Anda di halaman 1dari 5

Nama : Eka Apriliana

NIM : 250211105040

Kelas : MTK03

Tugas 1 : Refleksi Pengalaman Bersekolah

a. Pengalaman apa yang membuat anda menjadi rindu bersekolah, atau, pengalaman apa yang
membuat anda kehilangan motivasi untuk bersekolah? (pilih salah satu)
Pengalaman yang saya pilih adalah pengalaman yang membuat saya rindu bersekolah.
Pengalaman yang akan saya ceritakan adalah saat saya duduk di bangku sekolah menengah
pertama. Pada tahun 2009 saya masuk ke SMP Negeri 1 Cluring di Kabupaten Banyuwangi.
Sekolah ini adalah sekolah impian saya saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Saat itu,
saya mengikuti olimpiade matematika yang diadakan oleh SMP Negeri 1 Cluring. Saat istirahat
setelah seleksi, ada penyampaian dan pertunjukan tentang prestasi-prestasi siswa yang ada di
sana. Prestasi-prestasi yang banyak dicapai oleh siswa-siswi SMP Negeri 1 Cluring membuat
saya termotivasi untuk bisa masuk ke sekolah tersebut. Selain itu, pada zaman itu, SMP Negeri
1 Cluring ini terkenal dengan julukan sekolah sang juara dan dikenal sebagai salah satu sekolah
favorit di Kabupaten Banyuwangi. Hal ini membuat saya semakin ingin masuk ke SMP Negeri
1 Cluring.
Singkat cerita, saya diterima menjadi siswa SMP Negeri 1 Cluring. Di SMP saya ini,
mulai kelas 7 sampai kelas 9, semuanya mendapat bimbingan belajar sebelum sekolah dimulai.
Waktu itu terdapat kelas unggulan yang mana siswanya diseleksi untuk bisa masuk kelas
tersebut dan hanya siswa tertentu yang bisa masuk kelas tersebut. Selain itu terdapat program
bimbingan prestasi setiap hari sabtu. Bimbingan prestasi ini diikuti oleh siswa tertentu yang
sudah melewati seleksi untuk dibina lagi sebagai persiapan mengikuti ajang olimpiade. Hal ini
membuat saya semakin terpacu untuk bisa mengikuti program-program tersebut.
Alhamdulillah, saya bisa masuk kelas unggulan dan bisa mengikuti program bimbingan prestasi
di bidang matematika.
Walaupun sudah ada bimbingan prestasi yang dilaksanakan setiap sabtu, Ketika ada
ajang olimpiade semua siswa mendapatkan bimbingan yang sama minimal 2 minggu menjelang
olimpiade. Jadi guru membuka kesempatan selebar-lebarnya bagi semua siswa yangn berminat
mengikuti olimpiade. Saya pernah ingat, salah satu guru saya pernah mengatakan bahwa
olimpiade bukan hanya untuk siswa yang sudah mengikuti bimbingan prestasi, tetapi terbuka
untuk semua siswa yang berminat untuk mengikuti olimpiade. Semua mendapatkan bimbingan
persiapan olimpiade. Hal ini dilakukan karena untuk mengembangkan bakat minat siswa secara
menyeluruh serta menjembatani siswa mendapatkan pengalaman yang baru. Salah satu
contohnya adalah saat saya kelas 7 dan kelas 8 saya mengikuti beberapa olimpiade matematika,
fisika bahkan IPS. Walaupun saya bukan sebagai siswa yang mengikuti program bimbingan
fisika maupun IPS, tapi saya mendapatkan kesempatan yang sama saat bimbingan 2 minggu
persiapan menuju seleksi olimpiade. Hal itu membuat saya senang karena semua mendapatkan
kesempatan yang sama tanpa pandang bulu.
Yang saya rasakan saat menjadi siswa selama tiga tahun di SMP Negeri 1 Cluring
adalah, guru-guru sangat mendukung, memotivasi, dan mendampingi kegiatan bakat minat
siswa di berbagai bidang. Kegaiatan saya di sekolah mulai dari pukul 06.00 – 14.00. ditambah
lagi jika ada jadwal untuk ekstrakurikuler bisa selesai pukul 17.00. Walaupun kegiatan sekolah
dilaksanakan mulai pagi hingga sore tidak membuat saya mengeluh dan patah semangat, justru
malah senang karena sikap dukungan dan dedikasi para guru menjadi salah satu motivasi untuk
bisa berkembang dan memiliki pengalaman yang bagus. Sikap guru yang seperti itu membuat
saya merasa di-emong dan semakin termotivasi untuk bisa lebih baik lagi. Selain dukungan dari
para guru, teman-teman yang baik, lingkungan belajar yang bersih dan nyaman bagi saya
membuat saya rindu bersekolah di sana.

b. Peristiwa apa yang membuat anda merasa berkembang dan belajar sebagai seorang
pembelajar?
Menurut pemikiran James R. Davis dan Adelaide B. Davis, seorang pembelajar adalah
sesorang yang seseorang yang mau belajar hal-hal baru, kemampuan baru dan keterampilan
baru. Belajar bukan hanya dari ilmu yang didapat di bangku sekolah ataupun kuliah, bukan juga
hanya melalui buku, melainkan juga dari pengalaman dan realitas kehidupan sebenarnya.
Seseorang bisa menyelesaikan suatu masalah dari pengalaman dan realitas kehidupan yang
dialami.
Peristiwa yang saya alami sehingga membuat saya merasa berkembang dan belajar
sebagai seorang pembelajar adalah saat saya mengajar di sekolah sebagai seorang guru. Kadang
kala sebagai guru bukanlah permasalahan mengajar materi saja yang didapatkan, melainkan
pengalaman saat menghadapi siswa-siwa yang memiliki keingintahuan mengenai hal-hal
tertentu. Sebagai guru juga harus bisa memberi pemahaman dan penyusunan kalimat sesuai
dengan usia siswa.
Saya pernah mengajar di salah satu SMP swasta di Banyuwangi yang berbasis pondok
pesantren. Siswa di sekolah ini mendapatkan pelajaran keagamaan lebih banyak dibandingkan
dengan siswa yang bersekolah di sekolah negeri. Suatu saat, saya sempat mengajar Pendidikan
Kewarganegaraan di salah satu kelas. Saat itu, saya sedang menjelaskan Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa. Saya mencoba menjelaskan bahwa Pancasila menjadi dasar
pandangan tata cara berkehidupan sebagai bangsa Indonesia. Setiap tutur kata dan perilaku
bangsa Indonesia didasarkan pada Pancasila. Kemudian, ada seorang siswa yang berkata “Bu,
kata guru pondok, dasar pandangan hidup kita adalah Alquran dan sunnah Nabi bukan
Pancasila”. Dari situ saya sempat tersenyum dan tertegun dengan pernyataan siswa tersebut.
Pernyataan siswa ini tidaklah salah, tapi kurang tepat saja. Saat itu saya menjawab dengan
mengatakan bahwa Alquran dan sunnah Nabi adalah dasar pandangan hidup kita sebagai orang
yang beragama islam, dan Pancasila adalah dasar pandangan hidup kita sebagai bangsa
Indonesia. Saya mencoba memberi pengertian orang yang beragama islam juga adalah bagian
dari Bangsa Indonesia. Begitu juga dengan agama lain, dengan saya pancing pertanyaan
mengenai agama apa saja yang diakui di Indonesia. Mereka menjawab ada 6 agama, yaitu
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu. Dari jawaban tersebut saya memberikan
pengertian untuk bisa membedakan konteks sebagai seorang warga negara Indonesia dan
sebagai seorang yang memiliki kepercayaan. Tidak lupa diselipkan mengenai sikap saling
menghargai antar perbedaan.
Pengalaman diatas membuat saya belajar bahwa sebagai guru bukan hanya
menyampaikan materi yang sudah disajikan, tetapi juga sebagai guru juga harus bisa
mengahadapi pertanyaan-pertanyaan dari siswa yang banyak ingin tahu serta memberikan
pengertian dan pemahaman dengan baik tanpa menyinggung orang lain. Selain itu, dari
pengalaman ini mengingatkan saya bahwa sebagai guru, selain mengajarkan materi pelajaran,
juga mengajarkan bagaimana bersikap dalam kehidupan. Yang mana dasar bersikap dalam
kehidupan ini juga meruapakan salah satu aspek dalam Pendidikan karakter.

c. Siapa sosok guru yang menginspirasi anda?


Pertanyaan ini membuat saya ingat pada beberapa guru favorit saya saat masih duduk
di sekolah menengah pertama. Salah satunya adalah Pak Sumarli. Pak Sumarli adalah seorang
guru TIK sekaligus wali kelas di kelas yang saya tempati. Pada saat saya bersekolah, beliau
juga seorang Pembina Pramuka. Menurut saya, Pak Sumarli adalah seseorang yang sangat sabar
dan telaten dalam mengahadapi para siswa dengan berbagai karakternya. Beliau dengan sabar
mendampingi para anak asuh di ekstrakurikuler pramuka dan di kelas binaan beliau. Pak
Sumarli merupakan orang yang ramah dan humoris. Beliau juga menjadi seseorang yang
nyaman untuk mencurahkan isi hati. Banyak siswa yang dekat dengan beliau. Bahkan kami,
siswa biasa mengobrol dengan leluasa saat bersama beliau. Saya merasa bahwa beliau sangat
bersahabat dengan siswa sehingga siswa mau terbuka dengan beliau. Tidak sungkan ataupun
merasa takut untuk menanyakan sesuatu. Beliau juga menjadi mentor dan motivator bagi siswa.
Selain Pak Sumarli, ada juga Pak Supriyadi yang ramah kepada siswa. Beliau sangat
bersahabat sehingga siswa bisa dengan leluasa tanpa rasa takut bertanya kepada beliau terutama
saat pelajaran yang beliau ampu. Terkadang beliau juga terasa seperti teman bagi para siswa.

d. Apa pengalaman yang berkesan Bersama guru tersebut?


Pengalaman saya saat bersama dengan Pak Sumarli adalah ketika saya masih kelas 8.
Saya adalah salah satu siswa biasa yang bisa dibilang tertib mengikuti latihan pramuka yang
dilatih oleh dewan galang. Suatu saat saya pernah mengobrol dengan beberapa siswa. Saat itu
kami membicarakan mengenai seleksi untuk menjadi dewan galang ketika kami masih kelas 7.
Ada yang bercerita mengenai pengalaman ketika mengikuti seleksi tersebut. Saat itu saya
mengatakan kepada teman saya bahwa saya dulu tidak jadi mengikuti seleksi dewan galang
karena kurang dukungan dari orang tua. Kebetulan beliau ini lewat dan mendengar saya
berbicara. Lalu, beliau mendekat dan ikut mendengarkan kami bercerita. Beliau menanggapi
cerita kami dengan memberi nasehat dan motivasi bahwa untuk bisa menyalurkan minat di
pramuka itu tidak harus menjadi DG (Dewan Galang). Banyak cara untuk bisa ikut aktif dalam
kegiatan kepramukaan, salah satunya dengan aktif mengikuti kegiatan pramuka dan aktif
mengisi buku saku untuk bisa mendapatkan panngkat kepramukaan yang diinginkan. Beliau
juga memberi kami semangat untuk bisa menikmati dan mengikuti kegiatan yang sudah
direncanakan.
Pengalaman saya bersama Pak Supriyadi berbeda dengan pengalaman saya bersama
Pak Sumarli. Pak Supriyadi adalah seorang guru yang mengajar mata pelajarn IPS khususnya
Geografi. Dulu, saya sangat ingin mengikuti seleksi OSN tingkat kabupaten, namun setiap
sekolah hanya mengirimkan masing-masing satu perwakilan dari bidang yang dilombakan.
Perwakilan bidang dipilih oleh guru melalui masing-masing bimbingan prestasi yang diikuti.
Namun ada beberapa bidang yang juga mengadakan seleksi terbuka bagi yang berminat. Saat
itu saya tidak terpilih untuk mewakili bidang Matematika, sehingga saya mengikuti seleksi
bidang IPS yang terbuka bagi siapa saja yang berminat. Sampai akhirnya saya ternyata
termasuk salah satu calon kandidat wakil bidang IPS. Saya masih ingat, saat itu Pak Supriyadi
mengatakan “Yang akan mewakili sekolah di bidang IPS adalah yang skornya paling tinggi.
Berapapun skornya, walaupun hanya berjarak koma, yangn skornya paling tinggi akan menjadi
wakil sekolah. Jadi, siapapun nanti wakilnya, baik berasal dari bimbingan prestasi IPS ataupun
bukan, karena seleksi diadakan adil dan terbuka maka disepakati bisa ridho dan Ikhlas ya?”.
Semua calon kandidat pun setuju. Sampai akhirnya, yang menjadi wakil sekolah bidang IPS
adalah saya. Pak Supriyadi pun memberi semangat kepada siswa yang belum mendapat
kesempatan untuk mewakili sekolah untuk bisa ikhlas menerima keputusan serta agar lebih giat
lagi dalam belajar. Kesempatan masih banyak. Beliau juga memberi semangat kepada saya agar
bisa lebih serius dan semangat belajar mempersiapkan diri sebagai wakil sekolah terlebih lagi
sebagai wakil dari temen-teman yang mengikuti bimbingan prestasi bidang IPS.
Dari pengalaman saya di atas, ada persamaan sikap yang saya garis bawahi dari kedua
guru saya tersebut, yaitu seorang guru bisa memposisikan diri sebagai teman siswa sehingga
bisa memberi masukan dengan nyaman kepada siswa.
e. Pernahkah anda menduplikasi atau mengadaptasi yang dilakukan guru tersebut di kelas yang
anda ampu? Apa yang anda lakukan?
Dari pengalaman saya di atas, ketika saya mengajar di sekolah, saya mencoba
menerapkan hal tersebut kepada siswa yang saya jumpai. Saat saya menjadi guru baru, saya
mencoba bersikap ramah kepada mereka dan mendekatkan diri kepada mereka dengan harapan
agar mereka bisa nyaman berada di sekitar saya. Ketika bertemu saya menyapa dengan ramah.
Membicarakan hal-hal yang mereka senangi. Dengan begitu, mereka merasa sefrekuensi
dengan saya. Saya berusaha mencoba untuk memulai pembicaraan dengan pertanyaan kecil
yang mungkin saya hadapi saat bertemu dengan mereka di luar jam pelajaran. Saya mengobrol
bersama mereka dan menceritakan banyak hal. Biasanya saya akan menceritakan pengalaman
saya saat masih sekolah seusia mereka, atau saat kuliah yang mana mereka belum
mengalaminya. Karena mereka belum mengalami, mereka biasanya kan mengajukan
pertanyaan seputar pengalaman saya tersebut. Saat mereka sudah nyaman mengobrol dengan
saya, saya bisa memposisikan diri saya sebagai teman mereka. Harapan saya dengan sikap saya
yang seperti itu mengurangi ketakutan siswa bertanya saat pelajaran. Saya juga bisa dengan
leluasa memberi mereka dorongan, dukungan dan nasehat agar mereka bisa menjadi lebih baik
lagi.

Anda mungkin juga menyukai