Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Dalam industri pertambangan khususnya industry pertambangan mineral, pemakaian


peralatan-peralatan berteknologi canggih sudah dirasakan dari awal dilangsungkannya kegiatan
industri seperti dari tahap eksplorasi, penambangan, pengolahan sampai pemasaran dll. Pada
tahap pengolahan, di mana pekerjaan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kadar atau
kualitas bijih dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan industry, teknologi pengolahan lanjut
dan/atau meningkatkan harga jual dari komoditi tambang tersebut menjadi penentu tingkat
kesuksesan suatu industry.
Mineral yang berharga (konsentrat) dan tidak berharga (tailing) dipisahkan dengan
menggunakan proses konsentrasi. Pemisahannya menurut ukuran bijih atau umpan yang
bervariasi. Ada 3 faktor yang perlu diperhatikan dalam proses ini yaitu sifat-sifat mineral,
karakteristik alat pemisah, persyaratan tingkat produksi dan recovery. Mineral dapat dipisahkan
berdasarkan sifat fisik dan kimiawinya. Pemisahan berdasarkan sifat fisik dapat dilakukan
dengan cara mengamati kilap, kemagnetan, tingkat radiasi,konduktivitas dan warna.

Tahap pengolahan bahan galian merupakan bagian yang penting dari proses ekstraksi
metalurgi.Pengolahan mineral (mineral dressing) adalah pengolahan mineral secara fisik. Tujuan
dari pengolahan mineral adalah meningkatkan kadar logam berharga dengan cara membuang
bagian-bagian dari bijih yang tidak diinginkan. Secara umum, setelah proses mineral dressing
akan dihasilkan tiga kategori produk.

1. Konsentrat, dimana logam-logam berharga terkumpul dan dengan demikian kadarnya menjadi
tinggi.
2. Tailing, dimana bahan-bahan tidak berharga (bahan ikutan, gangue mineral) terkumpul.
3. Middling, yang merupakan bahan pertengahan antara konsentrat dan tailing.
Teknik pengolahan mineral bermacam-macam. Pengaplikasiannya sangat tergantung pada jenis
bijih atau mineral yang akan ditingkatkan konsentrasinya. Pemilihan teknik didasarkan pada
perbedaan sifat-sifat fisik dari mineral-mineral yang ada dalam bijih tersebut. Teknik-teknik
yang digunakan dalam proses pengolahan mineral di antaranya adalah:Konsentrasi gravitasi,

1
Flotasi dan ,magnetic separation. Makalah ini akan membahas tentang Flotasi yang
menghasilkan satu konsentrat yang mengandung beberapa jenis mineral berharga.

I.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari pembuatan makalah ini yaitu guna membantu dalam mengetahui
tipe Pengolahan Bahan Galian dalam hal Froth Flotation (Flotasi). Sedangkan tujuan dari
pembuatan makalah ini yaitu selain menambah wawasan penulis mengenai tipe Pengolahan
Bahan Galian juga membantu penulis dalam memenuhi nilai tugas pada mata kuliah Pengolahan
Bahan Galian semester gasal 2015/2016.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah yang diangkat tim penulis yaitu
menyangkut: tipe Pengolahan Bahan Galian dalam hal Froth Flotation (Flotasi)

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Flotasi

Teknik flotasi telah dipatenkan sejak 1906 saat digunakan dalam pengolahan bijih yang
mengandung mineral yang kompleks (seperti lead-zinc, copper-zinc) dan memiliki kadar yang
rendah yang hampir-hampir secara ekonomis mustahil untuk dikerjakan, bahkan masih lebih
tinggi kadar tailing dari proses gravity concentration. Awalnya operasi flotasi ini digunakan
untuk pengolahan bijih-bijih sulfide dari copper, lead dan zinc, namun sekarang telah
berkembang pada bijih platinum, nikel,emas sulfida, bijih oksida (hematite, cassiterite),
malachite, cerrusite dan juga untuk bijih non metal seperti fluorite, phosphate dan pada
pengolahan batubara halus (fine coal).
Flotasi/Flotation merupakan proses yang memanfaatkan sifat flotability suatu mineral
dimana suatu mineral ditenggelamkan pada aliran cairan fluida. Flotation (flotasi) berasal dari
kata float yang berarti mengapung atau mengambang. Flotasi dapat diartikan sebagai suatu
pemisahan suatu zat dari zat lainnya pada suatu cairan/larutan berdasarkan perbedaan sifat
permukaan dari zat yang akan dipisahkan, dimana zat yang bersifat hidrofilik tetap berada fasa
air sedangkan zat yang bersifat hidrofobik akan terikat pada gelembung udara dan akan terbawa
ke permukaan larutan dan membentuk buih yang kemudian dapat dipisahkan dari cairan tersebut.
Frotability (daya apung) adalah kemampuan butiran mineral untuk dapat mengapung yang
ditentukan oleh tendensi dari butiran mineral untuk melekat (mengikat diri) pada gelembung
udara yang relatif besar dan kemudian mengapung kepermukaan cairan pulp. Daya apung suatu
butiran mineral tergantung pada sifat permukaan butiran mineral tersebut dapat dikontrol dan
diubah-ubah dalam proses flotasi dengan mempergunakan reagen kimia yang berbeda-beda.

3
Setelah mineral melekat/menempel pada permukaan gelembung, maka terjadi
kesetimbangan tegangan aantarmuka pada titik kontak tiga fasa. Gambar dibawah ini
menunjukan kontak antara permukaan mineral dan gelembung udara

Fasa Tegangan antara udara, padatan dan cairan

Kesetimbangan tegangan antarmuka pada titik kontak tiga fasa dapat dinyatakan sebagai berikut:

Tsg = Tsa+Tag Cos , sehingga Cos

(Tsg = Tsa)/Tag =Cos

Dimana :

Tsg = tegangan antarmuka mineral-gelembung

Tsa = tegangan antarmuka mineral-air

Tag = tegangan antarmuka air-gelembung

= sudut antar permukaan gelembung dengan mineral disebut sudut kontak.

Sudut kontak sering digunakan untuk mengukur kehidrophibian permukaan mineral.


Sudut kontak nol, atau = nol, artinya air menutupi atau menyelimuti permukaan mineral.
Permukaan mineral dibasahi oleh air. Mineral ini dikategorikan sebagai mineral hydrophilic.

4
Sudut kontak 1800, artinya udara menutupi atau menyelimuti permukaan mineral, atau mineral
tidak dibasahi oleh air. Mineral ini dikategorikan sebagai mineral hydrophobic.

Sudut kontak terbesar yang dibangun antara mineral, gelembung dan udara adalah 110 0.
Sudut kontak pada operasi pemisahan yang menggunakan metode flotasi adalah antara 60-1100.
Semakin besar sudut kontak semakin besar kemungkinan mineral menjadi hydrophobic,
sehingga semakin besar pula untuk memperbesar sudut kontak, maka cos harus diperkecil.

Energi Antarmuka

Energi antarmuka yang dibangun oleh mineral, gelombang dan air dapat ditentukan
dengan pendekatan energi bebas dari dua keadaan.

1. Energi bebas sistem sebelum gelembung dan solid menyatu, W1


2. Energi bebas sistem setelah gelembung dan solid bergabung, W2
3. Gelembung dan padatan akan menempel jika terjadi penurunan energi. Atau W2 lebih
kecil dari W1
Perubahan energi antarmuka setelah terjadi pelekatan adalah :

W1 = Aag. Tag + Asa. Tsa

W2 = (Aag Asg) Tag + Asg + Tsg(Asa Asg) Tsa

W > 0, atau W = W1 - W2 = Tag+ Tsa- Tsg

W = Tag(1- cos )

Flotability adalah sifat kimia darimineral yaitu kekuatan mengapung mineral yang
tergantung pada senang tidaknya terhadap udara. Terdapat dua macam jenis mineral, yaitu :

1. Polar, senang pada air (hydrofillic/aerophobic)

2. Non polar, senang pada udara (hydrophobic/aerofillic)

Hydrophobicity menunjukan kecenderungan permukaan mineral untuk dibasahi air.


Ketika mineral-mineral bijih berada dalam air, maka permukaan mineral-mineral tersebut akan
merespon air sesuai dengan sifat kimia-fisikanya. Mineral-mineral yang permukaannya tidak

5
terbasahi oleh air disebut mineral hydrophobic atau mineral tak suka air, sedangkan mineral-
mineral yang permukaannya terbasahi oleh air disebut mineral hydrophilic atau mineral suka air.
Pada metode flotasi, mineral hydrophobic akan menempel pada gelembung dan naik ke
permukaan air membentuk buih mineral. Sedangkan mineral hydrophilic tidak dapat menempel
pada gelembung dan tetap didalam air.

Karakteristik Mineral Dalam Fluida Air Pada Proses Flotasi

Pada awalnya, flotasi digunakan untuk mengambil mineral logam seperti: tembaga, Pb
dan seng. Perkembangan selanjutnya flotasi digunakan untuk pemisahan mineral seperti: nikel,
molybenum, mangan, chromium dan cobalt. Sekarang, flotasi digunakanuntuk berbagai
keperluan, termasuk digunakan untuk mineral non logam seperti: mika, fluorite, feldspar dan
batubara. Bahkan digunakan untuk pengolahan atau penjernihan air. Flotasi dimanfaatkan untuk
mengambil mineral-mineral berbahaya yang terdapat didalam air.

Secara umum flotation melibatkan 3 fase yaitu cair (sebagai media), padat (partikel yang
terkandung dalam cairan) dan gas (gelembung udara).Proses flotasi dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu directional flotation dan reverse flotation. Directional flotation yaitu proses flotasi dimana mineral
berharga akan terangkat ke atas membentuk buih yang mengapung di permukaan pulp. Sedangkan reverse
flotation adalah proses floatasi dimana partikel mineral yang diapungkan merupakan mineral pengotor
(gangue).

6
Flotasi merupakan suatu cara konsentrasi kimia fisika untuk memisahkan mineral berharga
dari yang tidak berharga, dengan mendasarkan atas sifat permukaan mineral yaitu senang
tidaknya terhadap udara.
Flotasi dilakukan dalam media air sehingga terdapat tiga fase, yaitu :
1. Fase padat
2. Fase cair
3. Fase udara
Flotability adalah sifat kimia darimineral yaitu kekuatan mengapung mineral yang
tergantung pada senang tidaknya terhadap udara.

Pada proes ini mineral dapat dipandang atau dibedakan menjadi beberapa bagian :
1. Mineral Benci Air ( Hidrophobik )
Mineral yang mudah melekat pada gelembung udara pada cairan, mineral ini umumnya
mineral yang dikehendaki.

2. Mineral Senang Air ( Hidrophilik )


Mineral yang tidak mudah melekat pada gelembung udara pada cairan.

Dengan mendasarkan sifat mineral tersebut maka mineral yang satu dengan lainnya dapat
dipisahkan dengan gelembung udara.Persyaratan yang harus dipenuhi dalam flotasi adalah :
1. Diameter partikel harus disesuaikan dengan butiran mineral
2. Persen solid yang baik 25% - 45% (pryor), 15% - 30% (gaudin)
3. Sudut kontak yang baik sekitar 60o 90o, berarti usaha adhesinya besar sehingga udara dapat
menempel pada permukaan mineral yang mengakibatkan mineral dapat mengapung. Sudut
kontak merupakan sudut yan dibentuk antara gelembung udara dengan mineral pada suatu titik
singgung. Sudut kontak mempengaruhi daya kontak antara bijih dengan gelembung udara. Untuk
melepaskan gelembung dan mineral dibutuhkan usaha adhesi (Wum).
4. pH Kritis
pH kritis merupakan pH larutan yang mempengaruhi konsentrasi kolektor yang digunakan dalam
pengapungan mineral. Pada gambar dibawah menunjukkan hubungan antara konsentrasi sodium
diethyl dithiophosphate dan pH kritis. Mineral yang digunakan adalah pyrite, galena dan
chalcophyrite. Konsentrasi kolektor tersebut dapat mengapungkan chalcophyrite dari galena pada
pH 7 9, galena dari pyrite pada pH 4 6 dan chalcophyrite dari pyrite pada pH 4 9.
7
Faktor- faktor yang mempengaruhi flotation adalah ukuran partikel, pH larutan , surfaktan,
dan bahan kimia yang lain, misalnya koagulan. Ukuran partikel yang besar membuat partikel
tersebut cenderung untuk mengendap sehingga susah untuk terflotasi. Sedangkan pH yang tinggi
partkel cenderung mengendap. Fungsi surfaktan adalah kolektor yang merupakan reagen yang
memiliki gugus polar dan gugus non polar sekaligus. Kolektor akan mengubah sifat partikel dari
hidrofil menjadi hidrofob. Sedangkan penambahan koagulan dapat mengakibatkan ukuran
partikel-partikel menjadi lebih besar. Factor lain yang mempengaruhi flotasi adalah laju udara
yang berfungsi sebagai pengikat partikel yang memiliki sifat permukaan hidrofobik, persen
padatan, untuk flotasi pada partikel kasar dapat dilakukan dengan persen padatan yang besar
demikian sebaliknya, besar laju pengumpanan yang berpengaruh terhadap kapasitas dan waktu
tinggal. Laju udara pembilasan yang berfungsi untuk mengalirkan konsentrrat ke dalam lounder.
Ketebalan lapisan buih dan ukuran gelembung udara juga mempengaruhi flotasi.
Berdasarkan pada mineral yang diapungkan, flotasi dibagi menjadi dua tipe yaitu: flotasi
langsung dan flotasi tak langsung. Pada flotasi langsung, mineral berharga diapungkan dan
dikeluarkan sebagai konsentrat. Pada flotasi ini mineral berharga adalah mineral hydrophobic.
Sedangkan pada flotasi tak langsung atau reverse floatation, mineral gangue yang diapungkan
dan dikeluarkan sebagai tailing. Pada flotasi ini mineralberharga adalah mineral hydrophilic dan
tetap berada didalam air.

2.2 Mekanisme Flotasi

Flotasi adalah proses konsentrasi mineral berharga berdasarkan perbedaan tegangan


permukaan dari mineral didalam air (aqua) dengan cara mengapungkan mineral ke
permukaan.Beberapa jenis partikel yang tercampur dapat dipisahkan salah satu jenisnya dari
campurannya atau bila memungkinkan dan dapat terpisah keseluruhan jenis sehingga dapat
terkonsentrasi dari tiap tiap jenis. Pemisahan dari partikel partikel dalam flotasi ini
ditunjukkan oleh penentuan kontak antara tiga fasa, yaitu fasa partikel padat yang akan
diapungkan, larutan aqua elektrolit, dan gas ( biasanya dipakai udara ) hampir semua zat
anorganik dapat dibasahi oleh fasa aqua. Oleh karena iu langkah pertama dalam flotasi adalah
menggantikan sebagian dari antar fasa padat-cair menjadi antara fasa padat-gas. Sebagian

8
hasilnya didapat bahwa permukaan partikel akan menjadi pobi air (hidropobik). Flotasi dari
mineral mineral umumnya dibagi atas dua bagian yaitu :

1. flotasi mineral-mineral logam (metallic minerals) umumnya mineral-mineral sulfida.


2. fotasi mineral-mineral bukan logam (non metallic minerals), meliputi logam- logam
oksida, silikat, sulfat, karbona, halit dan fosfat, juga felsfar, garnet, muskovit, batu
semen, fluosfar dan lain-lain.
Mekanisme flotasi didasarkan pada adanya pertikel mineral yang dibasahi (hidropilik)
dengan partikel mineral yang tidak dibasahi (hidropobik). Partikel- partikel yang basah tidak
mengapung dan cenderung tetap berada dalam fasa air. Di lain pihak partikel-partikel hidropobik
(tidak dibasahi) menempel pada gelembung,naik ke permukaan,membentuk buih yang
membentuk partikel dan dipisahkan.

Secara garis besarnya pemisahan dengan cara flotasi dilakukan dengan menggunakan 2
tahap: yaitu tahap conditioning dan tahap pengapungan mineral (flotasi). Pada tahap conditioning
bertujuan untuk membuat suatu mineral tertentu bersifat hidropobik dan menpertahankan mineral
lainnya bersifat hidropilik. Pada tahap conditioning ini ini kedalam pulp dimasukkan beberapa
reagen flotasi.Sedangakan pada tahap flotasi atau aerasi adalah tahap pengaliran udara kedalam
pulp secara mekanis baik agitasi maupun injeksi udara.

Mekanisme Pemisahan Mineral Dalam Sel Flotasi


Pemisahan terjadi dengan pengapungan mineral hydrophobic ke permukaan air.
Sedangkan mineral hydrophilic tetap di dalam fasa air. Gelembung udara pada proses flotasi
dapat berbentuk akibat adanya putaran impeler.

9
Mekanisme Pemisahan Mineral Hydrophobic Dengan Mineral hydrophiliic

Mekanisme Penempelan,Pelekatan Mineral-Gelembung


Pelekatan mineral pada gelembung udara tergantung pada kemampuan dari mineral dan
gelembung mengatasi gaya-gaya terdapat dalam lapis tipis air.

Mekanisme penempelan,pelekatan mineral-gelembung udara terdiri dari tiga tahap yaitu:

10
1. Gelembung dan atau mineral saling mendekat, kemudian menghasilkan suatu suatu
lapisan tipis air diantaranya. Dalam kondisi ini, partikel mineral bergerak sesuai dengan
hukum hidrodinamika.
2. Mineral dan gelembung terus saling mendekat, hal ini mengakibatkan lapis tipis air
(water film) semakin tipis dan akhirnya terjadi kerusakan atau pecahnya lapis tipis.
3. Hilangnya lapis tipis akan diikuti dengan terjadinya penempelan mineral-gelembung.
Pelekatan atau penempelan ini diawali dengan terbentuknya kontak tiga fasa yang
dengan cepat meluas dan stabil.

Skematika pelekatan mineral-gelembung

Ada 3 gaya dalam film air yang harus diatas sampai terjadinya pelekatan gelembung-
mineral yaitu:

1. Gaya tarik antar molekul, Van Der Waals


2. Gaya elektrostatik yang timbul dari tarik menarik double layer di air dan sekitar
mineral.
3. Hydrasi dari group hydrophilic yang ada pada peermukaan mineral.

2.2.1 Konsentrasi secara Flotasi (Flotation Concentration)

Konsentrasi flotasi mendominasi proses pengolahan mineral pada tambang tembaga,


emas dan logam dasar skala besar. Hal ini disebabkan karena proses ini tidak tergantung pada

11
densitas dan perbedaan gaya gravitasi serta mudah dikendalikan melalui reagenreagen tertentu
dalam merubah sifat permukaan mineral.
Selain pada logam, flotasi juga dapat diterapkan pada instalasi pengolahan batubara yang
berkukuran halus. Dalam industri pengolahan mineral, umpan untuk proses flotasi terlebih
dahulu melalui penggerusan dan pengayakan. Karena operasinya dalam kondisi basah, maka
penanganan material hasil pengolahan memerlukan perhatian khusus.
Konsentrasi flotasi adalah salah satu tahap operasi dalam pengolahan bahan galian yang
operasinya mempergunakan sifat perbedaan kemampuan dibasahi oleh air/udara dari mineral-
mineral yang akan dipisahkan.
Dalam pengolahan bahan galian, flotasi didefinisikan sebagai metoda fisika kimia untuk
memisahkan mineral berharga dari yang tidak berharga dengan cara mengapungkan salah satu
mineral ke permukaan pulp. Proses pemisahan mineral berharga dari yang tidak berharga dengan
cara pengapungan ini didasarkan pada sifat permukaan mineral apakah suka terhadap udara
(takut air) atau suka terhadap air (takut udara). Mineral yang diapungkan adalah mineral yang
tidak dibasahi (suka udara) disebut mineral hydrophobic, sedangkan mineral yang tidak
diapungkan adalah mineral yang dibasahi (suka air) disebut mineral hidrophilic.

A. Proses Pengapungan
Kondisi utama agar proses flotasi berlangsung dengan baik yaitu adanya partikel-partikel
tertentu (yang akan diapungkan) menempel pada gelembung udara kemudian bersama-sama naik
ke permukaan. Syarat agar hal ini dipenuhi antara lain:
Ukuran partikel harus cukup kecil
Ukuran partikel untuk proses flotasi biasanya lebih kecil dari 65 mesh tetapi lebih besar dari 10 -
m, kecuali untuk batubara ukuran terkecilnya bisa sampai 20 mesh.
Gelembung harus cukup besar
Sifat-sifat fisik yang menentukan apakah partikel menempel pada gelembung atau tidak
Partikel yang akan diapungkan harus bersifat hidrophobic, sedangkan partikel yang tidak
diapungkan harus bersifat hidrophilic. Keterapungan (floatability) dari suatu partikel ditentukan
oleh kecenderungannya untuk menempel pada permukaan gelembung udara, dan ini terutama
tergantung pada sifat-sifat permukaan partikel. Massa jenis dan sifat-sifat fisika lainnya
memegang peranan yang sangat kecil.

12
Perlekatan partikel pada gelembung udara dalam media air tergantung pada laju penipisan
air antara gelembung dan permukaan partikel.

Proses perlekatan partikel pada gelembung udara dapat dibagi dalam tiga tahap,
yaitu :
1. Partikel - gelembung udara saling mendekati, menghasilkan suatu lapis tipis diantaranya. Di
daerah ini partikel bergerak menurut hukum hidrodinamika
2. Penipisan lapis tipis air. Daerah ini disebut lapis diffusion bonding
3. Hilangnya lapis tipis air. Gerakan partikel dikendalikan oleh gaya interaksi lapis rangkap dan
gaya interaksi molekul. Perlekatan diawali dengan terbentuknya kontak tiga fas yang dengan
cepat meluas.

B. Reagen Kimia
Proses flotasi dapat berlangsung optimal bergantung dari reagen-reagen yang digunakan.
Keberhasilan pemisahan mineral secara flotasi ditentukan oleh ketepatan penentuan reagen kimia
yang digunakan. Penggunaan reagen flotasi ini tidak dimaksudkan untuk mengubah sifat-sifat
kimia dari partikel tersebut tetapi hanya mengubah sifat permukaan dengan menyerap ( adsorsi)
reagen flotasi tersebut.

Reagen tersebut memiliki masing-masing kegunaan atau saling melengkapi reagen lain.
Berikut ini reagen-reagen yang digunakan yaitu:kolektor, modifier dan frother.

B1. Colector

Suatu reagen yang memberikan sifat menempel pada udara sehingga mineral tersebut
senang pada udara. Kolektor merupakan zat organik dalam bentuk asam, basa atau garam yang
berbentuk heteropolar, yaitu satu ujungnya senang pada air dan satu ujungnya senang pada
udara. Molekul kolektor berupa senyawa yang dapat terionisasi menjadi ion-ion dalam air
(ionizing collector) atau berupa senyawa yang tidak dapat terionisasi dalam air (non ionizing
collector). Non ionizing colector umumnya merupakan hidrokarbon cair yang dihasilkan dari
minyak maupun batubara (heptane = C7H12, toluen = C6H5CH3). Sedangkan ionizing collector
merupakan jenis kolektor yang molekulnya memiliki struktur heteropolar, yaitu salah satu

13
kutubnya bersifat polar(dapat dibasahi air), sedangkan kutub lainnya bersifat non polar (tidak
dapat dibasahi air).

Gambar Klasifikasi kolektor

Berdasarkan sifat, ionizing collector diklasifikasikan menjadi dua yaitu annionic collectordan
cationic collector. Macam-macam Kolektor antara lain :

a. Xanthate, hasil reaksi alkohol, alkali dan sulfida karbon


b. Aerofloat, reaksi fenol dengan penta sulfida phosphor
c. Thio carbonalit (urae), sebagai serbuk halus
d. Fatty acid (asam lemak), untuk flotasi non logam
e. Oleic acid
f. Palmatic acid

14
Kelompok Thio yang digunakan sebagai Kolektor

B2. Modifier / Conditioner

Modifier adalah reagen kimia yang diperlukan dalam proses flotasi untuk
mengintensifkan selektifitas dari pekerjaan kolektor. Efek yang umum dihasilkan adalah
menaikaan dan menurunkan hidropobisitas dari suatu permukaan partikel tertentu.Modifier ini
biasanya anorganik. Jenis modifier ini adalah activator, dispersant, depresant, PH regulator (
pengatur pH)

a) Aktivator
Merupakan reagan yang digunakan dalam flotasi untuk meningkatkan kerja dari
kolektor pada permukaan partikel mineral. Ini berarti bahwa reagen activator membantu
untuk mengapungakan mineral pada saat proses flotasi.
b) Dispersant
Merupakan reagen yang digunakan untuk mencegah terjadinya penggumpalan antar
partikel mineral sehingga interaksi antara mineral dan gelembung udara menjadi lebih
optimal.
c) Depresant
Merupakan reagen yang ditambahkan untuk membentuk lapisan kimia polar yang
membungkus partikel solid sehingga menambahkan sifat hidrofobik ke partikel solid

15
lain yang tidak diinginkan.Dengan kata lain depresan adalah reagen flotasi yang
membantu untuk menenggelamkan partikel mineral.

Beberapa contoh depresant adalah:


ZnSO4 untuk mendepress sphalerit (ZnS) pada pH cukup tinggi (sekitar pH = 9-11)
NaCN untuk mendepress sphalerit, pirit, Au, Ag
Activator: reagen yang berfungsi membantu kolektor agar interaksi kolektor dengan mineral
tersebut bekerja dengan baik. Contoh activator adalah:
CuSO4 ion-ion Cu++ diadsorpsi (diserap) oleh permukaan mineral yang sebelumnya
bekerja kurang baik dengan kolektor. Dengan diserapnya ion-ion Cu++ pada permukaan
mineral akhirnya mineral tersebut menjadi hidrofobik (suka udara)
Na2S.9H2O ion-ion S2- diadsorp oleh permukaan mineral sulfida yang berubah
menjadi oksida sehingga permukaan mineral menjadi sulfida lagi.

d) pH Regulator
Merupakan reagen yang digunakan untuk mengontrol pH karena sifat hidrofobik akan
berlangsung optimal pada range pH tertentu.Pengaturan pH dari pulp ini dilakukan dengan
penabahan kapur, sodium karbonat, sodium hidroksida atau ammonium untuk menaikkannya
dengan penambaahan sulfuric, sulfuros tau asam klorida. Ada dua jenis pH regulator, yaitu:
1. pH regulator asam, yaitu pH regulator dalam lingkungan asam. Contoh: H2SO4
2. pH regulator basa, yaitu pH regulator dalam lingkungan basa. Contoh: lime (CaO),
soda abu (Na2CO3), NaOH

Contoh reagen modifier adalah sebagai berikut: lime CaO, soda ash Na2CO3, NaOH,
asam H2SO4, HCl. Modifiers kationik: Ba2+, Ca2+, Cu+, Pb2+, Zn2+, Ag+. Modifiers anionik:
SiO32-, PO43-, CN-, CO32-, S2-. Organic modifers: dextrin, starch, glue, CMC.

B3. Frother

Frother merupakan zat organik hydrocarbon yang terdiri dari polar dan non polar. Frother
(pembuih) akan terkonsentrasi pada antar muka udara dan air. Kehadiran froter pada fasa cair
pada larutan reagen kimia yang dipakai dalam flotasi untuk membentuk buih atau busa. Reagen
ini mempunyai permukaan yang aktif dan biasanya pada flotasi berguna untuk meningkatkan

16
gelembung udara dan menolong supaya gelembung menyebar. Ini berarti memperbaiki kondisi
penempelan partikel mineral dan menaikaan stabilitas busa.

Slime merupakan cairan yang memiliki fiscositas yang tinggi sehingga cairan pulp, yang
ingin di aduk mengalami kesulitan dalam proses pencampuran, dan ketika di berikan gelembung
udara akan sulit menghasilkan buih sehingga akan menghambat proses flotasi
Kontak antar mineral udara dan air dikenal dengan kontak tiga fasa dan sudut yang
terbentuk antara mineral dengan antar muka udara-air yang diukur pada fasa air disebut dengan
sudut kontak. Sudut kontak = 0, berarti permukaan padatan diselimuti air (hidropilik) dan sudut
kontak = 1800 udara menutupi padatan. Sudut kontak sering digunakan sebagai ukuran
kehidropobikan permukaan mineral.

Kinerja Frother
Dengan demikian frother ini dapat menimbulkan gelembung udara. Molekul frother adalah
heteropolar, terdiri dari gugusan hydroxyl bersifat polar yang menarik air dan rantai hidrokarbon
sebagai gugusan non polar.

Pemakaian frother pada proses flotasi sangat penting dilihat dari fungsinya yaitu :

17
1. Frother mencegah perpaduan gelembung udara dan menjaga kestabilan gelembung
untuk selama periode waktu yang cukup lama.

2. Lapisan frother pada kulit gelembung udara menaikkan ketahanan

gelembung terhadap bermacam macam ketahanan dari luar.

3. Lapisan frother pada gelembung mengurangi kecepatan gelembung didalam pulp,


sehingga kontak gelembung dengan mineral-mineralakan menimbulkan kondisi yang
lebih baik yang menguntungkan proses flotasi.
Beberapa karateristik Frother:

1. Suatu substansi organik.

2. Molekulnya heteropolar terdiri dari satu atau lebih gugusan HC yang dihubungkan satu grup
yang polar.

3. Kelarutannya tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil.

4. Tidak ter-ion.

5. Busa atau buih akan segera patah detelah berpindah dari sell flotasi.

6. Mempunyai aktivitas kimia yang lemah.

Macam-macam frother yaitu:

a. Methyl amil aleohol


b. Methyl iso butil carbinol
c. Cresitic acid
d. Pine oil
e. Polypropileneglycol eether
f. Tricthoxy butane

18
Tabel Reagen Kimia Pada Proses Froth Flotation

C. Operasi Flotasi
1. Conditioning dan Aerasi
Operasi atau proses flotasi sebenarnya terdiri dari dua tahap, yaitu:
1. Conditioning
Conditioning merupakan tahapan dari flotasi dimana permukaan mineral yang berada
dalam pulp diolah dengan reagen kimia sedemikian rupa sehingga apabila diberi udara maka
mineral tertentu akan mengapung dan mineral lainnya akan tenggelam agar proses flotasi
berlangsung dengan baik. Proses conditioning dilakukan dalam alat yang disebut conditioner.
Mekanisme yang diperlukan pada conditioning yaitu:
Pengadukan
Reagen terdispersi (tersebar) ke seluruh pulp

19
Kontak berulang-ulang antara molekul-molekul reagen dengan partikel-partikel
mineral
Harus cukup waktu kontak agar interaksi reagen dengan partikel berlangsung baik.
Waktu yang diperlukan di sini disebut waktu conditioning
Tidak ada udara yang masuk
2. Proses aerasi
Proses aerasi merupakan tahapan proses flotasi dengan memasukkan aliran udara ke
dalam pulp yang telah mengalami conditioning, sehingga timbul gelembung-gelembung udara
dalam pulp. Pada proses aerasi ini partikel-partikel mineral yang bersifat hidrofobik (suka udara)
akan menempel pada gelembung udara kemudian naik ke atas dan keluar bersama-sama.
Apungan ini selanjutnya ditampung, gelembung udara pecah dan tinggal padatannya. Partikel-
partikel mineral yang bersifat hidrofilik (suka air) akan tetap tenggelam dan menjadi produktan
berupa endapan. Dengan demikian dapat dipisahkan antara apungan (froth) dan endapan (sink).
Mekanisme operasi flotasi dan zona-zona yang terjadi dalam proses flotasi dapat digambarkan
seperti pada Gambar dibawah.

20
Gambar Mekanisme flotasi dan zona-zona dalam proses flotasi
(contoh pada mesin flotasi denver sub-A)

2.3. Jenis-jenis Proses Flotasi


Jenis-jenis proses flotasi antara lain:
1. Flotasi ruah (bulk flotation)
Flotasi ruah merupakan proses flotasi yang mengapungkan sekelompok mineral.
Produkta berupa konsentrat dan tailing. Sebagai contoh adalah bijih kompleks Pb-Cu-Zn. Jika
pada bijih kompleks ini dilakukan flotasi ruah maka akan didapatkan konsentrat dan tailing.
Konsentrat tetap mengandung Pb-Cu-Zn tetapi dengan kadar yang lebih tinggi.
2. Differential flotation
Pada differential flotation, dilakukan proses flotasi secara bertahap terhadap konsentrat
dari flotasi ruah. Flotasi tahap pertama akan dihasilkan apungan berupa misalnya konsentrat Pb
dan endapan yang masih banyak mengandung Cu dan Zn. Pada tahap kedua, endapan diolah

21
(dilakukan proses flotasi) untuk menghasilkan apungan berupa konsentrat Cu dan endapan yang
masih banyak mengandung Zn. Pada tahap ketiga dilakukan proses flotasi pada endapan yang
masih banyakmengandung Zn, dihasilkan apungan berupa konsentrat Zn dan endapan yang
merupakan tailing akhir.
3. Selective flotation
Pada selective flotation, dilakukan proses flotasi seperti pada proses differential flotation
tetapi tanpa dilakukan proses flotasi ruah terlebih dahulu. Berbeda dengan differential flotation,
pada selective flotation pada setiap tahapnya dilakukan dalam jumlah yang besar sehingga
peralatan yang dipakai juga lebih banyak.

2.4. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Proses Flotasi


Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses flotasi adalah sebagai berikut:
1. Ukuran partikel
Jika ukuran partikel terlalu besar maka partikel sulit untuk tertempel dan terbawa ke atas
oleh gelembung udara, sedangkan kalau partikel terlalu halus maka sifat permukaan memberikan
efek atau pengaruh yang hampir sama antara partikel yang akan diapungkan dan partikel yang
tidak diapungkan. Dengan demikian jika ukuran partikel mineral terlalu besar atau terlalu kecil
maka recovery (perolehan) akan lebih kecil. Ukuran partikel untuk proses flotasi biasanya lebih
kecil dari 65 mesh tetapi lebih besar dari 10 m, kecuali untuk batubara ukuran terkecilnya bisa
sampai 20 mesh.
2. Persen padatan
Persen padatan pulp yang optimum untuk flotasi mineral umumnya adalah 25%. Untuk
flotasi batubara persen padatan sebesar 25% ini terlalu tinggi. Umumnya persen padatan untuk
flotasi batubara berkisar antara 3-20%, dengan rata-rata sekitar 7%. Bilamana ukuran partikel
lebih kasar maka persen padatan juga tinggi, dan sebaliknya jika ukuran partikel lebih halus
maka persen padatan juga harus lebih rendah.
3. Derajat oksidasi
Derajat oksidasi mineral akan mempengaruhi sifat keterapungan mineral tersebut. Sifat
keterapungan akan menurun dengan adanya pengaruh oksidasi pada permukaan mineral. Tingkat
oksidasi akan semakin besar dengan semakin meningkatnya dan lamanya mineral berada di
udara terbuka.

22
4. pH pulp dan karakteristik air
Secara umum nilai pH pulp dan jumlah garam terlarut dalam air yang digunakan pada
proses flotasi merupakan faktor yang penting. Sifat permukaan mineral bisa berbeda pada harga
pH yang berbeda sehingga sangat mempengaruhi perolehan dari proses flotasi. Adanya lempung
atau slimes dalam air dapat mencegah pengapungan mineral. Hal ini dapat dikendalikan dengan
penggunaan reagen kimia yang cocok sehingga slime tersebut dapat digumpalkan kemudian
dikeluarkan, atau dengan penggunaan air bersih dalam sirkit flotasi.
5. Reagen flotasi
Reagen flotasi baik jenis maupun jumlah (dosisnya) seperti telah dijelaskan sebelumnya
akan sangat mempengaruhi keberhasilan proses flotasi. Jenis maupun jumlah reagen flotasi baik
itu kolektor, frother, maupun modifier harus betul-betul sesuai penggunaannya untuk
mendapatkan hasil yang optimal.
6. Kecepatan putaran pengaduk dan laju pengaliran udara
Kecepatan putaran pengaduk dan laju pengaliran udara pada proses flotasi akan optimal
pada harga-harga tertentu.

2.5. Mesin (Sel) Flotasi

Beberapa variabel yang mempengaruhi hasil flotasi dengan menggunakan sel flotasi
adalah kecepatan pengaliran udara, gelas poros dari alat, densitas dari pulp, ukuran alat (
ketinggian kolom dari dasar sampai permukaan pulp) dan kondisi dari pulp (PH, adsorbsi,
desorbsi). Dengan kondisi yang tertentu dari kecepatan aliran udara, ukuran atau diameter
bukaan (P = opening) dari gelas poros menghasilkan gelembung udara dengan diameter yang
kecil. Densitas dari pulp, volume dari pulp dan ukuran alat juga merupakan faktor variabel yang
penting. Jika densitasnya terlalu tinggi, tabrakan antar partikel akan lebih besar dan
kemungkinan penempelan partikel-partikel yang mengapung harus diapungkan. Salah satu faktor
penentu dalam proses flotasi yang mempengaruhi kemampuan flotasi dari mineral mineral
adalah mesin flotasi perbaikan dari perencanaan impeller dan bentuk dari pada cell, dan beberapa
harga parameter operasi seperti kecepatan impeller/konsumsi udara dan tenaga, memegang
peranan penting. Setiap perusahaan mempunyai karakteristik tersendiri dalam merencanakan cell
ini. Sebagai contoh ratio kedalaman dan panjang dari tank, jumlah sudut sudut pada impeller

23
dan ratio dari ketebalan impeller terhadap diameternya mempuinyai harga harga berlainan.. Sel
flotasi (flotation cell) dan sel flotasi mikro (mikro flotation cell) merupakan contoh dari jenis
alat flotasi. Untuk skala laboratorium alat flotasi yang digunakan adalah mikroself flotasi.

JENIS SEL FLOTASI

Sel flotasi berfungsi untuk menerima pulp dan dilakukan proses flotasi. Jenis sel
mendasarkan atas pemasukan udara adalah :

1. Agitation Cell
Alat ini jarang digunakan, sebab adanya perkembangan dengan diketemukannya sub
aeration cell. Udara masuk ke dalam cell flotasi karena putaran pengaduk.
2. Sub Aeration Cell
Udara masuk akibat hisapan putaran pengaduk. Alat ini paling praktis sehingga banyak
digunakan.
3. Pneumatic Cell
Alat ini jarang sekali yang menggunakan, udara langsung dihembuskan ke dalam cell
4. Vacum and Pressure Cell
Udara masuk karena tangki dibuat vakum oleh pompa penghisap dan udara dimasukkan
oleh pompa injeksi.
5. Cascade Cell
Udara masuk karena jatuhnya mineral.

Syarat cell adalah :


1. Pulp tidak mengandap (dilengkapi dengan alat agitasi)

2. Ada pengatur tinggi pulp

3. Ada daerah yang relatif tenang sehingga butiran yang menempel gelembung udara
mudah naik ke permukaan

4. Konstruksi dibuat sehingga tidak terjadi short circuit

5. Mempunyai resirkulasi dan pengeluaran midling

24
6. Harus mempunyai penerimaan pulp dan pengeluaran busa yang menumpuk

7. Mempunyai permukaan bebas untuk gelembung-gelembng yang sudah mengandung


mineral, sehingga tidak mempengaruhi agitasi

8. Harus dilengkapi dengan pengeluaran froth.

2.6. Keuntungan dan Kerugian Proses Flotasi


Keuntungan dari proses flotasi, antara lain;
Hampir semua mineral dapat dipisahkan dengan proses flotasi.
Sifat permukaan dapat dikontrol dan diubah oleh flotasi reagen.
Sangat cocok untuk pemisahan mineral sulfida.
Kerugian dari proses flotasi meliputi;
Biayanya digunakan dalam proses flotasi sangat mahal
Metode yang digunakan dalam pengolahan rumit, karena harus mengapung.
Dipengaruhi oleh slime.

25

Anda mungkin juga menyukai