Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN BESTPRACTICE

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI MODEL


PEMBELAJARAN PROJEK BEST LEARNING PADA MATERI PERUBAHAN ZAT

Disusun Oleh

PRAPTI JAZAROH, S.Pd.Si.,M.Pd

KEMENTERIAN AGAMA KOTA YOGYAKARTA

MTs NEGERI 1 YOGYAKARTA

SEPTEMBER 2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN BESTPRACTICE

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI MODEL


PEMBELAJARAN PROJEK BEST LEARNING PADA MATERI PERUBAHAN ZAT

DISUSUN OLEH

PRAPTI JAZAROH

NIP 198009242009102001

Laporan Bestpractice ini disahkan

untuk digunakan sebagaimana mestinya

sesuai ketentuan yang berlaku

Yogyakarta, 10 Oktober 2022


Kepala Madrasah

Drs. Muhammad Iriyadi

ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Guru yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Prapti Jazaroh


Tempat/Tanggal Lahir : Kulon Progo, 24 September 1980
NIP : 198009242009102001
Pangkat/Golongan : Penata Muda Tingkat I/III-b
Jabatan : Guru Ahli Pertama
Tempat Tugas : MTsN 1 Yogyakarta
Alamat Tugas : Mendungan UH VII/566 Yogyakarta
Alamat Rumah : Nyemengan Rt 05, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul
Nomor Telepon : 081229791606

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Bestpractice dengan judul:

“Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Projek Best


Learning Pada Materi Perubahan Zat

adalah asli karya guru dan sepanjang pengetahuan guru tidak terdapat karya/pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain.

Demikian surat pernyataan ini guru buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, 10 Oktober 2022


Yang Membuat Pernyataan

Prapti Jazaroh
NIP 198009242009102001

iii
TANDA TERIMA KEPALA PERPUSTAKAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Ruslina Tri Astuti, M.Pd
NIP : 197209082000122001
Jabatan : Kepala Perpustakaan MTs N 1 Yogyakarta

Menerangkan bahwa :
Nama : Prapti Jazaroh
NIP : 198009242009102001
Guru Mapel : IPA

Telah menyerahkan salinan bestpractice “Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Melalui


Model Pembelajaran Projek Best Learning Pada Materi Perubahan Zat”
tersebut telah terdokumentasi di Perpustakaan MTs Negeri 1 Yogyakarta sejak tanggal 10
Oktober 2022.

Yogyakarta, 10 Oktober 2022


Yang Menerima, Yang Menyerahkan
Kepala Perpustakaan Penulis,

Ruslina Tri Astuti, M.Pd Prapti Jazaroh, M.Pd

iv
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat iman,
islam dan rahmat sehat. Atas ijin Allah SWT pula penyusunan Laporan Bestpractice
“Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Projek Best Learning
Pada Materi Perubahan Zat” dapat tersusun guru sebagai upaya untuk memperbaiki proses
pembelajaran di kelas.
Laporan ini disusun berdasarkan pengalaman terbaik guru dalam mengajar IPA.
Perawal dari masalah yang terjadi di kelas, berkaitan dengan siswa yang pasif di kelas saat
pelajaran IPA. Guru mengambil inisuatif untuk melakukan ujicoba berbagai model
pembelajaran. Hingga akhirnya guru menemukan model yang mampu mengatasi masalah
yang dihadapi untuk meningkatkan keatifan siswa dalam pembelajaran IPA. Laporan ini
guru sampaikan kepada Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Yogyakarta, sebagai bentuk
pertanggungjawaban atas tugas peningkatan profesionalisme guru dalam mengajar.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
terlaksananya penyusunan laporan bestpractice. Kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan demi kebaikan kegiatan dimasa yang akan datang. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 10 Oktober 2022

Penyusun

Prapti Jazaroh

v
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………… i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ……………..……………. ii
SURAT KETERANGAN PERPUSTAKAAN ………………..….. iii
KATA PENGANTAR ……………………………………..….….. iv
DAFTAR ISI ……………………………………….………….….. v
ABSTRAK ……………………………………………………….. vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………….………….. 1
B. Strategi Pemecahan Masalah ..........………………………. 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Model Projek Best Learning ...…………………………….. 3
B. Keaktivan Belajar …...……………………………………… 3
C. Mata Pelajaran IPA ..………………………………………. 5

BAB III PEMBAHASAN
A. Implementasi Strategi Pemecahan Masalah …………..…… 7
B. Hasil yang Dicapai ………………………………………… 10
C. Kendala-Kendala yang Dihadapi ………………………….. 12
D. Faktor-Faktor Pendukung …………………………………. 12

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


A. Kesimpulan ………………………………………………… 13
B. Saran ……… ……………………………………………….. 13

DAFTAR PUSTAKA  …………………………………………….. 14

vi
ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI MODEL


PEMBELAJARAN PROJEK BEST LEARNING PADA MATERI PERUBAHAN ZAT

Prapti Jazaroh
MTsN 1 Yogyakarta
Email: praptijz@gmail.com

Pengalaman terbaik penulis dalam menyelesaikan permasalahan di kelas, siswa yang pasif,
motivasi belajar yang rendah, guru yang berinovasi menerapkan model pembelajaran dan
hasil belajar yang rendah. Penerapan model pembelajaran Projek Best Learning untuk
meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA materi zat dan perubahannya.
Penerapan model pembelajaran PJBl mampu meningkatkan keaktifan siswa berdasarkan 3
indikator yaitu oral activity (presentasi tugas, mengajukan pertanyaan, menjawab
pertanyaan), Mental Activity (memberi sanggahan, menyampaikan ide baru, membuka
pameran), dan Motor Activity (membuat produk, ujicoba alat, mempromosikan alat).
Kata kunci: PjBL, zat dan perubahannya, keaktifan siswa.

vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Motivasi belajar menjadi motor penggerak aktivitas belajar siswa. Motivasi siswa
dalam belajar IPA sangat kurang, hal ini ditandai dengan posisi duduk siswa yang
nampak gelisah, pandangan siswa yang tidak fokus pada kelas, tugas-tugas yang tidak
dikerjakan dengan maksimal serta adanya siswa yang sering mengeluh ketika diberi
kegiatan belajar yang memerlukan kemampuan berpikir.
Aktivitas belajar siswa, mereka terlihat kurang antusias saat melaksanakan
pembelajaran kelas. Siswa enggan untuk bertanya, tidak mau menyampaikan pendapat,
seolah-olah hanya mengisi waktu dan berharap pelajaran segera selesai. Selain aktivitas
motorik yang kurang nampak, aktivitas mental dan emosional pun tidak begitu nampak di
kelas. Aktivitas emosional seperti depat pendapat, menyangkal dan mempertahan kan
pendapat jarang terjadi di kelas. Aktivitas mental seperti berani mengevaluasi diri,
legowo menerima evaluasi dari teman, jujur mengakui kesalahan maupun jujur
mengapresiasi keberhasilan orang lain.
Motivasi dan aktivitas tersebut berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh
siswa. Kebanyakan siswa hanya cenderung bisa menjawab soal-soal yang berupa
pengetahuan (LOT), sedangkan soal-soal yang memerlukan pemikiran tingkat tinggi
(HOTs) siswa mengalami kesulitan.
Model pembelajaran yang diterapkan guru cenderung monoton dan siswa hafal
dengan apa yang akan dilakukan di kelasnya. Selama ini guru cenderung membelajarkan
IPA dengan model konvensional, yaitu menjelaskan konsep-konsep IPA, memberi contoh
soal dan memberi tugas yang monoton. Siswa sudah dapat memperkirakan apa yang akan
dilakukan guru di kelas IPA nanti, hal ini menjadikan pelajaran IPA kurang menarik dan
siswa belajar tanpa motivasi yang berarti.
Guru juga kurang menggunakan media pembelajaran yang menarik siswa. Media
yang digunakan kurang mengaktifkan siswa. Media gambar, video hanya menuntut siswa
untuk mengamati saja. Guru kurang mampu membuat/memilih media yang melibatkan
motorik siswa.

1
B. Strategi Pemecahan
Berbagai permasalahan yang dihadapi guru di kelas harus dicari pemecahannya satu
per satu. Strategi yang dilakukan, guru melaksanakan pembelajaran IPA dengan
menerapkan model inovatif yaitu Projek Best Leaning atau sering disebut PjBL. Dari dua
aksi yang dilakukan guru di kelas masing-masing pada materi perubahan fisika dan kimia
serta pada materi pemisahan campuran. Kedua materi disampaikan dengan menggunakan
model PjBL. Aksi guru ternyata memberikan efek positif bagi siswa terutama dalam
peningkatan aktivitas belajar siswa.
Pengalaman pembelajaran ini penting untuk dibagikan, karena banyak guru-guru
yang memiliki masalah yang sama. Dengan membagikan pengalaman pembelajaran ini
menjadi motivasi bagi penulis untuk lebih mengembangkan kembali pembelajaran yang
telah dilakukan. Semoga bisa menjadi referensi atau inspirasi bagi guru-guru lain yang
sedang mencari solusi atas permasalahan pembelajaran yang sedang dialami.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Model Pembelajaran Projek Best Learning
Model pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang dapat
digunakan untuk menerapkan pengetahuan yang sudah dimiliki, melatih berbagai
keterampilan berpikir, sikap, dan keterampilan konkret. Sedangkan Bahan Ajar
Model-model Pembelajaran 10 pada permasalahan kompleks, diperlukan
pembelajaran melalui investigasi, kolaborasi dan eksperimen dalam membuat suatu
proyek, serta mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam pembelajaran. Alur
Kegiatan pembelajaran dalam PJBL sebagai berikut:

a. Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek. Tahap ini sebagai langkah awal
agar siswa mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang muncul dari
fenomena yang ada
b. Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah nyata menjawab pertanyaan
yang ada, disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui percobaan
c. Menyusun jadwal sebagai langkah nyata dari sebuah proyek. Penjadwalan sangat
penting agar proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang tersedia dan
sesuai dengan target
d. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek. Guru melakukan monitoring
terhadap pelaksanaan dan perkembangan proyek. Siswa mengevaluasi proyek
yang sedang dikerjakan
e. Menguji hasil. Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan dengan
berbagai data lain dari berbagai sumber.

2. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar adalah suatu kegiatan individu yang dapat membawa
perubahan kearah yang lebih baik pada diri individu karena adanya interaksi antara
individu dengan individu dan individu dengan lingkungan. Rousseau dalam Sardiman
(2011) memberikan penjelasan bahwa dalam hal aktivitas belajar, segala pengetahuan
harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri,

3
dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani
maupun teknis. Ini menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif sendiri.
Selama proses belajar siswa dituntut untuk mendengarkan, memperhatikan dan
mencerna pelajaran yang diberikan guru, disamping itu sangat dimungkinkan para
siswa memberikan balikan berupa pertanyaan, gagasan pikiran, perasaan, dan
keinginannya. Suasana belajar yang aman, nyaman, dan kondusif akan mendorong
siswa untuk belajar seoptimal mungkin.
Salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar adalah proses pembelajaran
yang cenderung berpusat pada guru dan siswa yang lebih cenderung pasif. Siswa yang
pasif dalam pembelajaran akan membuat kemampuan berpikirnya tidak dapat
berkembang, juga kegiatan yang membatasi bahkan tidak memberikan ruang untuk
siswa aktif sehingga dalam pembelajaran akan membuat siswa tidak mempunyai
kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Menurut Rotten (2010) terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan dalam
mengamati aktivitas belajar siswa yaitu sebagai berikut. (1) Antusiasme siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran, (2) Interaksi siswa dengan guru, (3) Interaksi siswa
dengan siswa lain, (4) Kerja sama kelompok, (5) Aktivitas siswa dalam diskusi
kelompok, (5) Aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran, (6) Keterampilan
siswa dalam menggunakan alat peraga, (7) Partisipasi siswa dalam menyimpulkan
materi pembelajaran
Proses belajar di kelas diharapkan mampu mendorong terjadinya aktivitas atau
perbuatan yang melibatkan fisik dan mental siswa sehingga siswa terlihat aktif di
kelas. Siswa yang aktif secara fisik mendapatkan hasil belajar lebih banyak dari pada
siswa yang kurang aktif. Hal ini sejalan dengan Hamalik (2012:172) bahwa aktivitas
belajar bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Siswa yang melakukan
aktivitas-aktivitas belajar prestasi belajar siswa akan meningkat. Lebih lanjut
Hamalik menyatakan bahwa aktivitas belajar yang dimaksud adala aktivitas jasmani
dan aktivitas mental.
Aktivitas belajar menurut Hamalik (2012:172) digolongkan menjadi delapan
kelompok yaitu:
a. Kegiatan visual (Visual Activities) meliputi membaca, memperhatikan, mencoba,
demonstrasi, mengamati, dan sebagainya.

4
b. Kegiatan Lisan (Oral Activities) meliputi mengatakan, merumuskan, menjawab,
bertanya, memberi saran, diskusi, menanggapi, mengemukakan pendapat,
presentasi, dan sebagainya.
c. Kegiatan mendengarkan (Listening Activities) mendengar, menerima, diskusi, dan
sebagainya.
d. Kegiatan menggambarkan (Drawing Activities) meliputi menggambar, membuat
grafik, membuat peta diagram, pola.
e. Kegiatan menulis (Writing Activities) meliputi menulis cerita, membuat
rangkuman, menulis laporan, dan sebagainya.
f. Kegiatan metric (Motor Activities) meliputi melakukan percobaan, membuat
model, bermain, dan sebagainya.
g. Kegiatan mental (Mental Activities) meliputi mengingat, menganggap,
memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan,
dan sebagainya.
h. Kegiatan emosional (Emotional Activities) meliputi menaruh minat, merasa
bosan, gembira, berani, sedih, tenang, gugup, dan sebagainya.
Berdasarkan dua pendapat di atas, yang dimaksud dengan aktivitas belajar
dalam penelitian ini adalah perbuatan-perbuatan siswa yang melibatkan fisik dan
mental. Diantara kegiatan siswa yang termasuk aktivitas belajar adalah oral activity
(presentasi tugas, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan), Mental Activity
(memberi sanggahan, menyampaikan ide baru), dan Motor Activity (membuat video,
demontrasi langsung).

3. Mata Pelajaran IPA Materi Lingkungan Hidup


Materi IPA kelas VII semester 2 terdiri dari 6 KD, salah satunya adalah materi
pencemaran lingkungan dan pemanasan global yang tergabung dalam tema
lingkungan. Lingkungan hidup pada materi pelajaran meliputi kerusakan lingkungan
dan bencana alam
Adapun cakupan materi meliputi:
a. Kerusakan lingkungan
b. Pencemaran lingkungan tanah, air dan udara
c. Pemanasan global
d. Penanggulangan sampah

5
Indikator penentuan bestpractices yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1)
Siswa melaksanakan tugas yang diberikan kelompok; (2) Siswa mempresentasikan hasil
tugasnya di depan kelas; (3) Siswa bertanya atas permasalahan yang belum diketahui; (4)
Siswa ikut serta dalam menjawab pertanyaan/permasalahan, dan (5) Siswa memberikan ide
baru atau pendapat yang berbeda; (6) Siswa mampu membuat laporan dalam berbagai
aplikasi konten video;
(7) Siswa mampu mempraktekan di kelas pembuatan suatu pruduk atau prosedur tertentu.
Dalam penerapannya tidak semua siswa mampu melakukan sesuai indikator tersebut, namun
dalam satu kelas seluruh indikator yang diharapkan dapat tercapai.

6
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Implementasi dan Pembahasan

Tantangan yang dihadapi guru diatas harus segera diatasi, sebab jika tidak akan
sangat mengganggu proses belajar selanjutnya. Beberapa langkah yang guru lakukan
adalah dengan menerapkan model pembelajaran PjBl. Model ini guru gunakan dalam 2
aksi dan 2 materi. Aksi pertama pada materi perubahan fisika dan kimia, aksi kedua pada
materi pemisahan campuran. Adapun implementasi aksi pertama sebagai berikut:

Aksi 1: Penerapan PjBL pada materi perubahan fisika dan kimia dengan projek
membuat tape singkong
a. Menyiapkan pertanyaan/Penugasan proyek
Pada tahapan ini guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan menunjukkan
perubahan singkong menjadi tape sinkong. Guru mengajak curah pendapat dengan siswa
terkait proses pembuatan yang mengakibatkan adanya perubahan materi singkong.
Dengan penugasan proyek membuat tape singkong siswa menjadi antusias dalam
menggali informasi tentang prinsip-prinsip perubahan fisika dan kimia. Membedakan
kedua perubahan, mencari contoh dalam kehidupan sehari-hari dan mencoba membuat
perubahan singkong melalui fermentasi ragi tape.

a. Mendesain perencanaan proyek


Tahap ini siswa bersama kelompoknya mengumpulkan informasi tentang proses
pembuatan tape singkong, trik dan tips agar tape yang dihasilkan manis, enak, empuk dan
harum. Siswa Menyusun alat dan bahan yang dibutuhkan serta prosedur kerja yang akan
dilaksanakan. Tentunya guru mendesain LKPD secara terbuka sesuai tahapan PjBL.

b. Menyusun jadwal sebagai langkah nyata


Siswa berdiskusi kembali untuk menyusun langkah kerja dan merencanakan langkah
nyata dalam membuat tape singkong. Siswa mengkomunikasikan hasil diskusi
kelompoknya di kelas dengan presentasi kelompok. Guru memantau perkembangan
diskusi siswa, memastikan desain siswa memang memenuhi kebutuhan proyek dan
waktunya sesuai yang disediakan guru.

7
c. Memonitor Kegiatan dan Perkembangan proyek
Siswa diberi jeda selama 3 hari untuk menyiapkan alat dan bahan serta proses peragian
singkong. Guru menghubungi siswa menanyakan kelanjutan tape. Menanyakan adakah
kendala yang dihadapi, sekarang prosesnya sampai apa, apakah sudah mulai peragian?
Dll. Komunikasi bisa dilakukan di madrasah atau melalui WAG kelas.

d. Menguji hasil fakta dan data percobaan


Setelah jeda 3 hari, saatnya bertemu kembali pada pelajaran IPA dengan agenda uji fakta
dan data percobaan. Siswa menyiapkan tape singkong buatannya, Menyusun laporan
pembuatan tape singkong dan mempresentasikan di depan kelas.
Siswa menerima tanggapan dari kelompok lain terkait rasa, cairan yang dihasilkan,
aroma, dan makanan olahan tape.

e. Mengevaluasi kegiatan
Pada tahapan ini guru menyiapkan stand pameran tape untuk setiap kelompok. Setiap
kelompok menugaskan 2 siswa menjaga stand dan 2 siswa berkunjung ke stand yang
lainya untuk merasakan tape buatan kelompok lain dan memberi saran dan masukan. Hal
ini dilakukan secara bergantian, sehingga semua siswa mengalami pengalaman
mengevaluasi baik proses maupun produk tape yang dihasilkan. Selanjutnya bersama-
sama dengan siswa, guru menarik kesimpulan dari materi yang telah dipelajari. Untuk
mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang telah dipelajari, guru memberikan
soal pengetahuan yang harus dikerjakan oleh siswa.

Aksi 2: Penerapan PjBL pada materi tehnik pemisahan campuran dengan projek
membuat alat penjernih air
a. Menyiapkan pertanyaan/Penugasan proyek
Pada tahapan ini guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan menunjukkan video
salah saru berita TV nasional tentang peristiwa banjir bandang yang terjadi di Sumatra.
Dari video berduarasi 3 menit tersebut siswa mengamati apa dan bagimana banjir
bandang bisa terjadi.
Setelah siswa mengamati, guru memberi kesempatan siswa untuk menyampaikan
perasaan/pemikiran atas apa yang terjadi. Guru meruncingkan diskusi pada air bandang
yang keruh berwarna coklat, kotor, tidak layak pakai, yang tentunya akibat bercampur
8
dengan partikel tanah. Guru menggarisbawahi bahwa air akibat banjir bandang adalah
masalah bersama. “bagaimana cara yang bisa kita lakukan untuk merubah air keruh yang
bercampur kotoran itu menjadi air jernih yang layak pakai.
Guru memotivasi siswa untuk menjadi penolong bagi para kurban banjir dengan cara
membantu mereka menemukan alat penjernihan air agar para kurban segera mendapatkan
air yang layak pakai.

b. Mendesain perencanaan proyek


Tahap ini siswa bersama kelompoknya mengumpulkan informasi tentang tehnik
pemisahan campuran, terutama filtrasi air dari pengotornya. Selama aktif berdiskusi guru
juga mendemontrasikan beberapa Teknik pemisahan campuran dalam kehidupan sehari-
hari seperti menyaring teh, mengayak pasir, sentrifugasi, kromatografi, destilasi dan
sublimasi. Siswa Menyusun alat dan bahan yang dibutuhkan serta prosedur kerja yang
akan dilaksanakan. Tentunya dipandu dengan LKPD secara terbuka sesuai tahapan PjBL.

c. Menyusun jadwal sebagai langkah nyata


Siswa berdiskusi kembali untuk menyusun langkah kerja dan merencanakan langkah
nyata dalam membuat alat penyaring sederhana. Siswa mengkomunikasikan hasil diskusi
kelompoknya di kelas dengan presentasi kelompok. Guru memantau perkembangan
diskusi siswa, memastikan desain siswa memang memenuhi ketentuan proyek dan
waktunya sesuai yang disediakan guru.

d. Memonitor Kegiatan dan Perkembangan proyek


Siswa diberi jeda selama 3 hari untuk menyiapkan alat dan bahan serta proses
penyusunan menjadi alat. Guru menghubungi siswa menanyakan kelanjutan alat.
Menanyakan adakah kendala yang dihadapi, sekarang prosesnya sampai apa, apakah
sudah mulai menyusun? Komunikasi dilakukan di madrasah dan melalui WAG kelas.

e. Menguji hasil fakta dan data percobaan


Setelah jeda 3 hari, saatnya bertemu kembali pada pelajaran IPA dengan agenda uji fakta
dan data percobaan. Siswa menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan sekaligus air
kotor sebagai sampel air banjir untuk keperluan ujicoba.

9
Siswa bersama kelompoknya melakukan ujicoba diluar kelas mengingat alat yang kotor
dan menggunakan air. Dalam ujicoba pantauan guru sangat penting dalam membantu
melihat kelemahan dan keunggulan alat yang sedang mereka buat.
.
f. Mengevaluasi kegiatan
Setelah mendapatkan hasil penyaringan air yang memenuhi target kemudian siswa
diminta mempresentasikan alat buatannya, kelompok lain membantu memberi masukan
untuk kelemahan alat. Daya tamping air kotor yang kurang, laju aliran air yang kurang
lancer, susunan bahan yang tidak rapi, lubang air keluar yang terlalu kecil menjadi titik
kelemahan beberapa alat. Presentasi masih dilakuakn di luar kelas (ditaman kelas) agar
proses demontrasi alat tetap aman.
Selanjutnya bersama-sama dengan siswa, guru menarik kesimpulan dari materi yang telah
dipelajari. Untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang telah dipelajari, guru
memberikan soal pengetahuan yang harus dikerjakan oleh siswa.

B. Hasil Yang Dicapai

Penerapan model PjBL pada aksi 1 dan 2 memberikan dampak sebagai berikut:
1. aktivitas siswa
aktivitas siswa meningkat dari aksi 1 ke aksi 2. Siswa tidak lagi duduk mendengarkan
penjelasan guru, namun kegiatan belajar sepenuhnya milik siswa. Berbagai aktivitas
motorik dilakukan oleh setiap siswa. Mulai dari bertanya, menyampaikan pendapat,
mencari informasi dari buku pegangan ataupun browsing di internet hingga berani
mempresentasikan karyanya dengan rasa bangga. Aktifitas mental juga sudah mulai
muncul. Menanyakan hal baru kepada teman maupun guru (apa fungsi arang, racun
apa yang diserap oleh arang, dll), menunjukkan ide baru, mempertahankan ide yang
berbeda dari kelompok lain secara logis (alasan tidak menggunakan arang, alasan
memilih kapas sebagai bahan utama). Aktivitas emosional juga terlihat ketika teman
lain memberi masukan, siswa dengan senang hati memperbaiki karyanya (menambah
lubang pada pintu keluar air, mengurangi ketebalan pasir, dll), siswa juga mengakui
dan berani merefleksi diri ketika kelompoknya gagal dalam membuat alat (air yang
dihasilkan masih kurang jernih sudah berkali kali ganti formasi bahan).

10
2. Motivasi belajar IPA
motivasi belajar IPA siswa meningkat. Hal ini nampak pada antusiasnya siswa pada
setiap kegiatan yang diintruksikan guru (saatnya diskusi, saatnya presentasi hasil,
waktunya keluar kelas, masuk kelas kembali ke kelas, dll), perhatian siswa lebih
terfokus pada kegiatan belajar (tidak ada siswa yang tugasnya tertinggal/tidak
membawa), siswa nyaman dalam pembelajaran selama 2 jam (siswa tidak mondar-
mandir ijin keluar, tidak ada yang ramai/mainan di kelas).

3. Sikap terhadap IPA


siswa mengaku suka belajar IPA dengan model yang diterapkan guru, siswa merasa
“seru” dengan proyek yang diberikan, siswa tertarik belajar IPA yang langsung
terkoneksi dengan produk/karya sehari-hari (perubahan kimia - tape dan filtrasi - alat
penjernih air). Dalam testimoninya siswa mengaku bahagia karena tidak bertemu
dengan angka dan rumus yang sulit.

4. Hasil belajar
Hasil belajar siswa pun mengalami peningkatan. Hasil ulangan pengertahuan materi
zat dan perubahannya menyatakan 80% siswa mencapai nilai diatas 80.

5. Faktor keberhasilan pembelajaran dengan menerapkan model PjBL ini sangat


ditentukan oleh persiapan dan perencanaan guru, alat dan bahan proyek yang mudah
didapat siswa, monitoring intensif dalam pembuatan proyek, alokasi waktu proyek
yang tidak terlalu lama, serta komunikasi yang aktif antara siswa dengan guru.

6. Pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut adalah guru mampu memilih model
yang paling sesuai dengan karakter materi dan karakter siswa dikelasnya. PjBl adalah
salah satu model inovatis yang efektif pada materi perubahan zat dan pemisahan
campuran. Selain materi tersebut bisa dikaitkan dengan karya siswa yang bisa
didesain dalam sebuah proyek, PjBl juga efektif dalam memfasilitasi ketrampilan
proses sains dan melatih kinerja ilmiah siswa. Model pembelajaran PjBL sangat
fleksibel untuk dilakukan pengembangan terlebih dalam tehnik yang digunakan guru.
Sebagai contoh dalam evaluasi antar teman, guru bisa memodifikasi dengan pameran
produk, display produk di madrasah, atau bisa juga promo produk dikelas yang lain.

11
C. Kendala yang Dihadapi
1. Tempat tinggal siswa yang jaraknya berjauhan menjadi kendala dalam teknis
kerjasama kelompok dalam membuat projek baik tape singkong maupun
penjernihan air.
2. Padatnya kegiatan siswa di madrasah menjadi kendala siswa dalam meluangkan
waktu untuk bekerja dalam kelompok projek.

D. Faktor Pendukung
1. Madrasah mendukung penggunaan HP sebagai sarana belajar termasuk fasilitas
wifi di lingkungan madrasah
2. Madrasah memiliki banyak ruang terbuka (halaman, lapangan, taman, dll)
memungkinkan untuk melakukan aktivitas belajar di ruang kelas.
3.

12
BAB IV
KESIMPULAN
A. Simpulan
Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pebelajaran PjBL pada
materi zat dan perubahannya. Model pembelajaran PjBL dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa dan memberiakan dampak pada motivasi belajar IPA yang ikut meningkat.
Adapun aktivitas yang dilakukan siswa meliputi oral activity (diskusi, presentasi tugas,
mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan), Mental Activity (memberi sanggahan,
memamerkan produk, menyampaikan ide baru), dan Motor Activity (ujicoba produk,
promosi produk, membuat pameran.).

B. Saran
Berdasarkan hasil pengalaman mengajar, guru dapat memberikan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Pembelajaran IPA
Pembelajaran yang sesuai menggunakan hasil bestpractice ini adalah materi pelajaran
yang erat dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga mudah bagi siswa dalam
memahami dan membuat projek.
2. Terhadap Guru
a. Para guru dapat melanjutkan kegiatan serupa untuk meminimalkan permasalahan
belajar di dalam kelas.
b. Guru lebh fokus untuk mencari solusi dari persoalan/masalah belajar di kelas
dengan variasi model pembelajaran guna peningkatan mutu pembelajaran di kelas.
c. Membudayakan kegiatan guru menulis demi peningkatan mutu kompetensi diri
maupun mutu sekolah

13
DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2012. Proses Belajar Mengajar. Cetakan keempat belas. Jakarta: Bumi
Aksara

Tim Pengajar Pusdiklat Teknis. 2020. Model-Model Pembelajaran Pelatihan Metodologi


Pembelajaran Bagi Guru. Jakarta: Pusdiklat

Sardiman, A.M. 2011. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers

Rotten. EGG. 2012. Indikator dari Aktivitas Belajar. Tersedia dalam


http://swastyastu.wordpress.com/indikator/dari-aktivitas-belajar tanggal 10 Juni 2021

14

Anda mungkin juga menyukai