Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Pendidikan akan terus berubah tatanannya dari waktu ke waktu sesuai dengan
tuntutan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,karena
pendidikan ditujukan untuk menyiapkan peserta didik dalam rangka menghadapi hidup
dan kehidupannya di masa kini dan masa datang. Satu hal yang tidak akan berubah
yaitu bahwa pendidikan dibutuhkan oleh manusia selama-lamanya sampai akhir hayat
(long life education). Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang
saling bertukar informasi. Pengertian pembelajaran adalah proses untuk membantu
peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pengajaran ini memberi kesan
hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan
pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
Tujuan pembelajaran (instructional objectif) adalah perilaku hasil belajar yang
diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran tertentu. Hal ini didasarkan berbagai pendapat tentang makna tujuan
pembelajaran atau tujuan instructional.
Dalam dunia pendidikan belajar dan pembelajaran tidak hanya terjadi di
sekolah saja, tetapi di tiga pusat yang lazim dikenal dengan tri pusat pendidikan. Tri
pusat pendidikan adalah tempat di mana anak mendapatkan pengajaran baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam kehidupan keluarga (informal), sekolah (fomal)
maupun masyarakat (non formal). Seseorang dikatakan belajar jika dalam dirinya
terjadi aktifitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dan dapat diamati relatif
lama. Dalam proses belajar, setiap siswa harus diupayakan untuk terlibat secara aktif
guna mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini memerlukan bantuan dari guru untuk
memotivasi dan mendorong agar siswa dalam proses belajar terlibat secara totalitas.
Guru harus menguasai baik materi maupun strategi dalam pembelajaran. guru sebagai
pengajar tidak mendominasi kegiatan, tetapi menciptakan atmosfer belajar siswa serta
memberikan motivasi dan bimbingan agar siswa mengembangkan potensi
kreatifitasnya masing-masing. Perilaku guru akan berkorelasi positif dengan prestasi

1
siswa jika mampu mengalokasikan dan menggunakan waktu dalam belajar Untuk
membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam
prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat
untuk

2
3

segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat
haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang
tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran,
untuk dipilih dan dijadikan alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kondisi yang dihadapi.
Proses pembelajaran yang berhasil guna memerlukan teknik, metode, dan
pendekatan tertentu sesuai dengan karakteristik tujuan, peserta didik, materi, dan sumber
daya. Sehingga diperlukan strategi yang tepat dan efektif. Faktor yang mempengaruhi
pembelajaran terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor
yang berkaitan dengan pribadi guru sebagai pengelola kelas. Guru harus dapat
melaksanakan proses pembelajaran, oleh sebab itu guru harus memiliki persiapan mental,
kesesuaian antara tugas dan tanggung jawab, penguasaan bahan, kondisi fisik, dan
motivasi kerja. Faktor eksternal adalah kondisi yang timbul atau datang dari luar pribadi
guru, antara lain keluarga dan lingkungan pergaulan di masyarakat. Faktor lingkungan, yang
dimaksud adalah faktor lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan sekolah.
Model pembelajaran problem posing adalah suatu model pembelajaran yang
mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar membuat soal secara
mandiri. Pembelajaran dengan problem posing adalah suatu pembelajaran dengan cara
siswa diminta untuk merumuskan, membentuk dan mengajukan pertanyaan atau soal dari
situasi yang disediakan, situasi dapat berupa gambar, cerita, atau informasi lain yang
berkaitan dengan materi pelajaran, dan selanjutnya siswa sendiri yang harus mendesain
cara penyelesaiannya. Fungsi guru dalam kegiatan itu adalah memotivasi siswa
agar aktif mengikuti kegiatan pembelajaran dan membimbing siswa dalam proses
pemecahan atau penyelesaiannya. merupakan model pembelajaran yang membiasakan
siswa untuk terlibat aktif dalam mengembangkan ide matematikanya dimana siswa
membuat/ memodifikasi pertanyaan yang diberikan oleh guru menjadi pertanyaan-
pertanyaan yang lebih sederhana sesuai kemampuan siswa sesorang siswa membuat soal
dari situasi yang diadakan. Jadi, guru diharapkan mampu membuat pertanyaan yang
berkaitan dengan pertanyaan yang dibuat sebelumnya.
Berdasarkan uraian yang sudah dipaparkan peneliti menimpulkan bahwa
permasalahan yang ada di kelas VIII SMP Negeri 8 MESUJI hasil belajar siswa yang relative
rendah. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini mengangkat judul:
“Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Penerapan Model Pembelajaran Problem
posing Pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas VIII SMP NEGERI 8 Mesuji”
4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas permasalahan yang dikaji
dalam penelitian ini adalah “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Penerapan Model
Pembelajaran Problem posing Pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8
Mesuji”

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran
problem posing pada kelas VIII SMP Negeri 8 Mesuji.

D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi Guru, sebagai panduan dalam upaya mengoptimalkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran IPS kelas VIII SMP Negeri 8 mesuji,dengan menggunakan metode
problem posing.
2. Bagi Siswa, untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa dalam memecahkan
masalah serta meningkatkan hasil belajar, kerjasama antar siswa dan memberikan
semangat kepada siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas.
3. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana pengembangan
wawasan mengenai model pembelajaran problem posing.

E. Asumsi Penelitian
Penelitian ini yang dilakukan oleh peneliti dalam hal ini mencakup 2 variabel yaitu
meningkatkan hasil belajar dan model pembelajaran problem posing. Hasil belajar adalah
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Problem posing adalah model
pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar
membuat soal secara mandiri. Beberapa asumsi yang mendasari pembelajaran IPS
terhadap hasil belajar Siswa antara lain:
a) Masih terbatasnya model pembelajaran yang dikembangkan oleh guru didalam kelas
sehingga membuat siswa kurang memahami materi yang disampaikan gurunya.
b) Guru Mata Pelajaran masih kesulitan dalam mengembangkan Model Pembelajaran
yang dapat menarik minat siswanya didalam kelas.

F. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian pembelajaran ini dibatasi dalam ruang lingkup sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian adalah Tindakan kelas.
5

2. Metode penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas.


3. Objek Penelitian ada 2 variabel yaitu variable bebas dan variable terikat. Variabel bebas
penggunaan model Problem posing dan Variabel terikat Meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VIII SMP NEGERI 8 Mesuji.
4. Tempat Penelitian dilakukan di SMP NEGERI 8 Mesuji.
5. Waktu Penelitian dilakukan di Semester Genap 2022/2023.

Anda mungkin juga menyukai