Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL KEGIATAN KERJA LAPANGAN

PEMULIAAN PADI UNGGUL BERAS HITAM (Oryza sativa L.) DI BALAI


PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SLEMAN, YOGYAKARTA

OLEH
MIRZA BINTANG AHIMSA
12/331583/PN/12695

PROGRAM STUDIPEMULIAAN TANAMAN


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
PROPOSAL KEGIATAN KERJA LAPANGAN
i

PEMULIAAN PADI UNGGUL BERAS HITAM (Oryza sativa L.) DI BALAI


PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SLEMAN, YOGYAKARTA

OLEH
MIRZA BINTANG AHIMSA
12/331583/PN/12695

Proposal ini diterima sebagai persyaratan untuk kegiatan kerja lapangan


dan disetujui untuk dilaksanakan

Menyetujui:
Pembimbing Kerja Lapangan

Dr.agr Panjisakti Basunanda, S.P., M.P.


NIP. 19690921 199903 1 001

Tanda Tangan

Tanggal

...

....................

.....................

.....

Komisi Kerja Lapangan

Dyah Weny Respatie, S.P, M.Si.


NIP. 19820128 200911 2 004
Ketua Jurusan
Budidaya Pertanian

Dr. Ir. Endang Sulistyaningsih, M.Sc.


NIP. 19671027 199303 2 001

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................

i
ii
iii

I. PENDAHULUAN......................................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................................
B. Tujuan...................................................................................................................
C. Manfaat.................................................................................................................

1
1
2
2

II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................. 3


A. Tanaman Padi................................................................................................... 3
B. Padi Hitam............................................................................................
4

III. METODE PELAKSANAAN.....................................................................................


A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan...........................................................................
B. Metode Pelaksanaan.............................................................................................
C. Rencana Kegiatan................................................................................................

6
6
6
6

IV. RUANG LINGKUP MASALAH..............................................................................


A. Masalah Umum....................................................................................................
B. Masalah Khusus...................................................................................................

7
7
7

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................

LAMPIRAN..................................................................................................................... 10

11

PEMULIAAN PADI UNGGUL BERAS HITAM (Oryza sativa L.) DI BALAI


PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SLEMAN, YOGYAKARTA
I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas strategis di Indonesia
serta beberapa negara di belahan Asia, Amerika, dan Afrika. Banyak kemanfaatan
positif yang diperoleh tentunya dalam membantu memenuhi kebutuhan gizi manusia
sebagai sumber karbohidrat. Menurut data yang dilansir oleh FAO, padi merupakan
tanaman yang paling banyak dibudidayakan di dunia setelah jagung (Anonim, 2012). Di
Indonesia, beras yang merupakan output tanaman padi masih dianggap sebagai menu
wajib makanan pokok (staple food) yang harus tersedia dalam budaya makan sebagian
besar masyarakat. Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) yang menyebutkan
bahwa konsumsi beras masyarkat Indonesia adalah nomor 3 di dunia setelah China dan
India yang mencapai 30 juta ton per tahun (Anonim, 2013a). Tingginya ketergantungan
akan beras tentunya harus diimbangi dengan kualitas budidaya tanaman. Secara umum,
hal ini terkait dengan 3 hal yakni masalah genetic, lingkungan serta manajemen
budidaya.
Seiring dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat dan meningkatnya
kesadaran akan pentingnya kesehatan, pada saat ini beras hitam mulai populer
dikonsumsi sebagai pangan fungsional. Menurut Wijayanti (2004), pangan fungsional
adalah pangan yang secara alami atau melalui proses tertentu mengandung satu atau
lebih senyawa yang dianggap memiliki fungsi-fungsi fisiologis yang bermanfaat bagi
kesehatan. Yawadio et al. (2007) melaporkan bahwa beras berwarna memiliki potensi
sebagai sumber antioksidan dan layak sebagai sumber pangan fungsional. Dengan
banyaknya manfaat beras hitam kemungkinan akan banyak diminati oleh masyarakat
modern, maka perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan tanaman tersebut
terutama dalam bidang pemuliaan agar mendapatkan kultivar yang unggul. BPTP
Sleman, Yogyakarta saat ini sedang melakukan persilangan antara padi beras hitam
dengan padi beras putih dengan tujuan untuk mendapatkan tanaman padi beras hitam
yang berumur pendek dan memiliki anakan yang banyak. Kerja lapangan yang
dilaksanakan di BPTP Sleman, Yogyakarta untuk menambah pengetahuan tentang padi
beras hitam dan proses pemuliaannya.
ii

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Melatih mahasiswa agar mendapatkan pengetahuan dan pengalaman praktik
dalam kegiatan pemuliaan dan karakterisasi padi beras hitam di lapangan.
b. Melibatkan mahasiswa secara langsung dalam kegiatan pemuliaan dan
karakterisasi padi beras hitam
c. Memberikan bekal pengalaman praktik pemuliaan dan karakterisasi padi
beras hitam kepada mahasiswa untuk bekerja dalam masyarakat setelah
menyelesaikan studinya.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan mempelajari secara langsung kegiatan pemuliaan dan
karakterisasi padi beras hitam secara keseluruhan yang dilakukan di BPTP
Sleman, Yogyakarta meliputi penyemaiyan, penanaman, perawatan, dan
karakterisasi.
C. Manfaat
1. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang luas tentang pemuliaan dan
karakterisasi padi beras hitam.
2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara komprehensif dari berbagai sudut
pandang keilmuan khususnya yang berkaitan dengan
karakterisasi padi beras hitam.

11

pemuliaan dan

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Padi
Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun
yang berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika. Bukti sejarah memperlihatkan
bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun Sebelum
Masehi (SM). Selain di Cina, fosil bulir padi dan gabah juga ditemukan di Hastinapur
Uttar Pradesh India 100-800 SM. Selain dua negara tersebut diatas, terdapat beberapa
wilayah asal padi antara lain Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, dan Vietnam.
Secara historis berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan Chang (1976),
menyimpulkan bahwa Oryza sativa dan Oryza glabberrima berasal dari leluhur yang
sama, yakni Oryza perrenis Moench, dengan Gondwanaland sebagai habitat asal.
Proses avolusi kedua cultigens tersebut hingga berkembang menjadi tiga ras
ecogeographic, yakni Sinica (dulu dikenal sebagai Japonica), Indica, dan Javanica.
Dalam perjalanan evolusi padi, Chang et. al. (1982) menyimpulkan bahwa
tanaman padi telah mengalami perubahan-perubahan morfologik dan fisiologik selama
proses pembudidayaan. Perubahan-perubahan tersebut meliputi ukuran daun yang
menjadi lebih besar, lebih panjang, dan tebal. Jumlah daun menjadi lebih banyak dan
laju pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat. Jumlah cabang-cabang sekunder pada
malai juga lebih banyak. Bobot gabah lebih tinggi, laju pertumbuhan bibit lebih cepat,
anakan lebih banyak, dan pembentukan malai lebih lama, tetapi kemampuan untuk
membentuk rhizome berkurang, dominasi lebih pendek, kurang peka terhadap panjang
hari, dan tanaman menjadi lebih inbred daripada cross-polinated.
Klasifikasi botani tanaman padi adalah termasuk alam

super divisi

Spermatophyta. Devisi tanaman padi adalah Magnolophyta. Kelas tanaman ini adalah
Liliopsida. Family tanaman ini adalah Poaceae. Genus tanaman ini yakni Oryza dan
spesiesnya adalah Oryza sativa L.
Secara morfologis, padi merupakan tanaman rumput semusim dengan tinggi 50130cm hingga 5m. Batangnya berbentuk bulat, berongga, dan beruas-ruas serta berakar
serabut. Daun terdiri atas helai daun yang menyelubungi batang. Bunga padi
membentuk malai keluar dari buku paling atas dengan jumlah bunga tergantung
kultivar yang berkisar antara 50-500 bunga sedangkan buah atau biji beragam dalam
bentuk, ukuran, dan warnanya (Siregar, 1981).

ii

Secara fisiologis, dari sejak berkecambah hingga panen, tanaman padi


memerlukan waktu 3-6 bulan, yang seluruhnya terdiri dari dua stadia pertumbuhan,
yakni vegetatif dan generatif (reproduktif). Fase generatif selanjutnya terdiri dari dua
yakni pra-berbunga dan pasca-berbunga. Periode pasca-berbunga disebut juga sebagai
periode pemasakan. Yoshida (1981) membagi pertumuhan padi menjadi 3 bagian yakni
vase vegetatif, reproduktif (primordial hingga pembungaan), dan pemasakan
(pembungaan sampai gabah matang).
Secara lebih detail, De Datta (1981) membagi 3 tahap perubahan padi menjadi
beberapa fase dari vegetatif, reproduksi hingga pematangan. Fase vegetatif (awal
pertumbuhan sampai pembentukan malai) terdiri dari beberapa tahap, tahap 0 yakni
berkecambah sampai muncul kepermukaan, tahap 1 yakni pertunasan, tahap 2 yakni
pembentukan anakan, tahap 3yakni perpanjangan batang. Fase reproduksi terjadi dari
pembentukan malai sampai pembungaan yang terdiri dari tahap 4 yakni pembentukan
malai sampai bunting, tahap 5yakni keluarnya malai, tahap 6 yakni pembungaan. Fase
pematangan dimulai dari pembungaan sampai gabah matang yang terdiri dari tahap 7
yakni gabah masak susu, tahap 8 yakni gabah setengah matang, tahap 9 yakni gabah
matang penuh.
B. Padi hitam
Menurut warna berasnya, padi dibedakan menjadi tiga jenis yaitu padi beras
putih umumnya ditanam dan dimakan oleh kebanyakan orang. Padi beras merah atau
red rice yang dimulai dari dijual dipasaran. Jenis yang ketiga adalah padi beras hitam
yang hanya tumbuh dan dibudidayakan di daerah tertentu (Kristamtini, 2009). Warna
beras yang berbeda-beda diatur secara genetik akibat perbedaan gen yang mengatur
warna aleuron, warna endosperm, dan komposisi padi pada endosperma. Menurut
Yoshida (1981), beras dikelompokkan menjadi: (1) beras berwarna putuh agak
transparan karena mengandung sedikit aleuron, kandungan amilosa sekitar 20% dan
dikatan sebagai beras biasa; (2) Beras merah, adanya warna ini terjadi karena
aleuronnyamengandung gen yang memproduksi antosianin yang merupakan sumber
warna merah atau ungu. (3) Beras hitam yang terjadi karena aleuron dan endospermnya
memproduksi antosianin dengan intensitas tinggi sehingga berwarna ungu pekat
mendekati hitam.
Beras hitam hampir mirip dengan ketan hitam, namun terdapat beberapa segi
yang membedakannya. Beras ketan (sticky rice) mengandung kadar amilosa yang

11

rendah sehingga ketika dimasak, beras tidak mengembang. Hasil beras hitam setelah
dimasak akan menjadi lengket, mengkilat, dan tetap menggumpal namun setelah dingin,
beras hitam tidak selengket ketan. Beras yang memiliki kadar amilosa tinggi apabila
dimasak akan mengembang, tidak lengket, tidak menggumpal, dan setelah dingin akan
mengeras.
Sebagian besar beras yang dikonsumsi adalah beras putih, meskipun ada kultivar
beras yang mengandung warna (pigman) seperti beras hitam dan beras merah. Negara
penghasilan beras hitam tertinggi ialah China (62%),

diikuti Sri Lanka (8,6%),

Indonesia (7,2%), India (5,1%), Filipina (4,3%), Bangladesh (4,1%), serta sedikit di
Malaysia, Thailand, dan Myanmar (Chaudary, 2003). Perbedaan warna beras terjadi
ssebagai akibat adanya perbedaan kandungan antosianin (Kaplan, 2001 cit.Kristamtini
et al., 2014). Pigmen antosianin efektif mengurangi kadar kolesterol dalam tubuh
manusia (Lee et al. 2008 cit. Kristamtini et al. 2014). Antosianin telah diakui sebagai
bahan pangan fungsional kesehatan karena memiliki aktivitas antioksidan (Satue-Gracia
et al. 1997; Nam et al. 2006; Philpot et al. 2006 cit. Kristamtini et al. 2014), antikanker
(Kamei et al. 1995; Hyun dan Chung et al. 2004 cit. Kristamtini et al. 2014),
Hipoglikemik (Tsuda et al. 2003 cit. Kristamtini et al. 2014), dan efek antiinflamasi
(Tsuda et al. 2002 cit. Kristamtini et al. 2014).
Saat ini budidaya padi hitam masih tergolong langka karena upaya pelestarian
dari petani dianggap masih kurang. Petani kurang tertarik untuk menanam padi hitam
disebabkan oleh umur yang relatif panjang, rendahnya hasil dan sangat disukai oleh
burung (kristamtini, 2009). Menurut data dari Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Genetik Pertanian D.I. Yogyakarta tahun
2009, hasil padi cempo ireng 4,5 ton/ha dengan usia panen 5-6 bulan relatif lebih
rendah dibanding hasil padi 7 ton/ha dengan usia panen lebih pendek (BPS Prov. D.I
Yogyakarta tahun 2013). Oleh karena itu hasil padi hitam perlu ditingkatkan sebagai
kompensasi umur padi yang relatif pnjang sehingga menjadi diminati untuk
dibudidayakan.

ii

III. METODE PELAKSANAAN


PEMULIAAN PADI UNGGUL BERAS HITAM (Oryza sativa L.) DI BALAI
PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SLEMAN, YOGYAKARTA
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Kegiatan kerja lapangan akan dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP), Sleman, Yogyakarta pada tanggal Januari Februari 2016.
B. Metode Pelaksanaan
Kegiatan kerja lapangan bertujuan untuk mengetahui, mendapatkan informasi, dan
mem-praktikan secara langsung mengenai kegiatan pemuliaan dan karakterisasi padi
beras hitam. Terdapat dua metode dalam pengumpulan data dalam kegiatan ini yaitu
metode langsung dan metode tidak langsung.
1.

Metode Langsung
a.

Mengikuti

praktik

kegiatan

pemuliaan dan karakterisasi padi beras hitam di BPTP


b.

Melakukan

pengamatan

dan

praktik dalam kegiatan pemuliaan dan karakterisasi padi beras hitam secara
c.

langsung di BPTP Sleman dengan arahan dari petugas lapangan.


Melakukan wawancara

baik

dengan manajer kebun maupun dengan petugas yang telah ditunjuk untuk
mendapatkan data primer.
2.

Metode Tidak Langsung


Informasi maupun pengetahuan yang lebih banyak mengenai BPTP dan teknik

kegiatan pemuliaan dan karakterisasi padi beras hitam yang dilakukan di tempat
tersebut didapatkan dengan melakukan kajian pustaka maupun wawancara dengan
petugas yang ada di lokasi perkebunan serta instansi yang terkait. Selanjutnya,
mahasiswa melakukan kajian pustaka dan membandingkan dengan informasi yang telah
diperoleh dari lokasi kerja lapangan.
C. Rencana Kegiatan
Rincian kegiatan kerja lapangan di BPTP yang akan dilakukan ditunjukkan
dalam Tabel 2.
IV.

RUANG LINGKUP MASALAH

V.
11

A. Masalah Umum
1. Keadaan Umum BPTP, Sleman, Yogyakarta, meliputi:
a. sejarah dan latar belakang berdirinya BPTP Sleman, Yogyakarta;
b. Visi dan misi BPTP Sleman, Yogyakarta
c. struktur organisasi BPTP Sleman, Yogyakarta;
d. topografi, keadaan tanah, dan iklim (curah hujan, intensitas sinar matahari,
suhu, kelembaban dan kecepatan angin)
2. Karakterisasi padi beras hitam, meliputi:
a. Persiapan lahan
b. Pembibitan, yang meliputi penyediaan benih, media tanam, penyemaian
dan pemeliharaan pesemaian
c. Penanaman, yang meliputi jarak tanam, lubang tanam dan pindah tanam
d. Pemeliharaan, yang meliputi pengairan,pembuatan ajir, perempelan,
pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit
tanaman
e. Pemanenan, yang meliputi kriteria panen dan cara panen
f.

Penanganan pascapanen
VI.

B. Masalah Khusus
VII.

Karakterisasi yang meliputi :

a. Koleksi plasma nutfah tanaman padi


b. Karakterisasi tanaman generasi ke-4 padi beras hitam
c. Seleksi tanaman padi yang meliputi kriteria seleksi dan metode seleksi
yang digunakan.
VIII.
IX.

ii

X.

HASIL DAN PEMBAHASAN

XI.
1. Masalah Umum
XII.
A. Sejarah Berdirinya Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Yogyakarta
XIII.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Daerah Istimewa

Yogyakarta biasa disebut BPTP Yogyakarta didirikan berdasarkan Surat


Keputusan Menteri Pertanian No. 350/Kpts/OT.210/6/2001 pada bulan Juni
2001. BPTP Yogyakarta merupakan Unit pelaksana teknis di bidang pengkajian
dan diseminasi teknologi pertanian yang dihasilkan oleh berbagai lembaga
penelitian, baik dari dalam maupun luar negeri.
XIV.

Teknologi pertanian yang dikaji dan didesiminasikan oleh BPTP

Yogyakarta dapat berasal dari karya institusi sendir, BPTP lain, dan atau dari
hasil improvisasi teknologi daerah atau lokal (indigenous technology). Dengan
demikian maka BPTP Yogyakarta berfungsi sebagai ujung tombak Badan
Litbang Pertanian untuk menghasilkan teknologi spesifik Yogyakarta dan
alternativ kebijakan pembangunan pertanian wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta.
XV.

Sebelum penerbitan SK Menteri No. 350.Kpts/OT.210/06/2001,

BPTP Yogyakarta bernama Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi


Pertanian (IP2TP) Yogyakarta, merupakan Instalasi yang secara administrasi
berada di bawah BPTP Ungaran (Jawa Tengah). IP2TP itu sendiri menempati
fasilitas yang sebelumnya adalah milik Balai Informasi Pertanian DIY (Kampus

11

Karangsari, Stasiun Penelitian Tanah dan Agroklimat (Laboratorium Tanah), dan


Laboratorium Hortikultura. Perubahan status dari IP2TP menjadi BPTP
merupakan realisasi program pemerintah dalam menyediakan institusi penghasil
teknologi di tiap propinsi di seluruh Indonesia. Tujuan utama pembentukan
BPTP Yogyakarta adalah untuk menghasilkan teknologi pertanian spesifik lokasi
dan memperpendek rantai informasi serta mempercepat dan memperlancar
desiminasi hasil penelitian (alih teknologi) kepada para petani, nelayan, dan
pengguna teknologi lainnya di Daerah Istimewa Yogyakarta.
B. Visi, Misi dan Tujuan
XVI.

Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, BPTP Yogyakarta

mempunyai visi untuk menjadi institusi berstandar internasional dalam menghasilkan


teknologi inovasi pertanian spesifik lokasi mendukung pertanian industrial unggul,
berkelanjutan

untuk

meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat

pertanian.Untuk

mewujudkan visi tersebut, BPTP Yogyakarta melaksanakan kegiatan dengan misi


sebagai berikut:
1.

Menghasilkan dan mengembangkan inovasi-inovasi teknologi pertanian spesifik


lokasi yang diperlukan dan dimanfaatkan oleh petani, stakeholders dan sesuai dengan
permintaan pasar guna mendukung pembangunan sektor pertanian wilayah.

2.

Meningkatkan percepatan diseminasi teknologi pertanian inovatif dan spesifik


lokasi.

3.

Meningkatkan jaringankerjasama dengan lembaga penelitian internasional,


nasional maupun swasta.

4.

Mengembangkan kapasitas kelembagaan BPTP dalam rangka meningkatkan


pelayanan prima.

ii

XVII.

Dalam upaya mewujudkan misi dan visi Balai yang diharapkan, selama

ini BPTP Yogyakarta dengan sumberdaya yang dimiliki telah melakukan serangkaian
kegiatan

yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang perlu

diemban. Beberapa hasil kegiatan penelitian, pengkajian, dan perakitan teknologi telah
dikemas dalam bentuk media cetak (brosur, liptan, prosiding, buku rekomendasi
teknologi pertanian), dan media terekam (VCD). Untuk penyebarluasan teknologi hasil
penelitian dan pengkajian (litkaji) kepada pengguna selain dilakukan melalui
penyampaian langsung kepada stakeholders dan pengguna terkait juga ditempuh
melalui beberapa kegiatan diseminasi seperti forum pertemuan tatap muka di lapang
maupun dalam ruang tertutup, siaran radio, siaran televisi, pameran yang terkait dengan
kegiatan-kegiatan di tingkat daerah dan nasional. Selain itu, BPTP Yogyakarta juga
melayani permintaan informasi secara langsung bagi pihak-pihak yang berkepentingan
melalui penyediaan layanan penggunaan perpustakaan, laboratorium dan permintaan
sebagai narasumber. Bagi stakeholders maupun masyarakat umum yang ingin
mengetahui tentang BPTP Yogyakarta dan informasi teknologi pertanian yang
dihasilkan

melalui

internet

dapat

mengakses

website

dengan

alamat

Pertanian

No.

www.yogya.litbang.deptan.go.id.
C. Struktur Organisasi
XVIII. Sesuai

Peraturan

Menteri

16/Permentan/OT.140/3/2006 tanggal 1 Maret 2006 tentang Organisasi dan Tata


Kerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, susunan organisasi BPTP terdiri
atas dua unsur struktural setingkat eselon IVa (Subbagian Tata Usaha dan Seksi
Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian)dan Kelompok Jabatan Fungsional, yang
dipimpin oleh Kepala Balai sebagai pejabat setingkat eselon IIIa.
11

XIX.

Sesuai dengan bidang keahlian tenaga fungsional yang ada,

Kelompok Jabatan Fungsional di BPTP Yogyakarta dibagi kedalam 4 Kelompok


Pengkaji (Kelji) yang masing-masing dikoordinir oleh seorang tenaga fungsional
sebagai Ketua Kelji. Keempat Kelji tersebut adalah Kelji

Sumberdaya,

Budidaya, Pasca Panen dan Alsintan dan Sosial Ekonomi Pertanian. Kelji-Kelji
ini dibentuk disamping merupakan wadah pemangku jabatan fungsional juga
untuk melaksanakan pembinaan peningkatan kemampuan profesionalisme
peneliti, penyuluh, dan teknisi di bidang masing-masing pejabat fungsional.
XX.
Dengan memperhatikan beban tugas yang diamanahkan untuk
masing-masing kelompok unsur organisasi sebagaimana tertuang dalam
Peraturan Menteri Pertanian No. 16/Permentan/ OT.140/3/2006 dan Keputusan
Kepala

Badan

Penelitian

dan

Pengembangan

Pertanian

Nomor

31/Kpts/OT.160/J/2/07 tanggal 20 Februari 2007 tentang rincian tugas pekerjaan


eselon IV Balai Penelitian dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian maka
untuk meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsinya, BPTP
Yogyakarta dalam operasionalisasinya menyusun suatu tata operasional kerja
seperti disajikan dalam Gambar 3.1.

ii

XXI.
XXII.
XXIII.
D. Tugas dan Fungsi
XXIV. Tugas dan Fungsi Berdasarkan peraturan Menteri Pertanian, BPTP
mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi
tepat guna spesifik lokasi. Dalam menjalankan tugas tersebut, BPTP menyelenggarakan
fungsi:
1. Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat
guna spesifik lokasi
2. Pelaksanaan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna
spesifik lokasi,
3. Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian serta
perakitan materi penyuluhan,
4. Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan
pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi
pertanian tepat guna spesifik lokasi,

11

5. Pemberian pelayanan teknik kegiatan pengkajian, perakitan dan pengembangan


teknologi pertanian guna spesifik lokasi,
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai

XXV.
E. Pengolahan Lahan
XXVI.

Dalam karakterisasi padi beras hitam di BPTP, dilakukan

proses budidaya
XXVII.
1.

Dari persiapan lahan hingga panen yang meliputi,


Persemaian: Persemaian dilakukan pada bak perkecambahan. Pada bak

perkecambahan diisi dengan pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan


1:1 yang telah diayak sebelumnya agar lebih halus. Dua bahan tersebut
diaduk sampai rata kemudian dibasahi sampai basah benar. Media yang telah
dicampur dimasukkan pada bak yang dasarnya telah diberi kertas koran agar
air tidak cepat hilang.
2.

Persiapan media: Media disiapkan kurang lebih 1 minggu sebelum pindah


tanam. Media yang digunakan yaitu campuran tanah sawah dengan pupuk
kandang dengan perbandingan 3:1. Setelah media tersebut dicampur rata
kemudian media diisikan ke dalam pot (ember) berukuran tinggi 23 cm dan
diameter rata-rata 26 cm dengan berat 8 kg per ember. Setelah pencampuran
kemudian tanah dianalisis kandungan N, P, K dan pH tanahnya menggunakan
PUTS (perangkat uji tanah sawah). Setelah dimasukkan kedalam ember dan
didiamkan selama 1 hari kemudian di beri pupuk NPK dan digenangi. Tanah
tersebut dikurangi airnya sampai macak-macak sebelum benih pindah tanam.

3.

Pindah tanam: Pindah tanam dilakukan setelah tanaman berumur 14 hari


setelah semai. Setiap pot diisi 2 tanaman dan setiap kultivar 3 pot tanaman.

4.

Perawatan
a.

Penyiraman: penyiraman

dilakukan sesuai kebutuhan.


b. Penyulaman: penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati.
Hal ini dilakukan segera setelah diketahui ada tanaman yang mati sampai
satu minggu setelah pndah tanam.
c. Pengendalian gulma, hama dan penyakit: pengendalian disesuaikan pada
kondisi lapangan, dilakukan apabila terjadi serangan.

ii

d. Pemupukan: pemupukan dilakukan dengan pupuk kandang dan NPK. Pupuk


kandang diberikan pada awal persiapan media. Dosis pupuk ditentukan dari
hasil analisis tanah menggunakan PUTS (perangkat uji tanah sawah). Pupuk
NPK (15-15-15) diberikan 3 kali yaitu 1/3 saat awal persiapan media, 1/3
saat tanaman berumur 30 hari dan 1/3 saat tanaman berumur 60 hari.

XXVIII.

XXIX. Gambar 1. Proses persiapan pot dan media tanam


XXX.

2. Permasalahan Khusus
A. Plasma nutfah
XXXI.

BPTP memiliki koleksi plasma nutfah yang beragam yang berasal

dari daerah-daerah di Yogyakarta. Dari plasma nutfah tersebut terdapat jenisjenis padi beras putih, beras merah, dan beras hitam. BPTP memiliki petani
mitra di berbagai daerah di Yogyakarta yang bertujuan untuk memperbarui
nomor-nomor plasma nutfah yang akan habis atau sudah terlalu lama di
penyimpanan. Setiap jenis dari padi beserta daerah asalnya di arsipkan dan
diberi label untuk memudahkan dalam pencarian dan pendataan plasma nutfah
tersebut.
XXXII.

Gambar 2. Koleksi plasma nutfah BPTP

11

B. Pemuliaan Beras Hitam F4


XXXIII.

Jenis-jenis padi beras hitam sangat beragam salah satunya cempo

ireng yang banyak ditemukan di daerah Yogyakarta. Kekurangan yang dimiliki


oleh padi beras hitam adalah umur panen yang terbilang panjang yaitu sekitar 5
bulan, produksi yang rendah, dan sangat digemari oleh burung sehingga sangat
rawan rusak oleh hama burung. Tidak adanya upaya pelestarian menyebabkan
beras hitam menjadi langka dan nyaris punah (BPTP Yogyakarta, 2010).
XXXIV.

Pemuliaan padi beras hitam di BPTP Yogyakarta ini bertujuan

untuk menemukan kultivar unggul padi beras hitam dengan umur yang pendek
dan anakan yang banyak. Proses yang dilakukan meliputi karakterisasi dan
seleksi. Karakterisasi dan seleksi dilakukan pada tanaman generasi ke-4 atau F4
dari hasil persilangan padi beras putih dan padi beras hitam yang kemudian di
kodekan sebagai SG. S merupakan padi hitam magelang dan G merupakan padi
beras putih Situbagendit.

ii

XXXV.
XXXVI.

Gambar 3. Proses pemilihan nomor-nomor unggul

Cara yang dilakukan dalam proses pemuliaan padi SG ini adalah

dengan cara seleksi.tahap awal dari proses seleksi yaitu dengan memanen
tanaman padi yang telah siap panen pada periode tertentu. Pemanenan dilakukan
siang hari bertujuan agar kabut atau embun pagi pada padi telah hilang. Pada
tahap pemanenan ini dihitung tinggi tanaman (TT) dan jumlah anakan (JA).
Selanjutnya data di arsipkan. Proses selanjutnya dalam proses pemuliaan padi
beras hitam yaitu karaterisasi komponen hasil yang meliputi panjang gabah
(PG), lebar gabah (LB), panjang beras (PB), lebar beras (LB), warna beras (W),
tipe malai, cabang malai sekunder (CMS), panjang daun bendera (PDB), lebar
daun bendera (LDB), panjang malai (PM), panjang leher malai (PLM).
XXXVII. Kendala yang dihadapi dalam proses pemuliaan padi beras hitam
adalah serangan hama walang sangit yang tinggi. Walang sangit meyerap sari
pati dari bulir padi ketika masak susu yang mengakibatkan banyaknya padi yang
kopong atau gagal isi. Salah satu langkah yang dilakukan untuk menanggulangi
serangan hama tersebut adalah penggunaan pestisida. Pestisida disemprot pada
pagi hari pukul 7-8 pagi yang bertujuan untuk mengindari terik matahari dan
angin agar pestisida dapat melekat pada padi secara sempurna. Penyemprotan
dilakukan dalam intensitas 3 hari sekali karena banyaknya atau tingginya tingkat
serangan hama walang sangit tersebut.
XXXVIII. Terdapat 5 nomor yang di amati dalam pemuliaan padi beras
hitam ini yaitu SG 32-26, SG 338-37, SG 61 77, SG 28-34, dan SG 32-86.
Nomor-nomor tersebut merupakan hasil nomor pilihan dari generasi sebelumnya
dan berasal dari tetua yang sama yaitu padi hitam Magelang dan Situbagendit.
Pada nomor SG 32-26 dan SG 338-37 merupakan tanaman padi beras hitam
11

yang memiliki umur lebih pendek dibanding 3 nomor lainnya. Hal ini dapat
diketahui dari siapnya tanaman padi untuk dipanen pada periode tertentu.
XXXIX.

Hasil panen yang telah dikumpulkan dan di beri wadah yang

terbuat dari kertas roti. Kertas roti ini bertujuan untuk menjaga benih tetap baik
dan tidak mengandung kadar yang berlebih agar tidak berkecambah sebelum
disimpan. Wadah yang telah berisi gabah tersebut kemudian dijemur agar benih
padi dapat disimpan atau masuk masa dormansi sebelum masuk pada tahap
penyimpanan selanjutnya. Hasil panen yang telah di dikarakterisasi maka dapat
dilihat atau diketahui nomor-nomor unggul dari beberapa nomor padi beras
hitam yang telah dipanen. Dari data tersebut maka dianalisis keseragamannya
atau kesetabilan gen pada generasi ke-4 atau F4 tersebut dengan menggunakan
dendogram.

XL.

Gambar 4. Dendogram SG 32-26

XLI.

Gambar 5. Dendogram SG 338-37

ii

XLII.Dari dendogram tersebut terilihat bahwa rata-rata pertanaman SG 3226 memiliki kesamaan dalam sekala kecil pada jarak 1. SG 32-26 sebagian besar
memiliki kemiripan pada jarak 2,5 yang berarti sebagian besar tanaman SG 3226 telah memiliki sifat yang cenderung sama atau seragam. Hal tersebut dapat
diduga karena tanaman SG 32-26 merupakan tanaman generasi ke-4 yang
memiliki keseragaman yang baik meski masih terdapat sedikit segregasi.
Tanaman SG 32-26 secara keseluruhan memiliki kesamaan atau kemiripan pada
jarak 3,7. Dendogram SG 338-37 dapat diketahui bahwa keseragaman atau
kemiripan dari nomor masih rendah dibanding dengan SG 32-26. Terlihat bahwa
pada jarak 2,5. Dendogram tersebut digunakan untuk melihat keseragaman
genetik atau kemiripan dari tiap-tiap individu dalam kelompok SG 32-26
maupun SG 32-26.
XLIII.
XLIV.
XLV.
XLVI.
XLVII.
XLVIII.
XLIX.
L.

11

LI.

PENUTUP

LII.
A. Kesimpulan
1. Padi beras hitam baik untuk kesehatan karena mengandung Antosianin yang tinggi
dibanding beras putih maupun beras merah.
2. Tugas dan Fungsi BPTP mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, perakitan
dan pengembangan teknologi tepat guna spesifik lokasi.
3. Karakterisasi yang dilakukan dalam proses pemuliaan padi beras hitam meliputi
tinggi tanaman (TT) dan jumlah anakan (JA). Selanjutnya data di arsipkan. Proses
selanjutnya dalam proses pemuliaan padi beras hitam yaitu karaterisasi komponen
hasil yang meliputi panjang gabah (PG), lebar gabah (LB), panjang beras (PB),
lebar beras (LB), warna beras (W), tipe malai, cabang malai sekunder (CMS),
panjang daun bendera (PDB), lebar daun bendera (LDB), panjang malai (PM),
panjang leher malai (PLM).
4. Tujuan dari pemuliaan padi beras hitam ini adalah menemukan kultivar unggul
padi eras hitam dengan ciri umur yang pendek dan anakan yang banyak. Hal ini
disebabkan karena padi beras hitam pada umumnya memiliki umru yang panjang
dan produktivitas yang rendah sehingga kurang diminati oleh petani.
LIII.
B. Saran
LIV.

Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk pemuliaan padi beras hitam

diluar umur dan produktivitasnya seperti kualitas rasa maupun tekstur karena padi
beras hitam memiliki prospek yang sangat baik dikalangan masyarakat modern yang
memiliki kesadaran akan kesehatan.
LV.
LVI.
LVII.
LVIII.
LIX.
LX.
LXI.
LXII.
LXIII.

ii

LXIV. DAFTAR PUSTAKA


LXV.

Anonim. 2012. Rice. Diakses melalui http://en.wikipedia.org/wiki/Rice pada


tanggal 19 Desember 2015

LXVI.
LXVII. Anonim. 2013. Milled rice domestic consumtion by country. Diakses melalui
http://www.indexmundi.com/agriculture/?country=id&commodity=milledrice&graph=domestic-consumption pada tanggal 19 Desember 2015
LXVIII.
LXIX. BPTP Yogyakarta. 2010. Mari lestarikan beras hitam lokal.
<http://yogya.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?
option=com_content&view=article&id=63:mari-lestarikan-beras-hitamlokal&catid=4:info-aktual&Itemid=174>. Diakses 12 Maret 2016.
LXX.
LXXI.
LXXII. Chang, T. T. 1976. The Origin, Evolution, Cultivation,Dissemination, and
Diversivication of Asian and African Rices. Eupthica. 25:425-441
LXXIII.
LXXIV. Chang, T. T., G. C. Loresto, J. C. O'Toole, and J. L. Armenta-Sotto. 1982.
Strategy and Methodology of Breeding Rice for Drought-prone Areas. Pp. 217272 in Droght Resistance in Crops with Emphasis on Rice. IRRI, Los Banos.
LXXV.
LXXVI. De Datta, S. K. 1981. Principles and Practice of Rice Production. A WileyInterscience Publication. John Wiley & Sons. New York.
LXXVII.
LXXVIII.
Kristamtini. 2009. Mengenal beras hitam dari Bantul. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian, Yogyakarta
LXXIX.
LXXX.
LXXXI. Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Sastra Hudaya. Bogor.
318 hal.
LXXXII.
LXXXIII.
LXXXIV.
Wijayanti, E. 2004. Potensi dan prospek pangan
fungsional indigenous Indonesia. Seminar Nasional. Bandung.
LXXXV.
LXXXVI.
Yawadio, R., Tanimori, S. and Morita, N. (2007) Identification of
phenolic compounds isolated from pigmented rices and their aldose reductase
inhibitory activities. Food Chemistry
LXXXVII.
LXXXVIII. Yoshida, S. 1981. Fundamental of Rice Crop Science. Philippines. The
International Rice Research and Institute.
LXXXIX.
XC.

11

XCI. LAMPIRAN
XCII. Daftar Pertanyaan Kerja Lapangan
XCIII. PEMULIAAN PADI UNGGUL BERAS HITAM (Oryza sativa L.) DI
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SLEMAN,
YOGYAKARTA
XCIV.
XCV. A. Umum
XCVI.

1.

Keadaan umum Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Sleman, Yogyakarta
a. Bagaimana sejarah dan latar belakang berdirinya

BPTP Sleman,

Yogyakarta?
b. Bagaimana struktur organisasi dan manajemen BPTP Sleman, Yogyakarta?
c. Apa peran dan fungsi BPTP Sleman, Yogyakarta?
d. Bagaiman manajemen pengelolaan BPTP Sleman, Yogyakarta?
XCVII.

2.

Keadaan perkebunan

a.

Di mana lokasi BPTP

Sleman, Yogyakarta?
e. Apa saja batas wilayah BPTP Sleman, Yogyakarta?
f. Berapa luas area total dan luas areal pertanaman yang dimiliki oleh BPTP
Sleman, Yogyakarta?
g. Bagaimana kondisi iklim dan topografi wilayah BPTP Sleman, Yogyakarta?
h. Bagaimana keadaan tanahnya?
i. Bagaimana sistem manajemen kebun yang ada di BPTP Sleman,
Yogyakarta?
j. Apa saja sarana dan prasarana yang dimiliki oleh BPTP Sleman,
Yogyakarta?
XCVIII. 3.

Karakterisasi padi beras hitam

a. Bagaimana cara karakterisasi tanaman padi beras hitam yang dilakukan?


b. Varietas padi apa saja yang sering digunakan sebagai tetua?
c. Metode apa saja yang digunakan dalam pemuliaan tanaman padi?
d. Kendala apa saja yang dihadapi dalam proses pemuliaan tanaman padi?
e. Bagaimana cara mengatasi kendala yang dihadapi?
XCIX.
C.

ii

CI. B. Khusus
1.

Adakah syarat atau kriteria khusus yang harus dimiliki tanaman sebelum

2.
3.
4.
5.

dimuliakan?
Bagaimana cara karakterisasi padi beras hitam?
Adakah tahapan lanjut mengenai tanaman yang sudah dikarakterisasi?
Bagaimana mekanisme karakterisasi tanaman padi dilakukan?
Bagaimana metode dalam meakukan karakterisasi padi hitam?

CII.

11

CIII.

Tabel 2. Jadwal Kegiatan Kerja Lapangan di Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian (BPTP) Sleman, Yogyakarta


CIV.
N

CV.

CX.
CIX.
I
I

Kegiatan

CXVII.
CXVIII.
Wawancara mengenai keadaan umum yang berhubungan
1 dengan perusahaan, meliputi sejarah, struktur organisasi, dan kondisi
lingkungan lokasi.
CXXVII.
CXXVIII. Mengikuti serangkaian kegiatan praktik mengenai budidaya
2
tanaman padi yang meliputi penyemaian, persiapan lahan,
penanaman, dan perawatan.
CXXXVII.
CXXXVIII.
Mengikuti serangkaian kegiatan praktik mengenai
3
pemuliaan dan karakterisasi padi beras hitam.

CXIX.CXX.

CXLVII.
CXLVIII. Mengikuti serangkaian kegiatan praktik mengenai
4
karakterisasi tanaman yang meliputi bentuk fisik dan hasil panen.

CXLIX.
CL.

CLVII.CLVIII. Pengolahan data dari hasil


5
karakterisasi padi beras hitam

CLIX.CLX.

praktik

pemuliaan

dan

CXXIX.
CXXX
CXXXIX.
CXL.

CLXVII.
CLXVIII. Wawancara mengenai biaya produksi dan pemasaran hasil,
6
meliputi biaya sarana dan produksi.

CLXIX.
CLXX

CLXXVII.
CLXXVIII.
Wawancara dan observasi mengenai permasalahan
7
yang dihadapi dalam seluruh rangkaian proses pemuliaan dan
karakterisasi padi beras hitam.
CLXXXVIII.
CLXXXIX.
Melakukan dokumentasi kegiatan pemuliaan dan
8
karakterisasi padi beras hitam serta sarana dan prasarana yang
ada.
CXCVIII.
CXCIX. Melengkapi data primer dan data sekunder serta melakukan
9
evaluasi kegiatan kerja lapangan.

CLXXIX.
CLXX
CLXXX.

CCVIII.

ii

CXC. CXCI.
CC.

CCI.

Anda mungkin juga menyukai