PROPOSAL PENELITIAN
Oleh
20050404084
TEKNIK
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam
kehidupan manusia, karena pendidikan dapat dilakukan dimana pun
kapanpun di dunia ini. Sehingga pada hakikatnya pendidikan
merupakan usaha manusia itu sendiri. Menurut UU No 20 Tahun
2003 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.
Menurut UU No 20 Tahun 2003 SMK merupakan salah satu
bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan
pendidikan kejuruan pada jenjang menengah sebagai kelanjutan dari
SMP, MTs, atau bentuk lain sederajat. Tujuan khusus didirikan
SMK yaitu : menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia
produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan
yang ada sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan
kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya, menyiapkan
peserta didik agar mampu memilih karir, ulet, dan gigih dalam
berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja dan
mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang
diminatinya, membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni agar mampu mengembangkan diri di kemudian
hari secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih
tinggi, dan membekali peserta didik dengan kompetensi –
kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dipilih.
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan
pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan
lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk
mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Kurikulum
Merdeka untuk pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah secara utuh. Bagi satuan pendidikan yang
ditetapkan sebagai pelaksana Program Sekolah Penggerak dan
Program Sekolah Menengah Kejuruan Pusat Keunggulan, kurikulum
yang digunakan mengacu pada Kurikulum Merdeka dan pemenuhan
beban kerja guru.
Menurut Susanto (2013), pembelajaran merupakan perpaduan
dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Dengan kata lain,
pembelajaran merupakan salah satu komponen dari pendidikan.
Yang di dalamnya terdapat beberapa unsur, yaitu materi, tujuan,
sarana, prasarana, kondisi belajar, media lingkungan, model
pembelajaran, metode pembelajaran, serta evaluasi. Semua unsur
tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan suatu proses mengajar
untuk meningkat hasil belajar siswa.
Hakikat pendidikan tidak terlepas dari hakikat manusia yang
mana manusia merupakan urusan utama pendidikan. Wawasan yang
dianut oleh pendidik dalam hal ini adalah guru. Menurut Muhiddir
Kamal (2019:1) mengatakan bahwa semua orang yang mempunyai
wewenang serta mempunyai tanggung jawab untuk membimbing
serta membina murid. Guru yang profesional dituntut untuk dapat
menampilkan keahlian di depan kelas, salah satunya keahlian
menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Untuk dapat
menyampaikan materi, guru perlu merancang kegiatan
pembelajaran atau yang biasa disebut dengan model pembelajaran
agar pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
Model pembelajaran merupakan komponen penting dalam suatu
proses pembelajaran, Yang memiliki fungsi sebagai pedoman dalam
perancangan pelaksanaan pembelajaran. Menurut Adi (dalam
Suprihatiningrum, 2013:
142) memberikan definisi model pembelajaran merupakan kerangka
konseptual yang menggambarkan prosedur dalam
mengorganisasikan pengalaman pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Model pembelajaran memudahkan guru dalam
mengajar karena didalamnya terdapat sintaks atau urutan langkah -
langkah kegiatan pembelajaran dengan strategi dan metode yang
dipilih.
Model Pembelajaran yang mungkin tepat untuk menjadi wadah
pemikiran tersebut salah satunya yaitu model pembelajaran Project
Based Learning (PjBL). Menurut pendapat Kamdi (2010)
menjabarkan dalam penelitiannya mengenai PjBL yang menjadikan
pekerjaan proyek sebagai solusi dalam pendalaman teori dan praktek
secara bersamaan. Dalam pekerjaan proyek, para peserta didik akan
banyak sekali terlibat dalam berbagai suasana sekaligus diantaranya
memecahkan beberapa masalah, bekerja bersama dengan sesama
peserta didik dan sepenuhnya memberi jalan untuk perserta didik
mengambil keputusan mereka. Dengan demikian, peserta didik
mendapatkan banyak hal dalam sekali pengerjaan proyek, yaitu
pengetahuan, keterampilan, sikap dan pengalaman belajar, sesuai
dengan bagaimana PjBL berfungsi; membuat, menyenangkan,
menarik perhatian, dan menginspirasikan (Jane Krauss and Suzie
Boss, 2013) .
Melalui PjBL, siswa mendapatkan pengetahuan sekaligus
mengaplikasikan keterampilan atau aspek psikomotorik mereka
dengan menyelesaikan proyek dalam kurun waktu yang dintentukan
dan topik atau pertanyaan yang disepakati baik pendidik maupun
diswa dengan di awal pembelajaran (Smith, 2018). Pembelajaran
berbasis proyek digambarkan sebagai suatu pengalaman yang mana
siswa di ajak menjelajahi kurikulum dengan suatu pertanyaan
penting untuk ditelusuri dan dipecahkan, beserta tantangan
merancang desain, mencipta, hingga mendemonstrasikan apa yang
telah dipelajari selama melakukan proyek kepada orang lain
diantaranya teman-teman sekelas, guru dan lingkungan sekolah
(Hallerman, 2016). Kedua Pendapat tesebut selaras dengan pendapat
Silberman (2011) mengenai bagaimana membuat suatu
pembelajaran menjadi aktif, dikatakan bahwa partisipan melakukan
mayoritas pekerjaan yang ada, dalam hal ini adalah siswa. Siswa
dintuntut menggunakan pikirannya dalam pembelajaran, yaitu
memecahkan masalah dan mengaplikasikan apa yang mereka
pelajari.
Suatu pembelajaran dapat dikatakan telah efektif jika dalam
kegiatan pembelajaran masing-masing elemen berfungsi dengan baik,
siswa merasa tenang dan puas dengan hasil yang mereka dapatkan,
pembelajaran membawa kesan sehingga teringkat dalam benak
siswa, sarana dan prasarana yang disiapkan oleh sekolah telah
memadai dan sesuai dengan materi dan media yang digunakan
(Hidayat, 2015). Efektifitas dalam pengertiannya sendiri diartikan
sebagai tolak ukur yang dapat dilihat oleh guru maupun pengamat
dan pengembang pembelajaran untuk menentukan dan merumuskan
desain atau model pembelajaran dengan baik (Yaumi, 2013).
Efektivitas model pembelajaran dapat dilihat apabila ada
pembanding diantara keduanya, maka dilakukan pengkajian dengan
mengamati pencapaian dua model pembelajaran yang terjadi dalam
kelas tersebut; model pembelajaran yang sedang diteliti dan model
pembelajaran yang sebelumnya selalu digunakan. Aspek-aspek
efektivitas digunakan sebagai penanda tercapainya atau adanya
peningkatan maupun perubahan setelah diterapkan model
pembelajaran PjBL pada siswa pada kajian literatur yang telah
disaring. Sehingga akhirnya dapat disimpulkan berdasarkan kajian
literatur terkait apakah Model Pembelajaran PjBL dinilai efektif atau
tidak digunakan dalam mata pelajaran produktif di SMK Program
Keahlian Tata busana. Adapun 8 aspek efektifitas berdasarkan
pendapat Simamora (2008) yang
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas,
maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :
1. Motivasi siswa dalam proses pembelajaran masih kurang
sehingga berpengaruh pada hasil belajar siswa.
2. Siswa belum mampu memecahkan suatu permasalahan secara
kompleks.
3. Belum maksimalnya penerapan model pembelajaran berbasis
project, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yaitu
belum maksimalnya penerapan model pembelajaran berbasis
project yang berpengaruh pada hasil belajar siswa, maka
permasalahan penelitian ini akan dibatasi oleh penerapan model
pembelajaran berbasis proyek.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan
pembatasan masalah diatas, berikut rumusan masalah dalam
penelitian ini :
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran berbasis proyek
(PjBL) pada mata pelajaran Fashion Desain siswa kelas XI
Tata Busana SMKN 6 Surabaya?
2. Bagaimana respon siswa kelas XI Tata Busana SMKN 6
Surabaya terhadap model pembelajaran berbasis proyek
(PjBL) pada mata pelajaran Fashion Desain?
3. Bagaimana hasil belajar siswa kelas XI Tata Busana SMKN 6
Surabaya setelah diterapkannya model pembelajaran berbasis
proyek (PjBL) pada mata pelajaran Fashion Desain?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, terdapat tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui penerapan model pembelajaran berbasis proyek
(PjBL) pada mata pelajaran Fashion Desain siswa kelas XI
Tata Busana SMKN 6 Surabaya.
2. Mengetahui respon siswa kelas XI Tata Busana SMKN
6 Surabaya terhadap model pembelajaran berbasis proyek
(PjBL) pada mata pelajaran Fashion Desain.
3. Mengetahui hasil belajar siswa kelas XI Tata Busana SMKN
6 Surabaya setelah diterapkannya model pembelajaran
proyek (PjBL) pada mata pelajaran Fashion Desain.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang hendak diambil melalui penelitian ini, yaitu :
1. Bagi guru, sebagai masukan dalam membangun suasana
pembelajaran yang menyenangkan dan mengaktifkan bagi
guru dan siswa.
2. Bagi siswa, sebagai kesempatan untuk belajar secara
mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap
kehadiran guru.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian dapat dijadikan
masukan dalam meningkatkan mutu pendidikan
BAB II KAJIAN
PUSTAKA
A. Kajian Teori
a. Model Pembelajaran
a.1 Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran digunakan guru sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Joyce & Weil
(dalam Rusman, 2012: 133) berpendapat bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran
jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Menurut Adi (dalam Suprihatiningrum, 2013: 142)
memberikan definisi model pembelajaran merupakan kerangka
konseptual yang menggambarkan prosedur dalam
mengorganisasikan pengalaman pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Model pembelajaran berfungsi sebagai
pedoman guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Winataputra (1993) mengartikan model
pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi
sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru
dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar-
mengajar (Suyanto dan Jihad, 2013: 134).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran merupakan pola pilihan guru untuk
merancang pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model
pembelajaran adalah suatu prosedur dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk tercapaiamnya tujuan pembelajaran
tertentu. Yang berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajran
dan para guru dalam merancang dan melaksanakan proses
belajra mengajar.
a.2 Ciri – ciri Model Pembelajaran
Rusman (2012: 136) mengemukakan bahwa model
pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli
tertentu. Sebagai contoh, model penelitian kelompok
disusun oleh Herbert Thelen dan berdasarkan teori John
Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi
dalam kelompok secara demokratis.
2. Mempunyai misi dan tujuan pendidikan tertentu, misalnya
model berpikir
induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir
induktif.
3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar
mengajar di kelas, misalnya model Synectic dirancang
untuk memperbaiki kreativitas dalam pembelajaran
mengarang.
4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan
langkah-langkah pembelajaran (syntax); (2) adanya prinsip-
prinsip reaksi; (3) sistem sosial; (4) sistem pendukung.
Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila
guru akan melaksanakan suatu mkodel pembelajaran.
5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model
pembelajaran. Dampak tersebut meliputi: (1) Dampak
pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur;
(2) Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
6. Membuat persiapan mengajar (desain instrusional) dengan
pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.
Siklus II
Perencanaan;Dalam tahap
perencanaan siklus kedua adalah
merancang tindakan yang akan
dilakukan yang diperbaiki.
Tindakan; dilaksanakan selama 8
jam pelajaran dalam dua kali
pertemuan atau 360 menit.
Observasi; dengan praktik langsung
sebagai acuan. Refleksi; praktik
langsung sebagai media
pembelajaran dalam membuat rok
lipit dapat meningkatkan
kompetensi siswa dan mayoritas
siswa telah mencapai kriteria
ketuntasan minimal dengan
kategori baik.
2. Okta Purna Application of Project Based X : Penerapan Terjadi peningkatan keterampilan
wiraw an Learning Model in Learning Model Project berpikir kritis dan hasil belajar
(2020 )
Digital Based Batik Basic Base Learning siswa
Motives at Vacational High
School. Y : Hasil Belajar
Permasalahan
1. Rendahnya motivasi belajar siswa
2. Siswa belum mampu memecahkan suatu permasalahan
3. Belum maksimalnya penerapan model PJBL
Alternatif Penyelesaian
Penerapan Model PJBL
Tindakan
PENELITIAN
A. Jenis Peneltian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian
tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian
tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru
dikelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat
(Aqib dkk.,2011, hlm. 3).
B. Latar Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMKN 6 Surabaya pada
kelas XI Tata Busana. Penelitian ini dilakukan secara bertahap
dari siklus pertama sampai siklus kedua yang kemudian dilihat
adanya peningkatan hasil belajar siswa sesuai dengan target
yang telah ditentukan.
C. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian menurut Sugiyono (2013:32) subjek
penelitian merupkan suatu atribut atau sifat atau nialai dari
orang, objek atau kegiatan yang memepunyai variable tertentu
yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Subjek
penelitian adalah siswa kelas XI Tata Busana SMKN 6
Surabaya.
E. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini terdapat beberapa
tahapan yaitu perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan
(observe), serta refleksi (reflect). Menurut Kemmis dan Mc.
Taggart (dalam Kunandar, 2012, hlm. 70) berpendapat bahwa
“penelitian tindakan kelas dilakukan melaui proses yang
dinamis dan komplementerari yang terdiri dari empat
“momentum” esensial yaitu perencanaan, tindakan, observasi,
dan refleksi”. Berikut langkah – langkah penelitian tindakan
kelas yang dilaksanakan dalam setiap siklus menurut model
Kemmis dan Mc. Taggart :
1. Perencanaan
Tahap pertama dalam pelaksanaan tindakan kelas yang
dilakukan yaitu membuat perencanaan tindakan. Rencana
tindakan dikembangkan secara kritis untuk meningkatkan apa
yang telah terjadi (Kunandar, 2012, hlm. 71). Rencana tindakan
dilaksanakan dengan menentukan langkah-langkah yang akan
dilaksanakan pada saat penelitian berlangsung. Perencanaan
dalam hal ini menggunakan modul ajar sesuai dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan komponen
kolom identitas pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi
ajar (materi pokok), metode pembelajaran, langkah-langkah
pembelajaran, alat bahan/ sumber belajar, dan penilaian
(Mendiknas, 2011, hlm. 20). Selain itu mempersiapkan media,
alat dan bahan, instrumen observasi, evaluasi, dan refleksi.
2. Pelaksanaan
Rencana yang telah disusun, selanjutnya diujicobakan
secara sadar dan terkendali dalam tahap pelaksanaan sesuai
dengan langkah yang telah dibuat sebelumnya, yaitu langkah-
langkah pembelajaran dengan mengimplementasikan model
PJBL (Project Based Learning) sebagai model pembelajaran
bagi siswa dalam di dalam kelas.
3. Observasi
Tahap selanjutnya yaitu observasi terhadap tindakan yang
sedang dan sudah dilaksanakan. Observasi dapat dilakukan oleh
pihak lain yang telah diberi tugas oleh peneliti untuk hal itu
disebut observer. Observasi ini dilaksanakan untuk mengetahui
sejauhmana pelaksanaan tindakan yang sebenarnya terjadi di
lapangan khususnya dalam proses pembelajaran dan
peningkatan kemampuan. dengan perencanaan yang telah
disusun sehingga dapat terlihat pengaruh dari model yang
diimplementasikan. Peneliti melakukan observasi terhadap
keatifan siswa dan kegiatan guru selama pelaksanaan
pembelajaran dengan model pembelajaran Project Based
Learning.
4. Refleksi
Tahap yang terakhir dalam penelitian tindakan kelas adalah
refleksi dengan kegiatan yang meliputi analisis dan interpretasi
data, serta evaluasi yang diperoleh melalui observasi. Data-data
yang sudah terkumpul pada saat observasi dianalisis, dikaji dan
diinterpretasi sehingga dapat dicari solusi yang lebih efektif
agar terjadi peningkatan. Hasil refleksi kemudian dibuat
perencanaan untuk tindakan pada siklus selanjutnya.
H. Evaluasi
Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan
oleh peneliti untuk mempermudah pengumpulan data, data keterampilan
berpikir peserta didik diperoleh menggunakan instrumen tes, dan respon
peserta didik terhadap proses pembelajaran menggunakan model PjBL
melalui pembuatan desain diperoleh menggunakan instrumen angket.
1. Tes sebelum
Tes kemampuan pembuatan desain dari 8 pertanyaan dengan
4 indikator yakni kelancaran, keluwesan, keaslian dan merinci,
dengan kisi-kisi soal sebagai berikut :
I. Refleksi
Untuk mengetahui apakah instrumen penelitian ini dapat digunakan
dalam penelitian, maka instrumen penelitian ini akan diuji terlebih dahulu.
Agar dapat diperoleh data yang valid dan reliabel
1. Uji validitas
Uji validitas instrumen digunakan untuk mengetahui apakah instrumen
yang digunakan dalam penelitian layak atau tidak untuk diberikan kepada
peserta didik. Adapun rumusan yang digunakan yaitu:
Keterangan :
rxy : Angka indeks korelasi “r” product moment
N : Jumlah peserta didik
ΣXY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
ΣX : Jumlah seluruh skor X
ΣY : Jumlah seluruh skor Y53