Anda di halaman 1dari 43

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TPS (THINK PAIR SHARE) DALAM


MATA PELAJARAN KOMUNIKASI BISNIS KELAS X
SMK MUHAMMADIYAH 1 PUBIAN

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Penyusunan Skripsi

OLEH

AJIB FIKRI AL FURQON


NPM. 20210037

PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2022

i
ii
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TPS (THINK PAIR SHARE) DALAM
MATA PELAJARAN KOMUNIKASI BISNIS KELAS X
SMK MUHAMMADIYAH 1 PUBIAN

PROPOSAL

Diajukan
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Penyusunan Skripsi

AJIB FIKRI AL FURQON

NPM. 20210037

PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2022

iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
Hidayah-Nya Sehingga Penulis Dapat Menyelesaikan Proposal Yang Berjudul
“Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif TPS (Think Pair Share) Dalam Mata Pelajaran Komunikasi Bisnis
Kelas X SMK Muhammadiyah 1 Pubian”. Shalawat serta Salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, semoga
mendapatkan syafa’at-Nya di hari akhir nanti.
Penyelesaian proposal ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, dan
kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Bapak Drs. H. Jazim Ahmad, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah
Metro.
2. Bapak Drs. Partono, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammdiyah Metro.
3. Bapak Fajri Arif Wibawa, M.Pd. selaku Pembimbing I yang telah memberikan
arahan dan bimbingan selama menyusun skripsi ini.
4. Ibu Triani Ratnawuri, S.Pd, M.Pd. Kaprodi Pendidikan Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Metro sekaligus selaku Pembimbing II yang telah
memberikan arahan dan bimbingan selama menyusun skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Ekonomi, yang telah memberikan
bimbingan dan ilmu kepada penulis menempuh pendidikan.
6. Seluruh rekan-rekan Pendidikan Ekonomi angkatan 2020 yang telah berjuang
bersama selama kuliah.
Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada semua pihak yang namanya
tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis hanya dapat memohon dan berdoa
atas segala bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, masukan, dan do’a yang
telah diberikan menjadi pintu datangnya Ridho dan Kasih Sayang Allah SWT di
dunia dan akhirat. Aamiin ya Rabbal alamiin.
Penulis berharap semoga proposal ini akan membawa manfaat yang
sebesar-besarnya khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.

Penulis

AJIB FIKRI AL FURQON


NPM. 20210037

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER i
HALAMAN LOGO ii
HALAMAN JUDUL iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Kegunaan Penelitian 3
E. Asumsi Penelitian 3
F. Ruang Lingkup Penelitian4

BAB II. KAJIAN LITERATUR 5


A. Kajian Literatur 5
B. Penelitian Relevan 13
C. Kerangka Pemikiran 18

BAB III. METODE PENELITIAN 19


A. Desain Penelitian 19
B. Tahapan Penelitian 22
C. Subjek Penelitian 24
D. Devinisi Operasional Variabel 24
E. Teknik Pengumpulan Data 25
F. Instrumen Penelitian 26
G. Teknik Analisis Data 27
H. Indikator Keberhasilan 33

DAFTAR PUSTAKA 34
LAMPIRAN 35-37

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kemendikbud merumuskan bahwa pembelajaran abad 21 menekankan
pada kemampuan peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber,
merumuskan permasalahan, berpikir analitis dan kerjasama serta kolaborasi
dalam menyelesaikan masalah. Framework yang dirumuskan BSNP mengenai
pembelajaran abad 21 yaitu kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah
(critical thinking and problem sloving skill), kemampuan berkomunikasi dan
bekerja sama (communication and collaboration skill), kemampuan mencipta dan
membaharui (creativity and innovation skill), literasi teknologi informasi dan
komunikasi (information and communications technology literacy), kemampuan
belajar kontekstual (contekstual learning skill), dan kemampuan informasi dan
literasi media (Wijaya, 2016). Pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran
yang berorientasi pada siswa (student centered), siswa akan berusaha
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan terlibat aktif dalam mencari
informasi. Pada era globalisasi ini siswa dituntut mampu mengikuti
perkembangan zaman yang sesuai dan baik bagi dirinya salah satunya dengan
kemampuan berpikir siswa yang baik. Namun pada kenyataannya, kemampuan
berpikir siswa – siswi Indonesia terbilang rendah. Hal itu diketahui berdasarkan
hasil Programne For International Student Assesment (PISA) 2012, skor literasi
Indonesia adalah 382, dengan peringkat 64 dari 65 negara. Hal ini menunjukan
bahwa kemampuan siswa dalam menjawab soal yang mengacu pada
kemampuan berpikir kritis masih sangat rendah.
Terkait dengan permasalahan diatas penelitian ini di latar belakangi
masalah yang timbul yaitu masih kurangnya model pembelajaran atau bahkan
terbatasnya model pembelajaran yang diketahui guru untuk mengembangkan
pembelajaran di dalam kelas sehingga membuat siswa kurang dapat memahami
materi yang telah di sampaikan gurunya, guru mata pelajaran masih mengalami
kesulitan dalam mengembangkan model pembelajaran yang dapat menarik
minat belajar siswanya di dalam kelas. Jadi dibutuhkan model pembelajaran
yang diharapkan mampu untuk meningkatkan minat belajar siswa dan
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa sesuai dengan Framework yang
dirumuskan BSNP mengenai pembelajaran abad 21, salah satu caranya yaitu

1
dengan menerapkan salah satu model pembelajaran koopertif TPS (Think Pair
Share). Model pembelajaran Think Pair Share akan memotivasi siswa untuk
selalu mempersiapkan diri bersama dengan kelompoknya dalam memahami
setiap materi pembelajaran di kelas. Selain itu siswa juga dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya dengan cara melakukan diskusi
dengan teman kelompoknya maupun dari kelompok lain. Untuk bisa
melaksanakan diskusi dengan baik, siswa diharapkan menguasai materi yang
diajarkan dengan cara banyak membaca sebelum proses pembelajaran
berlangsung. Dengan demikian proses pembelajaran akan berjalan dengan baik.
(Agus Purnomo, 2013).
Model pembelajaran kooperatif adalah model pengajaran di mana siswa
bekerja sama dalam kelompok kecil saling membantu dalam mempelajari suatu
materi pelajaran yang diberikan guru (Novi Surianti, 2016) maka dari itu, guru
perlu melaksanakan suatu pembelajaran yang bisa meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
Think Pair Share (TPS).
Penggunaan model ini dikarenakan kelebihan yang dimilikinya yaitu
dalam kegiatan pembelajaran peserta didik dituntut untuk bepikir kritis baik
secara individu maupun kelompok. Peserta didik diajarkan untuk aktif dan dapat
bersosialisasi dengan kelompoknya, selain itu peserta didik diajarkan untuk
menghargai orang lain dan belajar untuk menjadi lebih kreatif. Menurut Isjoni
(2013: 112) berpikir berpasangan berempat (Think-Pare-Share), yaitu tehnik
yang dikembangkan Frank Lyman (Think-Pair-Share) dan Spencer Kagan
(Think-Pair-Square). sehingganya dengan diterapkannya model pembelajaran
kooperatif TPS (Think Pair Share) ini peserta didik diharapkan mampu
meningkatkan kemampuan berpikir kritis nya dalam pembelajaran.
Dari berbagai permasalahan di atas maka penelitian ini mencoba untuk
mengetahui apakah ada peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa melalui
model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) pada materi komunikasi
bisnis, di kelas X Manajemen Pemasaran SMK Muhammadiyah 1 Pubian
Kabupaten Lampung Tengah.

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis mengkaji permasalahan yang
ada di penelitian ini adalah “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif TPS (Think Pair Share) Dalam Mata
Pelajaran Komunikasi Bisnis Kelas X SMK Muhammadiyah 1 Pubian”.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang di atas maka tujuan dari penelitian
ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) di kelas X
SMK Muhammadiyah 1 Pubian dengan mata pelajaran komunikasi bisnis.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Guru, sebagai panduan atau acuan dalam upaya untuk meningkatkan
berpikir siswa pada mata pelajaran komunikasi bisnis kelas X di SMK
Muhammadiyah 1 Pubian, dengan menggunakan model pembelajaran TPS
(Think Pair Share).
2. Bagi Siswa, untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam
memecahkan masalah dengan kelmpoknya dan kelompok lainnya,
kerjasama antara siswa dapat memberikan semangat kepada siswa dalam
mengikuti mata pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
3. Bagi Peneliti, hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi sarana
sebagai pengembangan wawasan mengenai model pembelajaran kooperatif
TPS (Think Pair Share).

E. Asumsi Penelitian
Penelitian ini dilakukan peneliti yang mencakup 2 variabel yaitu
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan model pembelajaran
kooperatif TPS (Think Pair Share). Berpikir kritis merupakan sebuah
kemampuan untuk berpikir secara rasional dan tertata yang bertujuan untuk
memahami hubungan antara ide dan fakta. TPS (Think Pair Share) adalah
model pembelajran yang merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, model pembelajaran ini
merupakan salah satu model pembelajaran yang paling sederhana, yang

3
melibatkan siswa secara aktif belajar dalam suasana kelompok untuk
memecahkan masalah belajar dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran rang lain.
Beberapa asumsi yang mendasari pembelajaran komonikasi bisnis terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa antara lain :

a) Masih kurangnya model pembelajaran atau bahkan terbatasnya model


pembelajaran yang diketahui guru untuk mengembangkan pembelajaran di
dalam kelas sehingga membuat siswa kurang dapat memahami materi yang
telah di sampaikan gurunya.
b) Guru mata pelajaran masih mengalami kesulitan dalam mengembangkan
model pembelajaran yang dapat menarik minat belajar siswanya di dalam
kelas.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian model pembelajaran ini di batasi dalam ruang lingkup sebagai
berikut :
1. Jenis Penelitian ini adalah Tindakan Kelas (classroom action research)
2. Metode penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action
research)
3. Objek Penelitian ini ada 2 variabel yaitu variabelbebas dan terikat. Variabel
bebas penggunaan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share)
dan Variabel terikat Meningkatkan kemempuan berpikir kritis siswa kelas X
SMK Muhammadiyah 1 Pubian.
4. Tempat Penelitian ini dilakukan di SMK Muhammadiyah 1 Pubian
5. Waktu Penelitian di lakukan di Semester Genap Tahun Pelajaran 2022/2023
A.

4
BAB II
KAJIAN LITERATUR

A. Kajian Literatur
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian Tindakan merupakan penelitian yang dilakukan melalui
tindakan di kelas oleh guru/peneliti. Penelitian tindakan dapat dikategorikan
menjadi empat, yaitu : penelitian tindakan partisipasi (participatory action
sesearch), penelitian tindakan kritis (critical action reseach), penelitian tindakan
sekolah (institutional action research), dan penelitian tindakan kelas (clasroom
action recearch). Dari keempat jenis penelitian tindakan tersebut, jenis yang
keempat yang paling tepat, sesuai, konsisten dengan guru yang bertugas di
bidang pendidikan. Dalam pendidikan formal yang banyak dikembangkan guru di
sekolah adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karena sasaran atau subjek
penelitiannya adalah siswa.
Penelitian tindakan kelas berasal dari istilah bahasa Inggris Classroom
Action Research, yang dikenal dengan singkatan PTK yaitu penelitian yang
dilakukan di kelas oleh guru/peneliti untuk mengetahui yang berarti penelitian
yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang
diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut. Penelitian tindakan
kelas pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946, yang
selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin Mc
Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt dan sebaginya. Dengan demikian konsep
penelitian tindakan kelas semakin berkembang sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, Pemahaman konsep penelitian tidakan banyak
para peneliti atau penulis menjelaskan konsep yang memang dibutuhkan dalam
pelaksanaannya di dalam proses pembelajaran.
Pengertian penelitian tindakan kelas adalah untuk mengidentifikasi
permasalahan di kelas sekaligus memberi pemecahan masalahnya. Menurut
Hopkins Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan
prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan
dalam disiplin inkuiri atau suatu usaha sesorang untuk memahami apa yang
terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.

Menurut Joni dan Tisno, PTK merupakan suatu kajian yang bersifat reflektif
oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional

5
dari tindakantindakan yang dilakukannya, serta untuk memperbaiki kondisi-
kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan T.R Joni dan
Tisno. Suyanto mendefinisikan PTK sebagai penelitian praktis yang dimaksudkan
untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan
cara melakukan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang
diangkat dari kegiatan tugas guru sehari-hari di kelasnya.

Permasalahan itu merupakan permasalahahan faktual yang benarbenar


dihadapi di lapangan, bukan permasalahan yang direkayasa. Dari pengertian
PTK di atas, dapat ditemukan sejumlah ide pokok sebagai berikut:

a) Penelitian tindakan adalah satu bentuk inkuiri atau penyelidikan yang


dilakukan melalui refleksi diri.
b) Penelitian tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang
diteliti, seperti guru, siswa, atau kepala sekolah.
c) Penelitian tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi
pendidikan.
d) Tujuan penelitian tindakan adalah memperbaiki, dasar pemikiran dan
kepantasan dari praktek-praktek, pemahaman terhadap praktek tersebut,
serta situasi atau lembaga tempat praktek tersebut dilaksanakan.

Dari beberapa pengertian diatas, penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan


sebagai suatu bentuk kajian atau kegiatan ilmiah dan bermetode yang dilakukan
oleh guru/peneliti didalam kelas dengan menggunakan tindakan-tindakan untuk
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran. Ilmiah yaitu suatu yang bersifat
atau berada dalam keilmuan dan metode yaitu cara berfikir, obyektif, rasional,
sistematis berdasarkan fakta untuk menemukan, membuktikan, mengembangkan
dan mengevaluasi suatu pengetahuan. Penelitian tindakan merupakan suatu
rangkaian langkahlangkah (siklus) yang terdiri dari perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi yang terus mengalir menghasilkan siklus baru sampai
penelitian tindakan kelas dihentikan.

2. Model Pembelajaran
Secara umum model diartikan sebagai kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam
pengertian lain, model juga diartikan sebagai barang atau benda sesungguhnya,
seperti “globe” yang merupakan model dari bumi tempat kita hidup. Atas dasar

6
pemikiran tersebut, maka yang dimaksud model belajar mengajar adalah
kerangka konseptual dan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, berfungsi sebagai
pedoman bagi perancang pengajaran, serta para guru dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Sedangkan menurut Agus Suprijono, model adalah landasan praktek
pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang
dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan
implikasinya pada tingkat operasional di kelas.

Pendapat tentang model pembelajaran oleh para ahli adalah sebagai berikut :

a. Model pembelajaran menurut Agus Suprijono adalah pola yang digunakan


sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun
tutorial.
b. Menurut Trianto, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola
yang dapat digunakan untuk mendisain pola-pola.
c. Mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan
untuk menentukan material atau perangkat pembelajaran termasuk di
alamnya buku-buku, film-film, tipe-tipe, program-program media computer,
dan kurikulum.
d. Pendapat lain dari Dewey dalam Joyce dan Weil mendefinisikan model
pembelajaran sebagai suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
merancang tatap muka di kelas, atau pembelajaran tambahan diluar kelas
dan untuk menajamkan materi pelajaran.

Strategi menurut Kemp (1995) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif
dan efisien.Senada dengan pendapatnya Kemp, Dick and Carey (1985) juga
menyebutkan bahwa strategi pembelajaran adalah sutau perangkat materi dan
prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk
menimbulkan hasil belajar pada peserta didik atau siswa.

Upaya mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah di susun dalam


kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai secara optimal,
maka diperlukan suatu metode yang digunakan untuk merealisasikan strategi
yang telah ditetapkan.Dengan demikian, bisa terjadi satu strategi pembelajaran

7
menggunakan beberapa metode. Model-model pembelajaran sendiri biasanya
disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan.Para ahli
menyusun model pembelajaran berdasarkan berbagai prinsip atau teori
pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-
prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, atau teori-
teori yang lain yang mendukung.

Joyce & Weil mempelajari modelmodel berdasarkan teori belajar yang


dikelompokan menjadi empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan
Pola Umum perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Joyce & Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaran jangka panjang), merancang bahanbahan pembelajaran, dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat
dijadikan pola pilihan, artinya para guru memilih model pembelajaran yang sesuai
dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu teori yang
dirancang untuk mendesain proses belajar mengajar didalam kelas, baik dari
segi alat-alat yang akan dibutuhkan, strategi, dan juga kurikulum guna membantu
siswa untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran.

3. Pembelajaran Kooperatif
Menurut Johnson dalam B. Santoso Cooperative Learning adalah
kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan
bekerjasama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal, baik
pengalaman individu maupun kelompok. Sedangkan Nurhadi mengartikan
Cooperative Learning sebagai pembelajaran yang secara sadar dan sengaja
mengembangkan interkasi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan
dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permasalahan.
Selanjutnya Davidson dan Kroll, sebagaimana yang dikutip oleh Hamdun,
Cooperative Learning diartikan dengan kegiatan yang berlangsung dalam
lingkungan belajar sehingga siswa dalam kelompok kecil saling berbagi ide-ide
dan bekerja secara kolaboratif untuk menyelesaikan tugas akademik. Walhasil,
Cooperative Learning adalah metode pembelajaran yang didasarkan atas kerja
kelompok yang dilakukan untuk mencapai tujuan khusus.

8
Selain itu juga untuk memecahkan soal dalam memahami suatu konsep yang
didasari rasa tanggung jawab dan berpandangan bahwa semua siswa memiliki
tujuan sama.
Aktivitas belajar siswa yang komunikatif dan interaktif, terjadi dalam
kelompok-kelompok kecil. Oleh sebab itu, menurut Melvin L. Silberman, seperti
yang dikutip oleh Sutrisno, mengatakan belajar merupakan konsekuensi otomatis
dari penyampaian informasi kepada siswa. Belajar membutuhkan keterlibatan
mental dan tindakan sekaligus. Pada saat kegiatan itu aktif, siswa melakukan
sebagian besar pekerjaan belajar. Siswa mempelajari gagasan-gagasan,
memecahkan berbagai masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari.
Dengan mengunakan metode Cooperative Learning, pembelajaran akan efektif
dan berjalan sesuai dengan fitrah peserta didik sebagai mahluk sosial yaitu
mahluk yang tidak bisa berdiri sendiri, namun selalu membutuhkan kerjasama
dengan orang lain untuk mempelajari gagasan, memecahkan masalah dan
menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar kooperatif tidak hanya bertujuan
menanamkan siswa terhadap materi yang akan dipelajari namun lebih
menekankan pada melatih siswa untuk mempunyai kemampuan sosial, yaitu
kemampuan untuk saling bekerjasama, berkelompok dan bertanggung jawab
terhadap sesama teman kelompok untuk mencapai tujuan umum kelompok.
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain.
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih
menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok, tujuan yang ingin
dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam penegertian penguasaan
bahan pelajaran, tetapi juga adnyaa unsur kerja sama untuk penguasaan materi
tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari pembelajaran
kooperatif. Dengan demikian karakteristik pembelajaran kooperatif dijelaskan
sebagai berikut :
a. Pembelajaran secara tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan
tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat
setiap siswa belajar. Semua anggota tim harus saling membantu untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah kriteria keberhasilan
pembelajaran di tentukan oleh keberhasilan tim.
b. Didasarkan pada manajemen kooperatif

9
Sebagaimana pada umumnya, menejemen mempunyai empat fungsi pokok,
yaitu fungsi perencanaaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi
kontrol. Demikian juga dalam pembelajaran koopertaif. Fungsi perencanaan
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang
matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif, misalnya tujuan apa
yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan
untuk mencapai tujuan itu dan lain sebagainya.fungsi pelaksanaan
menunjukkan bahwa pembelajaran koopertif harus dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah
ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati bersama.
Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok, oleh sebab itu perlu diatur
tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. Fungsi kontrol
menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria
keberhasilan baik melalui tes maupun nontes.
c. Kemampuan untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran koopertif ditentukan oleh keberhasilan secara
kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditentukan dalam proses
pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur
tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan
perlunya saling membantu. Misalnya, yang pintar perlu membantu yang
kurang pintar.
d. Keterampilan untuk bekerja sama
Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan
kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Dengan
demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan
berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai
hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat
menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, memberikan kontribusi kepada
keberhasilan kelompok (Sanjaya, 2013: 244-246).

10
4. Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS)
Pengertian Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)
atau berpikir berpasangan berbagi (Trianto, 2010:81) merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi
siswa. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di
Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997), menyatakan bahwa
Think-Pair-Share (TPS) merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat
variasi suasana pola diskusi kelas. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-
Pair-Share (TPS), merupakan suatu pembelajaran kooperatif yang memberikan
kepada siswa waktu untuk berfikir dan merespon. Hal ini menjadi faktor kuat
dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan serta
menumbuhkan sikap saling membantu satu sama lain. Ada tiga langkah dalam
model ini, antara lain adalah berfikir (think), berpasangan (pair), dan berbagi
(share) (Indien, 2012)
a) Tahap pendahuluan
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan topik inti
materi.
b) Tahap Berpikir (Thinking)
Guru membagikan LKS kepada siswa dan meminta siswa menggunakan
waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri mengenai pertanyaan yang
diajukan oleh guru.
c) Tahap Berpasangan (Pairing)
Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah
diperoleh pada tahap berpikir (think) tentang pertanyaan atau masalah yang
diajukan guru. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan
jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan
apabila suatu masalah khusus yang didentifikasi.
d) Tahap Berbagi (Sharing)
Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas
yang telah dibicarakan dengan cara menunjuk secara acak. Hal ini efektif
untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan
sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk
melaporkan. Guru menilai dan memberikan umpan balik atas hasil diskusi.

11
e) Tahap penghargaan
Guru memberikan penghargaan secara individu maupun kelompok yang
berhasil menjawab tugas dengan baik.

Keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)


memberi kesempatan lebih kepada siswa untuk bekerja sendiri sekaligus bekerja
sama dengan teman lainnya (Thobroni dan Mustafa, 2011).
Kelemahannya menurut Basri (dalam Thobroni dan Mustafa, 2011:302),
kelemahan Think-PairShare (TPS) antara lain adalah Memerlukan koordinasi
secara bersamaan dari berbagai aktivitas, Memerlukan perhatian khusus dalam
penggunaan rung kelas, Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat
menyita waktu pengajaran yang berharga.
Untuk itu, guru harus membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat
meminimalkan jumlah waktu yang terbuang

5. Peningkatan Berpikir Kritis


Pengertian berpikir kritis ditulis oleh Ennis (dalam Kuswana, 2011:19)
merupakan cara berpikir yang wajar dan reaktif untuk menentukan fokus dalam
menentukan apa yang harus dipercaya dan dilakukan. Tidak jauh beda dengan
pendapat diatas, Jhon Dewey dalam (Fisher, 2009) juga menyatakan bahwa.
Berpikir kritis secara esensial adalah sebuah proses berpikir yang aktif,
dimana seseorang akan memikirkan suatu hal lebih mendalam,
mengajukan berbagai pertanyaan menemukan informasi yang relevan
untuk memutuskan suatu hal yang diperuntukkan untuk pengetahuannya
sendiri.
Berpikir kritis adalah kemampuan yang sangat penting untuk menunjang
keberhasilan pemahaman siswa, sehingga akan berdampak kedalam hasil
belajar siswa. Maka dari itu seorang pendidik diharuskan untuk menyiapkan
perencanaan yang matang dalam memilih model pembelajaran, agar siswa
terpacu untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajarnya.
Dengan berdasarkan masalahmasalah yang dihadapi, dan pemilihan model
pembelajaran yang inovatif.
Kemampuan berpikir kritis juga merupakan bagian dari empat kompetensi belajar
yang harus dikuasai pada abad 21 di samping kemampuan pemahaman tinggi,
kemampuan berkolaborasi dan kemampuan berkomunikasi. (Yunus Abidin,
2016:8). Penting bagi peserta didik untuk menjadi seorang pemikir mandiri
sejalan dengan meningkatnya jenis pekerjaan di masa yang akan datang yang

12
membutuhkan para pekerja handal yang memiliki kemampuan berpikir kritis.
Berpikir kritis merupakan suatu kekuatan serta sumber tenaga dalam kehidupan
bermasyarakat dan personal seseorang. Secara umum Siti Zubaidah (2010)
menyampaikan bahwa berpikir kritis yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh
dengan keterampilan dalam membuat pengertian atau konsep, mengaplikasikan,
menganalisis, membuat sistesis, dan mengevaluasi. Beragam manfaat yang
diperoleh dari kemampuan berpikir kritis ini mendorong pendidik untuk dapat
melatih dan mengembangkan kemampuan ini kepada peserta didik.
Berpikir kritis merupakan salah satu karakter yang akhir-akhir ini memang
menjadi isu pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak
anak bangsa. Kemampuan berpikir kritis juga diperjelas melalui UU No 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi “ Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokrasi serta bertanggung jawab.”

B. Penelitian Relevan

NO NAMA JUDUL KESIMPULAN


1 Heni Mulyani, Pohan Peningkatan Berdasarkan hasil penelitian
dan Ade Isma, Kemampuan tindakan kelas diperoleh
Hasibuan. (Jurnal Berpikir Kritis kesimpulan dan saran sebagai
Biolokus) Vol.2 (2), Siswa Melalui berikut Kemampuan berpikir
Tahun 2019 Model kritis siswa melalui model
Pembelajaran pembelajaran Think Pair
Kooperatif Think Share (TPS) di kelas X
Pair Share Di menunjukkan bahwa hasilnya
Kelas X Sma meningkat. Dikarenakan, telah
Negeri 4 memenuhi indikator
Padangsidimpuan keberhasilan siswa. Dilihat
dari siklus pertama dengan
persentase 63,44% dan siklus
kedua meningkat dengan

13
persentase sebesar 82,38%
dan sudah dikategorikan
sangat baik. Hasil belajar
siswa menggunakan model
Think Pair Share (TPS) pada
materi struktur, tata nama,
sifat, penggolongan, dan
kegunaan karbohidrat, protein
dan lemak telah meningkat.
Bahwa siklus pertama belum
mencapai indikator
keberhasilan siswa dengan
perolehan persentase 53,33%
dan siswa yang tuntas
berjumlah 16 orang. Setelah
tindakan selanjutnya, di siklus
kedua meningkat dengan
persentase 83,33% dan sudah
mencapai indikator
keberhasilan siswa.
2 Esti Mutia Hayati, Penerapan Model Dari berbagai pembahasan
Agung Purwanto Pembelajaran yang telah dijabarkan dapat
dan Dede Rahmat Kooperatif Think ditarik kesimpulan dan
Hdayat. (Jurnal Pair And Share dimaknai bahwa model
Pendidikan Dasar). (Tps) Untuk pembelajaran Think Pair
Tahun 2020 Meningkatkan Share mampu meningkatkan
Kemampuan kemampuan berpikir kritis
Berpikir Kritis siswa. Karena dengan model
Siswa Sekolah pembelajaran tersebut siswa
Dasar memiliki banyak waktu untuk
berpikir dan berdiskusi secara
berpasangan (kelompok
sederhana) yang mampu
meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan

14
memecahkan masalah.
3 Agus Purnomo dan Peningkatan Berdasarkan hasil penelitian di
Suprayitno. (Jurnal Kemampuan atas peneliti dapat menarik
PGSD) Volume 01 Berpikir Kritis kesimpulan: 1) Aktivitas guru
Nomor 02 Tahun Siswa Dengan dalam pembelajaran
2013 : Page 0-216 Penerapan Model menggunakan model
Pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe
Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share) yang
Tps (Think Pair diterapkan oleh peneliti pada
Share) Dalam siswa kelas IV SDN Jeruk
Pembelajaran IPS I/469 Surabaya sudah
Di Sekolah Dasar terlaksana dengan sangat baik
dan telah mencapai indikator
keberhasilan penelitian. Hal ini
dapat dilihat dengan adanya
peningkatan hasil observasi
aktivitas guru pada siklus I-III,
meskipun masih terdapat
aspek aktivitas guru yang
belum mendapat nilai
sempurna.. 2) Aktivitas siswa
pada saat pembelajaran
menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe
TPS (Think Pair Share)
mengalami peningkatan dari
siklus IIII dan telah mencapai
ketuntasan secara klasikal
yang telah ditentukan peneliti
yaitu ≥80%. Hal ini bisa dilihat
pada saat diskusi dan proses
pembelajaran berlangsung.
Siswa yang tidak aktif menjadi
lebih aktif saat pembelajaran
dan lebih berani

15
menyampaikan pendapat. 3)
Kemampuan berpikir kritis
siswa SDN Jeruk I/469
Surabaya setelah
pembelajaran menggunakan
model pembelajaran
kooperatif tipe TPS (Think Pair
Share) mengalami
peningkatan. Selain itu
ketuntasan tes keterampilan
berpikir kritis siswa secara
klasikal telah mencapai
indikator keberhasilan yang
telah ditentukan peneliti yaitu
≥80%. Hal ini menunjukkan
bahwa dengan menerapkan
model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dapat
meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa. 4) Respon
siswa terhadap pembelajaran
kooperatif tipe TPS sangat
bagus, siswa sangat senang
mengikuti pembelajaran
menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe
TPS. Respon ini terjadi karena
siswa belum pernah
mendapatkan variasi model
pembelajaran, salah satunya
yaitu model pembelajaran
kooperatif tipe TPS.

16
Menurut Heni Mulyani, Pohan dan Ade Isma, Hasibuan. (Jurnal Biolokus) Vol.2
(2), Tahun 2019 Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas diperoleh
kesimpulan dan saran sebagai berikut Kemampuan berpikir kritis siswa melalui
model pembelajaran Think Pair Share (TPS) di kelas X menunjukkan bahwa
hasilnya meningkat. Dikarenakan, telah memenuhi indikator keberhasilan siswa.

Menurut Esti Mutia Hayati, Agung Purwanto dan Dede Rahmat Hdayat. (Jurnal
Pendidikan Dasar) Tahun 2020 dari hasil penelitian dari berbagai pembahasan
yang telah dijabarkan dapat ditarik kesimpulan dan dimaknai bahwa model
pembelajaran Think Pair Share mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa. Karena dengan model pembelajaran tersebut siswa memiliki banyak
waktu untuk berpikir dan berdiskusi secara berpasangan (kelompok sederhana)
yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan memecahkan
masalah.

Menurut Agus Purnomo dan Suprayitno. (Jurnal PGSD) Volume 01 Nomor 02


Tahun 2013 : Page 0-216, dari hasil penelitian dapat menarik kesimpulan

1) Aktivitas guru dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran


kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) yang diterapkan oleh peneliti pada
siswa kelas IV SDN Jeruk I/469 Surabaya sudah terlaksana dengan
sangat baik dan telah mencapai indikator keberhasilan penelitian.
2) Aktivitas siswa pada saat pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) mengalami
peningkatan dari siklus IIII dan telah mencapai ketuntasan secara klasikal
yang telah ditentukan peneliti yaitu ≥80%. Hal ini bisa dilihat pada saat
diskusi dan proses pembelajaran berlangsung
3) Kemampuan berpikir kritis siswa SDN Jeruk I/469 Surabaya setelah
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
(Think Pair Share) mengalami peningkatan.
4) Respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe TPS sangat bagus,
siswa sangat senang mengikuti pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS.

17
C. Kerangka Pemikiran

Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuannya tercapai.


Permasalahan yang muncul harus diselesaikan dengan model pembelajaran.
Penerapan strategi pembelajaran harus sesuai denagn permasalahan yang
ada, penentuan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakteristik
siswa akan membuat kejenuhan bagi siswa, sehingga menyebabkan hasil
belajar yang kurang maksimal atau hasil belajar yang rendah. Proses
pembelajaran komunikasi bisnis di SMK Muhammadiyah 1 Pubian mengalami
permasalah dalam beinteraksi dan dalam pemilihan model pembelajaran,
selama ini siswa dituntut untuk menguasai dan menghafalkan materi dari setiap
pembelajaran yang diberikan. Siswa merasa kurang mampu memahami
dengan model belajar yang diterapkan guru dan masih banyak siswa yang tidak
mau bertanya bahkan kurang memperhatikan pelajaran. Oleh karena itu,
dilakukan upaya perbaikan dalam pembelajaran komunikasi bisnis di SMK
Muhammadiyah 1 Pubian terutama dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS).
Penggunakan model pembelajaran Think Pair Share dalam pembelajaran
komunikasi bisnis akan membuat siswa memahami makna dan manfaat belajar
sehingga mereka rajin dan bersemangat untuk belajar. Penggunaan model
pembelajaran Think Pair Share ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
berpikir siswa yang selama ini kurang karena kurangnya metode pembelajaran
yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran kominikasi bisnis kelas X di
SMK Muhammadiyah 1 Pubian. Kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut :

Guru Metode Silabus dan RPP


Pembelajaran Mengacu Pada Kurikulum

SMK M 1 Proses Model TPS Pening Hasil


Pubian Pembelajaran (Think Pair katan kemampuan
n Share) Berpikir berpikir
Kritis Meningkat

Gambar 1. Bagan kerangka berpikir

18
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
berpikir kritis siswa melalui model pembelajaran kooperatif TPS (think pair
share) dalam mata pelajaran komunikasi bisnis kelas X SMK Muhammadiyah 1
Pubian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas kelas
(classroom action research) atau juga sering disingkat PTK. Penelitian ini
menggunakan desain PTK model Kemmis dan Mc Taggart :

Pelaksanaan

Perencanaan Siklus I Observasi

Refleksi

Pelaksanaan

Perencanaan Observasi
Siklus
II

Refleksi

Gambar 2. Desain PTK menurut Kemmis dan Mc Taggart


Keterangan
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan Tindakan I
3. Observasi I
4. Refleksi I
5. Perencanaan
6. Pelaksanaan Tindakan II
7. Observasi II
8. Refleksi II

19
Sesuai model tersebut, dilakukanlah empat tahapan dalam penelitian tindakan
kelas sebagai berikut :
1. Perencanaan
Rencana penelitian tindakan merupakan tindakan yang tersusun dari segi
definisi yang harus mengarah kepada tindakan yaitu, bahwa rencana harus
memandang ke depan. Rencana pada umumnya haruslah fleksibel untuk
dapat diadaptasikan dengan pengaruh yang tidak terduga dan kendala yang
sebelumya tidak dapat terlihat. Perencanaan dalam tindakan kelas ini
adalah:
a. Membuat persiapan pembelajaran berupa rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dari materi yang akan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tentang
komunikasi bisnis.
b. Menyiapkan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) dan
soal-soal tes.
c. Membuat instrumen observasi untuk mengamati proses pembelajaran
baik yang dilakukan oleh guru maupun siswa, pada saat proses
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
(Think Pair Share).
2. Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan adalah tahap penting penentu keberhasilan
penelitian. Tindakan yang dimaksud adalah tindakan yang dilakukan secara
sadar dan terkendali yang merupakan variasi praktik yang cermat dan
bijaksana, jadi tindakan itu mengandung inovasi atau pembaharuan,
walaupun berbeda dengan yang biasa dilakukan sebelumnya. Pada tahap
inilah guru akan mengeksekusi rencana yang telah dibuat. Pelaksanaan
tindakan dalam penelitian ini adalah:
a. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
b. Guru menjelaskan materi dengan menggunakan metode ceramah,
dilanjutkan tanya jawab dan diskusi kelompok. Disamping itu guru
memaparkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share)
melalui LCD atau proyektor. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan
keaktifan dan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar.

20
c. Guru memberikan soal tes pada akhir kegiatan pembelajaran atau setiap
akhir siklus.

d. Guru bertindak sebagai pelaksana tindakan atau mengajar sedangkan


peneliti sebagai pengamat atau observer.

3. Pengamatan
Pengamatan berfungsi untuk menlihat pengaruh tindakan terkait bersama
prosesnya. observasi adalah proses penelitian mengamati situasi dan
kondisi. Arti observasi adalah metode yang akurat dalam mengumpulkan
data. Tujuannya ialah mencari informasi tentang kegiatan yang berlangsung
untuk kemudian dijadikan objek kajian penelitian. Penelitian tindakan ini
dalam kegiatan observasi dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung untuk mengamati proses berpikir kritis belajar siswa pada
setiap siklus. Siklus diberikan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
(Think Pair Share) yang sudah disiapkan oleh peneliti. Kemudian guru
mengunakan media tersebut dalam pembelajaran. Guru menggunakan
metode ceramah dilanjutkan tanya jawab dan diskusi kelompok yang
disesuaikan dengan materi pelajaran. Selanjutnya diberikan evaluasi tiap
siklus yang hasilnya sebagai bahan perancangan dan perbaikan untuk siklus
selanjutnya.
4. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan merenungkan, mencermati hasil analisis
data apakah tindakan yang sudah terlaksana sesuai perencanaan, dan
dimana letak kelemahan yang harus diperbaiki pada siklus berikutnya.
Refleksi dalam penelitian ini mencakup penilaian terhadap hasil
pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Refleksi juga merupakan upaya
untuk mengkaji apa yang telah terjadi atau tidak terjadi, apa yang telah
dihasilkan atau yang belum berhasil dituntaskan dengan tindakan perbaikan
yang telah dilakukan. Penelitian ini melakukan refleksi terhadap proses
kemampuan berpikir kritis siswa pada setiap siklus serta menyusun
perbaikan untuk kegiatan pembelajaran pada siklus berikutnya.

21
B. Tahapan Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindak kelas dilakukan dalam II siklus. Masing
masing siklus terdiri dari beberapa komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan atau observasi dan refleksi. tahapan penelitian tindakan kelas yang
diterapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Perencanaan tindakan (planning) Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap
perencanaan tindakan adalah meliputi pembuatan perangkat pembelajaran,
persiapan sarana dan prasarana penelitian serta menentukan indikator kerja.
Rancangan yang akan dilaksanakan mengacu pada model Cooperatif Tipe
TPS (Think Pair Share). Proses perencanaan yang di lakukan oleh peneliti
antara lain :
a) Merencanakan pelaksanaan Model Kooperatif tipe Think Pair Share
pada mata pelajaran Komunikasi Bisnis dengan membuat RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
b) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS)
c) Menyusun Soal – Soal
d) Guru menyampaiakan prosedur pembelajaran kooperatif Tipe TPS
(Think Pair Share)
e) Menyusun daftar kelompok secara heterogen, setiap kelompok terdiri
dari 5 atau 6 siswa
f) Guru memberikan tugas kelompok kepada siswa untuk membahas
materi yang akan dibahas. Siswa dikondisikan agar apat belajar dan
bekerjasama untuk memahami materi dengan cara mengerjakan
tugas secara berkelompok. Guru memantau kinerja siswa dalam
belajar kelompok dan memberikan bimbingan kepada kelompok yang
memerlukan
g) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil
kerja dengan menjelaskan gagasan-gagasan dari perwakian tiap
kelompok
h) Kemudian kelompok lainnya boleh menyanggah dan menanggapi
hasil kerja dari kelompok yang telah memaparkan hasilnya
i) Guru menguatkan kesimpulan yang telah diperoleh siswa dari hasil
kerja kelompok dan diskusi antar kelompok
j) Menyusun Lembar Observasi

22
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pelaksanaan tindakan berpatokan pada RPP dengan menggunakan
Model Kooperatif tipe Think Pair Share. Kegiatan pelaksanaan tindakan ini
merupakan tindakan pokok dalam siklus PTK, dan pada saat yang
bersamaan kegiatan pelaksanaan tindakan ini juga disertai dengan kegiatan
observasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di
SMK Muhammadiyah 1 Pubian yang dimana siswanya memiliki kemampuan
yang berbeda – beda. Adapun pelaksanaan tindakan tersebut meliputi :
a) Guru menjelaskan materi yang akan di pelajari siswa
b) Guru membimbing siswa untuk berkumpul dengan kelompoknya
yang sebelumnya sudah di bagi secara heterogen.
c) Siswa menyelesaikan tugas yang diberikan guru kepada
kelompoknya
d) Siswa belajar dan berdiskusi dengan kelompoknya
e) Guru melakukan monitoring dan membimbing siswa terhadap
pemahaman materi
f) Kegiatan presentasi kelompok tentang materi yang baru saja di
pelajari dan di diskusikan
g) Siswa menyimpulkan materi dari permasalahan yang di berikan oleh
guru
h) Guru membuat kuis individual untuk mengetahui skor perkembangan
tiap siswa
3. Pengamatan atau Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti terhadap siswa dan bekerja sama
dengan guru. Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui dampak tindakan
terhadap proses pembelajaran dan penerapan pembelajaran TPS (Think
Pair Share) tentang aktiivitas siswa selama mengikuti proses kegiatan
pembelajaran di kelas.
4. Refleksi
Peneliti mendiskusikan dengan guru terkait penelitian yang telah
dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan sejauh mana metode
pembelajaran yang telah di berikan kepada siswa terlihat perkembangannya
pada siswa tersebut dan untuk menyimpulkan data dan informasi yang
berhasil dikumpulkan sebagai pertimbangan perencanaan pembelajaran
siklus berikutnya. Hasil observasi kemudian di analaisis yang selanjutnya

23
digunakan sebagai refleksi, apakah proses belajar telah sesuai dengan
model pembelajaran yang diterapkan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) dan kemampuan
berpikir siswa meningkat setelah menggunakan model pembelajaran
kooperatif TPS (Think Pair Share) dalam proses pembelajarannya dilihat dari
pengerjaan soal – soal tes.

C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang dimaksud disini adalah pihak-pihak atau
komponen – komponen yang menjadi sasaran pengumpulan data, data yang
dikumpulkan bersumber dari guru yang sedang mengajar mata pelajaran dan
perilaku siswa dikelas X SMK Muhammadiyah 1 Pubian selama mengikuti
pembelajaran. Subjek penelitian ini adalah kelas X SMK Muhammadiyah 1
Pubian semester genap tahun ajaran 2022/2023, jumlah siswa yang diteliti
adalah 30. Hal ini dibuktikan karena kelas ini dengan peresentase ketuntasan
yang paling rendah diantara kelas yang lain. Selain itu kelas tersebut juga
sangat sulit dikendalikan dan kurang aktif dalam pembelajaran.

D. Definisi Operasional Variabel


Menentukan variabel dalam penelitian adalah suatu yang penting dalam
proses penelitian. Menurut Sugiyono (2015, h.38), “definisi operasional variabel
penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang
memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya”. Operasional variabel dimaksudkan untuk
mendeskripsikan dan memudahkan dalam penetapan pengukuran terhadap
variabel yang diamati. Dalam penelitian ini terdapat variabel penelitian yaitu :
1. Model pembelajaran kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share). Model
pembelajaran tipe TPS pertama guru menyiapkan perencanaan topic lalu
menyampaikan model pembelajaran tipe TPS dan membuat kelompok.
Kegiatan pembelajaran tipe TPS yaitu berpikir berpasangan, memecahkan
masalah dalam kelompok dan menyajikan laporan akhir, evaluasi.
2. Kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata
pelajaran komunikasi bisnis dilihat selama proses pembelajaran. Berpikir
kritis merupakan kemampuan yang dimiliki siswa dalam aktivitas
pembelajaran untuk mengemukakan pendapat apa yang siswa pikirkan

24
tentang pengetahuan, pemahaman, dan aspek – aspek lainnya serta untuk
mengembangkan kemampuan berfikir nya.

E. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian tindakan
kelas ini, penulis menggunakan beberapa macam metode dan teknik
pengumpulan data. Berikut metode pengumpulan data yang ada dalam
penelitian tindakan kelas ini berupa :
1. Observasi
Peneliti mengadakan observasi selama proses penelitian berlangsung, hal
ini dilakukan untuk memperoleh data tentang peningkatan kemampuan
berpikir kritis siswa dengan menggunakan model pembelajaran TPS (Think
Pair Share) dan penerapannya.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses pengumpulan data secara lisan atau langsung
kepada narasumbernya dengan cara bertanya kepada subjek penelitian.
Wawancara dilakukan kepada subjek penelitian yaitu siswa dan guru tentang
pelaksanaan proses pembelajaran kooperatif dengan menggunakan metode
TPS (Think Pair Share) dengan pedoman wawancara yang telah di buat
peneliti sebelumnya.
3. Tes
Pengumpulan data dengan tes untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran. Menurut Zainal Arifin (2016: 118) tes merupakan
suatu teknik yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan
pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, atau
serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik
untuk mengukur aspek perilaku peserta didik. Tes digunakan untuk
mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang dilihat dari proses
pembelajaran. Jenis tes yang diberikan dalam penelitian ini diberikan pada
akhir siklus supaya peneliti dapat mengetahui sejauh mana siswa dapat
memahami materi pealajaran yang dilihat dari hasil belajar dan kemampuan
berpikir kritis saat pembelajaran berlangsung.

25
4. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mengungkap data – data yang bersifat
documenter atau tertulis. Tujuannya adalah untuk mengetahui siswa
sebelum melakukan penelitian. Menurut Sugiyono (2018:476), "dokumentasi
adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi
dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa
laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian". Dalam
penelitian ini dokumen yang digunakan adalah absensi siswa, lembar
observasi, data nilai siswa, silabus, RPP, serta foto – foto selama proses
penelitian tindakan berlangsung.

F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan untuk memperoleh data. Data dalam
penelitian ini terdiri dari lembar observasi dan dokumentasi.
1. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan suatu cara mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
Observasi dilakukan untuk melihat tahapan-tahapan pembelajaran muncul
atau tidak selama pembelajaran dan untuk mengukur keterampilan berpikir
kritis siswa. Observasi ini menggunakan jenis observasi yang partisipatif,
yakni peneliti terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran. Peneliti
berperan sebagai guru dan pengarah atas kesepakatan yang telah
ditetapkan juga menjadi monitoring sebagai pengontrol dari aturan-aturan
yang berlaku sekaligus sebagai pengamat/observer. Instrumen yang
digunakan dalam observasi ini adalah instrumen keterampilan berpikir kritis
atau yang berfungsi untuk mengetahui keterampilan berpikir kritis siswa
kelas X SMK Muhammadiyah 1 Pubian selama kegiatan pembelajaran
berlangsung.

2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu bagian dari instrumen yang digunakan
selama peneltian. Dalam penelitian ini perlu adanya dokumentasi sehingga
data yang diperoleh memiliki bukti yang real berupa foto atau gambar
kegiatan selama pembelajaran berlangsung serta foto atau gambar

26
dokumen-dokumen yang digunakan selama proses penilaian dan
pembelajaran berlangsung.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif.
1. Data Kuantitatif
Analisis data kuantitatif digunakan untuk menganalisis data berupa angka
hasil belajar pada setiap siklusnya. Hal ini sejalan dengan pendapat
Sugiyono (2011) yang mengatakan bahwa, ”Data kuantitatif adalah data
yang berbentuk grafik, tabel, maupun diagram”.
Kemudian indikator keterampilan berpikir kritis siswa menggunakan skala
bertingkat dengan kriteria baik sekali, baik, kurang dan kurang sekali
(Sugiyono, 2011).

Tabel 1. Aturan Skoring Skala Penilaian Keterampilan berpikir kritis

Kriteria Bobot
Baik Sekali 4
Baik 3
Kurang 2
Kurang sekali 1

Penilaian yang digunakan dalam mengukur keterampilan berpikir kritis terdiri


dari beberapa indikator. Adapun deskripsi dari setiap indikator keterampilan
berpikir kritis yaitu sebagai berikut :

Tabel 2. Rubrik Indikator keterampilan berpikir kritis

Indikator Sub indikator Skor Deskripsi


Mengobservasi/ Memfokuskan 4  Siswa mampu mengalisis
mengamati Pertanyaan pertanyaan sebelum
menjawab.
 Siswa mampu menjawab
pertanyaan dengan tepat.
 Siswa mampu memilah
pertanyaan yang sesuai
dengan yang tidak.
3 Hanya 2 aspek yang tercapai

27
dari seluruh aspek pada poin 4
2 Hanya 1 aspek yang tercapai
dari seluruh aspek pada poin 4
1 Siswa mengajukan pertanyaan
namun tidak memenuhi aspek
pada poin 4.
Menganalisis 4  Siswa mampu
Argumen menganalisis argumen
temannya
 Siswa mampu meluruskan
argumen yang kurang
tepat.
 Siswa mampu memilah
argumen dan membuat
jadi 1 kesimpulan.
3 Hanya 2 aspek yang tercapai
dari seluruh aspek pada poin 4
2 Hanya 1 aspek yang tercapai
dari seluruh aspek pada poin 4
1 Siswa mengajukan pertanyaan
namun tidak memenuhi aspek
pada poin 4.
Memberi Bertanya dan 4  Siswa memberi
argumen/ menjawab argumen ketika
berdiskusi kelompok
alasan pertanyaan secara aktif, inisiatif dan
klarifikasi dan benar.
 Siswa menanggapi
pertanyaan yang jawaban sesama siswa
menantang atau penjelasan guru
 Siswa mampu
menyampaikan argumen
disertai alasan
(pembenaran dan
pendukung).
3 Hanya 2 aspek yang tercapai
dari seluruh aspek pada poin 4
2 Hanya 1 aspek yang tercapai
dari seluruh aspek pada poin 4
1 Siswa menjawab pertanyaan
namun tidak memenuhi aspek
pada poin 4.
Merumuskan Membuat 4  Isi pertanyaan siswa
pertanyaan/ pertanyaan deduktif sesuai dengan materi
yang sedang dibahas
bertanya dan guru atau pertanyaan

28
mempertimbangkan yang bersifat
mengulang kembali
hasil deduktif
penjelasan guru.
 Siswa mengajukan
pertanyaan yang
singkat dan tidak
bertele-tele.
 Siswa bertanya dengan
menggunakan kata-
kata baku serta
menggunakan kata
tanya apa, siapa,
kapan, dimana, kenapa
dan bahaimana
(5W+1H).
3 Hanya 2 aspek yang tercapai
dari seluruh aspek pada poin 4
2 Hanya 1 aspek yang tercapai
dari seluruh aspek pada poin 4
1 Siswa menyampaikan
pendapat/argumen namun tidak
memenuhi aspek pada poin 4.
Membuat induktif 4  Isi pertanyaan siswa
dan sesuai dengan materi
yang sedang dibahas
mempertimbangkan oleh guru atau
hasil induktif pertanyaan yang
bersifat mengulang
kembali penjelasan
guru.
 Siswa mengajukan
pertanyaan yang singkat
dan tidak bertele-tele.
 Siswa bertanya dengan
menggunakan kata-kata
baku serta
menggunakan kata
tanya apa, siapa, kapan,
dimana, kenapa dan
bahaimana (5W+1H).
3 Hanya 2 aspek yang tercapai
dari seluruh aspek pada poin 4
2 Hanya 1 aspek yang tercapai
dari seluruh aspek pada poin 4
1 Siswa mengajukan pertanyaan
namun tidak memenuhi aspek
pada poin 4.
Mengumpulkan Membuat dan 4  Siswa memberikan
informasi mempertimbangkan penilaian terhadap
pendapat temannya.
hasil keputusan
 Siswa mampu

29
mempertimbangkan hasil
diskusi dengan temannya.
 Siswa mampu
memutuskan hasil dari
diskusi dengan temannya
3 Hanya 2 aspek yang tercapai
dari seluruh aspek pada poin 4
2 Hanya 1 aspek yang tercapai
dari seluruh aspek pada poin 4
1 Siswa menyampaikan
penyelesaian masalah namun
tidak memenuhi aspek pada
poin 4.
Menarik Mengidentifikasi 4  Siswa mampu
kesimpulan asumsi dan menyampaikan materi
yang telah dibahas.
(mengkomunik membuat
 Siswa mampu
a sikan) kesimpulan yang menyimpulkan hasil
sesuai pembelajaran dengan
singkat dan tidak bertele-
tele.
 Siswa mempu
menyampaikan kesimpulan
dengan bahasa yang baku
dan dapat dimengerti.
3 Hanya 2 aspek yang tercapai
dari seluruh aspek pada poin 4
2 Hanya 1 aspek yang tercapai
dari seluruh aspek pada poin 4
1 Siswa menyampaikan penilaian
namun tidak memenuhi aspek
pada poin 4.

Untuk menghitung hasil analisis data sesuai dengan rubrik indikator


keterampilan berpikir kritis dari setiap siswa. Perlu adanya sebuah rumus yang
digunakan agar peneliti mudah dalam melakukan analisis data tersebut. Maka
peneliti menggunakan rumus yang mengacu pada pendapat Sugiyono (2011)
sebagai berikut :

Selanjutnya untuk memetakan kemampuan berpikir siswa maenjadi beberapa


kategori digunakan persamaan menurut Astuti (2014) sebagai berikut :

30
Persentase keterampilan berpikir kritis siswa (%)

Berikut kategori untuk keterampilan berpikir kritis (Astuti, 2014):

Tabel 3. Kriteria Keterampilan Berpikir Kritis

Persentase (%) Kategori


81 – 100 Sangat baik
61 – 80 Baik
41 – 60 Cukup
21 – 40 Kurang
0 – 20 Sangat Kurang

Maka dari hasil kategori tersebut, akan terlihat keterampilan berpikir kritis setiap
individu termasuk kedalam kategori yang mana. Selain untuk melihat dari setiap
perkembangan individu dalam berpikir kritis, peneliti memerlukan adanya nilai
secara keseluruhan dari tingkat perkembangan keterampilan berpikir kritis dari
seluruh peserta didik. Maka peneliti merujuk kepada pendapat Sudjana (2016),
kemudian dikembangkan oleh peneliti sebagai berikut:

𝑛
Keterangan : Rata-rata= = ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙
𝑁

n = Jumlah keseluruhan skor keterampilan berpikir kritis yang didapat setiap


siswa
N = Jumlah seluruh siswa

Maka akan terlihat jumlah rata-rata keterampilan berpikir kritis dari kelas
tersebut, apakah akan ada peningkatan atau tidak ketika dilakukan kegiatan
tindakan untuk mengatasi keterampilan berpikir kritis di kelas.
Kemudian untuk menghitung persentase ketuntasan keterampilan
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠
proses yang dihitung dengan rumus : 𝑥 100%
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

Adapun KKM yang ditetapkan oleh penulis untuk keterampilan berpikir kritis
adalah ≥ 75 yaitu pada kategori Sangat baik atau baik. Berdasarkan Depdikbud
(Trianto 2010) yang menyatakan bahwa “kelas dikatakan sudah tuntas
(ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥85% siswa yang tuntas.”

31
2. Data Kualitatif

Menurut Sugiyono (2010) menyatakan bahwa “Analisis data kualitatif


adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang
diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Sehingga, metode
penelitian kualitatif itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi
di lapangan, mencatat apapun apa yang terjadi, berbentuk deskripsi serta
membuat laporan penelitian secara mendetail”.

Adapun tahapan analisis data kualitatif yang digunakan dalam


penelitian ini adalah penerapan Milles dan Huberman 1984 (Sugiyono,
2010) sebagai berikut :
a) Reduksi data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, seperti
data awal hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti,
hasil observasi ketika pelaksanaan tindakan dilakukan oleh observer,
untuk itu perlu dicatat secara teliti dan merinci agar data yang didapat
dan dibutuhkan oleh peneliti akan cocok dan tepat sesuai dengan
kebutuhan penelitian yang dilakukan.
b) Penyajian data
Dalam penelitian kualitatif, peneliti menyajikan data dengan cara
dibentuk kedalam sebuah tabel yang berisikan hasil peningkatan
kemampuan kerja sama siswa setelah dilakukannya tindakan dan
menggunakan uraian singkat juga untuk mendukung peneliti dalam
menjelaskan hasil penyajian data yang sudah dilakukan.

c) Penarikan kesimpulan
Kesimpulan yang dilakukan peneliti masih bersifat sementara dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti yang lebih kuat pada data
selanjutnya. Maka dari itu dari hasil kesimpulan yang dilakukan oleh
peneliti akan menjawab rumusan masalah yang dibuat oleh peneliti
sejak awal.

32
H. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan merupakan acuan sebagai tolak ukur
keberhasilan penelitian tindakan kelas. Indikator keberhasilan ini bersumber
dari silabus komunikasi bisnis kelas X, serta dari nilai kriteria ketuntasan
minimal (KKM). Tindakan dalam penelitian ini akan diberhentikan bila kriteria
keberhasilan telah tercapai. Kriteria keberhasilan tindakan ditetapkan
berdasarkan oleh pertimbangan peneliti. Adapun kriteria keberhasilan tindakan
dalam penelitian tindakan kelas tersebut adalah :

1. Terdapat peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa dari siklus ke I


ke siklus ke II.
2. Keterlaksanaan pembelajaran menggunakan pembelajaran TPS
mencapai 85%.
3. Telah mencapai ketuntasan keterampilan berpikir kritis sebanyak 75%
dari jumlah peserta didik yang ada di kelas penelitian

33
DAFTAR PUSTAKA

Heni Mulyani, P dan Ade Isma, H.2019. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share Di Kelas
X Sma Negeri 4 Padangsidimpuan. Jurnal Biolokus, Vol.2 (2), h. 4 – 5

Esti Mutia, H., Agung Purwanto., dan Dede Rahmat, H. 2020. Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Think Pair And Share (Tps) Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan
Dasar, h. 2

Agus Purnomo dan Suprayitno. 2013. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis


Siswa Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tps
(Think Pair Share) Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar. Jurnal
PGSD, Volume 01 No. 02, Page 0-216

Zuriatun Hasanah, 2021. Model Pembelajaran Kooperatif Dalam Menumbuhkan


Keaktifan Belajar Siswa. Jurnal Studi Kemahasiswaan. Volume. 1, No. 1

Putri Khoerunnisa dan Syifa Masyhuril Aqwal, 2020. Analisis Model-Model


Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Dasar. Volume 4, No.1, Page 1- 27

Dwi Susilowati. 2018. Penelitian Tindakan Kelas (Ptk) Solusi Alternatif


Problematika Pembelajaran. Jurnal Edunomika Volume. 02 No. 01

Dimas Isman Purnama, 2019. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think


Pair Share (Tps) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kelas V Sekolah Dasar. Skripsi Pendidikan

Nurul Ma’rifah, 2014. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui


Model Cooperative Tipe Think Pair Share Dalam Pembelajaran PKN
Siswa Kelas V Sd Negeri 3 Puluhan Trucuk Klaten. Skripsi Pendidikan.

34
LAMPIRAN

35
Lampiran 1. Nama siswa kelas X SMK Muhammadiyah 1 Pubian

DAFTAR NAMA SISWA KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 1 PUBIAN

No. NAMA JENIS KELAMIN


1. Agus Purwanto Laki – laki
2. Aldi Julian Saputra Laki – laki
3. Alif Fikrotin Lutfi Perempuan
4. Almas Fadli Laki – laki
5. Alya Fitri Ramadhani Perempuan
6. Aprizal Indra Paksi Laki – laki
7. Asma Lisdiawati Perempuan
8. Banatul Hasna Perempuan
9. Dea Cantika Perempuan
10. Dewi Sarmita Perempuan
11. Doni Prayoga Laki – laki
12. Dwi Devita Perempuan
13. Eka Sofiana Sari Perempuan
14. Feri Ardiansyah Laki – laki
15. Jonatan Fernanda Laki – laki
16. Lilis Arliani Perempuan
17. Muhammad Abdul Mutaufiq Laki – laki
18. Okta Maha Rani Perempuan
19. Reni Saputri Perempuan
20. Reza Margareta Perempuan
21. Sefti Nanda Putri Perempuan
22. Teza Nabila Perempuan
23. Tuti Safitri Perempuan
24. Vio Fernandi Putra Laki – laki
25. Yuli Andika Laki – laki
27. Zebri Adi Ardani Laki – laki

36
Lampiran 2. Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

LEMBAR OBSERVASI
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Sekolah/kelas :

Hari/tanggal :

Nama Guru :

Nama Observer :

Tujuan : merekam data kemampuan berpikir kritis siswa

Petunjuk :

1. Observer harus berada pada posisi yang tidak mengganggu


pembelajaran tetapi tetap dapat memantau setiap kegiatan yang
dilakukan siswa
2. Observer memberikan tanda centang (√) pada :
1 : Sangat Kurang
2 : Kurang
3 : Baik
4 : Sangat Baik

No Pertanyaan Skala Penilaian


. 1 2 3 4
Indikator memfokuskan pertanyaan
1. Siswa bertanya ketika proses pembelajaran
2. Pertanyaan siswa sesuai dengan topik yang
dibahas
3. Memahami maksud pertanyaan orang lain
Indikator bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu penjelasan
4. Siswa mampu menjawab pertanyaan orang
lain
5. Menyebutkan contoh- contoh perubahan
lingkungan
6. Menjelaskan penyebab perubahan
lingkungan
Indikator mengobservasi dan
mempertimbangkan laporan observasi
7. Memberikan penjelasan tentang objek yang

37
diamati

38

Anda mungkin juga menyukai