Anda di halaman 1dari 14

PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

(Project Based Learning)

Disusun Oleh :

NAMA : SARIPAHYANI SIREGAR (8216121003)

ELLYZA MAULISA (8216121004)

ANGELINA K SINAGA (8216121005)

HIKMAH HAFIDZA (8216121006)

KELAS : I-A

MATA KULIAH : LKTP


DOSEN PENGAMPU : PROF. DR. HARUN SITOMPUL, M.Pd

TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PASCASARJANA
UNIVERSITASA NEGERI MEDAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Budaya Nomor 65 tahun 2013


tentang Standar Proses dinyatakan bahwa karakteristik Pembelajaran pada setiap
satuan pendidikan terkait erat pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi.
Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran
pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual
tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat
kompetensi dan ruang lingkup materi. Sasaran pembelajaran mencakup
pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi
untuk setiap satuan pendidikan.
Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya
kontekstual baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan
menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis proyek
(Project Based Learning).
Project Based Learning (Pembelajaran berbasis proyek) adalah kegiatan
lapangan yang memenuhi Contextual Teaching Learning (CTL), karena siswa
belajar langsung di lapangan dengan memadukan konsep ilmu dan pengetahuan
yang diterima di kelas dengan penerapannya dalam kehidupan. Kegiatan PBL
dapat memadukan berbagai disiplin ilmu baik dalam kelompok MIPA, IPS,
maupun BAHASA secara terpadu bahkan dengan kelompok seni.
Sehubungan dengan itu, maka perlu pemahaman tentang konsep atau definisi
model pembelajaran berbasis proyek, ciri - ciri atau karakteristik model
pembelajaran berbasis proyek, langkah - langkah pembelajaran berbasis proyek
serta kelebihan dan penerapan model berbasis proyek.
B. Rumusan Masalah

Dalam penulisan makalah ini penulis mengangkat beberapa masalah, diantaranya :

1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran berbasis proyek atau project based

learning ?

2. Apa Tujuan dari pembelajaran berbasis proyek ?

3. Apa saja karakteristik dari pembelajaran berbasis proyek ?

4. Apa saja langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek ?

5. Apa saja keuntungan dan kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Memahami pengertian pembelajaran berbasis proyek atau project based


learning
2. Untuk memahami tujuan dari pembelajaran berbasis proyek
3. Untuk memahami karakteristik dari pembelajaran berbasis proyek ?
4. Untuk memahami langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran berbasis
proyek ?
5. Untuk mengetahui keuntungan dan kelemahan dari pembelajaran berbasis
proyek ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) merupakan


metode belajar yang sistematis, yang melibatkan mahasiswa dalam belajar
pengetahuan dan keterampilan melalui proses pencarian / penggalian (inkuiri)
yang panjang dan terstruktur terhadap pertanyaan yang otentik dan kompleks
serta tugas dan produk yang dirancang dengan sangat hati - hati
(Widiyatmoko, 2012).
Menurut Nurhadi dalam Dwijananti (2010) Problem Based Instruction
adalah suatu metode atau pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah
kondisi nyata sebagai suatu konteks bagi mahasiswa untuk belajar tentang
cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang essensial dari materi pelajaran.
Menurut Punawan dalam Samti (2012) Project Based Learning (PJBL)
adalah sebuah model pembelajaran dimana peserta didik dilibatkan langsung
dalam memecahkan permasalahan yang ditugaskan, mengijinkan para peserta
didik untuk aktif membangun dan mengatur pembelajarannya, dan dapat
menjadikan peserta didik yang realistis.
Project based learning lebih menekankan pada peningkatan
kemampuan analytical and critical thinking siswa. Explorative, team work
and communication skills merupakan landasan untuk berkembangnya kedua
skills tersebut. Skills tersebut juga merupakan landasan siswa sebagai long
live learners. Dalam model pembelajaran ini, sekelompok siswa diminta
untuk mengerjakan suatu project dengan oucome jelas adalah skills tersebut.
Guru bertindak sebagai supervisor / facilitator, memberikan feedback secara
bertahap, menilai proses dengan kisi - kisi penilaian terkait dengan
penumbuhan skills tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pembelajaran berbasis proyek adalah satu usaha untuk menciptakan
pembelajaran baru yang merefleksikan aspek lingkungan tempat mahasiswa
berada dan belajar. Dengan proyek yang diberikan dapat terjadi
pengembangan proses inkuiri dalam berbagai aspek dari topik-topik bersifat
nyata yang merupakan ketertarikan dari mahasiswa.

B. Tujuan Project Based Learning (PJBL)


Menurut Punawan dalam Samti (2012) Project Based Learning
(PJBL) adalah sebuah model pembelajaran dimana peserta didik dilibatkan
langsung dalam memecahkan permasalahan yang ditugaskan, mengijinkan
para peerta didik untuk aktif membangun dan mengatur pembelajarannya,
dan dapat menjadikan peserta didik yang realistis. Dengan pembelajaran
model PJBL dapat menuntun siswa untuk lebih mandiri, mengaktalissasikan
ketrampilan yang dimilikinya, mengembangkan pengetahuan dan penguasaan
konsep berdasarkan pengalaman belajar yang dimilikinya, juga bersosialisasi
dengan teman dan lingkungannya.

C. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek


Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang
inovatif dan lebih menekankan pada belajar kontekstual melalui kegiatan-
kegiatan yang kompleks. Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi
yang besar untuk memberi pengalaman belajar yang lebih menarik dan
bermakna bagi siswa.
Dalam santi (2012), Global School Net (2000) melaporkan hasil
penelitian the AutoDesk Foundation tentang karakteristik Project Based
Learning. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa Project Based
Learning adalah pendekatan pembelajaran yang memiliki karakteristik
sebagai berikut :
a. Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja,
b. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta
didik,
c. Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas
permasalahan atau tantangan yang diajukan,
d. Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk
mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan
permasalahan,
e. Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu,
f. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang
sudah dijalankan, produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi
secara kualitatif,
g. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan
perubahan

D. Langkah - Langkah Pelaksanaan PJBL


Langkah - langkah pembelajaran dalam Project Based Leraning
sebagaimana yang dikembangkan oleh The George Lucas Educational
Foundation (2005) dalam Samti 2012 terdiri dari :

a. Start With the Essential Question


Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan
yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu
aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan
dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar
topik yang diangkat relefan untuk para peserta didik (The George Lucas
Educational Foundation : 2005).
b. Design a Plan for the Project
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan
peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa
“memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main,
pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan
esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin,
serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu
penyelesaian proyek (The George Lucas Educational Foundation : 2005).

c. Create a Schedule
Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal
aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:
1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek,
2) membuat deadline penyelesaian proyak,
3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru,
4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak
berhubungan dengan proyek, dan
5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang
pemilihan suatu cara (The George Lucas Educational Foundation :
2005).

d. Monitor the Students and the Progress of the Project


Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap
aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring
dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses.
Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta
didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang
dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting (The George Lucas
Educational Foundation : 2005).

e. Assess the Outcome


Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur
ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan
masingmasing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat
pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam
menyusun strategi pembelajaran berikutnya (The George Lucas
Educational Foundation : 2005).
f. Evaluate the Experience
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik
melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah
dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun
kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan
perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan
peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja
selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu
temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan
pada tahap pertama pembelajaran (The George Lucas Educational
Foundation : 2005, dalam Samti, 2012).

Tahap pertama sintak pembelajaran Project Based Learning adalah


“Starts With the Essential Question”. Pembelajaran diawali dengan suatu
pertanyaan esensial. Pertanyaan ini bisa muncul dari guru ataupun dari siswa atau
kolaborasi antara keduanya. Pertanyaan esensial inilah yang akan menjadi sentral
dalam Project Based Learning. Essential question pada Project Based Learning
dapat disetarakan dengan scientific question pada Scientific Method. Proses
Scientific Method juga diawali dengan munculnya suatu pertanyaan ilmiah.
Dengan demikian, tahap pertama sintak pembelajaran Project Based Learning
dapat menfasilitasi tahap pertama proses Scientific Method, yaitu “membuat
pertanyaan ilmiah”.
Tahap kedua sintak pembelajaran Project Based Learning adalah
“Design a Plan for the Project”. Pada tahap ini, siswa bersama-sama guru secara
kolaboratif merencanakan sebuah proyek untuk menyelesaikan pertanyaan yang
telah dirumuskan pada tahap pertama. Agar tepat dalam mendesain proyek, maka
dilakukan penggalian informasi yang terkait dengan pertanyaan. Proses ini
dilakukan melalui bertanya kepada narasumber, diskusi dengan guru atau siswa
lain, kajian literatur berupa buku maupun searching di internet. Apabila informasi
sudah cukup, maka dengan mudah siswa secara kolaboratif dapat merancang suatu
proyek. Aktivitas “Design a Plan for the Project” pada Project Based Learning,
dengan demikian dapat disetarakan dengan aktivitas ”melakukan kajian teoritis
(research)”, dan ”mengkonstruksi hipotesis” yang merupakan langkah kedua dan
ketiga dalam Scientific Method. Hal ini dikarenakan pada tahap “Design a Plan
for the Project”, siswa mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai sumber.
Aktivitas ini setara dengan aktivitas ”melakukan kajian teoritis (research)” pada
Scientific Method. Setelah informasi terkumpul, siswa membuat dugaan-dugaan
sebagai jawaban sementara atas pertanyaan pada tahap sebelumnya, sehingga
mampu mendesain suatu proyek dengan lebih akurat. Aktivitas tersebut
merupakan bagian dari aktivitas ”mengkonstruksi hipotesis” pada Scientific
Method.
Tahap ketiga dan keempat sintak pembelajaran Project Based Learning
adalah “Creates a Schedule” dan “Monitor the Students and the Progress of the
Project”. Pada tahap ini, siswa membuat jadwal pelaksanaan proyek dan sekaligus
menjalankan proyek di bawah monitor guru. Inti pelaksanaan proyek dilakukan
pada tahap ini. Siswa melakukan observasi dan atau eksperimen dengan cara yang
telah didesain pada tahap sebelumnya. Dengan demikian, tahap ketiga dan
keempat Project Based Learning merupakan pelaksanaan tahap keempat Scientific
Method, yaitu “menjalankan observasi dan atau eksperimen”.
Tahap kelima sintak pembelajaran Project Based Learning adalah Assess
the Outcome. Outcome dapat dimaknai sebagai keseluruhan hasil (produk) selama
aktivitas menjalankan proyek. Dengan demikian, tahap ini dilakukan setelah
proyek selesai dijalankan. Outcome dinilai untuk membantu guru dalam
mengukur ketercapaian standar kompetensi, mengetahui kemajuan masing-masing
siswa, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai
siswa, dan membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
Penilaian terhadap outcome dengan demikian merupakan aktivitas menganalisis
produk dari proyek yang sudah dijalankan siswa. Apakah hasil observasi dan atau
eksperimen sudah dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan yang
dimunculkan pada bagian awal pembelajaran? Jika sudah, maka siswa telah
mampu menyimpulkan inti persoalan adanya proyek. Assess the Outcome, dengan
demikian dapat disetarakan dengan aktivitas “menganalisis data dan membuat
kesimpulan” yang merupakan tahap kelima dari Scientific Method.
Tahap keenam sintak pembelajaran Project Based Learning adalah
Evaluate the Experiences. Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa
melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan.
Pada tahap ini, siswa diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya
selama menyelesaikan proyek. Guru dan siswa mengembangkan diskusi dalam
rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran sehingga pada akhirnya
ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang
diajukan pada tahap pertama pembelajaran. Dengan kata lain, pada tahap ini
terjadi proses presentasi hasil proyek dihadapan guru dan seluruh siswa. Proses
semacam ini dalam Scientific Method, disebut sebagai proses “melaporkan hasil
(publikasi)”.

E. Keuntungan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek


Menurut Moursund (1997) dalam beberapa keuntungan dari
pembelajaran berbasis proyek antara lain :
1. Meningkatkan motivasi belajar siswa.
2. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, membuat siswa lebih
aktif dan berhasil memecahkan problem - problem yang bersifat
kompleks.
3. Keterampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan informasi akan
meningkat.
4. Siswa mampu kerja kelompok dalam proyek dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi.
5. Siswa mampu mempraktikkan keterampilan dalam mengorganisasi
proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber - sumber lain seperti
perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
“Menurut The Back Institute For Education, model pembelajaran ini
mempunyai keuntungan penting bagi siswa masa kini, antara lain :
a) Model pembelajaran berbasis proyek mengintegrasikan wilayah hidup
kurikulum.
b) Membangun pengembangan kebiasaan berfikir yang di hubungkan dengan
belajar seumur hidup, tanggung jawab sipil, dan kesuksesan karir atau
pribadi.
c) Menguasai dikotomi atau pengetahuan dan berfikir dapat menolong siswa
baik untuk “to know” mapun “to do”.
d) Mendorong munculnya tanggung jawab, penetapan tujuan dan
memperbaiki tampilan.
e) Dapat melibatkan memotivasi siswa yang bosan dan tidak peduli.
f) Mendukung siswa dalam belajar dan mempraktekkan keterampilan dalam
penyelesaian masalah, komunikasi dan pengendalian diri.
g) Menciptakan komunikasi positif dan hubungan kolaboratif diantara
kelompok siswa yang berbeda - beda.
h) Dapat memenuhi kebutuhan siswa dengan tingkat keterampilan dan gaya
belajar yang beragam.”

Selain keuntungan, pembelajaran berbasis proyek juga memiliki


kelemahan, diantaranya :
1. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
3. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana
instruktur memegang peran utama di kelas.
4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
5. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan
informasi akan mengalami kesulitan.
6. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
7. Ketika topik yang diberikan kepada masing - masing kelompok berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Project Based Learning (PJBL) adalah sebuah model pembelajaran dimana
peserta didik dilibatkan langsung dalam memecahkan permasalahan yang
ditugaskan, mengijinkan para peerta didik untuk aktif membangun dan
mengatur pembelajarannya, dan dapat menjadikan peserta didik yang
realistis
2. Tujuan dari Project Based Learning (PJBL) peserta didik dilibatkan
langsung dalam memecahkan permasalahan yang ditugaskan, mengijinkan
para peerta didik untuk aktif membangun dan mengatur pembelajarannya,
dan dapat menjadikan peserta didik yang realistis, menuntun siswa untuk
lebih mandiri, mengaktalissasikan ketrampilan yang dimilikinya,
mengembangkan pengetahuan dan penguasaan konsep berdasarkan
pengalaman belajar yang dimilikinya, juga bersosialisasi dengan teman dan
lingkungannya
3. Langkah - langkah pelaksanaan PJBL
Start With the Essential Question, Design a Plan for the Project, Create a
Schedule, Monitor the Students and the Progress of the Project, Assess the
Outcome, and Evaluate the Experience
4. Keunggulan dan Kelemahan dari PJBL
Keunggulan dari PJBL : menyediakan pengalaman belajar ,mendorong para
peserta didik untuk memecahkan permasalahansecara kompleks dll
Kelemahan dari PJBL : waktu yang relatif panjang, biaya yang cukup besar
(biasanya ditanggung oleh siswa), diperlukan pengetahuan siswa yang lebih
advance.
B. Saran
Sebagai calon guru kita harus memahami pembelajaran berbasis
proyek karena pembelajaran ini sesuai dengan kurikulum 2013 yang
mengharuskan siswa belajar secara mandiri.
DAFTAR PUSTAKA

Samti, Ardiani Na.2012. Project Based Learning. Malang : Universitas Negeri

Medan

P. Dwijananti, D. Yulianti. 2010. PENGEMBANGAN KEMAMPUAN


BERPIKIR KRITIS MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM
BASED INSTRUCTION PADA MATA KULIAH FISIKA LINGKUNGAN.
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010) 108 - 114

Anda mungkin juga menyukai