Anda di halaman 1dari 10

NAMA : Reza Medi Yanti

NIM : 1612230042

RESUME
Model Model Pembelajaran
Berserta Langka - hlangkanya (Sintak)

1. Model pembelajaran berbasi proyek

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola atau suatu desain
yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang
memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada
diri siswa dalam proses digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
di kelas atau pembelajaran dalam tutorial (Trianto, 2011: 51). Model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Adapun Soekamto, dkk (dalam
Nurulwati, 2000: 10) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
aktivitas belajar.

Menurut Khabibah (dalam Trianto, 2006: 27), bahwa untuk melihat tingkat
kelayakan suatu model pembelajaran untuk aspek validitas dibutuhkan ahi dan praktisi
untuk memvalidasi model pembelajaran yang dikembangkan. Sedangkan untuk aspek
kepraktisan dan efektivitas diperlukan suatu perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
Sehingga untuk melihat kedua aspek ini perlu dikembangkan suatu perangkat
pembelajaran untuk suatu topik tertentu yang sesuai dengan mode pembelajaran yang
dikembangkan.

Project based learning adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang
inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks
(Cord, 2001; Thomas, Mergendoller, & Michaelson, 1999; Moss, Van-Duzer, Carol,
1998). Project based learning berfokus pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama
(central) dari suatu disiplin, melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan
tugas-tugas bermakna lainya, memberi peluang bagi siswa untuk bekerja secara otonom
mengkonstruk belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa
bernilai, dan realistik (Okudan. Gul E. dan Sarah E. Rzasa, 2004).
Berbeda dengan model-model pembelajaran tradisional yang umumnya bercirikan
praktik kelas yang berdurasi pendek, terisolasi/lepas-lepas, dan aktivitas pembelajaran
berpusat pada dosen, maka model project based learning lebih menekankan pada kegiatan
belajar yang relatif berdurasi panjang, holistik-interdisipliner, perpusat pada pebelajar, dan
terintegrasi dengan praktik dan isu-isu dunia nyata. Dalam project based learning siswa
belajar dalam situasi problem yang nyata, yang dapat melahirkan pengetahuan yang
bersifat permanen dan mengorganisir proyek-proyek dalam pembelajaran (Thomas, 2000).

Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu pendekatan pendidikan yang efektif


yang berfokus pada kreatifitas berfikir, pemecahan masalah, dan interaksi antara siswa
dengan kawan sebaya mereka untuk menciptakan dan menggunakan pengetahuan baru.

Dari pendapat di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa Project Based Learning
ialah proses pembelajaran yang secara langsung melibatkan siswa untuk menghasilkan
suatu proyek. Pada dasarnya model pembelajaran ini lebih mengembangkan keterampilan
memecahkan dalam mengerjakan sebuah proyek yang dapat menghasilkan sesuatu. Dalam
implementasinya, model ini memberikan peluang yang luas kepada siswa untuk membuat
keputusan dalam memiliki topik, melakukan penelitian, dan menyelesaikan sebuah proyek
tertentu. pembelajaran dengan menggunakan proyek sebagai metoda pembelajaran. Para
siswa bekerja secara nyata, seolah-olah ada di dunia nyata yang dapat menghasilkan produk
secara realistis.

Tujuan Model Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran berbasis proyek adalah penggerak yang unggul untuk membantu


siswa belajar melakukan tugas-tugas autentik dan multidisipliner, menggunakan sumber
yang terbatas secara efektif dan bekerja dengan orang lain. Pengalaman di lapangan baik
dari guru maupun siswa bahwa pembelajaran berbasis proyek menguntungkan dan efektif
sebagai pembelajaran, selain itu memiliki nilai tinggi dalam peningkatan kualitas belajar
siswa. Hasnawati (2015) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran berbasis proyek adalah
sebagai berikut:

a. memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran.


b. meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah proyek.
c. membuat siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah proyek yang kompleks dengan
hasil produk nyata berupa barang atau jasa.
.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran berbasis proyek


adalah membantu siswa agar dapat meningkatkan kreativitas dan motivasi siswa baik dari
segi kualitas maupun kuantitas. Pembelajaran berbasis proyek merupakan metode
pembelajaran yang berfokus pada siswa dalam kegiatan pemecahan masalah terkait dengan
proyek dan tugas-tugas bermakna lainnya.
. Kekuatan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran berbasis proyek menjadi salah satu alternatif yang ditawarkan dalam
kurikulum 2013. Ada banyak macam proyek yang dapat dilakukan oleh guru dan siswa.
Proyek dapat meningkatkan ketertarikan siswa karena keterlibatan siswa dalam
memecahkan masalah autentik, bekerja sama dengan kelompok, dan membangun solusi
atas masalah yang nyata. Proyek masih dianggap memiliki potensi untuk meningkatkan
pemahaman secara mendalam karena siswa perlu mendapatkan dan menerapkan informasi,
konsep, dan prinsip-prinsip selama pembelajaran. Siswa pun memiliki potensi untuk
meningkatkan kompetensi dalam berpikir (belajar dan metakognisi) karena siswa
ditugaskan untuk memformulasi rencana, kemajuan dan mengevaluasi solusi.

Berdasarkan pendapat para ahli kelemahan model Project Based Learning di atas,
maka dapat kita simpulkan kelemahan dari model ini adalah memerlukan banyak waktu
dalam proses pembelajaran, guru harus selalu memantau setiap aktivitas siswa jadi
aktivitas guru harus lebih extra kerja keras dalam mengawasi pada setiap aktivitas siswa.

Karakteristik Model Project Based Learning

Dibandingkan dengan model lain, model pembelajaran berbasis proyek mampu


meningkatkan kualitas pembelajaran siswa dalam materi tertentu dan menjadikan siswa
mampu mengaplikasikan satu pengetahuan tertentu dalam konteks tertentu (Doppelt, 2005:
10). Siswa harus terlibat secara kognitif dalam proyek selama waktu tertentu. Model
pembelajaran berbasis proyek pun melibatkan proses inquiry dan dapat memotivasi siswa
secara kuat karena adanya pameran. Model pembelajaran berbasis proyek dapat
meningkatkan semangat untuk belajar antara siswa dan para pengajar. Juga memunculkan
banyak keterampilan (seperti manajemen waktu, berkolaborasi dan pemecahan masalah).
Siswa pun belajar untuk menyesuaikan dengan berbagai macam kemampuan siswa dan
kebutuhan belajar.

Model pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang


diorientasikan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan belajar para siswa
melalui serangkaian kegiatan merencanakan, melaksanakan penelitian, dan menghasilkan
produk tertentu yang dibingkai dalam satu wadah berupa proyek
pembelajaran.Berdasarkan pengertian ini, MPBP dirancang untuk digunakan pada
permasalahan kompleks yang menghendaki peserta didik melakukan investigasi untuk
memahaminya.

Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran berbasis proyek dapat diidentifikasi melalui ciri-cirinya, pembelajaran


berbasis proyek merupakan pembelajaran yang meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
melalui pembuatan produk. Produk yang dibuat dengan serangkaian kegiatan perencanaan,
pencarian, kolaborasi. menguraikan lima kriteria pokok dari suatu pembelajaran berbasis proyek.
Kriteria ini bukan merupakan definisi dari pembelajaran berbasis proyek, tetapi didesain untuk
menjawab pertanyaan “apa yang harus dimiliki proyek agar dapat digolongkan sebagai
pembelajaran berbasis proyek?”. Lima kriteria itu adalah keberpusatan (centrality), berfokus pada
pertanyaan atau masalah (driving question), investigasi konstruktif (constructive investigation) atau
desain, otonomi siswa (autonomy), dan realisme (realism). Kriteria-kriteria ini dapat dijadikan
sebagai prinsip-prinsip pembelajaran berbasis proyek.

Sintaks Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran Berbasis Proyek secara umum memiliki pedoman langkah: planning


(perencanaan), creating (mencipta atau implementasi), dan processing (pengolahan)
(Munandar, 2009). Ketiga langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Proyek menurut Kementerian Pendidikan


dan Kebudayaan, (2014: 34) yaitu :

Fase 1 : Penentuan pertanyaan mendasar (start with essential question)


Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi
penugasan siswa dalam melakukan suatu aktivitas. Pertanyaan disusun dengan mengambil
topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi
mendalam. Pertanyaan yang disusun hendaknya tidak mudah untuk dijawab dan dapat
mengarahkan siswa untuk membuat proyek. Pertanyaan seperti itu pada umumnya bersifat
terbuka (divergen), provokatif, menantang, membutuhkan keterampilan berpikir tingkat
tinggi (high order thinking), dan terkait dengan kehidupan siswa. Guru berusaha agar topik
yang diangkat relevan untuk para siswa.

Fase 2 : Menyusun perencanaan proyek (design project)


Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa. Dengan demikian siswa
diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan
main, pemilihan kegiatan yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan penting,
dengan cara mengintegrasikan berbagai materi yang mungkin, serta mengetahui alat dan
bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

Fase 3 : Menyusun jadwal (create schedule)


Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal kegiatan dalam menyelesaikan
proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: membuat jadwal untuk menyelesaikan proyek,
(2) menentukan waktu akhir penyelesaian proyek, (3) membawa siswa agar merencanakan
cara yang baru, (4) membimbing siswa ketika mereka membuat cara yang tidak
berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta siswa untuk membuat penjelasan (alasan)
tentang cara pemilihan waktu. Jadwal yang telah disepakati harus disetujui bersama agar
guru dapat melakukan monitoring kemajuan belajar dan pengerjaan proyek di luar kelas.

Fase 4 : Memantau siswa dan kemajuan proyek (monitoring the students and progress of
project)
Guru bertanggung jawab untuk memantau kegiatan siswa selama menyelesaikan proyek.
Pemantauan dilakukan dengan cara memfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan kata
lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah proses
pemantauan, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan kegiatan yang penting.
.
Fase 5 : Penilaian hasil (assess the outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar
kompetensi, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa, memberi
umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu guru dalam
menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
.
Fase 6 : Evaluasi Pengalaman (evaluation the experience)
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan dan
hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun
kelompok. Pada tahap ini siswa diminta untuk mengungkapkan perasaan dan
pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Guru dan siswa mengembangkan diskusi
dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya
ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan
pada tahap pertama pembelajaran.

2. Model Pembelajaran Grub Investigasion


Group Investigation merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi)
pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku
pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan,
baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe
ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi
maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation dapat melatih
siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif
dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
Dalam metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian
atau enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of
the learning group, (Udin S. Winaputra, 2001:75). Penelitian di sini adalah proses dinamika
siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut.
Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang
menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan
pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui proses saling beragumentasi.
Langkah-langkah penerapan metode Group Investigation, (Kiranawati (2007), dapat
dikemukakan sebagai berikut:

1. Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang
biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan
menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang
beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis
kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
2. Merencanakan kerjasama
Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas
dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih
dari langkah 1 diatas.
3. Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah 2.
pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang
luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat
di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap
kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
4. Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada
langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang
menarik di depan kelas.
5. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik
yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu
perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
6. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok
terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa
secara individu atau kelompok, atau keduanya.

3. Model pembelajaran Learning cycle

Menurut Renner pembeajaran bersiklus atau Learning Cycle adalah suatu model pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student centered). Ciri khas model pembelajaran Learning Cycle ini adalah setiap
siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan guru yang kemudian hasil
belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan oleh anggota kelompok, dan semua
anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
Siklus belajar merupakan suatu pengorganisasian yang memberikan kemudahan untuk penguasaan
konsep-konsep baru dan untuk menata ulang pengetahuan mahasiswa, (Santoso, 2005:34).
Menurut Ali (1993) siklus belajar adalah proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat rangkaian
kegiatan yang dilakukan secara tepat dan teratur.
Sementara Aksela (2005) menyatakan dalam siklus belajar suatu pengetahuan tidak dapat dipindahkan
begitu saja dari otak seorang dosen ke otak mahasiswanya.
Rapi (2008) menyatakan bahwa model pembelajaran siklus belajar/ Learning cycle dapat meningkatkan
sikap ilmiah siswa karena model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengkontruksi pengetahuan yang dimiliki serta mengaitkan konsep-konsep yang sudah dipahami dengan
konsep-konsep yang akan dipelajari sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna

Tabel 1 Sintaks Learning Cycle 5E Model

Fase Kegiatan Pembelajaran


1. Guru memusatkan perhatian siswa.
2. Guru membangkitkan minat, motivasi, dan keingintahuan
siswa mengenai materi yang akan dipelajari.
Engagement
3. Guru memfasilitasi siswa dalam menggali pengetahuan awal
melalui pemberian pertanyaan atau masalah yang terkait
dengan materi yang akan dipelajari.
1. Guru membagikan LKS, memberikan suatu permasalahan
untuk dicari solusinya oleh siswa.
2. Siswa membentuk kelompok untuk melakukan diskusi
mengenai permasalahan yang diajukan oleh guru, mencari
Eksploration
solusi/jawaban untuk permasalahan tersebut, melakukan
praktikum, melakukan pengujian hipotesis, serta melaku-kan
pengumpulan data/informasi.
3. Guru berperan sebagai fasilitator, memberikan bimbingan
seperlunya kepada siswa.

1. Siswa melakukan diskusi kelompok untuk menganalisis


data/informasi yang dikumpulkan dari kegiatan pada fase
sebelumnya
2. Siswa menjelaskan konsep, informasi, pengetahuan yang
mereka peroleh dari kegiatan pada fase sebelumnya dengan
Explanation
menggunakan kata-kata mereka sendiri.
3. Guru memberikan klarifikasi terhadap hasil diskusi siswa.
4. Guru membantu siswa untuk menemukan kembali informasi
yang hilang atau mengganti informasi yang salah dengan yang
baru.
1. Siswa mengaplikasikan konsep, informasi, pengetahuan, dan
keterampilan yang mereka peroleh pada fase sebelumnya ke
Elaboration
dalam situasi atau masalah yang baru yang penyelesaiannya
memerlukan penjelasan yang identik atau mirip.
2. Siswa menerapkan pemahaman konsep mereka dengan
melakukan kegiatan tambahan
1. Guru melakukan umpan balik dengan memanggil kembali ide-
ide, pengetahuan atau keterampilan siswa yang telah dipelajari.
Evaluation Umpan balik dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa terhadap topik yang telah mereka pelajari
2. Guru melakukan evaluasi/penilaian hasil belajar.

Berdasarkan pada sintaks model learning cycle 5E, proses pembelajaran yang dilakukan bukan
lagi sekadar transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan proses perolehan konsep
yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Model learning
cycle 5E menekankan kepada peran siswa sebagai pusat pembelajaran dan sebagai knowledge self-
making (Budprom et al., 2010). Qarareh (2012) menyatakan model learning cycle 5E mampu
menciptakan sebuah pembelajaran bermakna yang dapat meningkat-kan prestasi belajar siswa,
motivasi belajar siswa, serta membantu mereka untuk belajar secara aktif. Soomro et al (2010)
juga menyatakan model learning cycle 5E efektif digunakan untuk meningkatkan pemahaman dan
prestasi belajar siswa, membantu siswa menikmati sains, mengerti materi, dan
mengaplikasikannya dalam situasi ilmiah.

4. Model pembelajaran STM


Model pembelajaran STM merupakan salah satu model dalam pembelajaran Sains
di sekolah. Sasaran yang ingin dicapai melalui pendekatan STM adalah meningkatkan
minat siswa terhadap Sains serta membentuk pribadi siswa yang literasi sains dan
teknologi. Melalui model pembelajaran STM, para siswa sebagai warga masyarakat
diharapkan lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosialnya. Model
pembelajaran STM merupakan “perekat” yang mempersatukan sains, teknologi, dan
masyarakat (Rustum Roy, 1983). Pengajaran Sains akan lebih bermakna jika konsep-
konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori Sains dikemas dalam kerangka yang bertalian
dengan teknologi dan masyarakat.
Hubungan antara teknologi dan masyarakat adalah sebagai berikut. Daya cipta
individu merupakan sesuatu yang esensial dalam inovasi teknologi. Kekuatan sosial dan
ekonomi masyarakat sangat mempengaruhi jenis teknologi yang dipilih. Teknologi juga
dipengaruhi oleh sejarah dan budaya masyarakat. Di sisi lain, secara historis, beberapa teori
sosial berkeyakinan bahwa perkembangan teknologi akan menyebabkan perubahan sosial.
Teknologi menimbulkan perubahan pola hidup, politik, religius, dan kesejahteraan umat
manusia. Jadi, terdapat hubungan timbal balik antara teknologi dan masyarakat.
Hubungan antara sains dan masyarakat adalah sebagai berikut. Produk-produk
sains memberi kontribusi bagi kesejahteraan umat manusia. Sains sebagai proses,
memberikan manusia kapasitas berpikir untuk memecahkan masalah. Sebaliknya,
kebutuhan manusia baik sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat, memberi
dorongan dan picu yang kuat bagi perkembangan sains.
Sintak Model Pembelajaran STM

FASE-FASE AKTIVITAS MENGAJAR


Fase 1 (Invitasi)
 Menggali isu atau masalah lebih dahulu  Guru menyampaikan pertanyaan-pertanyaan
dari peserta didik yang efektif agar siswa termotivasi

 Guru memberikan resfek positif bagi siswa


 Menghubungkan pembelajaran baru yang berusaha untuk menjawab
dengan pembelajaran sebelumnya
 Guru menjelaskan materi pokok dan
 Mengidentipikasi isu atau masalah dalam manfaat praktis yang akan didapat
masyarakat yang berkaitan dengan topik
yang dibahas
Fase 2 (Eksplorasi)  Guru membagi siswa menjadi beberapa
 Merancang dan melakukan kegiatan kelompok
eksperimen atau percobaan untuk
mengumpulkan data  Guru memberikan siswa untuk
 Berlatih keterampilan proses sains melakukan eksperimen untuk mendapatkan
 Mengasah kerja ilmiah dan sikap ilmiah penjelasan dan pemecahan masalah,
 Diskusi kelompok untuk menghasilkan kemudian melaporkan hasil pengamatannya
kesimpulan untuk disimpulkan

Fase 3
(Pengajuan Eksplanasi dan solusi)  Guru langsung mengajak siswa untuk
 Siswa membangun sendiri konsep mendiskusikan hasil pengamatan kemudian
 Siswa berdiskusi diaplikasikan pada situasi lain
 Guru memperhatikan hasil kegiatan seluruh
 Solusi masalah yang dihadapi masyarakat kelompok
terkait materi yang diperoleh siswa semata-  Guru mencermati kembali kegiatan siswa
mata berdasarkan informasi dari kegiatan apabila ada kelompok yang menghasilkan
eksplorasi kesimpulan yang bias
 Guru memberikan rangkuman atau ulasan
tentang konsep-konsep yang benar diantara
peserta didik

Fase 4
Tindak Lanjut  Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan
 Menjelaskan fenomena alam berdasarkan yang bersifat konseptual.
konsep yang disusun
 Menjelaskan berbagai aplikasi untuk
memberikan makn Refleksi pemahaman
konsep

Anda mungkin juga menyukai