Anda di halaman 1dari 31

Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning (PJBL)

Pada Elemen Fashion Desain Untuk Meningkatkan


Kemampuan Pembuatan Desain Siswa Fase F Tata Busana
SMKN 6 Surabaya

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh

Lutfia Qotrunnada Setyarizqi

20050404084

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS

TEKNIK

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN


KELUARGA

PRODI PENDIDIKAN BUSANA 2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam
kehidupan manusia, karena pendidikan dapat dilakukan dimana pun
kapanpun di dunia ini. Sehingga pada hakikatnya pendidikan
merupakan usaha manusia itu sendiri. Menurut UU No 20 Tahun
2003 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.
Menurut UU No 20 Tahun 2003 SMK merupakan salah satu
bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan
pendidikan kejuruan pada jenjang menengah sebagai kelanjutan dari
SMP, MTs, atau bentuk lain sederajat. Tujuan khusus didirikan
SMK yaitu : menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia
produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan
yang ada sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan
kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya, menyiapkan
peserta didik agar mampu memilih karir, ulet, dan gigih dalam
berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja dan
mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang
diminatinya, membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni agar mampu mengembangkan diri di kemudian
hari secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih
tinggi, dan membekali peserta didik dengan kompetensi –
kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dipilih.
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan
pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan
lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk
mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Kurikulum
Merdeka untuk pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah secara utuh. Bagi satuan pendidikan yang
ditetapkan sebagai pelaksana Program Sekolah Penggerak dan
Program Sekolah Menengah Kejuruan Pusat Keunggulan, kurikulum
yang digunakan mengacu pada Kurikulum Merdeka dan pemenuhan
beban kerja guru.
Menurut Susanto (2013), pembelajaran merupakan perpaduan
dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Dengan kata lain,
pembelajaran merupakan salah satu komponen dari pendidikan.
Yang di dalamnya terdapat beberapa unsur, yaitu materi, tujuan,
sarana, prasarana, kondisi belajar, media lingkungan, model
pembelajaran, metode pembelajaran, serta evaluasi. Semua unsur
tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan suatu proses mengajar
untuk meningkat hasil belajar siswa.
Hakikat pendidikan tidak terlepas dari hakikat manusia yang
mana manusia merupakan urusan utama pendidikan. Wawasan yang
dianut oleh pendidik dalam hal ini adalah guru. Menurut Muhiddir
Kamal (2019:1) mengatakan bahwa semua orang yang mempunyai
wewenang serta mempunyai tanggung jawab untuk membimbing
serta membina murid. Guru yang profesional dituntut untuk dapat
menampilkan keahlian di depan kelas, salah satunya keahlian
menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Untuk dapat
menyampaikan materi, guru perlu merancang kegiatan
pembelajaran atau yang biasa disebut dengan model pembelajaran
agar pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
Model pembelajaran merupakan komponen penting dalam suatu
proses pembelajaran, Yang memiliki fungsi sebagai pedoman dalam
perancangan pelaksanaan pembelajaran. Menurut Adi (dalam
Suprihatiningrum, 2013:
142) memberikan definisi model pembelajaran merupakan kerangka
konseptual yang menggambarkan prosedur dalam
mengorganisasikan pengalaman pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Model pembelajaran memudahkan guru dalam
mengajar karena didalamnya terdapat sintaks atau urutan langkah -
langkah kegiatan pembelajaran dengan strategi dan metode yang
dipilih.
Model Pembelajaran yang mungkin tepat untuk menjadi wadah
pemikiran tersebut salah satunya yaitu model pembelajaran Project
Based Learning (PjBL). Menurut pendapat Kamdi (2010)
menjabarkan dalam penelitiannya mengenai PjBL yang menjadikan
pekerjaan proyek sebagai solusi dalam pendalaman teori dan praktek
secara bersamaan. Dalam pekerjaan proyek, para peserta didik akan
banyak sekali terlibat dalam berbagai suasana sekaligus diantaranya
memecahkan beberapa masalah, bekerja bersama dengan sesama
peserta didik dan sepenuhnya memberi jalan untuk perserta didik
mengambil keputusan mereka. Dengan demikian, peserta didik
mendapatkan banyak hal dalam sekali pengerjaan proyek, yaitu
pengetahuan, keterampilan, sikap dan pengalaman belajar, sesuai
dengan bagaimana PjBL berfungsi; membuat, menyenangkan,
menarik perhatian, dan menginspirasikan (Jane Krauss and Suzie
Boss, 2013) .
Melalui PjBL, siswa mendapatkan pengetahuan sekaligus
mengaplikasikan keterampilan atau aspek psikomotorik mereka
dengan menyelesaikan proyek dalam kurun waktu yang dintentukan
dan topik atau pertanyaan yang disepakati baik pendidik maupun
diswa dengan di awal pembelajaran (Smith, 2018). Pembelajaran
berbasis proyek digambarkan sebagai suatu pengalaman yang mana
siswa di ajak menjelajahi kurikulum dengan suatu pertanyaan
penting untuk ditelusuri dan dipecahkan, beserta tantangan
merancang desain, mencipta, hingga mendemonstrasikan apa yang
telah dipelajari selama melakukan proyek kepada orang lain
diantaranya teman-teman sekelas, guru dan lingkungan sekolah
(Hallerman, 2016). Kedua Pendapat tesebut selaras dengan pendapat
Silberman (2011) mengenai bagaimana membuat suatu
pembelajaran menjadi aktif, dikatakan bahwa partisipan melakukan
mayoritas pekerjaan yang ada, dalam hal ini adalah siswa. Siswa
dintuntut menggunakan pikirannya dalam pembelajaran, yaitu
memecahkan masalah dan mengaplikasikan apa yang mereka
pelajari.
Suatu pembelajaran dapat dikatakan telah efektif jika dalam
kegiatan pembelajaran masing-masing elemen berfungsi dengan baik,
siswa merasa tenang dan puas dengan hasil yang mereka dapatkan,
pembelajaran membawa kesan sehingga teringkat dalam benak
siswa, sarana dan prasarana yang disiapkan oleh sekolah telah
memadai dan sesuai dengan materi dan media yang digunakan
(Hidayat, 2015). Efektifitas dalam pengertiannya sendiri diartikan
sebagai tolak ukur yang dapat dilihat oleh guru maupun pengamat
dan pengembang pembelajaran untuk menentukan dan merumuskan
desain atau model pembelajaran dengan baik (Yaumi, 2013).
Efektivitas model pembelajaran dapat dilihat apabila ada
pembanding diantara keduanya, maka dilakukan pengkajian dengan
mengamati pencapaian dua model pembelajaran yang terjadi dalam
kelas tersebut; model pembelajaran yang sedang diteliti dan model
pembelajaran yang sebelumnya selalu digunakan. Aspek-aspek
efektivitas digunakan sebagai penanda tercapainya atau adanya
peningkatan maupun perubahan setelah diterapkan model
pembelajaran PjBL pada siswa pada kajian literatur yang telah
disaring. Sehingga akhirnya dapat disimpulkan berdasarkan kajian
literatur terkait apakah Model Pembelajaran PjBL dinilai efektif atau
tidak digunakan dalam mata pelajaran produktif di SMK Program
Keahlian Tata busana. Adapun 8 aspek efektifitas berdasarkan
pendapat Simamora (2008) yang

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas,
maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :
1. Motivasi siswa dalam proses pembelajaran masih kurang
sehingga berpengaruh pada hasil belajar siswa.
2. Siswa belum mampu memecahkan suatu permasalahan secara
kompleks.
3. Belum maksimalnya penerapan model pembelajaran berbasis
project, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yaitu
belum maksimalnya penerapan model pembelajaran berbasis
project yang berpengaruh pada hasil belajar siswa, maka
permasalahan penelitian ini akan dibatasi oleh penerapan model
pembelajaran berbasis proyek.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan
pembatasan masalah diatas, berikut rumusan masalah dalam
penelitian ini :
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran berbasis proyek
(PjBL) pada mata pelajaran Fashion Desain siswa kelas XI
Tata Busana SMKN 6 Surabaya?
2. Bagaimana respon siswa kelas XI Tata Busana SMKN 6
Surabaya terhadap model pembelajaran berbasis proyek
(PjBL) pada mata pelajaran Fashion Desain?
3. Bagaimana hasil belajar siswa kelas XI Tata Busana SMKN 6
Surabaya setelah diterapkannya model pembelajaran berbasis
proyek (PjBL) pada mata pelajaran Fashion Desain?

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, terdapat tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui penerapan model pembelajaran berbasis proyek
(PjBL) pada mata pelajaran Fashion Desain siswa kelas XI
Tata Busana SMKN 6 Surabaya.
2. Mengetahui respon siswa kelas XI Tata Busana SMKN
6 Surabaya terhadap model pembelajaran berbasis proyek
(PjBL) pada mata pelajaran Fashion Desain.
3. Mengetahui hasil belajar siswa kelas XI Tata Busana SMKN
6 Surabaya setelah diterapkannya model pembelajaran
proyek (PjBL) pada mata pelajaran Fashion Desain.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang hendak diambil melalui penelitian ini, yaitu :
1. Bagi guru, sebagai masukan dalam membangun suasana
pembelajaran yang menyenangkan dan mengaktifkan bagi
guru dan siswa.
2. Bagi siswa, sebagai kesempatan untuk belajar secara
mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap
kehadiran guru.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian dapat dijadikan
masukan dalam meningkatkan mutu pendidikan
BAB II KAJIAN
PUSTAKA
A. Kajian Teori
a. Model Pembelajaran
a.1 Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran digunakan guru sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Joyce & Weil
(dalam Rusman, 2012: 133) berpendapat bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran
jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Menurut Adi (dalam Suprihatiningrum, 2013: 142)
memberikan definisi model pembelajaran merupakan kerangka
konseptual yang menggambarkan prosedur dalam
mengorganisasikan pengalaman pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Model pembelajaran berfungsi sebagai
pedoman guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Winataputra (1993) mengartikan model
pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi
sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru
dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar-
mengajar (Suyanto dan Jihad, 2013: 134).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran merupakan pola pilihan guru untuk
merancang pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model
pembelajaran adalah suatu prosedur dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk tercapaiamnya tujuan pembelajaran
tertentu. Yang berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajran
dan para guru dalam merancang dan melaksanakan proses
belajra mengajar.
a.2 Ciri – ciri Model Pembelajaran
Rusman (2012: 136) mengemukakan bahwa model
pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli
tertentu. Sebagai contoh, model penelitian kelompok
disusun oleh Herbert Thelen dan berdasarkan teori John
Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi
dalam kelompok secara demokratis.
2. Mempunyai misi dan tujuan pendidikan tertentu, misalnya
model berpikir
induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir
induktif.
3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar
mengajar di kelas, misalnya model Synectic dirancang
untuk memperbaiki kreativitas dalam pembelajaran
mengarang.
4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan
langkah-langkah pembelajaran (syntax); (2) adanya prinsip-
prinsip reaksi; (3) sistem sosial; (4) sistem pendukung.
Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila
guru akan melaksanakan suatu mkodel pembelajaran.
5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model
pembelajaran. Dampak tersebut meliputi: (1) Dampak
pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur;
(2) Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
6. Membuat persiapan mengajar (desain instrusional) dengan
pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.

Rofa’ah (2016: 71) menjelaskan ada beberapa ciri-ciri model


pembelajaran secara khusus daintaranya adalah:
a. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para
pencipta atau pengembangnya.
b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa
mengajar.
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model
tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai.

Ciri-ciri model pembelajaran yang baik yaitu adanya


keterlibatan intelektual dan emosional peserta didik melalui
kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat, dan pembentukan
sikap, adanya keikutsertaan peserta didik secara aktif dan kreatif.
Selama pelaksanaan model pembelajaran guru bertindak sebagai
fasilitator, koordinator, mediator dan motivator kegiatan belajar
peserta didik.

a.3 Fungsi Model Pembelajaran


Beberapa fungsi khusus dari sebuah model mengajar seperti
yang dinyatakan oleh SS Chauhan adalah sebagai berikut :
a. Pedoman, model pembelajaran dapat berfungsi sebagai
pedoman yang dapat menjelaskan apa yang harus dilakukan
oleh guru. Dengan adanya model pembelajaran mkaa
mengajar menjadi sesuatu yang ilmiah, terencana, dan
kegiatan – kegiatan yang dilakukan memilki tujuan.
b. Penegembangan Kurikulum, model pembelajaran dapat
membantu dalam pengembangan kurikulum untuk satuan
dan kelas yang berbeda dalam pendidikan.
c. Menetapkan bahan – bahan pengajaran, model
pembelajaran ini menetapkan secara rinci bentuk bahan –
bahan pengajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran.
d. Membantu perbaikan dalam mengajar, model pembelajaran
ini dapat membantu proses belajar – mengajar dan
meningkatkan efektifitas megajar.

Fungsi pembelajaran diatas digunakan oleh guru dalam


mengembangkan model – model pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan, bahan, dan sarana pendukung dalam mengajar.
Penggunaan model pembelajaran sangat membantu guru dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar secara
keseluruhan ditunjukan dalam sintaks model pembelajaran.

a.4 Komponen Model Pembelajaran


Komponen model pembelajaran yaitu, sebagai berikut :
a. Sintaks, langkah – langkah, fase – fase, atau urutan
kegiatan pembelajaran. Setiap model pembelajaran
mempunyai sintaks yang berbeda – beda.
b. Prinsip Reaksi,reaksi guru atas aktivitas – aktivitas siswa.
Prinsip reaksi iku akan membantu memilih reaksi – reaksi
apa yang efektif dilakukan siswa.
c. Sistem Sosial, mencakup 3 penegrtian utama yaitu :
deskripsi macam – macam peranana guru dan siswa,
deskripsi hubungan hirarki / otoritas guru dan siswa,
deskripsi macam – macam kaidah untuk mendorong siswa.
d. Sistem Pendukung, merupakan kondisi yang dibutuhkan
oleh suatu model. Sstem pendukung diturunkan dari dua
sumber yaitu kekhususan – kekhususan peranan guru dan
tuntutan siswa.

a.5 Jenis Model Pembelajaran


Menurut Joyce & Weil dalam buku Suprihatiningrum (2013,
hlm. 186) model-model mengajar (pembelajaran) terbagi
menjadi empat kategori sebagai berikut:
a. Information Processing Model (Model Pemrosesan
Informasi), Model ini menekankan pada pengolahan
informasi dalam otak sebagai aktivitas mental siswa.
Model ini akan mengoptimalkan daya nalar dan daya pikir
siswa melalui pemberian masalah yang disajikan oleh guru.
b. Personal Model (Model Pribadi), berorientasi kepada
perkembangan diri individu. Implikasi model ini dalam
pembelajaran adalah guru harus menyediakan pembelajaran
sesuai dengan minat, pengalaman, dan perkembangan
mental siswa. pembelajaran yang berpusat pada
siswa/peserta didik.
c. Social Interaction Model (Model Interaksi Sosial), model
ini enitikberatkan pada proses interaksi antar individu yang
terjadi dalam kelompok. Model ini mengutamakan
pengembangan kecakapan individu dalam berhubungan
dengan orang lain.
d. Behavioral Model (Model Perilaku), Pembelajaran harus
memberikan perubahan pada perilaku siswa ke arah yang
sejalan dengan tujuan pembelajaran. perubahan yang terjadi
harus dapat diamati. Sehingga, guru dapat menguraikan
langkah-langkah pembelajaran yang konkret dan dapat
diamati dalam upaya evaluasi perkembangan peserta
didiknya.

a.6 Macam –macam model pembelajaran


Menurut Hamdayama (2016, hlm. 132-182) macam-
macam model pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Model Pembelajaran Inquiry, Model inquiry (inkuiri)
menggunakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan proses berpikir secara kritis serta analitis
kepada peserta didik agar mencari dan menemukan sendiri
jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan secara
mandiri melalui penyelidikan ilmiah.
b. Model Pembelajaran Kontekstual, Merupakan model
dengan konsep belajar yang membuat guru untuk
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah
aktivitas peserta didik, peserta didik melakukan dan
mengalami, tidak hanya monoton dan mencatat.
c. Model Pembelajaran Ekspositori, Ekspositori adalah
pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian
materi secara verbal dari seorang guru kepada kelompok
peserta didik supaya peserta didik dapat menguasai materi
secara optimal. Dalam model pengajaran ekspositori
seorang pendidik harus memberikan penjelasan atau
menerangkan kepada peserta didik dengan cara berceramah.
Sehingga menyebabkan arah pembelajarannya monoton
karena sangat ditentukan oleh kepiawaian ceramah guru.
d. Model Pembelajaran Berbasis Masalah, sebagai rangkaian
aktivitas pembelajaran yang menekankan para proses
penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
Pemecahan masalah menjadi langkah utama dalam model
ini.
e. Model Pembelajaran Kooperatif, Pembelajaran kooperatif
adalah kerangka konseptual rangkaian kegiatan belajar
yang dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok-
kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan. Kelompok-kelompok tersebut
bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran.
f. ModelPembelajaran Project Based Learning, Model
pembelajaran project based learning atau pembelajaran
berbasis proyek adalah model pembelajaran yang
menggunakan proyek atau kegiatan nyata sebagai inti
pembelajaran. Dalam pembelajaran project based learning
peserta didik akan melakukan eksplorasi, penilaian,
interpretasi,
sintetis, dan pengolahan informasi lainnya untuk
menghasilkan berbagai bentuk belajar yang beragam.
g. Model Pembelajaran Kuantum, Kerangka perencanaan
dalam pembelajaran kuantum adalah TANDUR
(Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan
Rayakan).
h. Model Pmeblajaran PAIKEM, Merupakan singkatan dari
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan.
Pembelajaran ini dirancang agar membuat anak lebih aktif
mengembangkan kreativitas sehingga pembelajaran bisa
berlangsung secara efektif, optimal, dan pada akhirnya
terasa lebih menyenangkan.
i. Model Pembealajaran Terpadu, Merupakan model yang
dapat melibatkan beberapa mata pelajaran sekaligus agar
memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna pada
peserta didik.
j. Model Pembelajaran Kelas Rangkap, Pembelajaran kelas
rangkap menekankan dua hal utama, yakni penggabungan
kelas secara integrative dan pembelajaran terpusat pada
peserta didik, sehingga Guru tidak harus mengulang
kembali untuk mengajar pada dua kelas yang berbeda
dengan program yang berbeda pula.
k. Model Pembelajaran Tugas Terstruktur, Pembelajaran ini
menekankan pada penyusunan tugas terstruktur yang wajib
diselesaikan oleh peserta didik guna mendalami dan
memperluas penguasaan materi yang sesuai dengan materi
pembelajaran yang sudah dikaji.
l. Model Pembelajaran Portofolio, Model pembelajaran
portofolio menitikberatkan pada pengumpulan karya
terpilih dari satu kelas secara keseluruhan yang bekerja
secara kooperatif membuat kebijakan untuk memecahkan
masalah.
m. Model Pembelajaran Tematik, Merupakan pembelajaran
dengan suatu kegiatan pembelajaran yang
mengintegrasikan materi beberapa pelajaran dalam satu
tema/topik pembahasan sesuai dengan kebutuhan
lingkungan peserta didik yang akan menjadi lahan dunia
nyata bagi dirinya.
b. Model Pembelajaran Berbasis Proyek
b.1 Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek
roject Based Learning adalah model pembelajaran yang
berfokus pada konsep-konsep dan prinsip utama dari suatu
disiplin, melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan
masalah dan tugas-tugas bermakna lainnya, memberi peluang
siswa bekerja secara otonom mengkonstruk belajar mereka
sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa
bernilai, dan realistik. Berbeda dengan model-model
pembelajaran tradisional yang umumnya bercirikan praktik
kelas berdurasi pendek, terisolasi, dan aktivitas pembelajaran
berpusat pada guru; model PjBL menekankan kegiatan
belajar yang relatif berdurasi panjang, holisticinterdisipliner,
berpusat pada siswa, dan terintegrasi dengan praktik dan isu-
isu dunia nyata.
Pembelajaran berbasis proyek berfokus pada pembelajaran
aktif dimana siswa mengekspolrasi pertanyaan autentik atau
tugas, mengembangkan rencana, merenung mengevaluasi
solusi, dan menghasilkan beberapa representasi dari ide ide.
Blumenfed menempatkan pembelajaran Project Based
Learning sebagai pendekatan instruksional komprehensif
yang dapat memotivasi anak-anak untuk berpikir tentang apa
yang mereka lakukan, tidak hanya fokus pada mendapatkan
hal itu.

b.2 Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Proyek


a. Penentuan proyek
Pada langkah ini, peserta didik menentukan tema atau topik
proyek berdasarkan tugas proyek yang diberikan oleh guru.
Peserta didik diberi kesempatan untuk memilih atau
menentukan proyek yang akan dikerjakan baik secara kelompok
ataupun mandiri dengan catatan tidak menyimpang dari tugas
yang diberikan guru.
b. Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek
Peserta didik merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian
proyek dari awal sampai akhir beserta pengelolaannya. Kegiatan
perancang proyek ini berisi aturan main dalam pelaksanaan
tugas proyek, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung tugas
proyek, pengintegrasian berbagai kemungkinan penyelesaian
tugas proyek, dan kerja sama antar anggota kelompok.
c. Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek
Peserta didik di bawah pendampingan guru melakukan
penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancangnya. Berapa
lama proyek itu harus diselesaikan tahap demi tahap.
d. Penyelesaian proyek dengan fasilitas dan monitoring
guru Langkah ini merupakan pengimplementasian rancangan
proyek yang telah dibuat. Aktivitas yang dilakukan dalam
kegiatan proyek di antaranya adalah dengan membaca, meneliti,
observasi, interview, merekam, berkarya seni, mengunjungi
objek proyek, akses internet. Guru bertanggung jawab
memonitor aktivitas peserta didik dalam melakukan tugas
proyek. Pada kegiatan monitoring, guru membuat rubrik yang
akan dapat merekam aktivitas peserta didik dalam
menyelesaikan tugas proyek.
e. Penyusunan laporan dan presentasi atau publikasi hasil
proyek Hasil proyek dalam bentuk produk, baik itu berupa
produk karya tulis, karya seni, atau karya teknologi atau
prakarya dipresentasikan atau dipublikasikan kepada peserta
didik yang lain dan guru atau masyarakat dalam bentuk
pameran produk pembelajaran.
f. Evaluasi proses dan hasil proyek
Guru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran
melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas proyek.
Proses refleksi pada tugas proyek dapat dilakukan secara
individu maupun kelompok. Pada tahap evaluasi, peserta didik
diberi kesempatan mengemukakan pengalamannya selama
menyelesaikan tugas proyek yang berkembang dengan diskusi
untuk memperbaiki kinerja selama menyelesaikan tugas proyek.
Pada tahap ini juga dilakukan umpan balik terhadap proses dan
produk yang telah dihasilkan.
b.3 Tujuan Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Di jelaskan dalam buku Materi Pelatihan Guru
Implementasi Kurikulum 2013 (2014, h. 50), menyatakan bahwa
setiap model pembelajaran pasti memiliki tujuan dalam
penerapannya. Tujuan Project based Learning (PjBL), antara lain:
1) Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan
masalah proyek. 2) Memperoleh kemampuan dan keterampilan
baru dalam pembelajaran. 3) Membuat peserta didik lebih aktif
dalam memecahkan masalah proyek yang kompleks dengan hasil
produk nyata. 4) Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan
peserta didik dalam mengelola bahan atau alat untuk
menyelesaikan tugas atau proyek. 5) Meningkatkan kolaborasi
peserta didik khususnya pada PjBL yang bersifat kelompok.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan
model pembelajaran Project based Learning (PjBL) adalah,
meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
proyek, memperoleh kemampuan lebih dari model yang diterapkan,
membuat siswa manjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran,
mengembangkan dan meningkatkan keterampilan siswa, dan juga
meningkatkan kolaborasi serta interaksi antara siswa satu dengan
siswa lain karena pembelajaran proyek bersifat kelompok atau tim

b.4 Ciri – cirri Model Pembelajaran Berbasis Proyek


Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 (2014,
h. 22) menyebutkan model Project Based Learning memiliki
karakteristik sebagai berikut: 1) peserta didik membuat
keputusan tentang sebuah kerangka kerja; 2) adanya
permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta
didik; 3) peserta didik mendesain proses untuk menentukan
solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan; 4)
peserta didik secara kolaboratif bertanggung jawab untuk
mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan
permasalahan; 5) proses evaluasi dijalankan secara kontinyu;
6) peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas
aktivitas yang sudah dijalankan; 7) produk akhir aktivitas
belajar akan dievaluasi secara kualitatif, dan situasi
pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan
perubahan

b.5 Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis


Proyek
Beberapa kelebihan yang diperoleh dengan
menerapkan model PjBL yakni, model PjBL dapat
meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dan mendorong
mereka untuk melakukan pekerjaan penting, meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah, membuat
siswa lebih aktif dalam menyelasaikan permasalahan yang
kompleks, meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerja
sama, mendorong siswa mempraktikkan keterampilan
berkomunikasi, meningkatkan keterampilan siswa dalam
mengelola sumber daya, memberikan pengalaman kepada
siswa dalam mengorganisasikan proyek, mengalokasikan
waktu, dan mengelola sumber daya seperti peralatan dan
bahan untuk menyelesaikan tugas, memberikan kesempatan
belajar bagi siswa untuk berkembang sesuai kondisi dunia
nyata, selain itu model PjBL melibatkan siswa untuk belajar
mengumpulkan informasi dan menerapkan pengetahuan
tersebut untuk menyelesaikan permasalahan di dunia nyata,
serta membuat suasana belajar menjadi menyenangkan.
b.6 Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis proyek

Sedangkan kelemahan dari penerapan model PBL antara


lain, membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah
dan menghasilkan produk, membutuhkan biaya yang cukup besar,
membutuhkan guru yang terampil, membutuhkan fasilitas,
peralatan, dan bahan yang memadai, selain itu model PjBL tidak
sesuai dengan siswa yang mudah menyerah dan tidak memiliki
pengetahuan serta keterampilan yang dibutuhkan, serta sulit
melibatkan semua siswa dalam kerja kelompok.
c. Fashion Desain / desain mode
Desain mode adalah seni yang merancang dan
membuat pakaian dan aksesoris, termasuk perhiasan, topi, sepatu,
dasi dan ikat pinggang. Mode adalah bidang yang sangat
kompetitif, dengan desainer baru mencoba untuk memasuki pasar
setiap hari. Desain mode yang sukses adalah dapat
mengkombinasikan antara keterampilan dan bakat – ditambah
dengan sedikit keberuntungan. Siswa yang ingin menjadi
perancang busana pasti harus fokus pada pengembangan
keterampilan mereka dengan mendapatkan gelar desain mode
mereka untuk memberi mereka keunggulan atas pesaing mereka.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Berikut data umum mengenai penelitian terdahulu yang dibuat dalam bentuk tabel :

No Penulis dan Judul Variabel Hasil


Tahun
1. Widya sari peningkatan kompetensi X: Siklus I Perencanaan; Dalam tahap
pembuatan rok lipit Penggu menyusun rancangan ini, peneliti
melalui model pembelajaran
Tahun : project based learning naan mempersiapkan semua hal yang
bagi siswa kelas x c tata model dibutuhkan dalam proses
2020 busana smk negeri 4 sukoharjo pembela pembelajaran dan menyiapkan
pada semester 2 tahun instrumen berupa lembar observasi
pelajaran 2018/2019 jaran
project Tindakan; Pelaksanaan tindakan
based kelas siklus pertama dilaksanakan
learning selama 4 jam pelajaran dalam satu
kali pertemuan atau 225 menit.
Y: Observasi; untuk mengetahui hasil
peningk pembuatan rok lipit siswa dengan
atan menggunakan metode project
kompen Based Learning dengan praktik
tansi langsung sebagai acuan. Nilai rata-
rata kompetensi siswa meningkat
pembuat
14% dari nilai rata-rata pra siklus
an rok
yang sebelumnya hanya sebesar
lipit
63,7 menjadi 72,3. Refleksi; sudah
memberikan peningkatan
kompetensi siswa, namun hasil
yang dicapai belum sesuai dengan
yang diharapkan.

Siklus II
Perencanaan;Dalam tahap
perencanaan siklus kedua adalah
merancang tindakan yang akan
dilakukan yang diperbaiki.
Tindakan; dilaksanakan selama 8
jam pelajaran dalam dua kali
pertemuan atau 360 menit.
Observasi; dengan praktik langsung
sebagai acuan. Refleksi; praktik
langsung sebagai media
pembelajaran dalam membuat rok
lipit dapat meningkatkan
kompetensi siswa dan mayoritas
siswa telah mencapai kriteria
ketuntasan minimal dengan
kategori baik.
2. Okta Purna Application of Project Based X : Penerapan Terjadi peningkatan keterampilan
wiraw an Learning Model in Learning Model Project berpikir kritis dan hasil belajar
(2020 )
Digital Based Batik Basic Base Learning siswa
Motives at Vacational High
School. Y : Hasil Belajar

3. Firta Firdauzia Keefektivan Project Based X : Penerapan Terjadi peningkatan kemampuan


Putri (2015) Learning Pada Hasil Belajar Model Project
Siswa Mengambar Busana di Base Learning
SMK Negeri 2 Jepara
Y : Hasil Belajar
4. Tri Yulia Fashion sebagai bentuk X : fashion Penelitian ini dilatarbelakangi oleh
Trisnawati. Ekspresi diri dalam sebagai bentuk adanya fenomena bahwa media
2012. Komunikasi ekspresi sosial Instagram digunakan oleh
Fashion Blogger Indonesia
Y: terutama Olivia Lazuardy untuk
Hasil mengkontruksi personal branding
komuni lewat foto yang diunggah. Hasil
kasi penelitian menunjukan bahwa foto
Instagram Olivia Lazuardy
memiliki tiga tipifikasi tanda yaitu
objek, warna dan komposisi.
C. Kerangka Konseptual
Identifikasi Masalah
(Observasi)

Permasalahan
1. Rendahnya motivasi belajar siswa
2. Siswa belum mampu memecahkan suatu permasalahan
3. Belum maksimalnya penerapan model PJBL

Alternatif Penyelesaian
Penerapan Model PJBL

Tindakan

Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah :


1. Memberikan orientasi masalah pada siswa
2. Membantu mendefinisikan masalah dan mengoorganisasikansiswa dalam
belajar
3. Guru mendorong peserta didik untuk mencari informasi yang sesuai
Model Pembelajaran Berbasis Proyek
4. Mendukung siswa untuk mengembangkan dan menyajikan hasil karya
1. Kelas menjadi aktif
5. Guru membantu siswa melakukan refleksi terhadap hasil
(X)penyelidikan dan
2. Minat belajar
proses pembelajaran yang telah dilakukan
meningkat
3. Daya kreatifitas Hasil Belajar
meningkat
(Y)
BAB III METODE

PENELITIAN

A. Jenis Peneltian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian
tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian
tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru
dikelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat
(Aqib dkk.,2011, hlm. 3).

B. Latar Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMKN 6 Surabaya pada
kelas XI Tata Busana. Penelitian ini dilakukan secara bertahap
dari siklus pertama sampai siklus kedua yang kemudian dilihat
adanya peningkatan hasil belajar siswa sesuai dengan target
yang telah ditentukan.

C. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian menurut Sugiyono (2013:32) subjek
penelitian merupkan suatu atribut atau sifat atau nialai dari
orang, objek atau kegiatan yang memepunyai variable tertentu
yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Subjek
penelitian adalah siswa kelas XI Tata Busana SMKN 6
Surabaya.

D. Data dan Sumber Data


Dilihat dari sumber datanya, pengumpulan data dalam
proposal ini mengunakn sumber primer dan sumber sekunder.
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan
sumber data kepada pengumpul data, sedangkan sumber
sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Dari pengertian diatas sumber data
primer pada penelitian ini adalah observasi keaktifan siswa
tentang pemahaman pembelajaran. Sedangkan untuk sumber
sekunder pada penelitian ini berupa angket mengenai
pembelajaran busana custom made busana pesta.

E. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini terdapat beberapa
tahapan yaitu perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan
(observe), serta refleksi (reflect). Menurut Kemmis dan Mc.
Taggart (dalam Kunandar, 2012, hlm. 70) berpendapat bahwa
“penelitian tindakan kelas dilakukan melaui proses yang
dinamis dan komplementerari yang terdiri dari empat
“momentum” esensial yaitu perencanaan, tindakan, observasi,
dan refleksi”. Berikut langkah – langkah penelitian tindakan
kelas yang dilaksanakan dalam setiap siklus menurut model
Kemmis dan Mc. Taggart :
1. Perencanaan
Tahap pertama dalam pelaksanaan tindakan kelas yang
dilakukan yaitu membuat perencanaan tindakan. Rencana
tindakan dikembangkan secara kritis untuk meningkatkan apa
yang telah terjadi (Kunandar, 2012, hlm. 71). Rencana tindakan
dilaksanakan dengan menentukan langkah-langkah yang akan
dilaksanakan pada saat penelitian berlangsung. Perencanaan
dalam hal ini menggunakan modul ajar sesuai dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan komponen
kolom identitas pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi
ajar (materi pokok), metode pembelajaran, langkah-langkah
pembelajaran, alat bahan/ sumber belajar, dan penilaian
(Mendiknas, 2011, hlm. 20). Selain itu mempersiapkan media,
alat dan bahan, instrumen observasi, evaluasi, dan refleksi.
2. Pelaksanaan
Rencana yang telah disusun, selanjutnya diujicobakan
secara sadar dan terkendali dalam tahap pelaksanaan sesuai
dengan langkah yang telah dibuat sebelumnya, yaitu langkah-
langkah pembelajaran dengan mengimplementasikan model
PJBL (Project Based Learning) sebagai model pembelajaran
bagi siswa dalam di dalam kelas.
3. Observasi
Tahap selanjutnya yaitu observasi terhadap tindakan yang
sedang dan sudah dilaksanakan. Observasi dapat dilakukan oleh
pihak lain yang telah diberi tugas oleh peneliti untuk hal itu
disebut observer. Observasi ini dilaksanakan untuk mengetahui
sejauhmana pelaksanaan tindakan yang sebenarnya terjadi di
lapangan khususnya dalam proses pembelajaran dan
peningkatan kemampuan. dengan perencanaan yang telah
disusun sehingga dapat terlihat pengaruh dari model yang
diimplementasikan. Peneliti melakukan observasi terhadap
keatifan siswa dan kegiatan guru selama pelaksanaan
pembelajaran dengan model pembelajaran Project Based
Learning.
4. Refleksi
Tahap yang terakhir dalam penelitian tindakan kelas adalah
refleksi dengan kegiatan yang meliputi analisis dan interpretasi
data, serta evaluasi yang diperoleh melalui observasi. Data-data
yang sudah terkumpul pada saat observasi dianalisis, dikaji dan
diinterpretasi sehingga dapat dicari solusi yang lebih efektif
agar terjadi peningkatan. Hasil refleksi kemudian dibuat
perencanaan untuk tindakan pada siklus selanjutnya.

F. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Observasi
Observasi atau pengamatan berjalan bersamaan dengan saat
pelaksanaan. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar
observasi keaktifan siswa yang telah dipersiapkan. Observasi
keaktifan siswa meliputi: memperhatikan pelajaran (visual
activities), berdiskusi (oral activities), mendengarkan materi
yang disampaikan (listening activities), mencatat materi (writing
activities), menggambar (drawing activities), melakukan praktik
menggunakan aplikasi corel draw X3 dan internet (motor
activities), menanggapi masalah masalah dalam pelajaran
maupun presentasi (mental activities), sikap selama pelajaran
(emotional activities).
2. Tes
Soal tes yang telah dibuat diberikan kepada siswa
kemudian diselesaikan secara individu. Tes dilaksanakan pada
setiap awal siklus (pre test) dan akhir siklus (post test).

G. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis deskriptif. Sedangkan untuk mengukur prestasi
belajar siswa menggunakan sistem nilai rata-rata kelas pada
hasil evaluasi tiap siklus. Analisis Hasil Evaluasi menggunakan
sistem nilai rata- rata kelas yaitu:
Siklus I = Nilai Rata – rata Kelas

Nilai Rata – rata = jumlah niali@ siswa


Jumlah
siswa
Perhitungan nilai rata-rata kelas ini digunakan untuk setiap
hasil evaluasi pada tiap siklus dan juga untuk mengukur
seberapa besar peningkatan prestasi belajar siswa.
Data hasil belajar siswa berupa tes akan dianalisis dengan
menggunakan skor yang berdasarkan penilaian acuan patokan,
dihitung berdasarkan skor maksimal
yang mungkin dicapai oleh siswa. Nilai yang diperoleh
dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu sangat tinggi,
tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.
Pada setiap siklus akan dilihat persentase peningkatan hasil
belajar siswa, baik peningkatan nilai rata-rata kelas, maupun
peningkatan nilai yang dicapai oleh masing-masing siswa. Hal
itu dapat dilihat dari peningkatan persentase penguasaan dan
kategori hasil belajar siswa.

H. Evaluasi
Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan
oleh peneliti untuk mempermudah pengumpulan data, data keterampilan
berpikir peserta didik diperoleh menggunakan instrumen tes, dan respon
peserta didik terhadap proses pembelajaran menggunakan model PjBL
melalui pembuatan desain diperoleh menggunakan instrumen angket.
1. Tes sebelum
Tes kemampuan pembuatan desain dari 8 pertanyaan dengan
4 indikator yakni kelancaran, keluwesan, keaslian dan merinci,
dengan kisi-kisi soal sebagai berikut :

Variabel indikator Sub-indikator No.


penelitian Item
Kemampuan Kelancaran Menjawab dengan sejumlah 1
pembuatan (fluency) jawaban jika ada pertanyaan
desain Mempunyai banyak gagasan 5
mengenai suatu masalah
Keluwesan Menggolongkan hal hal menurut 2
(flexibility) pembagian (kategori) yang
berbeda beda
Jika diberikan suatu masalah 6
memikirkan macam macam cara
yang berbeda untuk
menyelesaikanya
Keaslian Setelah membaca atau 3 dan 7
(originality) mendengar gagasan, bekerja
untuk menemukan
penyelesaian yang baru.

Merinci Mencari arti yang lebih 4 dan 8


(Elaboratio mendalam terhadap jawaban
n) atau pemecahan masalah
dengan melakukan langkah
langkah yang terperinci.
2. Angket Respon Peserta Didik

Angket terdiri dari 36 pertanyaan dengan 6 sub-indikator


yaitu untuk mengetahui respon peserta didik dalam
menentukan proyek, merancang langkah langkah
penyelesaian proyek, menyusun jadwal pelaksanaan proyek,
menyelesaikan proyek dengan fasilitasi dan monitoring guru,
menyusun laporan dan presentasi hasil proyek serta
mengevaluasi proses dan hasil proyek

Variabel indikator Sub indikator Item soal


penelitian Positif negatif
Model Pelaksanaan Menentukan proyek 1,3 2,4
PjBL model PjBL Merancang langkah- 5,7 6,8
melalui melalui langkah penyelesaian
pembuatan pembuatan proyek
desain desain Menyusun jadwal 9,11 10,12
pelaksanaan proyek
Menyelesaikan proyek 13,15,17 14,16,1
dengan fasilitas dan ,19 8,20
monitoring guru
Menyusun laporan dan 21,23,25 22,24,2
presentasi atau ,27 6,28
publikasi hasil proyek
Mengevaluasi proses 29,31,33 30,32,3
dan hasil proyek ,35 4,36

I. Refleksi
Untuk mengetahui apakah instrumen penelitian ini dapat digunakan
dalam penelitian, maka instrumen penelitian ini akan diuji terlebih dahulu.
Agar dapat diperoleh data yang valid dan reliabel

1. Uji validitas
Uji validitas instrumen digunakan untuk mengetahui apakah instrumen
yang digunakan dalam penelitian layak atau tidak untuk diberikan kepada
peserta didik. Adapun rumusan yang digunakan yaitu:

Keterangan :
rxy : Angka indeks korelasi “r” product moment
N : Jumlah peserta didik
ΣXY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
ΣX : Jumlah seluruh skor X
ΣY : Jumlah seluruh skor Y53

Adapun kriteria interpretasi korelasi product moment:


0,91 - 1,00 : Sangat tinggi
0,71- 0,90 : Tinggi
0,41 – 0,70 : Sedang
0,21 – 0,40 : Rendah
0,00 – 0,20 : Sangat rendah

Anda mungkin juga menyukai