Anda di halaman 1dari 53

EFEKTIVITAS MODEL PROJECT BASED LEARNING TERHADAP

PENINGKATAN KETERAMPILAN DAN HASIL BELAJAR SISWA


PADA PRODUKSI MULTIMEDIA DI SMK VETERAN 1 SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2021/2022

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Mendapat Gelar


Sarjana Pendidikan Program Studi Teknologi Pendidikan
Jurusan Ilmu Pendidikan

Oleh
Chellsy Marcella
NIM: 851300011

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA
SUKOHARJO
2022

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Abad ke-21 ditandai sebagai abad keterbukaan atau abad globalisasi,


artinya kehidupan manusia pada abad ke-21 mengalami perubahan-perubahan
yang fundamental yang berbeda dengan tata kehidupan dalam abad
sebelumnya (Wijaya, dkk., 2016:263). Digitalisasi perangkat komunikasi
berkonvergensi dengan perangkat komputer menjadi ciri abad ke-21
sebagaimana abad ke-18 dicirikan oleh revolusi industri. Kemajuan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) yang merambah pada aspek sosial budaya,
politik, ekonomi, termasuk pendidikan (Yusri, 2016:49).

Tuntutan pebelajaran kurikulum 2013 menghendaki suatu proses


pendidikan yang memberikan kesempatan bagi siswa agar dapat
mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Potensi yang terkait dengan
aspek sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).
Aspek-aspek tersebut dikembangkan agar dapat bermakna dalam
kehidupannya dalam bermasyarakat, berbangsa, demi kesejahteraan
kehidupan umat manusia. Pebelajaran kurikulum 2013 menghendaki
pembelajaran yang mengarah pada pemberdayaan semua potensi siswa agar
menjadi manusia yang kompetensi dalam kehidupan.

Oleh sebab itu, strategi pembelajaran yang digunakan dapat


memberikan pengalaman belajar yang dapat mengmbangkan potensi siswa.
Guru berposisi sebagai pembimbing memfasilitasi kegiatan siswa tercapainya
kompetensi yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, yaitu siswa
mampu menjadi pebelajar yang mandiri sepanjang hayatnya. Siswa menjadi

1
2

komponen penting dalam rangka mewujudkan sebuah masyarakat belajar


(komunitas belajar, learning community).

Prinsip pembelajaran kurikulum 2013 bahwa pemanfaatan TIK untuk


meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Kurikulum 2013 telah
memberikan acuan dalam pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan
pendekatan saintifik. Model pembelajaran yang dimaksud meliputi: project
based learning (PjBL), problem based learning 2 (PBL), atau discovery
learning. Pemilihan model pembelajaran diserahkan kepada guru dengan
menyesuaikan dengan karakteristik materi ajar. Pembelajaran berbasis proyek
merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan memberikan
pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Pengalaman belajar siswa
maupun konsep dibangun berdasarkan produk yang dihasilkan dalam proses
pembelajaran berbasis proyek.

Pembelajaran berbasis proyek lebih cocok untuk pengajaran


interdisipliner karena secara alami melibatkan banyak keterampilan akademik
yang berbeda, seperti membaca, menulis, dan matematika dan cocok untuk
membangun pemahaman konseptual melalui asimilasi mata pelajaran yang
berbeda (Capraro, et.al, 2013:52).

Salah satu kelebihan model PjBL adalah meningkatkan keterampilan


peserta didik dalam mengelola sumber (Darmadi, 2017:18). Pembelajaran
berbasis proyek merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Melalui PjBL,
proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding
question) dan membimbing siswa dalam sebuah proyek kolaboratif yang
mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. PjBL merupakan
3

investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga
bagi atensi dan usaha siswa (Kemdikbud, 2014:33).
Berdasarkan teori di atas bahwa model pembelajaran PjBL merupakan
merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek (kegiatan) sebagai
inti pembelajaran. Model PjBL sebagai pembelajaran yang bermakna
melibatkan secara aktif, memfasilitasi kemampuan berfikir kreatif serta akan
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Selain itu, melalui PjBL
siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah, mengambil keputusan, melakukan
investigasi dan membuat suatu karya untuk membantu mengatasi masalah.
Berdasarkan observasi di SMK Veteran 1 Sukoharjo pada tanggal 23
November 2021 diperoleh hasil bahwa peserta didik terlihat kurang
termotivasi dalam belajar, partisipasi siswa di kelas kurang, ini terlihat dari
kurang aktifnya siswa, interaksi siswa dengan guru, dan interaksi antar siswa.
Guru menggunakan metode konvensional yang lebih mementingkan hasil
daripada proses pembelajaran sehinga pembelajaran terkesan monoton atau
pembelajaran berpusat pada guru dan penggunaan media pembelajaran yang
digunakan kurang variatif.

Adanya beberapa masalah dalam kegiatan pembelajaran ini, maka


diperlukan suatu inovasi pembelajaran yang bisa diimplementasikan oleh para
guru mengintegrasikan pengetahuan dan teknologi dalam proses pembelajaran
salah satunya membangkitkan motivasi peserta didik, membangkitkan
minatnya, menarik dan mempertahankan perhatiannya, melalui pembelajaran
berbasis teknologi dalam meningkatkan keterampilan siswa.

Berdasarkan problematika di atas, maka peneliti mencoba menawarkan


solusi kepada guru tentang pentingnya model Project Based Learning dalam
meningkatkan keterampilan siswa khususnya pada produksi multimedia di
SMK Veteran Sukoharjo melalui penelitian berjudul “Efektivitas Model
4

Project Based Learning terhadap Peningkatan Keterampilan dan Hasil Belajar


Siswa pada Produksi Multimedia di SMK Veteran 1 Sukoharjo Tahun
Pelajaran 2021/2022”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah model project

based learning efektif dalam meningkatkan keterampilan dan hasil belajar

siswa pada produksi multimedia di SMK Veteran 1 Sukoharjo Tahun

Pelajaran 2021/2022”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis model project based

learning efektif dalam meningkatkan keterampilan dan hasil belajar siswa

pada produksi multimedia di SMK Veteran 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran

2021/2022.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini memberikan informasi bahwa model Project Based

Learning sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan

ketercapaian keterampilan siswa dalam multimedia. Penelitian ini dapat

dijadikan rujukan tentang model Project Based Learning, keterampilan

dan hasil belajar siswa.

2. Manfaat Praktis
5

a. Bagi siswa untuk dapat meningkatkan keterampilan dan hasil belajar

siswa di bidang produksi multimedia.

b. Bagi guru dapat menambah alternatif solusi dalam meningkatkan

keterampilan siswa di bidang produksi multimedia.

c. Bagi institusi dapat memberikan saran perbaikan bagi SMK Veteran 1

Sukoharjo dalam meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga

menghasilkan lulusan yang berkualitas baik dan berdaya saing tinggi.

d. Bagi Peneliti dapat memperluas wawasan dan pengetahuan peneliti

tentang pembelajaran project based learning dalam meningkatkan

keterampilan siswa.
BAB II

Landasan Teori

A. Model Project Based Learning

1. Pengertian Model Project Based Learning

Menurut (Smaldino, et.al, 2012:23) menyatakan bahwa model

merupakan representasi tiga dimensi dari objek riil. Sementara menurut

(Trianto, 2014:51) menyatakan bahwa model pembelajaran sebagai suatu

perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial.

Lebih lanjut pengertian model pembelajaran dijelaskan sebagai berikut.

“Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk


pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru meliputi pendekatan, strategi,
metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran yang sudah
terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh” (Dani Maulana,
2014:5)

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneliti menyimpulkan

bahwa model pembelajaran adalah pola pembelajaran yang tergambar dari

awal sampai akhir, proses pembelajaran yang disajikan secara khas oleh

guru untuk mencapai tujuan belajar. Salah satu model pembelajaran adalah

model pembelajaran berbasis proyek (Project-based learning).

Menurut (Al-Tabany, Trianto, 2014:42) Model pembelajaran

berbasis proyek (project based learning) merupakan pembelajaran inovatif

yang berpusat pada peserta didik (student centered) dan menetapkan guru

sebagai motivator dan fasilitator, dimana peserta didik diberi peluang

6
7

bekerja secara otonom mengkontruksi belajarnya. Model project based

learning (PjBL) merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan

suatu proyek dalam proses pembelajaran. (Daryanto, 2016:15) bahwa

model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) merupakan

model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai

media.

Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning)

merupakan pemberian tugas kepada semua peserta didik untuk dikerjakan

secara individual, peserta didik dituntut untuk mengamati, membaca dan

meneliti (Zainal Aqib, 2013:66). Project based learning merupakan

pendekatan pembelajaran yang memberikan kebebasan kepada peserta

didik untuk merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara

kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat

dipresentasikan kepada orang lain (Mahendra, 2016:12)

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, peneliti menyimpulkan

bahwa model pembelajaran berbasis proyek ( project based learning)

adalah pembelajaran yang berfokus pada aktivitas peserta didik untuk

dapat memahami suatu konsep dan prinsip dengan melakukan penelitian

yang mendalam tentang suatu masalah dan mencari solusi yang relevan

dan peserta didik belajar secara mandiri serta hasil dari pembelajaran ini

adalah produk.

2. Langkah-langkah pembelajaran dalam Project Based Learning


8

Langkah-langkah pembelajaran dalam Project Based Learning

sebagaimana yang dikembangkan oleh The George Lucas Educational

Foundation terdiri dari: (Trianto, 2014:51)

a. Dimulai dengan pertanyaan yang esensial

Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan

dimulai dengan suatu investigasi mendalam. Pertanyaan esensial

diajukan untuk memancing pengetahuan, tanggapan, kritik dan ide

peserta didik mengenai tema proyek yang akan diangkat.

b. Perencanaan aturan pengerjaan proyek

Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas

yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan

cara mengintegrasikan berbagai subjek mungkin, serta mengetahui alat

dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

c. Membuat jadwal aktifitas

Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal

aktivitasdalam menyelesaikan proyek. Jadwal ini disusun untuk

mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaan

proyek.

d. Me-monitoring perkembangan proyek peserta didik.

Pendidik bertanggung jawab untuk melakukan monitor

terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek.

Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada

setiap proses.
9

e. Penilaian hasil kerja peserta didik

Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam

mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi

kemajuan masingmasing peserta didik, memberi umpan balik tentang

tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu

pendidik dalam Menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

f. Evaluasi pengalaman belajar peserta didik

Pada akhir proses pembelajarannya, pendidik dan peserta didik

melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudh

dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu amupun

kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan

perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan langkah-langkah

pembelajaran berbasis proyek yang diungkapkan The George Lucas

Educational Foundation yang terdiri dari 6 langkah pembelajaran yaitu

dimulai dengan pertanyaan yang esensial, perencanaan aturan pengerjaan

proyek, membuat jadwal aktivitas, memonitoring perkembangan proye

peseta didik, penilaian hasil kerja peserta didik, evaluasi pengalaman

belajar peserta didik.

3. Prinsip-Prinsip Model Project Based Learning

Prinsip PjBL adalah sebuah upaya kompleks yang memerlukan

analisis masalah yang harus direncanakan, dikelola dan diselesaikan pada

batas waktu yang telah ditentukan terlebih dahulu. Prosedur yang


10

digunakan PjBL adalah perencanaan, implementasi/ penciptaan, dan

pemrosesan sedangkan PBL mengidentifikasi masalah,

mengkonfrontasikan informasi baru dengan pengalamannya, dan proses

penemuan pengetahuan secara personal (Enggar, dkk, 2016:135).

Pembelajaran berbasis project based learning mempunyai

beberapa prinsip yaitu:

a. Prinsip Sentralisitis
Menegaskan bahwa kerja project based learning
merupakan esensi dari kurikulum. Model ini merupakan pusat
strategi pembelajaran, dimana peserta didik mengalami dan
belajar konsep-konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek.
b. Prinsip pendorong
Kerja proyek berfokus pada “pertanyaan atau
permasalahan” yang dapat mendorong peserta didik untuk
berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama suatu bidang
tertentu.Jadi kerja proyek ini dapat sebagai ekternal motivation
yang mampu mengunggah peserta didik untuk menumbuhkan
kemandiriannya dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran.
c. Prinsip invetigasi konstruktif
Merupakan yang mengarah kepada pencapaian tujuan,
yang mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan
resolusi. Dalam invetigasi memuat proses perancangan,
pembuatan keputusan, penemuan masalah, pemecahan
masalah, discovery dan pembentukan model.
d. Prinsip Otonomi
Prinsip otonomi dapat diartikan sebagai kemandirian
peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu
bebas menentukan pilihan sendiri, bekerja dengan minimal
supervise dan bertanggung jawab. Oleh karena itu lembar kerja
peserta didik, petunjuk kerja pratikum dan sejenisnya bukan
merupakan aplikasi dari prinsip pembelajaran berbasis
proyek.Dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator untuk
mendorong tumbuhnya kemandirian peserta didik.
e. Prinsip realistis
Proyek merupakan sesuatu yang nyata, bukan seperti
disekolah. Pembelajaran berbasis proyek harus dapat
11

memberikan perasaan realistis kepada peserta didik, termasuk


dalam memilih topik, tugas, peran konteks kerja, kolaborasi
kerja, produk, pelanggan, maupun standar produknya (Made
Wena, 2013:145).

Berdasarkan beberapa prinsip tentang pembelajaran berbasis

project based learning bahwasanya kerja project based learning

merupakan esensi dari kurikulum. Model ini merupakan pusat strategi

pembelajaran, dimana peserta didik mengalami dan belajar konsep-konsep

inti suatu disiplin ilmu melalui proyek. Model ini mengedepankan

kemandirian peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu

bebas menentukan pilihan sendiri, bekerja dengan minimal supervise dan

bertanggung jawab. Proyek merupakan sesuatu yang nyata, bukan seperti

disekolah. Pembelajaran berbasis proyek harus dapat memberikan

perasaan realistis kepada peserta didik, termasuk dalam memilih topik,

tugas, peran konteks kerja, kolaborasi kerja, produk, pelanggan, maupun

standar produknya.

4. Kelebihan dan Kelemahan Model Project Based Learning

a. Kelebihan Model Project Based Learning

Kelebihan dari pembelajaran berbasis proyek (Project Based

Learning) antara lain:

1) Meningkatkan motivasi, dimana siswa tekun dan berusaha


keras dalam mencapai proyek dan merasa bahwa belajar
dalam proyek lebih menyenangkan dari pada komponen
kurikulum lain.
2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dari
berbagai sumber yang mendeskripsikan lingkungan belajar
berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan
berhasil memecahkan problem kompleks.
12

3) Meningkatkan kolaborasi, pentingnya kerja kelompok


dalam proyek memerlukan peserta didik untuk
mengembangkan dan mempraktikan keterampilan
komunikasi.
4) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber, bila
diimpelementasikan secara baik maka peserta didik akan
belajar dan praktik dalam mengorganisasi proyek,
membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti
perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
5) Meningkatkan ketrampilan peserta didik dalam mengelola
sumber belajar.
6) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan
mempraktikan keterampilan komunikasi.
7) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta
didik kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai
dunia nyata.
8) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan,
sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses
pembelajaran (Daryanto, 2016:15)

Menurut Moursund sebagaimana dikutip oleh (Made Wena,

2013:145) beberapa keuntungan dari pembelajaran berbasis proyek

antara lain sebagai berikut:

1) Increased motivation

Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dan mendorong

mereka untuk melakukan pekerjaan penting. Siswa tekun bekerja

dan berusaha keras untuk belajar lebih mendalam dan mencari

jawaban atas keingintahuan dan dalam menyelesaikan proyek.

2) Increased problem-solving ability

Lingkungan belajar PjBL membuat siswa menjadi lebih

aktif memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Siswa

mempunyai pilihan untuk menyelidiki topik-topik yang berkaitan


13

dengan masalah dunia nyata, saling bertukar pendapat antara

kelompok yang membahas topik yang berbeda, mempresentasikan

proyek atau hasil diskusi mereka. Hal tersebut juga

mengembangkan keterampilan tingkat tinggi siswa.

3) Improved library research skills,

Karena PjBL mensyaratkan siswa harus mampu secara

cepat memperoleh informasi melalui sumber-sumber informasi,

sehingga dapat meningkatkan keterampilan siswa untuk mencari

dan mendapatkan informasi.

4) Increased collaboration

Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan

siswa mengembangkan dan mempraktikan keterampilan

berkomunikasi.

5) Increased resource-management skills

Memberikan pengalaman kepada siswa dalam

mengorganisasi proyek, mengalokasikan waktu, dan mengelola

sumber daya seperti alat dan bahan menyelesaikan tugas. Ketika

siswa bekerja dalam kelompok, mereka belajar untuk mempelajari

keterampilan merencanakan, mengorganisasi, negosiasi, dan

membuat kesepakatan tentang tugas yang akan dikerjakan, siapa

yang akan bertanggungjawab untuk setiap tugas, dan bagaimana

informasi akan dikumpulkan dan disajikan.

b. Kelemahan Model Project Based Learning


14

Sebagai model pembelajaran tentu saja model pembelajaran

berbasis proyek (Project Based Learning) juga memiliki kelemahan

pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) adalah:

1) Membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah


dan menghasilkan produk.
2) Membutuhkan biaya yang cukup.
3) Membutuhkan guru yang terampil dan mau belajar.
4) Membutuhkan fasilitas, peralatan, dan bahan yang
memadai.
5) Tidak sesuai untuk peserta didik yang mudah menyerah dan
tidak memiliki pengetahuan serta ketrampilan yang
dibutuhkan.
6) Kesulitan melibatkan semua peserta didik dalam kerja
kelompok (Sani, 2014:178).

5. Asesmen dalam Model Project Based Learning

Penilaian pembelajaran berbasis proyek harus diakukan secara

menyeluruh terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh

siswa selama pembelajaran. Penilaian proyek merupakan kegiatan

penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam

periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari

perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan

penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui

pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan

kemampuan menginformasikan siswa pada mata pelajaran tertentu secara

jelas.

Penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan

yaitu:
15

a. Kemampuan pengelolaan : kemampuan peserta didik dalam


memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu
pengumpulan data serta penulisan laporan.
b. Relevansi: Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan
mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan
keterampilan dalam pembelajaran.
c. Keaslian: Proyek yang dilakukan peserta didik harus
merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan
kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek
peserta didik (Kemdikbud, 2014:33).

Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses

pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan

hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain,

pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan

tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster.

Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/ instrumen penilaian

berupa daftar cek ataupun skala penilaian. Sumber-sumber data penilaian

tersebut meliputi:

a. Self-assessment (penilaian diri) penting dilakukan untuk


merefleksikan diri siswa sendiri, tidak hanya menunjukkan apa
yang siswa rasakan dan apa yang seharusnya siswa berhak
dapatkan. Siswa merefleksikan dirinya seberapa baik mereka
bekerja dalam kelompok dan seberapa baik siswa
berkontribusi, bernegosiasi, mendengar dan terbuka terhadap
ide-ide teman dalam kelompoknya. Siswa pun mengevaluasi
hasil proyeknya sendiri, usaha, motivasi, ketertarikan dan
tingkat produktivitas.
b. Peer Assessment (penilaian antar siswa) merupakan element
penting pada penilaian PjBL: guru tidak akan selalu bersama
semua siswa di setiap waktu dalam proses pengerjaan proyek,
dan peer assessment akan memudahkan untuk menilai siswa
secara individu dalam sebuah kelompok. Siswa menjadi 15
16

kritis terhadap kerja temannya dan berupaya untuk saling


memberikan umpan balik.
c. Rubrik penilaian produk, Penilaian produk adalah penilaian
terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk.
Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik
membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan,
pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar),
barangbarang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam
atau alat-alat teknologi tepat guna yang sederhana.
Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap
perlu diadakan penilaian yaitu:
1) Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta
didik dan merencanakan, menggali, dan mengembangkan
gagasan, dan mendesain produk.
2) Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian
kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan
menggunakan bahan, alat, dan teknik.
3) Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian
produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang
ditetapkan (Kemdikbud, 2014:33).

B. Keterampilan Produksi Multimedia

1. Pengertian keterampilan

Keterampilan belajar merupakan seperangkat sistem, metode dan

teknik yang baik dalam menguasai materi pengetahuan yang disampaikan

guru secara tangkas, efektif dan efisien (Tanjung, dkk., 2018:157).

Keterampilan belajar adalah keahlian yang didapatkan oleh seorang

individu melalui proses latihan yang kontinyu dan mencakup aspek

optimalisasi cara-cara belajar baik dalam domain kognitif, afektif ataupun

psikomotor (Ahmad, dkk., 2019:103).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

keterampilan belajar adalah suatu sistem, metode dan teknik yang baik
17

dikuasai oleh siswa tentang materi pengetahuan atau materi belajar yang

disampaikan oleh guru secara tangkas, efektif dan efisien, yang tentunya

keterampilan belajar tersebut harus dilatihkan sehingga siswa menjadi

terampil dalam menjalani pembelajaran di sekolah.

Memiliki keterampilan belajar merupakan salah satu cara agar

mampu menyesuaikan diri dalam belajar disekolah. Sangat penting peserta

didik memiliki keterampilan belajar yang baik. Keterampilan belajar yang

baik membantu peserta didik dalam menyesuaikan diri dalam

mempelajarai hal-hal baru. Guru dan orangtua memiliki peranan dalam

meningkatkan keteremapilan belajar peserta didik, untuk diperlukan

kerjasama antara guru dan orangtua dalam melatih keterampilan belajar

yang dimiliki oleh peserta didik.

2. Aspek-aspek Keterampilan Belajar

Keterampilan belajar sebagai suatu kemampuan yang berhubungan

dengan mencatat, mengorganisasi, mensintesa, mengingat kembali dan

kemampuan menggunakan informasi dan gagasan yang diperoleh.

Kemudian keterampilan belajar dipandang sebagai sumber strategis untuk

mengajar bagaimana belajar.

Belajar menurut pendapat ini adalah merupakan keterampilan dan

kompetensi siswa untuk: 1) mengumpulkan gagasan dan informasi baru.

Kemampuan ini diperoleh melalui keterampilan mendengarkan dan

membaca, 2) mencatat apa yang hendak diperoleh, keterampilan ini

didapat melalui keterampilan mencatat, membuat outline, dan membuat


18

kesimpulan, 3) meningkatkan pemahaman, keterampilan ini diperoleh

melalui sintesa materi dan membuat hubungan dengan pelajaran

sebelumnya, 4) mengorganisasi materi, keterampilan ini didapat dengan

membuat outline, membuat bagan, menulis dan mencatat, 5) mengingat,

keterampilan ini dapat dilakukan melalui organisasi memori, dan

menyampaikan kembali, 6) keterampilan menggunakan informasi dan ide-

ide baru, keterampilan ini didapat melalui keterampilan membuat laporan

dan keterampilan melakukan tes atau ujian. Keterampilan-keterampilan

tersebut merupakan metode dan teknik dalam memahami materi pelajaran,

oleh karena itu perlu dilatihkan secara terstruktur kepada siswa di sekolah.

(Ahmad, dkk., 2019:103).

3. Bentuk Keterampilan Belajar

Keterampilan belajar erat kaitannya dengan proses serta output

(hasil) belajar. Artinya keterampilan belajar merupakan prasyarat untuk

terciptanya proses belajar. Dan juga keterampilan belajar sebagai suatu

kesiapan yang membutuhkan kesadaran tinggi dari siswa di dalam belajar

atau suatu kondisi awal dalam belajar yang membutuhkan kesadaran serta

harus dipenuhi sarana dalam menciptakan belajar yang efektif yang

mencakup keterampilan mendengar, membaca, mencatat, membuat

outline, mengorganisasi bahan, membuat kesimpulan, mengingat,

membuat laporan, mempersiapkan ujian, mengatasi kejenuhan dan

membangkitkan motivasi. Belajar adalah kegiatan manusia yang sangat

penting dan harus dilakukan selama hidup, karena melalui belajar dapat
19

melakukan perbaikan dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan

hidup. Keberhasilan belajar bagi siswa dapat diperoleh jika siswa tersebut

memiliki berbagai keterampilan yang dibutuhkannya dalam belajar. Dalam

belajar, siswa harus menguasai beberapa keterampilan belajar antara lain:

a. Keterampilan dalam menjalani proses belajar mengajar

b. Keterampilan dalam mengingat, konsentrasi dan ketahanan dalam

belajar

c. Keterampilan dalam meningkatkan kemampuan membaca

d. Keterampilan dalam penyusunan dan penyelesaian tugas-tugas

e. Keterampilan belajar sesuai dengan jurusan yang ditempati

f. Keterampilan dalam mengikuti ujian psikomotor (Ahmad, dkk.,

2019:103).

Berikut ini diuraikan berbagai keterampilan yang dibutuhkan siswa

dalam belajar: (Surya Hendra, 2012:92).

a. Keterampilan dalam menjalani proses belajar

Sebelum mengikuti pelajaran, siswa dapat mempersiapkan

materi pelajaran dengan cara membaca kembali catatan sebelumnya

dan membaca bahan yang akan dipelajari serta menemukan

hubungannya. Selain itu, siswa juga perlu melakukan persiapan fisik.

Keefektifan belajar seseorang sangat dipengaruhi oleh kesiapan

belajarnya.

b. Sikap terhadap belajar


20

Pandangan dan sikap siswa terhadap proses belajar dalm batas-

batas tertentu mempengaruhi kegairahan dan aktifitas siswa yang

bersangkutan. Sikap dan pandangan yang posiif terhadap belajar akan

dapat mendorong siswa untuk mau bekerja keras sehubungan dengan

berbagai kegiatan belajar yang akan dijalani.

c. Persepsi yang positif terhadap program studi

Siswa hendaknya menaruh sikap dan pandangan yang positif

terhadap program studi yang dijalaninya. Sikap dan pandangan seperti

itu akan mendorong siswa untuk mencintai program studi yang

dimaksudkan sehingga membawa dampak-dampak yang

menguntungkan terhadap aktifitas belajar siswa.

d. Keterampilan dalam mengingat, konsentrasi dan ketahanan dalam

belajar.

Mengingat harus didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk

mencapai tujuan belajar lebih lanjut. Secara ideal materi yang

dipelajari hendaknya dapat diingat dalam kualitas yang tinggi. Ada tiga

proses dasar dalam mengingat, yaitu encoding yang berarti pemberian

kode tertentu terhadap materi yang akan disimpan, storage yang berarti

proses pengendapan materi yang dipelajari sampai terjadinya peristiwa

mengingat, dan retrieval yang berarti upaya memunculkan kembali

kesadaran materi yang sebelumnya diendapkan.

Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal

dengan menyampingkan semua hal lain yang tidak berhubungan.


21

Belajar yang serius membutuhkan konsentrasi yang penuh. Untuk itu

siswa perlu menetapkan tujuan belajar yaitu: 1) bahan yang dipelajari

dibagi-bagi, 2) penetapan target belajar, 3) penilaian diri sendiri. Selain

itu, mengatur lingkungan belajar diantaranya: 1) suasana hati dan

sosio-emosional, 2) pengaturan tugas-tugas, dan 3) lingkungan fisik.

e. Keterampilan dalam meningkatkan kemampuan membaca

Kemampuan membaca yang tinggi tidak datang dengan

sendirinya, dan tidak akan meningkat dari waktu ke waktu secara

otomatis. Peningkatan itu harus diupayakan dengan kemauan yang

kuat dan dengan usaha yang keras.

f. Keterampilan dalam penyusunan dan penyelesaian tugas-tugas

Siswa yang sedang menjalani studi atau belajar dituntut untuk

menyelesaikan tugas-tugas tertentu untuk setiap mata pelajaran. Salah

satu faktor penentu kesuksesan siswa dalam belajar adalah sejauh

mana siswa dapat menyelesaikan dengan baik tugas-tugas yang

dituntut oleh guru. Kemampuan dalam membuat tugas-tugas tersebut

tidak dapat meningkat dengan sendirinya tetapi perlu diupayakan

melalui kerja keras dengan semangat dan kemauan yang kuat.

g. Keterampilan bertanya

Keaktifan siswa dalam proses belajar tampak apabila siswa

memberikan komentar terhadap materi yang dibahas, bertanya tentang

bahan-bahan yang tidak dipahami dan berusaha menjawab pertanyaan

yang dilontarkan guru atau dari teman sekelas. Keterampilan bertanya


22

merupakan unsur penting yang perlu dikuasai oleh siswa, mengingat

bahwa siswa perlu mendalami materi yang dibahas dalam proses

belajar. Bertanya tujuannya adalah mengetahui dan memahami materi

pelajaran yang belum dipahami, dan atau mencek kebenaran konsep

atau pengertian yang dimiliki siswa. Untuk dapat bertanya secara

efektif dikemukakan rambu-rambu sebagai berikut:

1) Ikuti proses belajar dari awal agar yang ditanyakan tersebut

memang belum dibahas atau dibicarakan pada waktu-waktu

sebelumnya.

2) Tentukanlah bagian mana dari materi pelajaran yang betul-betul

belum memahaminya atau bagian yang tidak dapat ditemukan

hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya atau jika terdapat

hubungan antara satu bagian dengan lainnya, namun hubungan

tersebut tidaklan logis menurut pikiran.

3) Untuk tahap awal, yaitu siswa yang baru “belajar bertanya”,

tulislah pertanyaan yang akan diajukan tersebut.

4) Mintalah kesempatan untuk bertanya kepada guru dengan cara

mengacungkan tangan.

5) Apabila sudah diberi kesempatan untuk bertanya, ajukanlah

pertanyaan yang telah dirumuskan tersebut dengan nada suara

ingin tahu, dan jangan sekali-kali dengan nada menguji atau

menyalahkan orang lain.

h. Keterampilan mencatat
23

Mencatat pelajaran merupakan suatu bentuk keterampilan yang

perlu ditingkatkan. Untuk itu diperlukan keterampilan khusus untuk

kegiatan mencatat. Catatan yang bagus hendaknya sistematis, jelas,

ringkas, menarik agar siswa senang mempelajari kembali materi yang

telah dijelaskan. Beberapa pedoman dalam membuat catatan yaitu: 1)

mencatat pelajara secara ringkas, 2) mencatat pelajaran secara cermat,

3) mencatat pelajaran secara tepat, 4) menindak lanjuti catatan.

i. Keterampilan menjawab

Kemampuan menjawab pertanyaan atau mengemukakan

pendapat secara lisan, apalagi di depan orang banyak, merupakan suatu

hal yang amat baik. Apalagi sebagai seorang siswa yang memiliki

berbagai ide atau pendapat terhadap pertanyaan yang diajukan oleh

guru atau teman. Siswa harus berani dan percaya diri terhadap jawaban

yang akan ia kemukakan.

4. Karakteristik dan Kemampuan Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran

Multimedia interaktif mempunyai beberapa kemampuan yang tidak

dimiliki oleh media lain, diantaranya. (Munir, 2012:18-21)

a. Interaktif dan Umpan Balik dalam Multimedia

Kemampuan multimedia dalam meningkatkan kreativitas sudah

teruji karena multimedia juga memiliki unsur interaktif di antara

pendidik dengan peserta didik. Interaktif dua arah ini akan

menciptakan situasi dialog antara dua atau lebih peserta didik.

Hubungan dialog ini akan dapat dibina dengan memanfaatkan


24

komputer, karena komputer memiliki kapasitas multimedia yang akan

mampu menjadikan proses belajar menjadi interaktif. Interaktif ini

disebabkan pendidik akan menjawab persoalan-persoalan peserta didik

dengan cepat di samping mengawasi perkembangan kognitif, afektif

dan psikomotor para peserta didik.

Selain itu, proses belajar termasuk proses belajar bahasa juga

memikirkan berbagai panca indra dan keterampilan. Ini termasuk cara

merespon dan cara meniru karena perbuatan itu juga melibatkan

berbagai panca indra yang merangsang peserta didik dalam proses

belajar. Implikasi umpan balik yang bisa diterapkan dalam proses

belajar membaca dengan menggunakan multimedia melalui konsep

permodelan, latihan, dukungan, artikulasi dan refleksi. Makna

permodelan bermakna bahwa multimedia diibaratkan sebagai seorang

pakar yang dengan kepakarannya bisa mempertunjukkan pelajaran

dengan lebih menarik kepada peserta didik.

Pelajaran membaca dapat diwujudkan dengan memodifikasi

unsur-unsur yang ada dalam multimedia. Di antaranya menjadikan teks

berklip, memasukkan intonasi suara yang serasi, menjadikan gambar

yang sesuai dengan animasi yang menarik. Sementara itu, latihan pun

memerlukan software untuk peserta didik terus menerus melakukan

interaktif dengan persoalan-persoalan yang diberikan sehingga peserta

didik menemukan jawaban yang benar dan tepat. Metoda latihan ini

lebih cenderung pada perbaikan untuk meningkatkan pelajaran


25

berdasarkan tingkat kreativitas peserta didik dalam memecahkan

masalah yang diberikan. Faktor yang tidak kurang pentingnya dalam

konteks ini ialah program multimedia membawa peserta didik

mengikuti pembelajaran, apakah dilakukan sendiri maupun

berkelompok dengan lebih mudah.

Untuk mencapai tujuan itu, diperlukan basisdata yang berisikan

kata-kata yang digunakan dalam proses belajar membaca. Ini dapat

memudahkan proses belajar mereka dari segi memanfaatkan basis data

tersebut untuk memahami arti bukan saja kata tetapi juga kalimat.

Kemudahan yang merupakan nilai tambahan itu disebut dukungan.

Semua itu untuk merangsang peserta didik yang sulit untuk memahami

penjelasan dalam bentuk teks, fasilitas yang disebut artikulasi yang

diberi secara audio itu dapat membantu. Refleksi ini merupakan

tambahan program multimedia yang akan memperjelas suatu masalah

atau persoalan-persoalan apa saja dengan menggunakan kemampuan

animasi atau video.

Dengan kata lain, apapun permasalahan yang memerlukan

penjelasan yang lebih terperinci dapat dijelaskan secara animasi dan

video. Penjelasan itu sangat penting untuk menjadikan masalah yang

abstrak menjadi lebih nyata, sehingga lebih mudah difahami. Di sini

tampak, bahwa program multimedia memiliki banyak pilihan kepada

peserta didik, mereka bisa memilih cerita yang disukainya Konsep

umpan balik yang disediakan itu dapat menentukan tingkat kreativitas


26

peserta didik untuk mengerjakannya. Semakin banyak umpan balik

disediakan, semakin banyak kreativitas peserta didik diperlukan.

Dari umpan balik yang diberikan itu setidaknya ada dua

kreativitas yang ditunjukan peserta didik. Pertama, kreativitas mereka

dalam memperluas pengetahuan bahasa, menambah penguasaan kosa

kata, selain mempunyai pemahaman antara teks bahasa dengan konteks

bahasa. Kedua, kreativitas mereka dalam keterampilan menggunakan

button, arahan dan simbol yang disediakan dalam program proses

belajar bermultimedia itu.

b. Kebebasan menentukan topik proses belajar

Peserta didik diharapkan mampu untuk menentukan topik

proses belajar yang sesuai dan disukainya. Kebebasan menentukan

topik ini adalah salah satu karakteristik proses belajar dengan

menggunakan komputer. Menampilkan kembali materi pembelajaran

dan data yang tersimpan secara cepat dan mudah yang disediakan

dalam program proses belajar. Proses belajar penjelajahan seperti ini

telah lama dipraktekkan dalam dunia pendidikan seperti yang

digunakan dalam hyperteks, basis data, dan lainnya dalam konteks

multimedia. Sistem hyperteks dan basis data dapat menelusuri masalah

melalui kode-kode yang telah disediakan yang kemudian dapat

menghubungkannya dengan berbagai informasi yang berupa teks,

grafik, video, atau suara.

c. Kontrol yang sistematis dalam proses belajar


27

Proses belajar berbantukan komputer bisa dilaksanakan secara

berkelompok atau perseorangan/individual. Oleh karena itu kita akan

mendisain bahan-bahan untuk media yang dapat dipercaya bagi

menyediakan pelajaran yang sesuai dengan peserta didik itu sendiri.

Kontrol terhadap proses belajar adalah penting dalam perkembangan

peserta didik karena akan menolong memperkuat rasa memiliki, dan

membantu perkembangan ke arah kedewasaan, keilmuan dan

mencerminkan pendekatan proses belajar yang akan bernilai sepanjang

masa. Multimedia menyediakan peluang yang sangat besar terhadap

kontrol peserta didik dibandingkan media-media lainnya. Peserta didik

tidak hanya mempunyai kontrol terhadap kedalaman, penelusuran, dan

pemilihan bahan tetapi juga interaktif yang memungkinkan peserta

didik menjalin komunikasi dengan program.

C. Hasil Belajar Siswa

1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut (Sudjana, Nana, 2014:29) menyatakan bahwa hasil belajar

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah dia menerima

pengalaman belajarnya. Menurut (Kunandar, 2014:14) menjelaskan bahwa

hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif,

afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai siswa setelah

mengikuti proses belajar mengajar.


28

Tiga tipe hasil belajar. 1) Ranah Kognitif, yaitu berkenaan dengan

hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan,

ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi; 2) Ranah

Afektif, yaitu berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima spek, yakni

penerimaan, jawaban atau reaksi, penelitian, organisasi, dan internalisasi;

3) Ranah Psikomotorik, yaitu berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan

dan kemampuan bertindak (Sudjana, Nana, 2014:29).

Pengertian hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai

belajar siswa melalui kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar.

Berdasarkan pengertian di atas hasil belajar dapat menerangai tujuan

utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh

siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana tingkat

keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf

atau kata atau symbol. (Dimyati & Mudjiono, 2009:200).

2. Kriteria atau Indikator Hasil Belajar

Pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah

psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar

siswa. Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya seseorang dalam

mennguasai ilmu pengetahuan pada suatu mata pelajaran dapat dilihat

melalui prestasinya. Peserta didik akan dikatakan berhasil apabila

prestasinya baik dan sebaliknya, ia tidak berhasil jika prestasinya rendah.

Pada tingkat yang sangat umum sekali, hasil belajar dapat diklasifikasikan

menjadi tiga yaitu: (Purwanto, 2010:42)


29

a. Keefektifan (effectiveness)
Keefektifan pembelajran biasanya diukur dengan tingkat
pencapaian si pelajar. Ada 4 aspek penting yang dapat dipakai
untuk mempreskripsikan keefektifan belajar yaitu: 1)
kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari atau sering
disebut dengan “tingkat kesalahan”, 2) kecepatan unjuk kerja,
3) tingkat ahli belajar, dan 4) tingkat retensi dari apa yang
dipelajari.
b. Efesiensi (efficiency)
Efesien pembelajran biasanya diukur dengan rasio antara
keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai si belejar dan
jumlah biaya pembelajaran yang digunakan.
c. Daya Tarik (appeal)
Daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati
kecenderungan siswa untuk tetap belajar. Daya tarik
pembelajran erat sekali dengan daya tarik bidang studi, dimana
kualitas pembelajaran biasanya akan mempengaruhi keduanya.

3. Faktor-faktor yang dapat Mempengaruhi Hasil Belajar

Keberhasilan belajar tidak saja ditentukan oleh peningkatan

kemampuan para pendidiknya saja, akan tetapi ditentukan oleh faktor-

faktor yang lain yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain.

sebagaimana Oemar Hamalik mengemukakan beberapa faktor kesulitan

belajar siswa antara lain:

a. Faktor-faktor yang berfungsi dari diri sendiri

b. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan

c. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga d. Faktor-

faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat. (Oemar Hamalik,

2014:30)

Dengan demikian dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang merupakan

kesulitan belajar yang dialami peserta didik perlu adanya bantuan dan

bimbingan guna meningkatkan prestasi belajar siswa dan terhindar dari


30

kesulitan belajar yang dialami siswa dan akhirnya dapat dicapai prestasi

belajar yang optimal.

D. Efektifitas Pembelajaran

1. Pengertian Efektitifas

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti

berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah

populer mendefinisikan efetivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil

guna atau menunjang tujuan. Efektivitas merupakan unsur pokok untuk

mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap

organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut efektif apabila tercapai

tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan (Iga Rosalina,

2012:3).

Pembelajaran efektif adalah kombinasi yang tersusun meliputi

manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur diarahkan untuk

mengubah perilaku siswa ke arah yang positif dan lebih baik sesuai

dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan (Supardi, 2013:23).

Efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberha-silan dari suatu

proses interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru dalam

situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Efektivitas

pembelajaran dapat dilihat dari aktivitas siswa selama pembelajaran


31

berlangsung, respon siswa terhadap pembelajaran dan penguasaan konsep

siswa. Untuk mencapai suatu konsep pembelajaran yang efektif dan efisien

perlu adanya hubungan timbal balik antara siswa dan guru untuk mencapai

suatu tujuan secara bersama, selain itu juga harus disesuaikan dengan

kondisi lingkungan sekolah, sarana dan prasarana, serta media

pembelajaran yang dibutuhkan untuk membantu tercapainya seluruh aspek

perkembangan siswa (Afifatu Rohmawati, 2015:17).

John Carroll (Supardi, 2013:23), menyatakan bahwa Instructional

Effectiveness tergantung pada lima faktor: 1) Attitude; 2) Ability to

Understand Instruction; 3) Perseverance; 4) Opportunity; 5) Quality of

Instruction. Dengan mengetahui beberapa indikator tersebut menunjukkan

bahwa suatu pembelajaran dapat berjalan efektif apabila terdapat sikap dan

kemauan dalam diri anak untuk belajar, kesiapan diri anak dan guru dalam

kegiatan pembelajaran, serta mutu dari materi yang disampaikan. Apabila

kelima indikator tersebut tidak ada maka kegiatan belajar mengajar anak

tidak akan berjalan dengan baik. Kegiatan pembelajaran yang efektif

sangat dibutuhkan anak untuk membantu mengembangkan daya pikir anak

dengan tanpa mengesampingkan tingkat pemahaman anak sesuai dengan

usia perkembangannya. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran

keberhasilan dari proses interaksi dalam situasi edukatif untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Dilihat dari aktivitas selama pembelajaran, respon

dan penguasaan konsep.


32

Berdasarkan pengertian dari beberapa teori di atas dapat

disimpulkan bahwa efektivitas adalah tingkat keberhasilan yang dicapai

dari penerapan suatu model pembelajaran, dalam hal ini diukur dari hasil

belajar siswa, apabila hasil belajar siswa meningkat maka model

pembelajaran tersebut dapat dikatakan efektif, sebaliknya apabila hasil

belajar siswa menurun atau tetap (tidak ada peningkatan) maka model

pembelajaran tersebut dinilai tidak efektif.

2. Kriteria Efektitifas

Efektivitas metode pembelajaran merupakan suatu ukuran yang

berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran.

Kriteria keefektifan dalam penelitian ini mengacu pada.

a. Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas


apabila sekurang-kurangnya 70% dari jumlah siswa telah
memperoleh nilai = 60 dalam peningkatan keterampilan.
b. Metode pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan
keterampilan siswa yang menunjukkan perbedaan antara
pemahaman awal dengan pemahaman akhir setelah
pembelajaran.
c. Metode pembelajaran dikatakan efektif dapat meningkatkan
keterampilan apabila setelah pembelajaran siswa mampu
membuat produk multimedia (Ahmad Muhli, 2012:10).

Penggunaan metode yang efektif merupakan syarat mutlak bagi

terjadinya proses pembelajaran yang efektif. Penggunaan kata efektivitas

setiap orang siswa memberikan arti yang berbeda, sesuai sudut pandang,

dan kepentingan masing-masing. Pembelajaran yang efektif dapat

menciptakan lingkungan yang optimal baik secara fisik maupun mental,

suasana hati yang gembira tanpa tekanan, mana dapat memudahkan siswa
33

dalam memahami materi pelajaran. Pengaturan kelas yang baik merupakan

langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar siswa

secara keseluruhan (Isjoni, 2012:59).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektifitas

Komponen yang perlu penuhi dalam proses pembelajaran yaitu

peserta didi, pendidik, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, media

dan evaluasi. Semua komponen ini mempengaruhi tercapainya tujuan

pembelajaran. Tujuan yang diharapkan tentunya yang optimal. Selain

faktor tujuan dan peserta didik, ada dua faktor lagi yang mempengaruhi

efektif atau tidaknya suatu metode yaitu.

a. Faktor situasi atau suasana pembelajaran

b. Faktor guru

Guru nantinya akan mempengaruhi faktor situasi. Hal ini menuntut

setiap guru untuk mempunyai kemampuan mengelola kelas, karena

semakin guru dapat mengkondisikan kelas menjadi kelas yang aktif tetapi

tidak gaduh, maka metode apapun yang diterapkan akan menjadi efektif

dan memberikan hasil yang maksimal. Motode tidak terlepas dari adanya

cara yang direncanakan agar mencapai tujuan pembalajran yang

diinginkan. (Endang Multiyatiningsih, 2012:213).

E. Hasil Penelitian Terdahulu


34

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini digunakan sebagai

landasan atau acuan dalam melakukan penelitian. Berikut ini penelitian yang

relevan dengan penelitian yang akan saya lakukan antara lain:

1. Lucky Azizatul Lukman, dkk (2015) dengan judul Efektivitas Metode

Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Disertai Media Mind

Mapping Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem

Koloid di Kelas XI IPA SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran

2013/2014, diketahui bahwa metode pembelajaran Project Based Learning

(PjBL) disertai media Mind Mapping efektif terhadap prestasi belajar

pokok bahasan Sistem Koloid siswa kelas XI SMA Al Islam 1 Surakarta

tahun 2013/2014. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan

menggunakan uji t-pihak kanan dengan taraf signifikan 5%. Dimana hasil

uji t-pihak kanan untuk prestas belajar kognitif diperoleh dan untuk

prestasi belajar afektif diperoleh .

2. Nurik Maghfiroh (2016), pada penelitian yang berjudul “Pengaruh Project

Based Learning terhadap Ketrampilan Proses Sains Peserta Didik Kelas X

SMA Negeri Sidoarjo”. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa rerata nilai ketrampilan proses sains peserta didik pada

kelas kontrol mengalami peningkatan sebesar 8,32, sedangkan pada kelas

eksperimen mengalami peningkatan sebesar 22,15. Pengaruh variabel

bebas terhadap ketrampilan proses sains diperoleh angka sebesar 9,554

sedangkan signifikasi sebesar 0,003 artinya, ada pengaruh perlakuan

pembelajaran terhadap pencapaian ketrampilan proses sains peserta didik”


35

3. Laila Okta Fitriyani (2016), dengan judul “ pengaruh model pembelajaran

berbasia Proyek ( Project Based Learning ) terhadap ketrampilan proses

sains peserta didik kelas VII MTs. Swasta Matla’ul anwar Gisting

Kabupaten Tanggamus”. Hasil penelitian diperoleh perbedaan yang

signifikan pada nilai rata-rata posstest ketrampilan sains, yaitu kelas

kontrol mendapat nilai rata-rata sebesar 54,46 dan 70,31 diperoleh kelas

eksperimen.

4. Angga, dkk (2016), “Efektivitas Model Project Based Learning terhadap

Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada

Pokok Bahasan Kalor Kelas X SMAN 1 Wonosegoro Tahun Pelajaran

2014/2015.” Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen pendidikan

dengan desain non-equivalent control group design. Data dalam penelitian

ini merupakan data hasil kemampuan berpikir kreatif dan keterampilan

proses sains. Data dianalisis menggunakan analisis uji t dua sampel. Dari

hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan

awal antara kelas yang mengikuti pembelajaran model project based

learning dengan yang mengikuti pembelajaran konvensional (thitung =

0,419 < ttabel = 1,672). Terdapat perbedaan hasil kemampuan berpikir

kreatif antara siswa yang mengikuti pembelajaran model project based

learning (thitung = 29,46 > ttabel = 1,672) dengan yang mengikuti

pembelajaran konvensional. Terdapat perbedaan keterampilan proses sains

antara siswa yang mengikuti pembelajaran model project based learning

(thitung = 13,49 > ttabel = 1,672) dengan yang mengikuti pembelajaran


36

konvensional. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran dengan model project based learning lebih efektif daripada

model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar yang

berupa kemampuan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains siswa.

F. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah model project based learning efektif

dalam meningkatkan keterampilan siswa pada produksi multimedia di SMK

Veteran 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2021/2022.


37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dimana dalam

penelitian ini diberikan treatment atau perlakuan. Menurut Arikunto (2012)

penelitian eksperimen merupakan penelitian yang memiliki tujuan untuk

mengetahui adanya atau tidak ada akibat pada subyek yang diteliti. Jenis

penelitian ini adalah penelitian quasi experimental dengan one group pretest

posttest design. Penelitian ini tidak menggunakan kelas pembanding namun

sudah menggunakan tes awal sehingga besarnya efek atau pengaruh project

based learning dapat diketahui secara pasti. Dalam penelitian ini, subyek

penelitian terlebih dahulu diberikan tes awal (pretest) untuk mengetahui

sejauh mana kemampuan awal siswa sebelum diberikan pembelajaran teknik

pergerakan kamera dengan menggunakan project based learning. Setelah

diberikan tes awal, selanjutnya kepada siswa tersebut diberikan perlakuan,

yaitu pembelajaran teknik pergerakan kamera dengan menggunakan project

based learning. Setelah selesai pembelajaran teknik pergerakan kamera

dengan menggunakan project based learning, selanjutnya kepada seluruh

siswa diberikan tes akhir (posttest) untuk mengetahui sejauh mana pengaruh

pembelajaran teknik pergerakan kamera dengan menggunakan project based

learning terhadap motivasi belajar dan mengetahui apakah ada pengaruh

project based learning terhadap keterampilan siswa.


38

B. Populasi, Sampel dan Sampling

Populasi penelitian ini adalah siswa SMK Veteran 1 Sukoharjo Tahun

Pelajaran 2021/2022 berjumlah 1257 orang dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No Kelas L P Jumlah
1 Kelas 10 385 100 485
2 Kelas 11 346 96 441
3 Kelas 12 285 46 331
Jumlah 0 1016 242
Sumber: SMK Veteran 1 Sukoharjo, 2021

Sampel penelitian ini adalah siswa Kelas XII Multimedia SMK

Veteran 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2021/2022 berjumlah 39 orang yang

terdiri dari 24 berjenis kelamin perempuan dan 15 berjenis kelamin laki-laki.

Sampling penelitian menggunakan purposive sampling. Hal ini disebabkan

bahwa materi produksi multimedia hanya diajarkan pada XII Multimedia

SMK Veteran 1 khusus jurusan multimedia untuk tahun pelajaran 2021/2022.

C. Data dan Metode Pengumpulan Data

1. Data

Data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif, berupa

keterampilan siswa. Selain itu masih ada data tambahan sebagai pendukung

data di atas, berupa angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan

project based learning untuk membentuk karakter siswa dan hasil wawancara

dengan guru.

2. Metode pengumpulan data


39

a. Tes

Tes merupakan kegiatan inti dari suatu pembelajaran. Arikunto

(20123) mengutarakan, bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau

latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,

pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh

individu atau kelompok. Sebelum melakukan sebuah tes dalam usaha

mengetahui tingkat pemahaman siswa. Tes yang dipilih dalam

penelitian ini berupa tes pilihan ganda.

b. Dokumentasi

Pengumpulan data melalui dokumentasi dilakukan dengan nilai raport.

Nilai raport yang digunakan adalah nilai hasil belajar siswa XII

Multimedia SMK Veteran 1 khusus jurusan multimedia semester 1 dan

2.

c. Portofolio

Portofolio berkaitan dengan keterampilan siswa dalam membuat

video softnews. Tes awal diberikan untuk mengetahui kemampuan awal

siswa tentang materi softnews. Sedangkan tes akhir diberikan untuk

mengetahui tingkat kemajuan atau pengaruh pembelajaran materi

softnews dengan project based learning setelah dilakukan perlakuan.

project siswa melalui portofolio dengan membuat video softnews melalui

alur proses produksi multimedia. Kriteria hasil dikatakan baik apabila

video tidak ada watermarknya, jernih, teknik pengambilan gambarnya

sesuai, suaranya tidak bocor atau berisik, dan pengeditannya yang rapi.
40

D. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis

a. Normalitas

Uji normalitas yang paling sederhana adalah membuat grafik

distribusi frekuensi atas skor yang ada. Pengujian kenormalan

tergantung pada kemampuan kita dalam mencermati plotting data. Jika

jumlah data cukup banyak dan penyebarannya tidak 100% normal

(tidak normal sempurna), maka kesimpulan yang ditarik kemungkinan

akan salah. Pada saat sekarang ini sudah banyak cara yang

dikembangkan para ahli untuk melakukan pengujian normalitas.

Penelitian ini menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov. (Usmadi,

2020:15)

b. Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa

varian populasi adalah sama atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai

prasyarat dalam analisis independent sample t test dan Anova. Asumsi

yang mendasari dalam analisis varian (Anova) adalah bahwa varian

dari populasi adalah sama. Uji kesamaan dua varians digunakan untuk

menguji apakah sebaran data tersebut homogen atau tidak, yaitu

dengan membandingkan kedua variansnya. Jika dua kelompok data

atau lebih mempunyai varians yang sama besarnya, maka uji

homogenitas tidak perlu dilakukan lagi karena datanya sudah dianggap

homogen. Uji homogenitas dapat dilakukan apabila kelompok data


41

tersebut dalam distribusi normal. Uji homogenitas dilakukan untuk

menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji statistik

parametrik (misalnya uji t, Anava, Anacova ) benar-benar terjadi

akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibat

perbedaan dalam kelompok (Usmadi, 2020:15).

Penelitian ini menggujian Uji levene digunakan untuk menguji

kesamaan varians dari beberapa populasi. Uji levene merupakan uji

alternatif dari uji Bartlett. Jika ada bukti yang kuat bahwa data

berdistribusi normal atau mendekati normal, maka uji Bartlett lebih

baik digunakan. Uji Levene menggunakan analisis varian satu arah.

Data ditranformasikan dengan jalan mencari selisih masing-masing

skor dengan rata-rata kelompoknya (Usmadi, 2020:15).

c. Keseimbangan

Sebelum uji keseimbangan, dilakukan terlebih dahulu uji

prasyarat yaitu uji normalitas dengan menggunakan metode Lillifors.

Setelah diuji diketahui kedua kelas tersebut berditribusi normal.

Selanjutnya dilakukan uji keseimbangan dengan uji-t berdasarkan nilai

ulangan harian siswa. Uji keseimbangan ini bertujuan untuk

mengetahui kemampuan kedua kelas eksperimen dan kontrol

seimbang. Berdasarkan pengujian kedua kelas berdistribusi normal,

variansnya homogen dan kedua kelas seimbang.


42

Uji keseimbangan merupakan uji yang digunakan untuk

mengetahui apakah kedua kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2

dalam keadaan seimbang atau tidak, sebelum kelas mendapatkan

perlakuan (Budiyono, 2015:195 ). Bentuk hipotesisi statistika adalah

sebagi berikut:

Ho : μ1 = μ2 : kemampuan kedua populasi sama

Ha : μ1 ≠ μ2 : kemampuan kedua populasi tidak sama

2. Analisis Variansi Dua Jalan

Analisis varian dua jalan, diuraikan sebagai berikut: (Budiyono,

2015:195 )

a. Model

Xijk =  + i + j + ()ij + ijk

Di mana:

Xijk = Data amatan ke-k di bawah faktor A kategori ke-i faktor B

kategori ke-j

 = rerata besar

i = efek faktor A kategori ke-i

j = efek faktor B kategori ke-j

()ij = kombinasi efek faktor A ke-i dan faktor B ke-j

ijk = galat yang berdistribusi normal N


43

i = 1, 2, …, p ; p = banyaknya baris

j = 1, 2, …, k ; k = banyaknya kolom

k = 1, 2, …, n ; n = banyaknya data amatan pada sel ij

b. Tabel notasi dan data analisis variansi dua jalan

B
B1 B2 B3
A
A1 A1B1 A1B2 A1B3
A2 A2B1 A2B2 A2B3

Dimana :

A = metode mengajar

A1 = menggunakan struktur Think-pair-share

A2 = menggunakan metode ceramah

B = kemampuan awal siswa

B1 = tinggi

B2 = sedang

B3 = rendah

c. Prosedur dalam pengujian menggunakan analisis variansi dua jalan,

yaitu:

1) Hipotesis

H0A : i = 0 untuk semua i

HiA : i  0 untuk paling sedikit satu harga i


44

H0B : j = 0 untuk semua j

HiB : j  0 untuk paling sedikit satu harga j

H0AB : ()ij = 0 untuk semua pasang (i,j)

HiAB : ()ij  0 untuk paling sedikit satu pasang (i,j)

2) Komputasi

(i) Komponen jumlah kuadrat

Ada lima komponen yang berturut-turut dilambangkan

dengan (1), (2), (3), (4), (5) yang dirumuskan sebagai berikut:

G2
(1) pq

∑ SS ij
(2) ij

∑ A 2i
j

(3) q

∑ B2j
j

(4) p

∑ ABij2
(5) i, j

Dimana:

N : banyaknya seluruh data amatan


45

G : jumlah rataan semua sel

∑ SS ij
ij : jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij

Ai : jumlah rataan pada baris ke-i

Bj : jumlah rataan pada kolom ke-j

ABij : rata pada sel ij

(ii) Jumlah kuadrat

JK A = n h [(3) - (1)]

JK B = n h [(4) - (1)]

JK AB = n h [(5) - (4) - (3) + (1)]

∑ SS ij
JKG = ij

JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG

Dengan kuadrat

dk A =p-1

dk B =q-1

dk AB = (p - 1) (q - 1)

dk G = N- pq

dk T =N-1
46

(iii) Rerata kuadrat

Jk A
Rk A : dk A

Jk B
Rk B : dk B

Jk AB
Rk AB : dk AB

Jk G
Rk G : dk G

(iv) Statistik uji

RKA
1. Untuk HoA adalah Fa = RKG yang merupakan nilai dari

variabel random yang berdistribusi F dengan derajat

kebebasan p-1 dan N-pq.

RKB
2. Untuk HoB adalah Fb = RKG yang merupakan nilai dari

variabel random yang berdistribusi F dengan derajat

kebebasan q-1 dan N-pq.

RKAB
3. Untuk HoAB adalah Fab = RKG yang merupakan nilai

dari variabel random yang berdistribusi F dengan derajat

kebebasan (p-1) (q-1) dan N-pq.

(v) Daerah kritik

{Fa > F; p-1; N - pq}


47

{Fb > F; q-1; N - pq}

{Fab > F; (p-1) (q-1); N - pq}

d. Keputusan uji

H01 = ditolak jika Fa > F; p-1; N-pq

H02 = ditolak jika Fb > F; q-1; N-pq

H03 = ditolak jika Fab > F; (p-1) (q-1); N-pq

e. Tabel rangkuman anava dua jalan sel tak sama

Sumber varian Jk Dk Rk Statistik Uji


Jk a Rk a
A (Baris) Jk a p-1 ( p−1) Rk b
Rk a = Fa =
Jk b Rk b
B (Kolom) Jk b Q-1 ( q−1 ) Rk q
Rk b = Fb =
Jk ab Rk ab
AB (Interaksi) Jk ab (p-1) (q-1) ( p−1) Rk q
Rk ab = Fab =
Jk q
G (Galat) Jk q Pq (n-1) pq( p−1)
Rk q =
Total Jk t N-1

3. Uji Komparasi Ganda

Untuk mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan baris, setiap

pasangan kolom dan setiap pasangan sel diadakan uji komparasi ganda

dengan menggunakan metode Scheffe. Langkah-langkahnya: (Budiyono,

2015:195 )

a) Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata


48

b) Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi rerata

c) Mencari harga statistik uji F dengan rumus sebagai berikut:

1) Uji komparasi rerata antar baris ke-i dan ke-j

( X i −X j )2

Fij =
RKG
( 1 1
+
ni n j )
2) Uji komparasi rerata antar kolom ke-i dan ke-j

( X i −X j )2

Fij =
RKG
( n1 + n1 )
i j

d) Menentukan tingkat signifikan ()

e) Menentukan daerah kritik (DK) dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

1) DKi-j = {Fi-j | Fi-j > (p-1) f ; (p-1); N - (pq)}

2) DKi-j = {Fi-j | Fi-j > (q-1) f ; (p-1); N - (pq)}

4. Uji Gain Ternormalisasi (N-Gain)

Untuk mengukur tingkat efektifitas menggunakan uji gain

ternormalisasi (N-Gain) dilakukan untuk mengetahui peningkatan

keterampilan siswa setelah diberikan perlakuan. Peningkatan ini diambil dari

nilai pretest dan posttest yang didapatkan oleh siswa. Gain ternormalisasi atau

yang disingkat dengan N-Gain merupakan perbandingan skor gain aktual

dengan skor gain maksimum (Hake dalam Asyhari & Hartati, 2015:182).

Tabel 3.2
49

Kriteria N-Gain

Nilai N-Gain Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3 < g < 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah


50

DAFTAR PUSTAKA

Afifatu Rohmawati. (2015). Efektivitas Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Usia


Dini. Volume 9 Edisi 1., 15-32.
Ahmad Muhli. (2012). Efektivitas Pembelajaran. Jakarta: Wordpress.
Ahmad, dkk. (2019). Identifikasi Permasalahan Belajar yang Dialami Siswa Kelas
X Jurusan IPA dan Jurusan IPS di SMA Negeri 5 Banda Aceh. JIMBK:
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan & Konseling, 4(4), 100-112.
Al-Tabany, Trianto. (2014). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif
dan Kontekstual: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada
kurikulum 2013( kurikulum tematik Integratif),. Jakarta: Kencana.
Budiyono. (2015 ). Statistika untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press.
Capraro, et.al. (2013). STEM Project-Based Learning : An Integrated Science,
Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) Approach (second
ed). . Rotterdam: Sense Publishers.
Dani Maulana. (2014). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Lampung: Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung.
Darmadi. (2017). Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam
Dinamika Belajar Siswa. Yogyakarta: CV. Budi Utama.
Daryanto. (2016). Media Pembelajaran: Peranannya Sangat Penting dalam
Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Endang Multiyatiningsih. (2012). Efektivitas Pembelajaran. Jakarta: Ciputat
Press.
Enggar, dkk. (2016). pengaruh model pembelajaran project based learning dan
problem based learning pada materi termokimia terhadap prestasi belajar
siswa kelas XI SMA NEGERI 1 Karanganyar T.P 2015/2016. Jurnal
Pendidikan Kimia (JPK). Vol. 5 No. 1 , 135-142.
Hake dalam Asyhari & Hartati. (2015). Profil Peningkatan Kemampuan Literasi
Sains Siswa Melalui Pembelajaran Saintifik. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Fisika Al-BiRuNi 04 (2) , 179-191.
Iga Rosalina. (2012). Efektivitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Perkotaan Pada Kelompok Pinjaman Bergulir Di Desa Mantren
Kec Karangrejo Kabupaten Madetaan. Jurnal Efektivitas Pemberdayaan
Masyarakat, Vol. 01 No. 01, 1-12.
51

Isjoni. (2012). Pembelajaran Cooperatif, Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi


antara Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kemdikbud. (2014). Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun
ajaran 2014/2015: Mata pelajaran IPA SMP/MTs. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Made Wena. (2013). Strategi pembelajaran inovatif kontenporer: suatu tinjauan
koseptual operasional. Jakarta: Bumi Aksara.
Mahendra. (2016). Project Based Learning bermuatan etnomatematika dalam
pembelajar matematika. Jurnal Kreatif Vol. 6 No. 1 P-ISSN:2303-288X E-
ISSN:2541-72007, 10-21.
Munir, (2012). MULTIMEDIA Konsep & Aplikasi dalam Pendidikan Bandung:
Alfabeta
Sani. (2014). Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.
Smaldino, et.al. (2012). Intrucsional Technilogy & Media For Learning
Teknologi Pembelajaran dan Media untuk Belajar. Jakarta: Kencana.
Somodana, et.al. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning) dalam Pembelajaran Menulis Teks Anekdot. e-
Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Satra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015), 28-39.
Supardi. (2013). Sekolah Efektif, Konsep Dasar dan Praktiknya. Jakarta: Rajawali
Pers.
Surya Hendra. (2012). Strategi Jitu Mencapai Kesuksesan Belajar. Jakarta:
Grasindo.
Tanjung, dkk. (2018). Layanan Informasi Dalam Peningkatan Keterampilan
Belajar Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat. Jurnal Penelitian
Bimbingan dan Konseling, 3(2), 155-161.
Trianto. (2014). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan
Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KPS).
Jakarta: Bumi Aksara.
Usmadi. (2020). Pengujian Persyaratan Analisis (Uji Homogenitas dan Uji
Normalitas). Inovasi Pendidikan Vol. 7 No. 1, 12-22.
Wijaya, dkk. (2016). Transformasi Pendidikan Abad 21 Sebagai Tuntutan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Di Era Global. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Matematika (hal. 258-269). Malang: Universitas
Kanjuruhan Malang, Vol. 1-2016-ISSN.
52

Yusri. (2016). Pengaruh Penggunaan Media Teknologi Informasi dan Komunikasi


(TIK) dengan Prestasi Belajar Bahasa Inggris Peserta Didik di SMAN 1
Dekai Kabupaten Yahukimo. Jurnal Ilmiah ILKOM 8 (1), 49-56.
Zainal Aqib. (2013). Model-Model, Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual (inovatif). Bandung: CV Yrama.

Anda mungkin juga menyukai