SEBELUM KEMERDEKAAN
Hindu-Budha
Sistem pendidikan berbentuk sistem
gurukula, siswa tinggal bersama-sama
dengan gurunya di pertapaan dan
pembelajaran berlangsung dengan sistem
tanya jawab. Materi yang diajarkan tentang
keagamaan dan kesustraan
Masa Islam
Metode pendidikan agama yang
diberikan di pesantren ialah dengan
cara bandungan dan sorogan.
Lingkungan pesantren berusaha
menumbuhkan satu pola hidup
sederhana dan hemat agar mampu
hidup mandiri.
Masa Portugis
Pada 1536, penguasa Portugis di Maluku
bernama Antonio Galvano mendirikan
sekolah-sekolah seminari untuk anak-anak
dari pemuka-pemuka pribumi. Selain
pelajaran agama, diajarkan juga mebaca,
menulis, berhitung, serta bahasa Latin.
Masa Belanda
Konteks pendidikan dan
pengajaran ini pada prinsipnya
adalah untuk memenuhi kebutuhan
pegawai rendahan di kantor-kantor
pamong praja atau kantor-kantor yang
lain.
Masa Jepang
REFERENSI
Sedyawati, E., Zainuddin, Edhie. 1991. Sejarah Pendidikan di Indonesia Sebelum Kedatangan Bangsa-Bangsa Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Syaharuddin dan Heri S. 2019. Sejarah Pendidikan Indonesia. Banjarmasin: Universitas Lambung
SESUDAH KEMERDEKAAN
Awal Kemerdekaan
(1945-1950)
Pendidikan pada awal Kemerdekaan terbagi atas 4
tingkatan, yaitu: pendidikan rendah, pendidikan
menengah pertama, pendidikan menengah atas, dan
pendidikan tinggi. Setiap warga negara Indonesia
berhak mendapatkan pengajaran dari semua lapisan
masyarakat. Sistem pendidikannya seperti zaman
Jepang tetap diteruskan, sedangkan rencana
pembelajaran umumnya sama dan bahasa Indonesia
ditetapkan sebagai bahasa pengantar untuk sekolah.
Demokrasi Liberal
(1950-1959)
Konsep pendidikan masa Demokrasi Liberal
menitikberatkan pada spesialisasi mulai disusun,
hal ini karena bangsa Indonesia dianggap
tertinggal dalam pengetahuan dan teknik.
Penyusunan konsep pendidikan menggunakan
perbandingan 3:1 bagi pendidikan umum dan
teknik, di mana bagi tiap tiga sekolah umum,
diadakan satu sekolah teknik.
Demokrasi Terpimpin
(1959-1965)
Pada tingkat SMP, ditambahkan dua pelajaran baru
yakni ilmu administrasi dan kesejahteraan keluarga.
Adapun pada tingkat SMA, mulai kelas 11 dilakukan
penjurusan atau penggolongan, yaitu budaya,
sosial, serta ilmu pasti dan alam. Adanya jenjang
persekolahan dan pembagian jurusan
memperlihatkan para siswa dipersiapkan
memasuki perguruan tinggi setelah lulus SMA.
Reformasi (1998-sekarang)
REFERENSI
Aisy, S.R., Hudaidah. 2021. Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(2), 569-577.
Safei, Hudaidah. 2020. Sistem Pendidikan Umum Pada Masa Orde Baru (1968-1998). Jurnal Humanitas, 1(1), 1-13.
Syaharuddin dan Heri S. 2019. Sejarah Pendidikan Indonesia. Banjarmasin: Universitas Lambung.
Ki Hajar Dewantara
2 Mei 1889-26 April 1959
Nama Ki Hajar Dewantara memiliki makna yang mendalam. Ki adalah sebuah
panggilan untuk orangtua yang dihormati dan diteladani. Sedangkan Hajar berarti
guru dan Antara ialah dewa penghubung bumi dengan dunia yang lebih tinggi.
Dengan nama barunya, Ki Hajar Dewantara makin aktif memajukan pendidikan bagi
seluruh rakyat Indonesia
1908
Menjadi anggota Budi Utomo,
organisasi pemuda yang
didirikan
Dr. Sutomo(20 Mei 1908
1912
Mendirikan Indische Partij
(partai politik pertama di
Hindia Belanda) bersama
Douwes Dekker dan Tjipto
Mangunkoesoemo
1913
Diasingkan ke Belanda karena
mengkritik pemerintah
Kolonial Belanda melalui
tulisannya yang berjudul "Als ik
een Nederlander was".
1922
Mendirikan sekolah yang
diberi nama Taman Siswa di
Yogyakarta. Sejak saat itu,
Soewardi menggunakan
nama Ki Hajar Dewantara
1945
Diangkat sebagai Menteri
Pendidikan dalam Kabinet
Presidensial, kabinet pertama
yang sibentuk setelah
kemerdekaan
1959
Ki Hajar Dewantara wafat dan
pemerintah menobatkannya
sebagai Bapak Pendidikan
Nasiona
REFERENSI
Wiryopranoto, S., Nina, Djoko, Yuda, dan Tim M. 2017. Ki Hajar Dewantara “Pemikiran dan Perjuangannya”. Jakarta: Museum Kebangkitan Nasional