan kebaikan budi, kepakaan dan toleransi Selain mempunyai kelebihan pembelajaran kooperatif juga mempunyai kekurangan yang harus dihindari, yakni adanya anggota kelompok yang tidak aktif. Hal ini akan terjadi bila dalam satu kelompok hanya mempunyai permasalahan. Kelemahan ini dapat dihindari dengan cara sebagai berikut : 1. Tiap-tiap anggota kelompok bertanggungjawab pada bagian-bagian kecil dari permasalahan kelompok. 2. Tiap-tiap anggota kelompok mempelajari materi secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan hasil kelompok ditentukan pada hasil kuis dari anggota

kelompok yang ada, maka tiap anggota kelompok harus benar-benar mempelajari isi permasalahan secara keseluruhan. J. PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD STAD (Student Team Achivement Division) merupakan salah satu metode pembelajaran kelompok yang paling awal ditemukan. Metode ini sangat populer dikalangan para ahli pendidikan. Dalam metode STAD siswa dipasangkan secara merata yang memiliki kemampuan tinggi dan rendah dalam suatu kelompok sebanyak 4 5 orang. Skor kelompok diberikan berdasarkan atas prestasi anggota kelompoknya. Ciri-ciri yang penting dalam STAD adalah bahwa siswa dihargai atas prestasi kelompok dan juga terhadap semangat kelompok untuk bekerjasama. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu : pengajaran kelas, belajar tim, tes atau kuis, scor peningkatan individu dan pengakuan kelompok (Slavin, 1995) : 1. Pengajaran Pengajaran yang diberikan di depan kelas adalah secara klasikal dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada pokok bahasan sistem koloid. 2. Belajar dalam tim Dalam metode STAD siswa dibagi dalam kelompok secara heterogen sebanyak 4 5 orang. Hal ini dimaksudkan untuk saling menyakinkan bahwa semua anggota kelompok dapat bekerjasama dalam belajar untuk mencapai tujuan akademik yang diharapkan. 3. Tes

Setelah siswa menerima pengajaran dari guru dan bekerjasama dalam kelompoknya, selanjutnya siswa diberikan tes perseorangan. Dalam hal ini masing-masing siswa berusaha dan bertanggungjawab secara individu untuk melakukan yang terbaik sebagai kesuksesan kelompoknya. Karena kegiatan pembelajaran ini terdiri dari 2 putaran, maka tes diberikan sebanyak 2 kali pada setiap akhir putaran. 4. Skor Peningkatan Individu Peningkatan skor individu dapat berupa skor awal dan skor tes individu. Skor awal dapat berupa nilai pretest yang dibentuk pada saat sebelum pelaksanaan pengajaran diberikan. Setelah pemberian tes atau kuis skor tersebut juga akan menjadi skor awal dan selanjutnya bagi perhitungan individu. Skor peningkatan individu merupakan suatu kesepakatan antara guru dan siswa sebelumnya. Skor kelompok merupakan jumlah dari masing-masing anggota kelompok, sehingga setiap siswa bertanggungjawab terhadap skor anggota kelompoknya. Dari skor kelompok inilah dapat ditentukan kelompok-kelompok yang memperoleh nilai terbaik dan berhak atas hadiah atau penghargaan yang dijanjikan. Tabel 2.4. : Langkah Pemberian Skor Pembelajaran Kooperatif STAD Langkah Langakah 1 Menetapkan skor dasar Langkah 2 Menghitung skor kuis terkini Langkah 3 Menghitung skor perkembangan Perilaku siswa Setiap siswa diberikan skor berdasarkan skor awal Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini. Hasil yang di dapat siswa dijumlahkan kemudian dibagi jumlahnya

Tabel 2.5. : Kriteria Pemberian Skor Pembelajaran Kooperatif STAD Kriteria - Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar - 10 point hingga 1 poin di bawah skor dasar - Skor dasar sampai 10 point di atasnya - Lebih 10 point di atas skor dasar - Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor dasar) Sumber : (Slavin, 1995 : 80) Nilai kelompok dihitung berdasarkan Skor Siswa 5 10 20 30 30

jumlah

total

nilai

perkembangan semua anggota kelompok yang ada. Berdasarkan nilai perkembangan yang diperoleh terdapat 3 tingkat penghargaan yang diberikan untuk penghargaan kelompok yaitu : a. Kelompok dengan skor rata-rata 15 19 sebagai kelompok baik. b. Kelompok yang memperoleh skor rata-rata 20 24 sebagai kelompok hebat. c. Kelompok yang memperoleh skor rata-rata 25 30 sebagai kelompok super.

BAB III METODE PENELITIAN

A. SETING PENELITIAN Karakteristik Sekolah : 1. Karakteristik Lokasi : a. Nama Sekolah b. Alamat Sekolah c. Kelas : X d. Lingkungan Fisik : Lokasi sekolah dekat dengan jalan raya : SMAI Darut Tauhid Bangil : Jl. Layur No. 55 Bangil

e. Lingkungan sosial : 300 meter dari lingkungan pondok 2. Karakteristik Siswa : a. Komposisi siswa : 16 siswa (12 siswa perempuan dan 4 siswa laki-laki) b. Kemampuan akademis c. Motivasi belajar : heterogen : cukup

d. Latar belakang sosial/ekonomi : menengah ke bawah 3. Karakteristik Guru (Peneliti) a. Nama guru b. Tempat tanggal lahir c. Pendidikan d. Agama e. Kebangsaan : MASRINA DWI PUSPITA, S.Pd. : Sidoarjo, 5 Februari 1982 : S-1 Pendidikan Kimia UNESA : Islam : Indonesia

25

B. PERSIAPAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Action Researh Classroom) karena penelitian ini bertujuan menganalisis atau memecahkan suatu masalah yang nyata dalam pendidikan. Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan penelitian adalah memilih model pembelajaran yang dinilai sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Dalam hal ini peneliti memilih menerapkan model kooperatif tipe STAD yang kemudian membuat satuan pelajaran, rencana pelajaran dan perangkat pembelajaran (LKS, buku siswa, dll). C. SIKLUS PENELITIAN Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan dalam 2 siklus, sesuai dengan waktu yang telah direncanakan, yakni 4 jam pelajaran untuk pokok bahasan sebagai berikut : 1. 2. Materi pembelajaran siklus 1 : Sifat Keperiodikan Unsur Materi Pembelajaran siklus 2 : Perkembangan Teori Atom Pada tiap putaran terdiri atas 4 tahap, yaitu : 1. 2. 3. 4. Rancangan Kegiatan dan pengamatan Refleksi Revisi Adapun putaran dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut :

Silabus I Revisi

Refleksi

Putaran 1

Kegiatan dan Pengamatan Silabus II Revisi

Refleksi

Putaran 2

Kegiatan dan Pengamatan

Gambar 1 : Alur Penelitian Tindakan Kelas (Tim PGSM, 1999) D. INSTRUMEN Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : 1. Lembar tes Dalam penelitian ini post test digunakan untuk mengetahui sejauhmana ketuntasan belajar yang dapat dicapai dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Berdasarkan GBPP SMU Tahun 1994 ; 39 bahwa siswa akan tuntas belajar bila ia telah memperoleh

skor 65% atau nilai 65. Tuntas dalam hal ini adalah siswa telah berhasil belajar pada materi perkembangan model atom. 2. Lembar Observasi Lembar observasi yang digunakan berupa lembar pengamatan pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Hal ini dilakukan untuk menilai kete-rampilanketerampilan guru dan siswa, apakah kegiatan pembelajaran tersebut berpusat pada guru atau berpusat pada siswa. E. ANALISIS DAN REFLEKSI 1. Metode Pengumpulan Data a. Observasi Observasi penelitian ini dilakukan secara langsung pada saat Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di kelas X pada Kompetensi Dasar Struktur Atom, Sifat Periodik Unsur dan Ikatan Kimia. b. Metode Tes Dalam penelitian ini digunakan tes setelah mendapat perlakuan (postest) untuk mengetahui sejauhmana tingkat ketuntasan belajar siswa terhadap materi yang disampaikan melalui model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. 2. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Data yang dianalisis ini adalah nilai tes prestasi belajar kimia pada kompetensi dasar struktur atom, sifat-sifat periodik

unsur dan ikatan kimia, data pengamatan aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, serta pengamatan keterampilan guru dalam pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Data hasil ketuntasan belajar siswa Secara individual, siswa telah tuntas belajar jika mencapai skor 65% atau nilai 65 dengan perhitungan sebagai beriktu (Depdikbud, 1994) :
Skor Siswa = Skor yang diperoleh x 100% Skor maksimum

Suatu kelas dinyatakan tuntas belajar jika terdapat > 85% dari jumlah siswa telah tuntas belajar. Perhitungan untuk menyatakan ketuntasa belajar siswa secara klasikal :
= jumlah siswa yang tuntas x 100% jumlah siswa seluruhnya

b. Data hasil pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa Observasi terhadap aktivitas siswa dilakukan selama pembelajaran berlangsung selang 1 menit. Hasil observasi dianalisis dengan jumlah aktivitas siswa yang dilakukan dibagi jumlah siswa yang melakukan aktivitas dibagi waktu keseluruhan dikali 100%.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN 1. Putaran I Penelitian pada Putaran I dilaksanakan pada : Hari / Tanggal Pukul Materi Pokok Bahasan Pengelola Kelas (Guru) Pengamat : Kamis / 25 Agustus 2005 : 07.00 08.20 WIB : Sifat Keperiodikan Unsur : Masrina Dwi Puspita, S.Pd. : Rina Indrati, S.Pd. (Pengelolaan Kelas) Yuyun UK., S.TP (Aktivitas Guru dan Siswa) a. Rencana Hal-hal yang dilakukan dalam perencanaan adalah : 1) Menyiapkan Silabus 2) Menyiapkan Materi Pelajaran 3) Menyiapkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS 1) 4) Menyiapkan soal tes hasil belajar (Kuis I) 5) Menyiapkan lembar pengamatan untuk pengelolaan kelas serta aktivitas siswa dan guru. b. Kegiatan dan Pengamatan 1) Proses pembelajaran putaran I, guru mengaitkan materi pelajaran dengan mengaitkan pengetahuan awal siswa mengenai pengertian

30

unsur, kemudian guru memotivasi siswa dengan menyebutkan contoh dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan sifat unsur dan dilanjutkan dengan menyampaikan indikator pencapaian pada siswa. 2) Pembelajaran dimulai dengan guru mempresentasikan materi pokok pelajaran dengan menyajikan gambar tabel sistem periodik unsur. 3) Pembelajaran dilaksanakan dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 siswa yang heterogen yaitu laki-laki dan perempuan dengan kemampuan akademik yang berbeda. Pada tahap ini, guru meminta siswa mengerjakan kegiatan LKS 1, yaitu tentang sifat keperiodikan unsur, sedangkan guru mengamati kegiatan dan memberi bantuan pada kelompok yang mengalami kesulitan. 4) Membahas jawaban dari semua kelompok dengan menyuruh salah satu anggota kelompok membacakan hasil diskusi. Sedangkan kelompok yang lain menanggapi. 5) Guru membimbing siswa merangkum materi pelajaran yang dilanjutkan dengan mengerjakan Soal Kuis 1 (tes hasil belajar siklus I) secara mandiri bukan secara kelompok. 6) Guru mengumumkan penghargaan pada kelompok yang telah beraktivitas baik dan memahami materi sifat keperiodikan unsur, dilanjutkan dengan memberi tugas rumah berupa portofolio dengan

membuat resume tentang sifat-sifat keperiodikan unsur (jari-jari atom, afinitas, elektron, energi ionisasi dan keelektronegatifan) dan memberikan tugas baca atau mempelajari materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya, yaitu mengenai perkembangan teori atom. Dari hasil kegiatan dan pengamatan tersebut diperoleh datadata sebagai berikut : 1) Data hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran. Pada tabel berikut disajikan data tentang pengelolaan pembelajaran. Tabel 4.1 Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif STAD No. I II Aspek yang Diamati Skor Kategori Persiapan 3 Cukup baik Pelaksanaan A. Pendahuluan 1. Menyampaikan indikator pen4 Baik capaian 2. Memotivasi siswa 3 Cukup baik 3. Menghubungkan pelajaran se3 Cukup baik karang dengan pelajaran terdahulu B. Kegiatan inti 1. Menyampaikan materi 4 Baik 2. Mengatur siswa dalam kelom4 Baik pok 3. Melatih keterampilan kooperatif Cukup baik Menyampaikan ide/penda3 pat Cukup baik 3 Mendengarkan secara aktif Baik 4 Berada dalam tugas Cukup baik 3 Menghargai pendapat

No.

III IV

orang lain Aspek yang Diamati Skor Kategori 4 Baik Mengajukan pertanyaan 3 Cukup baik Menjawab pertanyaan dan menanggapi 3 Cukup baik 4. Mengawasi kelompok secara bergantian 4 Baik 5. Membantu kelompok yang mengalami kesulitan 4 Baik 6. Membimbing siswa mengerjakan LKS 4 Baik 7. Memberi resitasi/umpan balik/ evaluasi C. Penutup 4 Baik 1. Membimbing siswa membuat rangkuman 4 Baik 2. Memberikan penghargaan 4 Baik 3. Memberikan tugas rumah 3 Cukup baik Pengelolaan Waktu Suasana Kelas 3 Cukup baik 1. Berpusat pada siswa 4 Baik 2. Siswa antusias 4 Baik 3. Guru antusias Pada tabel di atas, ada 4 tahap dalam Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD, yaitu : (1) Persiapan, mendapat skor 3 (cukup baik) ; (2) Pelaksanaan yang mempunyai 3 sub bagian pengamatan yaitu pendahuluan, mendapat skor rata-rata 3 (cukup baik), kegiatan inti mendapat skor rata-rata 3,5 (cukup baik), dan penutup mendapat skor rata-rata 4 (baik) ; (3) Pengelolaan waktu mendapat skor 3 (cukup baik) ; dan (4) Suasana kelas mendapat skor rata-rata 3,6 (mengarah ke baik). Berdasarkan hasil pengamatan di atas, fase yang

mendapatkan skor 3 (cukup baik) adalah persiapan. Hal ini

disebabkan karena sebagian siswa datang terlambat sehingga mereka terkesan kurang siap mengikuti tahap I. Aktivitas Guru Pengamatan aktivitas guru pada siklus I dilakukan setiap 30 detik selama 2 x 40 menit, yaitu dengan memberikan tanda pada lembar pengamatan pada setiap kategori aktivitas guru. Data pengamatan aktivitas guru dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.2 Aktivitas Guru Pada Siklus I No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kategori Aktivitas Guru Menyampaikan informasi tentang materi Membimbing siswa mengerjakan LKS dengan benar Mendorong dan membimbing keterampilan kooperatif Mengawasi setiap kelompok secara bergilir Membantu Kelompok yang mengalami kesulitan Memberi umpan balik/evaluasi Perilaku yang tidak relevan Presentase Kemunculan 11,11 16,66 21,27 14,66 22,21 13,66 0

Aktivitas guru yang sering dilakukan adalah membantu kelompok yang mengalami kesulitan, yaitu sebesar 22,21 %. Hal ini terjadi karena siswa banyak yang kurang bisa dalam membaca/ menganalisis tabel pada soal-soal LKS. Aktivitas yang jarang dilakukan adalah menyampaikan informasi tentang materi

(11,11%). Aktivitas membimbing siswa mengerjakan LKS dengan benar (16,66%). Aktivitas mendorong dan membimbing keteram-

pilan kooperatif (12,27%). Aktivitas mengawasi setiap kelompok secara bergilir (14,66%). Aktivitas memberi umpan balik/evaluasi (13,66%), sedangkan perilaku yang tidak relevan (0%). 2) Data hasil pengamatan aktivitas siswa. Pengamatan aktivitas siswa dilakukan dalam waktu yang sama dengan pengamatan aktivitas guru oleh pengamat yang berbeda. Tabel 4.3 Aktivitas Siswa Siklus I No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Presentase Kemunculan Mendengarkan dan memperhatikan penje15 lasan guru Membaca (buku siswa/LKS) 16,20 Mengerjakan LKS 28,86 Berlatih keterampilan kooperatif (menga20,24 jukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, menyampaikan ide, menanggapi) Mempresentasikan hasil belajar 14,20 Perilaku yang tidak relevan 5,50 Kategori Aktivitas Siswa Aktivitas yang sering dilakukan siswa adalah mengerjakan LKS, yaitu sebesar 28,86%. Hal ini terjadi karena banyak siswa yang belum bisa membaca tabel pada soal-soal LKS. Aktivitas yang sering dilakukan lainnya adalah berlatih keterampilan kooperatif (20,24%) karena mereka antusias dalam menanggapi jawaban dari kelompok lain dan banyak mengajukan pertanyaan pada kelompok yang sedang presentasi sehingga keterampilan kooperatif mereka baik. Aktivitas membaca (16,20%) dan aktivitas

mempresentasikan hasil kelompok (14,20%). Prilaku yang tidak relevan (5,50%). Hal ini terjadi pada beberapa siswa yang bergurau setelah selesai mengerjakan LKS sambil menunggu siswa lainnya selesai mengerjakan. Sisanya (18,75%) digunakan untuk

mengerjakan soal kuis I. 3) Data hasil ketentuan belajar siswa Pada siklus I didapat hasil cukup memuaskan dengan nilai rata-rata kelas 65,05. Dan ketentuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.4 Hasil Tes Belajar (Kuis I) pada Siklus I No. 1. 2. 3. 4. 5. Karakteristik N (Jumlah Siswa) Rata-rata Jumlah siswa yang tuntas (> 65) Jumlah siswa yang belum tuntas (< 65) Ketuntasan klasikal (%) Nilai 16 65,05 10 6 62,50

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 16 siswa yang mendapatkan nilai > 65 hanya 10 siswa. Jadi pembelajaran Siklus I dari 16 siswa hanya 10 siswa yang tuntas belajarnya. 4) Data nilai perkembangan individu terhadap nilai kelompok pada siklus I. Pada siklus I didapat nilai perkembangan individu berkisar antara 18 28, dengan nilai kelompok rata-rata 23,5. Siswa kelas X SMAI Darut Tauhid Bangil yang berjumlah 16 orang, dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok

mempunyai 4 anggota. Pada proses pembelajaran siklus I kelompok kooperatif, dua kelompok mendapat penghargaan sebagai kelompok super dan dua kelompok mendapat penghargaan sebagai kelompok great (hebat). Hasil ini perlu ditingkatkan lagi pada siklus selanjutnya. Data nilai perkembangan individu terhadap nilai kelompok dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.5 Nilai Perkembangan Individu Terhadap Nilai Kelompok Pada Proses Pembelajaran Siklus I
Kelompok Nilai Skor Nilai Hasil Nilai Perkembangan Dasar Belajar Kelompok Individu 70 75 20 50 70 30 28 40 70 30 50 75 30 60 75 30 60 75 30 28 50 60,33 20 30 42 30 70 66,66 10 40 50 20 18 60 62,52 20 50 52 20 70 66,66 10 60 60,33 10 20 50 70 30 40 70 30 Penghargaan Kelompok Super

II

Super

III

Great

IV

Great

c. Refleksi Dari pengamatan aktivitas guru dihasilkan bahwa aktivitas membantu kelompok yang mengalami kesulitan (22,21%). Hal ini terjadi karena siswa bayak yang kurang bisa dalam membaca/

menganalisis tabel pada soal-soal LKS sehingga aktivitas yang sering dilakukan siswa adalah mengerjakan LKS yaitu sebesar 28,86%. Sedangkan aktivitas yang tidak relevan (5,50%) disebabkan oleh beberapa orang siswa yang bergurau ketika selesai mengerjakan LKS sambil menunggu siswa lainnya selesai mengerjakan. Dalam belajar, siswa sudah menerapkan belajar kelompok kooperatif. Hal ini dibuktikan dengan 17,50% siswa telah berlatih keterampilan kooperatif. Dalam mempresentasikan hasil diskusi beberapa siswa masih kurang dapat menghargai pendapat dari siswa lain. Beberapa siswa tersebut tertawa ketika mendengar jawaban dari siswa lain yang kurang tepat. d. Revisi Dari refleksi pada siklus I, maka perlu dilakukan revisi untuk perbaikan pada siklus II, yaitu : 1) Siswa hendaknya lebih menghargai pendapat orang lian sehingga siswa yang mempunyai pendapat kurang tepat tidak merasa malu untuk menjawab pertanyaan dan diharapkan dapat meningkatkan keterampilan kooperatif. 2) Setelah selsai mengerjakan LKS, siswa tidak perlu bergurau sehingga perilaku yang tidak relevan siswa semakin berkurang. 3) Guru hendaknya tidak terlalu banyak membimbing siswa yang mengalami kesulitan karena berdampak kurang baik pada siswa, yaitu siswa kurang mandiri dan akan bergantung pada penjelasan guru.

2. Putaran II Penelitian pada Putaran II dilaksanakan pada : Hari / Tanggal Pukul Materi Pokok Bahasan Pengelola Kelas (Guru) Pengamat : Kamis / 1 September 2005 : 07.00 08.20 WIB : Perkembangan Teori Atom : Masrina Dwi Puspita, S.Pd. : Rina Indrati, S.Pd. (Pengelolaan Kelas) Yuyun UK., S.TP (Aktivitas Guru dan Siswa) a. Rencana Hal-hal yang dilakukan dalam perencanaan adalah : 1) Menyiapkan Silabus II 2) Menyiapkan Materi Pelajaran 3) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS 2) 4) Menyiapkan Lembar Pengamatan Pengelolaan Kelas serta Lembar Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa 5) Menyiapkan soal tes hasil belajar siklus II (Kuis II) 6) Memperhatikan refleksi pada siklus I b. Kegiatan dan Pengamatan Pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut : 1) Awal pertemuan ke-II, guru mengaitkan pelajaran dengan mengingatkan siswa tentang pengertian materi kemudian

memotivasi siswa dengan membawa contoh-contoh model atom dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bertujuan agar siswa mudah

mengingatnya.

Guru

membawa

kelereng/bola

pejal

yang

merupakan analog dari model atom Dalton; biskuit chocochips yang merupakan analog dari model atom Thomson; kacang atom yang merupakan analog dari model Rutherford; dan bawang bombai yang merupakan analog dari model atom Bohr, dilanjutkan dengan menyampaikan indiaktor pencapaian. 2) Pembelajaran dimulai dengan guru mempresentasikan materi pokok pelajaran dengan menyajikan gambar perkembangan model atom. 3) Guru membentuk kelompok kooperatif seperti pada pertemuan sebelumnya dan mengingatkan pada setiap kelompok untuk beraktivitas lebih baik lagi dan maksimal. Pada tahap ini, guru meminta siswa mengerjakan LKS 2 yaitu tentang Perkembangan Teori Atom, sedangkan guru mengamati kegiatan dan memberi bantuan pada kelompok yang mengalami kesulitan. Membahas jawaban dari semua kelompok 4) dengan menyuruh salah satu anggota kelompok membacakan hasil diskusi, sedangkan kelompok yang lain menanggapi. 5) Guru membimbing siswa merangkum materi pelajaran dan dilanjutkan dengan mengerjakan soal kuis II (tes hasil belajar siklus II). 6) Guru mengemukakan penghargaan pada kelompok, memberikan tugas rumah dan mempelajari materi berikutnya.

Dari hasil kegiatan dan pengamatan tersebut diperoleh datadata sebagai berikut : 1) Data hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran. Pada tabel berikut disajikan data tentang pengelolaan pembelajaran. Tabel 4.6 Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif STAD No. I II Aspek yang Diamati Skor Kategori Persiapan 4 Baik Pelaksanaan A. Pendahuluan 1. Menyampaikan indikator pen4 Baik capaian 2. Memotivasi siswa 4 Baik 3. Mengaitkan pelajaran se4 Baik karang dengan pelajaran terdahulu B. Kegiatan inti 1. Menyampaikan materi 4 Baik 2. Mengatur siswa dalam kelom4 Baik pok 3. Melatih keterampilan kooperatif Menyampaikan ide/penda3 Cukup baik pat 4 Baik Mendengarkan secara aktif 4 Baik Berada dalam tugas 4 Baik Menghargai pendapat orang lain 4 Baik Mengajukan pertanyaan 4 Baik Menjawab pertanyaan dan menanggapi 4 Baik 4. Mengawasi kelompok secara bergantian

No.

III IV

Aspek yang Diamati Skor Kategori 5. Membantu kelompok yang 3 Cukup baik mengalami kesulitan 6. Membimbing siswa menger4 Baik jakan LKS 7. Memberi resitasi/umpan balik/ 4 Baik evaluasi C. Penutup 1. Membimbing siswa membuat 4 Baik rangkuman 2. Memberikan penghargaan 4 Baik 3. Memberikan tugas rumah 4 Baik Pengelolaan Waktu 3 Cukup baik Suasana Kelas 1. Berpusat pada siswa 4 Baik 2. Siswa antusias 4 Baik 3. Guru antusias 4 Baik Pada tabel di atas, pengelolaan kelas dengan model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ada yang mengalami peningkatan dan ada yang tetap. Pada bagian pertama yaitu persiapan meningkat menjadi skor 4 (baik). Bagian kedua (pelaksanaan) pada sub bagian pertama yaitu pendahuluan meningkat menjadi skor 4 (baik). Pada sub bagian kedua yaitu kegiatan inti hampir keseluruhan aspek yang diamati mendapat skor 4 (baik) kecuali pada aspek menyampaikan ide/pendapat mendapat skor 3 (cukup baik). Pada bagian penutup mendapat skor tetap yaitu 4 (baik). Sedangkan pengelolaan waktu mendapat skor tetap yaitu 3 (cukup baik). Bagian keempat yaitu suasana kelas, skor secara keseluruhan mendapat skor 4 (baik).

Aktivitas Guru Pengamatan aktivitas guru pada siklus II dilakukan selama 2 x 40 menit, sama seperti pada siklus I. Pengamatan aktivitas guru dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.7 Aktivitas Guru Pada Siklus II No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kategori Aktivitas Guru Menyampaikan informasi tentang materi Membimbing siswa mengerjakan LKS dengan benar Mendorong dan membimbing keterampilan kooperatif Mengawasi setiap kelompok secara bergilir Membantu Kelompok yang mengalami kesulitan Memberi umpan balik/evaluasi Perilaku yang tidak relevan Presentase Kemunculan 11,11 15 25 15 13,89 20 0

Aktivitas guru pada siklus II, yang paling dominan adalah mendorong dan membimbing keterampilan kooperatif, yaitu 25%. Aktivitas membantu kelompok yang mengalami kesulitan turun menjadi 13,89%. Hal ini berarti siswa bisa mengatasi permasalahan sendiri dan tidak terlalu bergantung pada guru. Aktivitas yang mengalami kenaikan adalah memberi umpan balik/evaluasi menjadi 20%. Aktivitas yang konstan dilakukan adalah

menyampaikan informasi tentang materi (11,11%) dan perilaku yang tidak relevan (0%). Sedangkan aktivitas yang hampir konstan adalah membimbing siswa mengerjakan LKS dengan benar (15%) dan mengawasi kelompok secara bergilir (15%).

2) Data hasil pengamatan aktivitas siswa Data aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.8 Aktivitas Siswa Siklus II No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Presentase Kemunculan Mendengarkan dan memperhatikan penje15 lasan guru Membaca (buku siswa/LKS) 17,20 Mengerjakan LKS 18,24 Berlatih keterampilan kooperatif (menga28,86 jukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, menyampaikan ide, menanggapi) Mempresentasikan hasil belajar 20,20 Perilaku yang tidak relevan 0,5 Kategori Aktivitas Siswa Aktivitas siswa pada siklus II, yang paling dominan dan yang mengalami peningkatan adalah berlatih keterampilan kooperatif (28,86%) dan mempresentasikan hasil kerja kelompok (20,20%). Hal ini berarti siswa dapat berlatih keterampilan kooperatif dengan baik, lebih bisa menghargai pendapat siswa lain dan lebih interaktif dalam kegiatan belajarnya (berpusat pada siswa). Aktivitas mendengarkan/memperhatilan penjelasan guru (15%), membaca buku (17,20%) dan mengerjakan LKS (18,24). Sedangkan perilaku yang tidak relevan mengalami penurunan yaitu (0,5%). Hal ini berarti siswa lebih bisa memanfaatkan waktunya untuk hal yang positif di dalam kelas dan dapat mengurangi kegiatan yang negatif seperti bergurau di dalam kelas.

3) Data hasil ketuntasan belajar siswa Dari hasil ketuntasan belajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.9 Ketentuan Hasil Belajar Siswa (Kuis II) pada Siklus II No. 1. 2. 3. 4. 5. Karakteristik N (Jumlah Siswa) Rata-rata Jumlah siswa yang tuntas (> 65) Jumlah siswa yang belum tuntas (< 65) Ketuntasan klasikal (%) Nilai 16 71,37 13 3 81,25

Pada siklus II ini, hasil ketuntasan belajar siswa secara individu maupun klasikal dapat dikatakan memuaskan. Hal ini terjadi karena dari 16 siswa hanya 3 orang yang tidak mendapatkan ketuntasan belajar. Sedangkan secara klasikal hampir mendekati ketuntasan, yaitu 81,25% dari jumlah siswa yang tuntas mendapatkan nilai > 65. 4) Data nilai perkembangan individu terhadap nilai kelompok pada pembelajaran siklus II. Pada siklus II beberapa bagian mengalami peningkatan hasil nilai perkembangan individu terhadap kelompok dibanding pada siklus I dengan nilai kelompok rata-rata 26. Peningkatan ini dapat dilihat ada 3 kelompok yang mendapat predikat super dan hanya 1 kelompok dengan mendapat predikat Great (hebat). Data perkembangan individu terhadap kelompok dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.10 Nilai Perkembangan Individu Terhadap Nilai Kelompok Pada Proses Pembelajaran Siklus II
Kelompok Nilai Skor Nilai Hasil Nilai Perkembangan Dasar Belajar Kelompok Individu 70 71,67 20 50 71,67 30 28 40 75,01 30 50 68,35 30 60 72,01 30 60 68,68 20 23 50 71,66 30 30 30 10 70 83,33 30 40 77 30 28 60 80 30 50 55,01 20 70 96,66 30 60 96,66 30 25 50 93,32 30 40 30 10 Penghargaan Kelompok Super

II

Great

III

Super

IV

Super

c. Refleksi Dari pengamatan aktivitas guru yang paling dominan adalah mendorong dan membimbing keterampilan kooperatif, yaitu sebesar 25%. Aktivitas membantu kelompok yang mengalami kesulitan turun menjadi 13,89%. Hal ini berarti siswa bisa mengatasi permasalahan sendiri dan tidak terlalu tergantung pada guru. Aktivitas yang mengalami kenaikan adalah memberi umpan balik/evaluasi yaitu 20%. Selain itu, hasil data menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada siklus II yang paling dominan dan yang paling mengalami peningkatan adalah berlatih keterampilan kooperatif (25%) dan mempresentasikan hasil kerja kelompok (20%). Hal ini berarti siswa dapat berlatih

keterampilan kooperatif dengan baik, lebih bisa menghargai pendapat siswa lain dan lebih interaktif dalam kegiatan belajarnya (berpusat pada siswa). Sedangkan perilaku yang tidak relevan mengalami penurunan, yaitu 0,5%. Hal ini berarti siswa lebih bisa memanfaatkan waktunya untuk hal yang positif di dalam kelas dan dapat mengurangi kegiatan yang negatif seperti bergurau di dalam kelas. d. Revisi Dari hasil refleksi akan dilakukan sebagai berikut : Guru akan meningkatkan teknik pengajaran. B. PEMBAHASAN 1. Kemampuan dan Aktivitas Guru dalam Mengelola Kelas Tabel 4.11 Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD No. I II Aspek yang Diamati Persiapan Pelaksanaan a. Pendahuluan b. Kegiatan Inti c. Penutup Pengelolaan Waktu Suasana Kelas Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan Siklus I 3 3,3 3,3 4 3 3,6 bahwa II 4 4 3,8 4 3 4 Model

III IV

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Kompetensi Dasar Struktur Atom, Sifat-sifat Periodik Unsur dan Ikatan Kimia secara umum telah berjalan dengan baik mulai siklus I dan siklus II. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas guru yang aktif dalam mengelola pembelajaran dan aktif

melatihkan keterampilan kooperatif siswa. Selain itu, guru juga aktif dalam membimbing siswa dalam kelompok belajar. Jadi, secara keseluruhan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran telah mencapai kriteria baik dan menunjukkan keefektifan pengelolaan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dengan rata-rata nilai yang di dapat antara 3 4. Berdasarkan hasil pengamatan, aktivitas guru tiap siklusnya menghasilkan data sebagai berikut : Tabel 4.12 Aktivitas Guru No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Aktifitas Guru Menyampaikan informasi tentang materi Membimbing siswa mengerjakan LKS dengan benar Mendorong dan membimbing keterampilan koopertif Mengawasi setiap kelompok secara bergilir Membantu kelompok yang mengalami kesulitan Memberi umpan balik/evaluasi Perilaku yang tidak relevan Jumlah
HASIL PTK AKTIVITAS GURU
40 35 30 25 20 15 10 5 0

Siklus I II 11,11 11,11 16,66 15 21,27 14,66 22,21 13,66 0 100 25 15 13,89 20 0 100

Prosentase (%)

1 11.11 11.11

2 16.66 15

3 21.27 25

4 14.66 15

5 22.21 13.89

6 13.66 20

7 0 0

Siklus I Siklus II

Gambar 4.1 Aktivitas Guru

Pada siklus I aktivitas guru yang paling tinggi adalah membantu kelompok yang mengalami kesulitan, sedangkan pada siklus II aktivitas guru tertinggi adalah mendorong dan membimbing keterampilan kooperatif. Secara detail dapat peneliti jelaskan sebagai berikut : a. Menyampaikan informasi tentang materi Pada siklus I dan siklus II, aktivitas menyampaikan informasi tentang materi adalah 11,11%. Hal ini menunjukkan bahwa proses belajar mengajar tidak didominasi oleh guru melainkan pembelajaran sudah berpusat pada siswa sehingga guru dapat dikatakan berhasil dalam menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. b. Membimbing siswa mengerjakan LKS dengan benar Pada siklus I dan II aktivitas membimbing siswa mengerjakan LKS dengan benar adalah 16,66% dan 15%. Hal ini disebabkan karena siswa masih perlu mendapat bimbingan dalam mengerjakan LKS. Pada siklus II aktivitas guru mulai berkurang hingga mencapai 15%. Hal ini dapat menunjukkan keberhasilan guru dalam menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dimana semakin banyak siklus yang dilakukan, maka seharusnya aktivitas guru semakin berkurang sehingga aktivitas siswa harus meningkat. c. Mendorong dan membimbing keterampilan kooperatif Pada siklus I dan II, aktivitas mendorong dan membimbing keterampilan kooperatif adalah 21,27% dan 25%. Dengan demikian siswa diharapkan dapat meningkatkan keterampilan kooperatif.

d. Mengawasi setiap kelompok secara bergilir. Pada siklus I dan II, aktivitas guru dalam mengawasi kelompok secara bergilir hampir konstan, yaitu sebesar 14,66% dan 15%. Hal ini disebabkan karena siswa sudah bisa untuk melakukan kerja kelompok dalam mengerjakan LS sehingga guru hanya perlu sedikit aktivitas dalam pengawasnnya. e. Membantu kelompok yang mengalami kesulitan Pada siklus I dan II, aktivitas membantu kelompok yang mengalami kesulitan berkurang dari 22,21% menjadi 13,89%. Hal ini disebabkan karena siswa bisa mengatasi permasalahan sendiri sehingga tidak terlalu bergantung pada guru. Hal ini dapat menunjukkan keberhasilan guru dalam menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD sehingga pembelajaran berpusat pada siswa. f. Memberi umpan balik/evaluasi Pada siklus I dan II, aktivitas memberi umpan balik/evaluasi pengalami peningkatan dari 13,66% menjadi 20%. Hal ini disebabkan oleh tingkat kesulitan yang berbeda-beda dalam mengerjakan LKS, sehingga umpan balik yang diberikan oleh guru berbeda. g. Perilaku yang tidak relevan Pada siklus I dan II, perilaku yang tidak relevan sebesar 0%. Hal ini dapat menunjukkan keberhasilan guru dalam menggunaan model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.

2. Aktivitas Siswa Berdasarkan hasil pengamatan, aktivitas siswa tiap siklusnya menghasilkan data pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.13 Aktivitas Siswa No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Aktifitas Guru Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru Membaca (buku siswa/LKS) Mengerjakan LKS Berlatih keterampilan kooperatif Mempresentasikan hasil kerja kelompok Perilaku yang tidak relevan Jumlah
HASIL PTK AKTIVITAS SISWA Prosentase (%)
40 35 30 25 20 15 10 5 0

Siklus I 15 16,20 28,86 20,24 14,20 5,50 100 II 15 17,20 18,24 28,86 20,20 0,5 100

1 15.00 15.00

2 16.20 17.20

3 28.86 18.24

4 20.24 28.86

5 14.20 20.20

6 5.50 0.50

Siklus I Siklus II

Gam bar 4.2 Aktivitas Sisw a

Pada siklus I, aktvitas siswa tertinggi adalah mengerjakan LKS yaitu sebgesar 28,86%, pada putaran II aktivitas tertinggi adalah berlatih keterampilan kooperatif yaitu 28,86%. Secara detail dapat peneliti jelaskan sebagai berikut :

a. Mendengarkan dan memperhatikan guru Pada siklus I dan siklus II, aktivitas mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru sebesar 15%. Dengan jumlah presentase yang kecil, berarti siswa tidak terlalu bergantung pada penjelasan guru sehingga siswa bisa belajar mandiri. b. Membaca (buku siswa/LKS) Pada siklus I dan siklus II, aktivitas membaca (buku siswa/LKS) mengalami peningkatan dari 16,20% menjadi 17,20%. Hal ini berarti bahwa siswa sudah bisa mandiri di dalam melakukan kerja kelompok sehingga penggunaan model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat dikatakan berhasil. c. Mengerjakan LKS Pada siklus I dan II, aktivitas mengerjakan LKS semakin turun yaitu dari 28,86% menjadi 18,24%. Hal ini berarti siswa dapat lebih cepat memahami dan lebih cepat memecahkan permasalahan sendiri sehingga lebih bisa belajar mandiri. d. Berlatih keterampilan kooperatif Pada siklus I dan II, aktivitas berlatih keterampilan kooperatif mengalami kenaikan yaitu dari 20,24% menjadi 28,86%. Hal ini terjadi karena siswa lebih bisa menerapkan pekerampilan kooperatif dengan baik, mampu menghargai pendapat siswa lain dan lebih interaktif dalam kegiatan belajarnya. Sehingga pembelajaran berpusat pada siswa. e. Mempresentasikan hasil kerja kelompok Pada siklus I dan siklus II, aktivitas mempresentasikan hasil mengalami kenaikan yaitu dari 14,20% menjadi 20,20%. Hal ini terjadi

karena siswa lebih interaktif dalam kegiatan belajarnya, baik dalam menyampaikan ide maupun menanggapi pendapat siswa lain. f. Perilaku yang tidak relevan Pada siklus I dan siklus II, perilaku yang tidak relevan mengalami penurunan yaitu dari 5,50% menjadi 0,5%. Hal ini dapat menunjukkan keberhasilan di dalam menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. g. Hasil tes belajar siswa Berdasarkan hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa. Hal ini dapat dilihat pada tabel ketuntasan belajar berikut ini : Tabel 4.14 Ketuntasan Belajar No. 1. 2. Uraian Jumlah siswa yang tuntas > 65 Jumlah siswa yang tidak tuntas < 65 Prosentase ketuntasan belajar Siklus I 10 6 62,50 % II 13 3 81,25%

20 15 10 5 0 Siklus I Siklus II Tuntas 10 13 Gam bar 4.3 Ketuntasan Hasil Belajar Tidak Tuntas 6 3

Pada siklus I, terdapat 10 siswa yang telah tuntas belajarnya dan yang tidak tuntas sebanyak 6 siswa. Jadi diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 62,50. Pada siklus I ini belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar secara klasikal yaitu 85% walaupun rata-rata kelas yang didapatkan yaitu 65,05. Pada siklus II, hasil ketuntasan belajar siswa secara individu maupun klasikal dapat dikatakan memuaskan. Hal ini terjadi karena dari 16 siswa hanya 3 orang yang tidak mendapatkan ketuntasan belajar. Nilai rata-rata kelas yang di dapat yaitu 71,37. Secara klasikal hampir mendekati ketuntasan yaitu 81,25% dari jumlah siswa yang tuntas mendapatkan nilai > 65.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kemampuan guru dalam mengelola KBM mengalami peningkatan dari siklus I, dan siklus II yaitu dengan nilai rata-rata 3,56 pada siklus I dengan kategori baik menjadi 3,87 dengan kategori baik pada putaran II. Dengan demikian terjadi peningkatan kualitas dalam pembelajaran. 2. Aktivitas guru yang sering muncul pada siklus I adalah membantu kelompok yang mengalami kesulitan (22,21%), pada siklus II aktivitas yang sering dilakukan adalah mendorong dan membimbing keterampilan kooperatif (25%). Dengan demikian, siswa lebih aktif dalam KBM dan lebih bisa belajar mandiri (student oriented) sehingga guru bisa menjalankan perannya sebagai fasilitator dan motivator dalam pelaksanaan pembelajaran. Aktivitas siswa berlatih keterampilan kooperatif pada tiap siklus terjadi peningkatan aktivitas, yaitu pada siklus I sebesar 20,29% meningkat pada siklus II menjadi 28,86%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa lebih interaktif dalam kegiatan belajarnya sehingga pembelajaran lebih berpusat pada siswa (student oriented).

55

Hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada tiap siklus yaitu : pada siklus pertama ketuntasan klasikal sebesar 62,50% dengan nilai ratarata 65,05 dan pada siklus kedua ketuntasan klasikal sebesar 81,25% dengan rata-rata 71,37. Dengan demikian hasil ketuntasan belajar siswa secara individu maupun klasikal dapat dikatakan memuaskan sehingga model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan pendekatan kontekstual efektif dan dapat membantu siswa mencapai ketuntasan belajar. B. SARAN Peneliti lanjutan dapat memadukan beberapa model-model

pembelajaran yang bisa dipadukan ke dalam model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD sehingga tingkat keberhasilan akan semakin besar. Pendekatan kontekstual pada Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat menjadi satu alternatif sebagai upaya untuk meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa dan mengaktifkan proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Uhya. 1998. Pengembangan Model Pembelajaran Koopeatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia di SMU. Tesis Pasca Sarjana IKIP Surabaya. Depdiknas. 2002. Pendekatan Konstekstual. Jakarta : Depdiknas Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia SMA. Jakarta : Pemerintah Propinsi Jawa Timur Dinas P dan K Sub Din Dikmenum. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Propinsi Jawa Timur. 2005. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Sekolah Menengah Atas. Surabaya : Satuan Kerja Pembinaan Pendidikan Menengah Umum. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Pemerintah Propinsi Jawa Timur. 2005. Panduan Workshop Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya : Satuan Kerja Pembinaan Pendidikan Menengah Umum. Hoetawarman, Wawang. 2000. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Siswa pada Pembelajaran Konsep Kesetimbangan Kimia di Kelas II Cawu I SMU Negeri 1 Jombang. Laporan Akhir PTK Tahun 2000/2001. Malang : Universitas Negeri Malang. Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press. UNESA. Nur, Mohammad. 2001. Translated From Contextual Teaching and Learning by Alan Blan Chard. Makalah Proyek Peningkatan Mutu SLTP. Pusat Sains dan Matematika sekolah. Program Pascasarjana UNESA. Nur, Mohammad dan Wikandari. 1999. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya : UNESA. Nur, Mohammad. 2002. Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual (versi transparansi). Makalah pada Penelitian Pembelajaran berkaitan dengan KBK pada Guru MIPA SMU Negeri Kabupaten Sidoarjo tanggal 13-14 Maret 2002 di Pusat Sains dan Matematika Sekolah Program Pasca Sarjana UNESA. Nur, Muhammad. 2000. Keterampilan Kooperatif. Buku Ajar Mahasiswa. Surabaya : UNESA.

Prihatini, Suci. 2005. Efektifitas Pendekatan Kontekstual dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Pokok bahasan sistem Koloid Kelas XI-2 di SMA Khadijah Surabaya. Skripsi yang tidak dipublikasikan. Surabaya : UNESA. Sugiarto, Bambang. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya : Jurusan Kimia FMIPA UNESA. Sukarmin. 2002. Pembelajaran Kooperatif. Makalah dalam Pelatihan Pembelajaran berkaitan dengan KBK pada Guru MIPA SMU Negeri Kabupaten Sidoarjo tanggal 13-14 Maret 2002 di Pusat sains dan Matematika Sekolah Program Pasca Sarjana UNESA. Tim Pelatihan Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Reasearch). Jakarta : Depdikbud. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Sekolah Umum. Zamroni. 2004. Pedoman Khusus Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning) . Surabaya : Departemen Pendidikan Nasional.

PENINGKATAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA KELAS X PADA KOMPETENSI DASAR STRUKTUR ATOM, SIFAT-SIFAT PERIODIK UNSUR DAN IKATAN KIMIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Oleh : Ketua : Moh. Rofiq, S.Ag. (Kepala Sekolah SMAI Darut Tauhid Bangil) Anggota I : Masrina Dwi Puspita, S.Pd. (Guru SMAI Darut Tauhid) Anggota II : Mimin Sri Rahayu, S.Pd. (Guru SMAN 1 Purwosari) Pasuruan, 20 Oktober 2005 Ketua Tim PTK

MOH. ROFIQ, S.Ag. Pembimbing : 1. Dr. Djoko Sarjono, M.Pd. 2. Drs. Dwi Wahyono, M.Si. 3. Drs. Anwar Santoso 4. Drs. Wawang Hoetawarman, M.Pd. : _________________ : _________________ : _________________ : _________________

Mengetahui, PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN SATUAN KERJA PEMBINAAN PENDIDIKAN MENENGAH UMUM PROPINSI JAWA TIMUR

Drs. H. SYAHRUL, MM. NIP. 130 790 134

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT. karena atas berkat dan rahmatNya penulis telah menyelesaikan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas X pada Kompetensi Dasar Struktur Atom, Sifat-sifat Periodik Unsur dan Ikatan Kimia Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Keberhasilan penulisan laporan ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk ini penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Drs. H. Syahrul, MM. selaku Pejabat Pembuat Komitmen Satuan Kerja Pembinaan pendidikan Menengah Umum Propinsi Jawa Timur. 2. Dr. Zamroni selaku Direktur Pendidikan Menengah Umum. 3. Dr. Djoko Sarjono, M.Pd., Drs. Dwi Wahyoni, M.Si., Drs. Anwar Santoso, Drs. Wawang Hoetawarman selaku pembimbing. 4. Moh. Rofiq, S.Ag. selaku Kepala Sekolah SMA Islam Darut Tauhid Bangil. 5. Siswa-siswa kelas X SMA Islam Darut Tauhid Bangil. 6. Semua pihak yang membantu terselesaikannya laporan penelitian ini. Akhirnya semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu berikan kepada penulis mendapat pahala dari Allah SWT.

Bangil, 16 Oktober 2005

Penulis

iii

ABSTRAK

PENINGKATAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA KELAS X PADA KOMPETENSI DASAR STRUKTUR ATOM, SIFAT-SIFAT PERIODIK UNSUR DAN IKATAN KIMIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD NAMA : MASRINA DWI PUSPITA, S.Pd. NAMA LEMBAGA : SMA ISLAM DARUT TAUHID BANGIL PASURUAN

Kimia merupakan salah satu cabang ilmu IPA yang mendukung kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Oleh karena itu pemahaman dan penguasaan konsep kimia pada siswa harus terus ditingkatkan. Kenyataan yang terjadi sebagian besar proses kegiatan belajar mengajar cenderung menggunakan metode ceramah sehingga siswa cenderung pasif dan hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Interaksi antar siswa masih sangat rendah sehingga penguasaan konsep-konsep kimia menjadi sangat lemah dan mengakibatkan siswa kurang berminat mempelajari kimia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengelola kelas, aktivitas siswa dan ketuntasan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada kompetensi dasar struktur atom, sifat-sifat periodik unsur dan ikatan kimia. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Action Research Classroom) yang dilaksanakan dengan dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD melalui pendekatan kontekstual dapat mengefektifkan proses belajar mengajar di kelas ditinjau dari (1) Peningkatan guru dalam mengelola KBM dari siklus I dan siklus II dengan skor rata-rata secara berturut-turut : 3,56 (baik) dan 3,87 (baik), (2) Aktivitas guru pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan dalam hal mendorong dan membimbing keterampilan kooperatif yaitu 21,27% menjadi 25%, (3) Aktivitas siswa yang mengalami peningkatan pada siklus I dan siklus II adalah dalam hal berlatih keterampilan kooperatif yaitu 20,29% menjadi 28,86%, (4) Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 62,50% menjadi 81,25% pada siklus II. Kata kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD melalui pendekatan kontekstual pada kompetensi dasar struktur atom, sifat-sifat periodik unsur dan ikatan kimia.

iv

LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENINGKATAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA KELAS X PADA KOMPETENSI DASAR STRUKTUR ATOM, SIFAT-SIFAT PERIODIK UNSUR DAN IKATAN KIMIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Disusun oleh : MASRINA DWI PUSPITA, S.Pd. dkk.

Workshop Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Gugus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Kimia SMA ISLAM DARUT TAUHID BANGIL KABUPATEN PASURUAN, PROPINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SATKER PEMBINAAN PENDIDIKAN MENENGAH UMUM 2005

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................ii KATA PENGANTAR ..........................................................................................iii ABSTRAK.............................................................................................................iv DAFTAR ISI...........................................................................................................v DAFTAR TABEL ................................................................................................vi DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................................1 B. Rumusan Masalah ..............................................................................4 C. Batasan Masalah .................................................................................5 D. Tujuan Penelitian ...............................................................................5 E. Manfaat Penelitian .............................................................................6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ..................7 B. Pengertian Pendekatan Kontekstual ...................................................8 C. Strategi Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual .............................12 D. Evaluasi Pendekatan Kontekstual ....................................................14 E. Pendekatan Konstruktivis .................................................................15 F. Pembelajaran Kooperatif ..................................................................16 v

G. Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif .............................................18 H. Tujuan Pembelajaran dan Hasil Belajar Siswa ................................19 I. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif ......................20 J. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ..............................................22 BAB III METODE PENELITIAN A. Seting Penelitian ...............................................................................25 B. Persiapan Penelitian .........................................................................26 C. Siklus Penelitian ...............................................................................26 D. Instrumen ..........................................................................................27 E. Analisis dan Refleksi ........................................................................28 1. Metode Pengumpulan Data ........................................................28 2. Metode Analisis Data .................................................................28 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ................................................................................30 1. Siklus I .......................................................................................30 2. Siklus II ......................................................................................39 B. Pembahasan ......................................................................................47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ......................................................................................55 B. Saran .................................................................................................56 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

2.1. Perbedaan Pola Pendekatan Konvensional dan Kontekstual ..........................9 2.2. Tahap Pembelajaran Kooperatif ....................................................................18 2.3. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Tradisional ............20 2.4. Langkah Pemberian Skor Pembelajaran Kooperatif STAD ..........................23 2.5. Kriteria Pemberian Skor Pembelajaran Kooperatif STAD ...........................24 4.1. Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif STAD (Siklus I) ...............................32 4.2. Aktivitas Guru Pada Siklus I .........................................................................34 4.3. Aktivitas Siswa Pada Siklus I .......................................................................35 4.4. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus I (Kuis I) .................................36 4.5. Nilai Perkembangan Individu Terhadap Nilai Kelompok Pada Proses Pembelajaran (Siklus I).............................................................37 4.6. Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif STAD (Siklus II) .............................41 4.7. Aktivitas Guru Pada Siklus II .......................................................................43 4.8. Aktivitas Siswa Pada Siklus II ......................................................................44 4.9. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II (Kuis II) ..............................45 4.10. Nilai Perkembangan Individu terhadap Nilai Kelompok pada Proses Pembelajaran (Siklus II) ...................................................................46 4.11. Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD .....................................47 4.12. Aktivitas Guru ..............................................................................................48 4.13. Aktivitas Siswa .............................................................................................51 4.14. Ketuntasan Belajar .......................................................................................53

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.

Halaman

Alur Penelitian Tindakan Kelas ...................................................................27

4.1. Aktivitas Guru ...............................................................................................48 4.2. Aktivitas Siswa ..............................................................................................51 4.3. Ketuntasan Hasil Belajar ...............................................................................53

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus I 57 2. Silabus II 60

Halaman

3. LKS I : Sifat Keperiodikan Unsur ...................................................................63 4. LKS II : Perkembangan Teori Atom ...............................................................67 5. Lembar Pengamatan Pengolahan Kelas Model Pembelajaran Kooperatif STAD ............................................................................................70 6. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa melalui Pendekatan Kontekstual dengan Pembelajaran Kooperatif ................................................72 7. Kisi-kisi Soal Kuis I ........................................................................................74 8. Kisi-kisi Soal Kuis II .......................................................................................75 9. Soal Kuis I .......................................................................................................76 10. Soal Kuis II......................................................................................................77 11. Jawaban Soal Kuis I ........................................................................................78 12. Jawaban Soal Kuis II .......................................................................................79 13. Rekap Hasil Belajar Siswa Siklus I .................................................................81 14. Rekap Hasil Belajar Siswa Siklus II ...............................................................82 15. Curiculum Vitae Peneliti .................................................................................83 16. Jadwal Penelitian .............................................................................................84

viii

Lampiran 5 LEMBAR PENGAMATAN PENGOLAHAN KELAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF-STAD Nama Sekolah : . Mata Pelajaran : . Materi Pokok Petunjuk : Daftar aspek yang diamati berikut ini berdasarkan prinsip pembelajaran model kooperatif-STAD yang dilakukan guru di kelas. Berikan pengamatan dengan menuliskan tanda cek ( ) pada kolom yang tersedia. No I. II. Aspek yang diamati Persiapan Pelaksanaan A. Pendahuluan 1. Menyampaikan indikator pencapaian 2. Memotivasi siswa 3. Mengkaitkan pelajaran sekarang dengan pelajaran yang terdahulu B. Kegiatan Inti 1. Menyampaikan materi pelajaran 2. Mengatur siswa dalam kelompok 3. Melatih ketrampilan kooperatif Menyampaikan ide/pendapat Mendengarkan secara aktif Berada dalam tugas Menghargai pendapat orang lain Mengajukan pertanyaan Menjawab pertanyaan dan menanggapi 4. Mengawasi kelompok secara bergantian 5. Membantu kelompok yang mengalami kesulitan 6. Membimbing siswa mengerjakan LKS 7. Memberi resitasi/umpan balik/evaluasi Penilaian 2 3 : . Nama Guru Tanggal Pukul : . : . : .

No

Aspek yang diamati C. Kegiatan Inti 1. Membimbing siswa membuat rangkuman 2. Memberikan penghargaan 3. Memberikan tugas rumah Pengelolahan waktu Suasana kelas : 1. Berpusat pada siswa 2. Siswa antusias 3. Guru antusias

Penilaian 2 3

III IV

Keterangan : 1 2 3 4 = = = = Tidak baik Kurang baik Cukup baik Baik Pengamat,

()

Lampiran 6 LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS GURU DAN SISWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF Nama Sekolah : . Mata Pelajaran : . Materi Pokok : . Nama Guru Tanggal Pukul : . : . : .

Petunjuk Pengisian : 1. Pengamat dalam melakukan pengamatan di tempat yang memungkinkan untuk melihat aktivitas guru dan siswa. 2. Setiap 30 detik pengamat melakukan pengamatan aktivitas siswa yang dominan, kemudian pengamat menuliskan kode kategori pengamatan. 3. Kode-kode kategori dituliskan secara berurutan sesuai dengan kejadian pada baris dan kolom yang tersedia. 4. Pengamatan dilakukan sejak guru memulai pelajaran Kategori penilaian :

No. 1 2 3 4 5 6 7

Aktivitas Guru Menyampaikan informasi tentang materi Membimbing siswa mengerjakan LKS dengan benar Mendorong dan membimbing ketrampilan kooperatif Mengawasi setiap kelompok secara bergilir Membantu kelompok yang mengalami kesulitan Memberi resitasi/umpan balik/ evaluasi Perilaku yang tidak relevan

No. 1 2 3 4 5 6

Aktivitas Siswa Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru Membaca buku (buku siswa/ LKS) Mengerjakan LKS Berlatih ketrampilan kooperatif Mempresentasikan hasil kelompok Perilaku yang tidak relevan

AKTIVITAS GURU

AKTIVITAS GURU

Pengamat, ()

Lampiran 13 REKAP HASIL BELAJAR SISWA SIKLUS I

Nama Anggota Nur Hafidah Siti Maria Ulfa Rifatul Aliyah Moh. Syukron Risalatun Nadlifah Masruroh Abdullah Syafi Musyarofah Ida Tuti Astutik Solichatin Zainuddin Anis Saidah Artha Rizky Safrina Noer Faizah Niswatul Umah Rendra Dhani

Nilai Hasil Belajar 75 70 70 75 75 75 60,33 42 66,66 50 62,52 52 66,66 60,33 70 70

Keterangan Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas

Lampiran 14 REKAP HASIL BELAJAR SISWA SIKLUS II

Nama Anggota Nur Hafidah Siti Maria Ulfa Rifatul Aliyah Moh. Syukron Risalatun Nadlifah Masruroh Abdullah Syafi Musyarofah Ida Tuti Astutik Solichatin Zainuddin Anis Saidah Artha Rizky Safrina Noer Faizah Niswatul Umah Rendra Dhani

Nilai Hasil Belajar 71,67 71,67 75,01 68,35 72,01 68,68 71,66 30 83,33 77 80 55,01 96,66 98,66 93,32 30

Keterangan Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas

Lampiran 15 CURICULUM VITAE PENELITI

Nama Jenis Kelamin Tempat tanggal lahir Agama Status Kebangsaan Alamat

: Masrina Dwi Puspita, S.Pd. : Perempuan : Sidoarjo, 5 Februari 1982 : Islam : Belum kawin : Indonesia : Rumah : Jl. Tongkol No. 32 RT. 03 RW. 01 Dermo Bangil Pasuruan Kantor : Jl. Layur No. 55 Gempeng Bangil Pasuruan

Pendidikan

: S-1 Pendidikan Kimia Universitas Negeri Surabaya (UNESA)

Karier

: Guru Kimia SMA Islam Darut Tauhid Bangil Pasuruan

Lampiran 16 JADWAL PENELITIAN

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Jenis Kegiatan Pengajuan judul Pengajuan proposal Penyempurnaan proposal Perencanaan penelitian Observasi pra penelitian Pelaksanaan siklus 1 Refleksi siklus 1 Pelaksanaan siklus 2 Refleksi siklus 2 Mengolah data Membuat laporan PTK

AGUSTUS 2 3 4

SEPTEMBER 1 2 3 4

OKTOBER 1 2 3 4

Lampiran 1

SILABUS I
Nama Sekolah Mata Pelajaran Materi Pokok Kelas/Semester Waktu I. : SMA ISLAM DARUT TAUHID BANGIL : KIMIA : SIFAT KEPRIODIKAN UNSUR :X/I : 2 x 40 menit

STANDAR KOMPETENSI Mendeskripsikan Struktur Atom, Sifat-sifat Periodik Unsur, dan Ikatan Kimia serta Struktur Molekul dan Sifat-sifatnya.

II.

KOMPETENSI DASAR Mengidentifikasi Atom, Struktur Atom, Sifat-sifat Unsur, Massa Atom Relatif dan Sifat-sifat Periodik dari Tabel Periodik.

III. INDIKATOR Melalui studi literatur, siswa dapat : 1. Mengidentifikasi sifat-sifat keperiodikan unsur. Keteraturan sifat unsur dalam periode dan golongan. 2. Membuat atau menganalisis grafik sifat keperiodikan unsur (jari-jari atom, afinitas elektron, energi ionisasi dan keelektronegatifan). 3. Menganalisis tabel sifat keperiodikan unsur (jari-jari atom, afinitas elektron, energi ionisasi dan keelektronegatifan). I. II. MODEL PEMBELAJARAN : Kooperatif tipe STAD SUMBER PEMBELAJARAN : 1. Buku kimia yang berhubungan dengan sifat keperiodikan unsur 2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 3. Tabel Sistem Periodik Unsur

IV. LANGKAH PEMBELAJARAN A. Pendahuluan (5 menit) Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan persiapan siswa 1. Guru menyampaikan indikator pencapaian sesuai dengan silabus. 2. Guru memotivasi siswa dengan menyebutkan contoh dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan sifat unsur. 3. Guru mengaitkan pelajaran sekarang dengan pengetahuan awal siswa. Guru bertanya kepada siswa tentang pengertian unsur dan menyebutkan contoh-contohnya. B. Kegiatan Inti (70 menit) Fase 2 : Menyampaikan informasi 1. Guru mempresentasikan materi pokok pelajaran dengan menyajikan gambar tabel sistem periodik unsur. 2. Guru membagikan LKS. Fase 3 : Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar Guru membagi kelas dalam kelompok yang beranggotakan 4 orang secara heterogen dan menjelaskan keterampilan kooperatif yang diterapkan yaitu tipe STAD. Fase 4 : 1. Guru membimbing siswa berdiskusi dengan teman sekelompok. 2. Guru dan siswa membahas LKS bersama-sama. Fase 5 : 1. Guru memberikan kuis I selama 15 menit. Kemudian lembar jawaban dikumpulkan. 2. Guru dan siswa membahas soal-soal kuis I

C. Penutup (5 menit) Fase 6 : Memberikan penghargaan 1. Guru membimbing siswa membuat rangkuman 2. Guru memberi siswa tugas rumah dan tugas baca (merangkum) untuk materi selanjutnya. V. PENILAIAN 1. Tes kinerja (Tugas Portofolio) Soal : Buatlah resume tentang sifat-sifat keperiodikan unsur (jari-jari atom, afinitas elektron, energi inonsasi dan keelektronegatifan). 2. Tes tertulis

Lampiran 3

LEMBAR KEGIATAN SISWA


Nama Siswa : Kelas / No. Absen : Tanggal :

SIFAT KEPERIODIKAN UNSUR


Indikator Melalui studi literatur, siswa dapat : 1. Mengidentifikasi sifat-sifat keperiodikan unsur, keteraturan sifat unsur dalam periode dan golongan. 2. Menganalisis tabel atau grafik sifat keperiodikan unsur (jari-jari atom, afinitas elektron, energi ionisasi dan keelektronegatifan) Ringkasan Sifat-sifat unsur dalam sistem periodik menunjukkan keteraturan secara periodik. Sifat-sifat tersebut meliputi jari-jari atom, keelektronegatifan, energi ionisasi, afinitas elektron, serta sifat logam dan non logam Masalah Bagaimana keteraturan sifat keperiodikan unsur melalui analisis tabel atau grafik ditinjau dari jari-jari atom, afinitas elektron, energi ionisasi dan keelektronegatifan? Untuk lebih memahami materi ini, kerjakanlah kegiatan-kegiatan berikut : Kegiatan I (Indikator 1 dan 2) 1. Perhatikan gambar 1.1. berikut :
Jari-jari atom semakin ..

IA
Jari -jari atom semakin ..

VIIIA IIA
Be
0,90

1 2 3 4 5

H
0,37

IIIA
B
0,82

IVA
C
0,77

VA
N
0,75

VIA
O
0,73

VIIA
F
0,32

He
0,32

Li
1,34

Ne
0,69

Na
1,54

Mg
1,30

AI
1,18

Si
1,11

P
1,06

S
1,02

Cl
0,99

Ar
0,97

K
1,96

Ca
1,74

Se
1,16

Br
1,14

Kr
1,10

Rb
2,11

Sr
1,92

Te
1,35

I
1,33
Science, 2000

Xe
1,30

Sumber: Chemistry The Central

Identifikasikanlah gambar di atas! a. Apakah yang dimaksud dengan jari-jari atom? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ b. Dalam satu golongan, jari-jari atom semakin ke atas cenderung semakin..... ........................................................................................................................ Mengapa demikian? ...................................................................................... ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ c. Dalam satu periode, semakin ke kanan jari-jari atom cenderung semakin ... ........................................................................................................................ Mengapa demikian?....................................................................................... ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ 2. Perhatikan gambar 1.2. berikut :
Keelektronegatifan semakin ..

IA
1
Keelektronegatifan semakin ..

H
2,37

IIA
Be
1,5

IIIA
B
2,0

IVA
C
2,5

VA
N
3,0

VIA
O
3,5

VIIA
F
0,32

2 3 4 5 6

Li
1,0

Na
0,9

Mg
1,2

AI
1,5

Si
1,8

P
2,1

S
2,5

Cl
0,99

K
0,8

Ca
1,0

Se
2,4

Br
1,14

Rb
0,9

Sr
1,0

Te
2,1

I
1,33

Cs
0,9

Ba
0,9

Po
2,0

AI
2,2

Identifikasikanlah gambar di atas! a. Apa yang dimaksud dengan keelektronegatifan? .......................................... ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ b. Dalam satu golongan, dari bawah ke atas, harga keelektronegatifan semakin ......................................................................................................... Harga keelektronegatifan penting untuk menentukan bilangan oksidasi (biloks) unsur dalam suatu senyawa. c. Jika harga keelektronegatifan besar, berarti unsur yang bersangkutan cenderung ...................................................................................................... ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ d. Jika harga keelektronegatifan kecil, berarti unsur yang bersangkutan cenderung ......................................................................................................

........................................................................................................................ 3. Perhatikan gambar 1.3. berikut ini :


Energi ionisasi semakin ..

IA
1 2
Energi ionisasi semakin ..

H
1312

VIIIA He

IIA
Be
399

IIIA
B
801

IVA
C
1086

VA
N
1402

VIA
O
1314

VIIA
F
1681

2372

Li
520

Ne
2081

3 4 5 6

Na
496

Mg
738

AI
578

Si
786

P
1012

S
1000

Cl
1251

Ar
1521

K
419

Ca
590

Ga
579

Ge
762

As
947

Se
941

Br
1140

Kr
1351

Rb
403

Sr
549

In
558

Sn
709

Sb
834

Te
869

I
1008

Xe
1170

Cs
376

Ba
503

Tl
589

Pb
716

Bi
703

Po
812

Rn
1037

Sumber: Chemistry The Central Science, 2000

Identifikasikanlah gambar di atas! a. Apa yang dimaksud dengan energi ionisasi?................................................. ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ b. Apa yang mempengaruhi harga energi ionisasi?........................................... ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ c. Apa hubungan jari-jari atom dengan harga energi ionisasi?.......................... ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ d. Apa hubungan muatan inti dengan harga energi ionisasi?............................. ........................................................................................................................ ........................................................................................................................

4. Perhatikan gambar 1.4. berikut ini : IA


1 2 3 4 5 H
-73

VIIIA He

IIA
Be
>0

IIIA
B
-27

IVA
C
-122

VA
N
>0

VIA
O
-141

VIIA
F
-328

>0

Li
-60

Ne
>0

Na
-53

Mg
>0

AI
-43

Si
-134

P
-72

S
-200

Cl
-349

Ar
>0

K
-48

Ca
-2

Ga
-30

Ge
-119

As
-78

Se
-195

Br
-325

Kr
>0

Rb
-47

Sr
-5

In
-30

Sn
-107

Sb
-103

Te
-190

I
-295

Xe
>0

Sumber: Chemistry The Central Science, 2000

a. Apa yang dimaksud dengan afinitas elektron? .............................................. ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ b. Dalam satu golongan dari atas ke bawah, afinitas elektronya makin............. c. Dalam satu periode dari kiri ke kanan, afinitas elektronnya semakin ........... Kegiatan II Kesimpulan Sifat-sifat periodik unsur : Periode Jari-jari atom Energi ionisasi Afinitas elektron Keelektronegatifan : : : : golongan

DAFTAR PUSTAKA

Purba, Michael. 2002. Kimia SMU Kelas 1 Semester 1. Jakarta : Erlangga. Sutresna, Nana. 2002. Kimia SMU Untuk Kelas 1 Semester 1. Bandung : Grafindo Tim Kimia. 1994. Kimia Untuk Kelas 1 SMU. Jakarta : Yudhistira

JAWABAN Kegiatan I 1. a. Jari-jari atom merupakan jarak elektron terluar ke inti atom. b. Dalam satu golongan, jari-jari atom semakin ke atas cenderung semakin kecil. Karena semakin ke atas, kulit elektron semakin kecil. c. Dalam satu periode, semakin ke kanan jari-jari atom cenderung semakin kecil. Karena semakin ke kakan jumlah proton dan jumlah elektron semakin banyak. Sedangkan jumlah kulit terluar yang terisi elektron tetap sama sehingga tarikan inti terhadap elektron terluar makin kuat. 2. a. Keelektronegatifan adalah kecenderungan (kemampuan) suatu atom untuk menarik elektron. b. Dalam satu golongan, dari bawah ke atas, harga keelektronegatifan semakin besar. c. Jika harga keelektronegatifan besar, berarti unsur yang bersangkutan cenderung menerima elektron dan membentuk bilangan oksidasi negatif. d. Jika harga keelektronegatifan kecil, unsur cenderung melepaskan elektron dan membentuk bilangan oksidasi positif. 3. a. Energi ionisasi adalah energi yang diperlukan atom untuk melepaskan elektron dikulit terluarnya. b. Harga energi ionisasi dipengaruhi oleh jari-jari atom dan elektron valensi atau muatan inti. c. Hubungan jari-jari atom dengan harga energi ionisasi adalah : Semakin kecil jari-jari atom, harga energi ionisasi semakin besar. d. Hubungan muatan inti dengan harga energi ionisasi adalah : Semakin besar muatan inti, energi ionisasi cenderung akan semakin besar. 4. a. Afinitas elektron adalah energi yang dibebaskan oleh suatu atom dalam wujud gas ketika menerima sebuah elektron. b. Dalam satu golongan dari atas ke bawah, afinitas elektronnya makin besar. c. Dalam satu periode dari kiri ke kanan, afinitas elektronnya mekin besar. Kegiatan II Sifat-sifat periodik unsur : Periode Jari-jari atom Energi ionisasi Afinitas elektron Keelektronegatifan : makin kecil : makin besar : makin besar : makin besar golongan

Lampiran 9 Instrumen penilaian kognitif A. Jenis Tagihan B. Bentuk Tagihan Instrumen : : Kuis I (Pos tes) : Uraian Obyektif

KUIS I
Waktu : 15 menit 1. Tiga unsur X, Y dan Z dengan konfigurasi elektron adalah sebagai berikut : X = 2, 3 Y = 2, 7 Z = 2,8, 1 Urutkan ketiga unsur tersebut berdasarkan jari-jari atom yang semakin kecil! Jelaskan! 2. Buatlah sketsa grafik energi ionisasi periode 2 jika diberikan data energi ionisasi pertama (kkal/mol atom) unsur periode 2 sebagai berikut : Li Be B C N O F Ne 129 215 191 260 335 315 402 497 3. Perhatikan gambar berikut ini :
Jari-jari atom semakin ..

IA
Jari -jari atom semakin ..

VIIIA IIA
Be
0,90

1 2 3 4 5

H
0,37

IIIA
B
0,82

IVA
C
0,77

VA
N
0,75

VIA
O
0,73

VIIA
F
0,32

He
0,32

Li
1,34

Ne
0,69

Na
1,54

Mg
1,30

AI
1,18

Si
1,11

P
1,06

S
1,02

Cl
0,99

Ar
0,97

K
1,96

Ca
1,74

Se
1,16

Br
1,14

Kr
1,10

Rb
2,11

Sr
1,92

Te
1,35

I
1,33
Science, 2000

Xe
1,30

Sumber: Chemistry The Central

Apa yang dapat kalian simpulkan dari gambar tabel di atas?

Lampiran 2

SILABUS II
Nama Sekolah Mata Pelajaran Materi Pokok Kelas/Semester Waktu I. : SMA ISLAM DARUT TAUHID BANGIL : KIMIA : PERKEMBANGAN TEORI ATOM :X/I : 2 x 40 menit

STANDAR KOMPETENSI Mendeskripsikan Struktur Atom, Sifat-sifat Periodik Unsur, dan Ikatan Kimia serta Struktur Molekul dan Sifat-sifatnya.

II.

KOMPETENSI DASAR Mengidentifikasi Atom, Struktur Atom, Sifat-sifat Unsur, Massa Atom Relatif dan Sifat-sifat Periodik dari Tabel Periodik.

III. INDIKATOR Melalui studi literatur, siswa dapat : 1. Mengidentifikasi perkembangan teori atom. 2. Mengidentifikasi kelemahan dan keistimewaan teori-teori atom. 3. Menentukan konfigurasi elektro, elektron valensi dan nomor atom dari gambar model atom Bohr. IV. MODEL PEMBELAJARAN : Kooperatif tipe STAD V. SUMBER PEMBELAJARAN : 1. Buku kimia yang berhubungan dengan perkembangan model atom. 2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

VI. LANGKAH PEMBELAJARAN A. Pendahuluan (5 menit) Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan persiapan siswa 1. Guru menyampaikan indikator pencapaian sesuai dengan silabus 2. Guru memotivasi siswa dengan membawa kelereng, biskuit Choco Chips, kacang atom dan bawang bombai. 3. Guru mengaitkan pelajaran sekarang dengan pengetahuan awal siswa. Guru bertanya kepada siswa tentang pengertian materi. B. Kegiatan Inti (70 menit) Fase 2 : Menyampaikan informasi 1. Guru mempresentasikan materi pokok pelajaran dengan menyajikan gambar perkembangan model atom. 2. Guru membagikan LKS Fase 3 : Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar Guru membagi kelas dalam kelompok yang beranggotakan 4 orang secara heterogen dan menjelaskan keterampilan kooperatif yang diterapkan yaitu tipe STAD Fase 4 : 1. Guru membimbing siswa berdiskusi dengan teman sekelompok 2. Guru dan siswa membahas LKS bersama-sama Fase 5 : 1. Guru memberikan kuis II selama 15 menit. Kemudian lembar jawaban dikumpulkan. 2. Guru dan siswa membahas soal-soal kuis II

C. Penutup (5 menit) Fase 6 : Memberikan penghargaan 1. Guru membimbing siswa membuat rangkuman 2. Guru memberi siswa tugas rumah dan tugas baca (merangkum) untuk materi selanjutnya. VII. PENILAIAN 1. Tes kinerja Tes kinerja dilakukan dengan memberikan tugas portofolio kepada siswa. Soal : Jelaskan bagaimana perkembangan model atom mulai dari model atom Dolton hingga model atom Bohr (Gambar model atom, pokok-pokok teori dan kelemahan masing-masing penemuan model atom) 2. Tes tertulis

Lampiran 4

LEMBAR KEGIATAN SISWA

Nama Siswa : Kelas / No. Absen : Tanggal :

PERKEMBANGAN TEORI ATOM


Indikator Melalui studi literatur, siswa dapat : 1. Menyebutkan urutan perkembangan teori atom 2. Mengidentifikasi perkembangan teori atom 3. Mengidentifikasi kelemahan dan keistimewaan toeri-teori atom Ringkasan Gagasan mengenai atom telah dilontarkan sejak zaman Yunani. Konsep tersebut selalu berkembangan dan mengalami penyempurnaan. Perkembangan teori dan model atom secara kronologis, yang dianggap benar menurut jamannya. Perkembangan model atom ini dimulai dari model atom Dalton hingga model atom mekanika Kuantum

Masalah 1. Bagaimana perkembangan teori atom? 2. Identifikasikanlah kelemahan dan keistimewaan teori atom? Untuk lebih memahami materi ini, kerjakanlah kegiatan-kegiatan berikut : Kegiatan I (Indikator 1 dan 2) 1. Model Atom Dalton Gambar model atom Dalton : Teori atom Dalton : .................................................................................... .................................................................................... .................................................................................... .................................................................................... ....................................................................................

2. Model Atom Thomson Gambar model atom Thomson : Teori atom Thomson : .................................................................................... .................................................................................... .................................................................................... .................................................................................... .................................................................................... 3. Model Atom Rutherford Gambar model atom Rutherford : Teori atom Rutherford .................................................................................... .................................................................................... .................................................................................... .................................................................................... .................................................................................... 4. Model Atom Bohr Gambar model atom Bohr Teori atom Bohr : .................................................................................... .................................................................................... .................................................................................... .................................................................................... .................................................................................... 5. Model Atom Modern (Mekanika Kuantum) Gambar model atom Mekanika Kuantum : Teori atom Mekanika Kuantum : Ada tiga ahli yang mengemukakan model atom ini, yaitu : 1. Louis De Broglie mengemukakan sifat dualisme elekton 2. Warner Heisenberg mengajukan azas ketidakpastian 3. Erwin Schrodinger merumuskan persamaan gelombang yang menggambarkan orbibal. Dari model atom modern, jelaskan tentang : 1. Sifat dualisme elekton ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ 2. Azas ketidakpastian Heisenberg ........................................................................................................................ ........................................................................................................................

3. Orbital ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ Kegiatan II (Indikator 3) Kesimpulan Dari perkembangan teori atom di atas, identifikasikanlah : 1. Kelemahan teori atom Dalton : .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. 2. Keistimewaan atom Thomson : .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. Kelemahan teori atom Thomson : .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. 3. Keistimewaan teori atom Rutherford .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. Kelemahan teori atom Rutherford .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. 4. Keistimewaan teori atom Bohr : .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. Kelemahan teori atom Bohr : .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. 5. Keistimewaan teori atom modern (mekanika kuantum) .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. ..............................................................................................................................

DAFTAR PUTAKA

Purba, Michael. 2000. Kimia SMU Kelas 1 Semester 1. Jakarta : Erlangga. Sutresna, Nana. 2002. Kimia SMU Untuk Kelas 1 Semester 1. Bandung : Grafindo. Tim Kimia. 1994. Kimia Untuk Kelas 1 SMU. Jakarta : Yudhistira

JAWABAN Kegiatan I 1. Model Atom Dalton : Teori atom Dalton : Atom merupakan partikel terkecil berbentuk bola.

2. Model Atom Thomson :


muatan positif tersebar di kulit bola elektron

Teori atom Thomson : Model atom roti kismins, yaitu bola atom bermuatan positif dan elektron tersebar merata di seluruh bagiannya. Thomson adalah penemu elektron.

3. Model atom Rutherford : Elektron berada di luar atom mengelilingi inti. Rutherford adalah penemu proton. 4. Model Atom Bohr :
elektron

Teori atom Bohr : - Lintasan elektron memiliki tingkat energi tertentu - Faktornya berupa spektrum unsur yang merupakan spektrum garis

inti atom

5. Model atomModern (Mekanika Kuantum) : 1. Sifat dualisme elektron yaitu elektron sebagai partikel dan gelombang 2. Azas ketidakpastian Heisenberg, kedudukan elektron tidak dapat ditentukan secara eksak. Yang dapat ditentukan hanyalah kebolehjadian atau peluang ditemukannya elektron pada suatu posisi. Lintasan bergeraknya elektron bukan merupakan sebuah garis yang pasti, melainkan sebuah ruang. 3. Schrodinger berhasil merumuskan persamaan gelombang gerakan elektron dalam suatu atom. Persamaan gelombang tersebut merupakan persamaan matematika yang bukan lagi berupa fungsi garis (seperti lingkaran), melainkan

fungsi suatu ruang tiga dimensi (misalnya bola). Elektron, boleh jadi berpeluang berada atau ditemukan di dalam ruang tersebut. Ruang ini dinamakan orbital. Kegiatan II 1. Kelemahan teori atom Dalton : Model atom Dalton tentang partikel terkecil suatu materi yang berbentuk bola, ternyata digugurkan oleh Thomson yaitu menemukan partikel sub atom bermuatan negatif yang disebut elektron. 2. - Keistimewaan teori atom Thomson : Thomson menemukan partikel sub atom bermuatan negatif yang disebut elektron. - Kelemahan teori atom Thomson : Penemuan inti atom oleh Rutherford telah menggugurkan model atom Thomson. 3. - Keistimewaan teori atom Rutherford : Rutherford menemukan inti atom yang memiliki jari-jari jauh lebih kecil dibandingkan jari-jari atomnya. Inti atom yang bermuatan positif berada jauh di dalam atom. Sedangkan elektron berputar mengelilinginya. - Kelemahan teori atom Rutherford: Dalam model atom Rutherford, elektron terus berputar mengelilingi inti atom. Elektron yang bergerak demikian (menurut Maxwell) akan kehilangan energi dan jatuh ke dalam inti. 4. - Keistimewaan teori atom Bohr : Setiap lintasan elektron memiliki tingkat energi tertentu. Elektron tidak akan kehilangan energi selama tetap berada dalam orbitnya. - Kelemahan teori atom Bohr : Model lintasan elektron berupa lingkaran pada model atom Bohr hanya cocok untuk atom hidrogen yang memiliki satu elektron. Adapun untuk atom dengan banyak elektron, bentuk lintasan tersebut ternyata tidak sesuai. 5. Keistimewaan teori atom modern (mekanika Kuantum) : Model atom mekanika kuantum atau model atom mutakhir menggambarkan sifat pergerakan elektron dan kedudukan elektron.

Lampiran 10 Instrumen Penilai Kognitif A. Jenis Tagihan B. Bentuk Tagihan Instrumen : : Kuis II (Postes) : Uraian Obyektif

K U I S II
Waktu 15 Menit 1. Gambar dan jelaskan secara singkat tentang perkembangan teori atom, mulai dari teori atom Dalton hingga teori atom modern (mekanika kuantum)! 2. a. Jelaskan secara singkat kelemahan teori atom Rutherford! b. Jelaskan secara singkat keistimewaan teori atom Bohr! 3. Berdasarkan struktur atom (gambar model atom Bohr) berikut :

a. Tuliskan konfigurasi elektron atom tersebut! b. Berapa elektron valensinya? c. Berapa nomor atomnya?

Lampiran 11 Jawaban Soal Kuis I 1. Dari ketiga unsur tersebut, unsur Z mempunyai kulit atom paling banyak (3 kulit) sehingga unsur Z mempunyai jari-jari atom paling besar. Unsur X dan Y mempunyai kulit sama (2 kulit), tetapi unsur Y mempunyai proton lebih banyak sehingga jari-jari atom Y lebih kecil daripada unsur X. Jadi, urutan ketiga unsur tersebut berdasarkan jari-jari atom yang semakin kecil adalah Z, X, Y. 2. EI (kj/mol atom)

Ne

Be

N C O Z F

Li

3. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa: - Jari-jari atom dalam satu golongan (dari bawah ke atas), cenderung semakin kecil. - Jari-jari atom dalam satu periode (dari kiri ke kakan), cenderung semakin kecil.

Lampiran 12 Jawaban Soal Kuis II 1. a. Model Atom Dalton : Teori atom Dalton : Atom merupakan partikel terkecil berbentuk bola.

b. Model Atom Thomson : muatan positif Teori atom Thomson : tersebar di kulit bola elektron Model atom roti kismins, yaitu bola atom bermuatan positif dan elektron tersebar merata di seluruh bagiannya. Thomson adalah penemu elektron. c. Model atom Rutherford : Elektron berada di luar atom mengelilingi inti. Rutherford adalah penemu proton. d. Model Atom Bohr :
elektron

Teori atom Bohr : - Lintasan elektron memiliki tingkat energi tertentu - Faktornya berupa spektrum unsur yang merupakan spektrum garis

inti atom

e. Model atom Modern (Mekanika Kuantum) : 1. Sifat dualisme elektron yaitu elektron sebagai partikel dan gelombang 2. Azas ketidakpastian Heisenberg, kedudukan elektron tidak dapat ditentukan secara eksak. Yang dapat ditentukan hanyalah kebolehjadian atau peluang ditemukannya elektron pada suatu posisi. Lintasan bergeraknya elektron bukan merupakan sebuah garis yang pasti, melainkan sebuah ruang. 3. Schrodinger berhasil merumuskan persamaan gelombang gerakan elektron dalam suatu atom. Persamaan gelombang tersebut merupakan persamaan matematika yang bukan lagi berupa fungsi garis (seperti lingkaran), melainkan

2. a)

b) 3. a. b. c.

fungsi suatu ruang tiga dimensi (misalnya bola). Elektron, boleh jadi berpeluang berada atau ditemukan di dalam ruang tersebut. Ruang ini dinamakan orbital. Kelemahan teori atom Rutherford Dalam model atom Rutherford, elektron terus berputar mengelilingi inti atom. Elektron yang bergerak demikian (menurut Maxwell) akan kehilangan energi dan akhirnya elektron akan jatuh ke dalam inti Keistimewaan teori atom Bohr : Setiap lintasan elektron memiliki tingkat energi tertentu. Elektron tidak akan kehilangan energi selama tetap dalam orbitnya. Konfigurasi elektron : 2,7 Elektron valensi :7 Nomor atom :9

Lampiran 7

KISI-KISI SOAL (KUIS I)


Satuan Pendidikan Bidang Studi Materi Pokok Kelas/Semester Jumlah Soal Bentuk Soal Kompetensi Dasar Mengidentifikasi atom, struktur atom, sifat-sifat unsur, massa atom relatif dan sifat-sifat periodik dari tabel periodeik : SMA : Kimia : Sifat Keperiodikan Unsur :X/I :3 : Essay No. Soal 1 Soal Jawaban Taksonomi B Loom C3

Indikator Pencapaian Siswa dapat : 1. Mengidentifikasi sifat-sifat keperiodikan unsur. Keteraturan sifat unsur dalam periode dan golongan 2. Membuat atau menganlisis grafik sifat keperiodikan unsur (jari-jari atom, afinitas elektron, energi ionisasi dan keelektronegatifan) 3. Menganalisis tabel atau grafik sifat keperiodikan unsur (jari-jari atom, afinitas elektron, energi ionisasi dan keelektronegatifan)

Terlampir

Terlampir

Terlampir

Terlampir

C5

Terlampir

Terlampir

C5

Lampiran 8

KISI-KISI SOAL (KUIS II)


Satuan Pendidikan Bidang Studi Materi Pokok Kelas/Semester Bentuk Soal : SMA : Kimia : Perkembangan Teori Atom :X/I : Essay No. Soal 1 2 3 Taksonomi B Loom C5 C5 C4

Kompetensi Dasar Mengidentifikasi atom, struktur atom, sifat-sifat unsur, massa atom relatif dan sifat-sifat periodik dari tabel periodeik

Indikator Pencapaian Siswa dapat : 1. Mengidentifikasi perkembangan teori atom 2. Mengidentifikasi kelemahan keistimewaan teori-teori atom dan

Soal

Jawaban

Terlampir Terlampir Terlampir

Terlampir Terlampir Terlampir

3. Menentukan konfigurasi elektron, elektron valensi dan nomor atom dari gambar model atom Bohr

Anda mungkin juga menyukai