Anda di halaman 1dari 3

Tugas Diskusi Kelompok

Nama Kelompok:

1. Sherly Ramadhani Izza


2. Prista Azizah Rahmi
3. Fitri Ratnasari
4. Junaidi Romadhon

Kasus I

Bayangkan jika Anda adalah seorang guru matematika di kelas VII. Saat ini Anda
hendak menyampaikan materi mengenai matematika sosial yakni mencari nilai rata-rata
(mean). Untuk memudahkan peserta didik dalam memahami pembelajaran, Anda mencoba
untuk membuat urutan atau langkah-langkah yang perlu diikuti oleh peserta didik agar dapat
mencari nilai rata-rata pada sebuah soal. Anda meminta kepada peserta didik untuk
mengerjakan soal yang Anda berikan. Hasilnya, peserta didik mampu mengerjakan dengan
benar, sesuai dengan langkah yang telah Anda siapkan. Beberapa saat kemudian, Anda
meminta kepada peserta didik untuk mengulangi soal yang sama tanpa melihat urutan
pengerjaan soal, dan peserta didik mampu mengerjakannya dengan benar.

• Menurut Anda, apa yang membuat peserta didik mampu mengerjakan soal dengan baik
pada percobaan kedua (tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan soal)?

Pada mata pelajaran matematika dengan materi mencari nilai rata-rata (mean) mempunyai
cara pengerjaan yang didapatkan dari instruksi seorang guru dengan metode cara
pengerjaan yang paten atau langkah-langkah yang harus urut, oleh karena itu siswa hanya
dapat mengerjakan sesuai dengan instruksi atau cara/rumus yang diberikan oleh guru.
Dalam memberikan contoh soal terkait matematika tentunya guru akan menjelaskan
beberapa kali untuk memecahkan/menyelesaikan soal tersebut dengan cara yang sama,
dalam hal tersebut terjadi pengulangan dan pelatihan yang berfungsi sebagai proses
penguatan untuk mengoptimalkan kemampuan peserta didik agar semakin terampil
sehingga pada percobaan kedua peserta didik mampu mengerjakannya dengan benar.

• Sebagai seorang calon guru, dalam kegiatan belajar yang seperti apa metode di atas dapat
diterapkan? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan teori yang berkaitan.
Pada kasus tersebut menggunakan metode teori belajar behavioristik. Pembelajaran
yang berpedoman pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah
objektif, pasti, tetap, dan tidak berubah. Pengetahuan pada mata pelajaran matematika
telah tersusun dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan dari pengetahuan tersebut,
sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar atau siswa.
Siswa di harapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang
diajarkan. Artinya, apa yang di pahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus di
pahami oleh murid. Padateori belajar behavioristik ini, memiliki ciri adanya kegiatan
pengulangan dan pelatihan berfungsi sebagai proses penguatan untuk mengoptimalkan
kemampuan peserta didik agar semakin terampil.
Aplikasi teori belajar behavioristik sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang
membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti:
Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya sehingga model
yang paling cocok adalah Drill dan Practice, contohnya: dimanfaatkan di pendidikan anak
usia dini, TK untuk melatih kebiasaan baik, karena anak-anak sangat mudah meniru
perilaku yang ada dilingkungannya dan sangat suka dengan pujian dan penghargaan.
Sedangkan untuk pendidikan menengah dan pendidikan tinggi teori behavioristik ini
banyak digunakan antara lain untuk melatih kemampuan matematika, percakapan bahasa
asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya.
Kasus II

Rina adalah seorang guru kelas 1 SD. Sebagian besar peserta didiknya belum bisa berhitung
dengan lancar. Rina sedang memikirkan cara yang sesuai untuk membantu setiap peserta
didik menyelesaikan tantang belajarnya.

a. Yang dapat rina lakukan adalah menggunakan benda-benda konkrit dalam


pembelajarannya. Pada tahap pembelajarannya ini para peserta didik mempelajari
matematika dengan menggunakan sesuatu yang konkret/nyata. Hal ini bermakna
bahwa sesuatu yang dapat diamati oleh panca indra. Contohnya ketika belajar
berhitung penjumlahan atau pengurangan diawal pembelajaran, peserta didik dapat
belajar menggunakan batu, buah, kelereng atau alat peraga lainnya.

b. Kami menyarankan hal tersebut berdasarkan dengan tahapan perkembangan teori


kognitif sosial. Menurut Piaget peserta didik kelas 1 SD masuk dalam tahap
perkembangan Operasional konkrit, pada tahap ini peserta didik dapat belajar dengan
baik dengan menggunakan benda-benda yang konkrit.

Kasus III
Made adalah seorang guru yang mengajar di salah satu sekolah negeri wilayah Bali. Ia
mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia. Ia hendak mengajarkan materi teks deskripsi
pada peserta didiknya. Pada buku cetak yang menjadi panduannya saat mengajar, terdapat
beberapa contoh teks deskripsi menceritakan tentang bangunan-bangunan pencakar langit
yang ada di Ibu Kota. Dengan memperhatikan latar belakang setiap peserta didiknya, Made
pun mencoba untuk memberikan contoh berbeda. Ia memberikan contoh teks deskripsi
tentang pantai dan makanan khas di Bali.
• Pertimbangan dan keputusan Made sudah sangat tepat karena Made memberikan contoh
teks deskripsi tentang pantai dan makanan khas di Bali yang dekat dengan kehidupan
peserta didik sehingga memudahkan peserta didik lebih memahami materi daripada
Made memberikan contoh teks deskripsi tentang bangunan-bangunan pencakar langit
yang ada di Ibu Kota sehingga membuat peserta didik kesulitan memahami materi karena
jarang mengamati contoh yang disajikan.
• Dalam kasus tersebut Made menggunakan prinsip teori belajar konstruktivisme yang
memandang bahwa setiap individu dapat membangun pemahaman serta pengetahuan
mereka sendiri melalui berbagai pengalaman yang telah dimilikinya, dalam hal ini
peserta didik diharapkan dapat membangun pemahaman serta pengetahuan terkait materi
teks deskripsi melalui pengalaman yang telah dimiliki peserta didik yang berkaitan
dengan pantai dan makanan khas di Bali.

Anda mungkin juga menyukai