PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Malakah ini dibuat bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi
dan tata tulis ilmiah, sekaligus membuat mahasiswa mengerti, dan memahami
materi Pengolahan Mineral tentang Flotasi yang mana sesuai dengan bidang
keilmuan Teknik Metalurgi
1.4 Metodologi
Rangkaian percobaan yang dilakukan meliputi :
a) Preparasi sampel dan karakterisasi sampel.
1
b) Pelindian terhadap sampel bijih yang sudah dipreparasi
c) Penenetuan konsentrasi Pb terlarut sebagai fungsi waktu pada berbagai kondisi
percobaan
1.5 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat untuk penulis
Penulis dapat menyelesaikan tugas metodologi dan tatatulis ilmiah dan dapat
menambah pengetahuan serta wawasannya tentang flotasi
2. Manfaat untuk pembaca
Pembaca dapat menambah wawasan dan informasi tentang flotasi.
2
BAB II
DASAR TEORI
3
untuk dilebur atau dimanfaatkan. Oleh sebab itu bahan galian tersebut perlu
menjalani pengolahan agar mutu atau kadarnya dapat ditingkatkan sampai
memenuhi kriteria pemasaran atau peleburan (Ardha dkk, 2014 ).
Metode pengolahan bahan galian tergantung dari jenis bahan galian tersebut,
salah satu bahan galian yang mengandung logam emas dan tembaga adalah
endapan porfiri. Endapan mineral ini yang terjadi akibat suatu intrusi dan kontak
dengan batuan samping yang mengakibatkan terjadinya mineralisasi. Porfiri
bersifat epigenetic. Produk utama dari Porfiri adalah Cu-Au atau Cu-Mo. Tujuan
pengolahan endapan porfiri yaitu untuk mendapatkan nilai atau kadar Cu dan Au
dengan tingkat kadar yang tinggi. Pada pengolahan bijih emas dan tembaga,
metode yang dilakukan untuk meningkatkan kadar emas dan tembaga salah
satunya adalah dengan melakukan metode flotasi (Sabtanto J, 2008).
Konsentrasi/ pemisahan adalah suatu proses untuk memisahkan mineral
berharga dan tidak berharga. Konsentrasi merupakan tahap lanjutan setelah
dilakukan preparasi terhadap bijih. Produk yang dihasilkan dari suatu proses
konsentrasi bijih dinamakan konsentrat, sedangkan tailing tidak mengandung
mineral berharga di dalam proses konsentrasi istilah middling dipergunakan untuk
buangan yang masih mengandung mineral berharga, sehingga terhadap middling
ini masih dapat dilakukan kembali proses konsentrasi. Beberapa proses
konsentrasi antara lain konsentrasi gravitasi, flotasi, pemisahan elektrostatik dan
pemisahan magnetik.
4
cair (sebagai media), padat (partikel yang terkandung dalam cairan) dan gas
(gelembung udara).
Flotasi merupakan suatu cara konsentrasi kimia fisika untuk memisahkan
mineral berharga dari yang tidak berharga, dengan mendasarkan atas sifat
permukaan mineral yaitu senang tidaknya terhadap udara.
Flotasi dilakukan dalam media air sehingga terdapat tiga fase, yaitu :
- Fase padat
- Fase cair
- Fase udara
Flotability adalah sifat kimia dari mineral yaitu kekuatan mengapung mineral
yang tergantung pada senang tidaknya terhadap udara. Terdapat dua macam jenis
mineral, yaitu :
- Polar, senang pada air (hydrofillic/aerophobic)
- Non polar, senang pada udara (hydrophobic/aerofillic)
Dengan mendasarkan sifat mineral tersebut maka mineral yang satu dengan
lainnya dapat dipisahkan dengan gelembung udara.
5
pada pH 7 – 9, galena dari pyrite pada pH 4 – 6 dan chalcophyrite dari pyrite
pada pH 4 – 9.
6
5. pH pulp Dan Karakteristik Air
Secara umum nilai pH pulp dan jumlah garam terlarut dalam air yang
digunakan pada proses flotasi merupakan faktor yang penting. Sifat permukaan
mineral bisa berbeda pada harga pH yang berbeda sehingga sangat mempengaruhi
perolehan dari proses flotasi. Adanya lempung atau slimes dalam air dapat
mencegah pengapungan mineral. Hal ini dapat dikendalikan dengan penggunaan
reagen kimia yang cocok sehingga slime tersebut dapat digumpalkan kemudian
dikeluarkan, atau dengan penggunaan air bersih dalam sirkit flotasi.
6. Reagen flotasi
Reagen flotasi baik jenis maupun jumlah (dosisnya) seperti telah dijelaskan
sebelumnya akan sangat mempengaruhi keberhasilan proses flotasi. Jenis maupun
jumlah reagen flotasi baik itu kolektor, frother, maupun modifier harus betul-betul
sesuai penggunaannya untuk mendapatkan hasil yang optimal.
7. Kecepatan putaran pengaduk dan laju pengaliran udara
Kecepatan putaran pengaduk dan laju pengaliran udara pada proses flotasi akan
optimal pada harga-harga tertentu.
7
2.5. Jenis-jenis Proses Flotasi
Adapun proses flotasi terdiri dari beberapa jenis diantanya adalah:
1. Flotasi ruah (bulk flotation)
Flotasi ruah merupakan proses flotasi yang mengapungkan sekelompok
mineral. Produkta berupa konsentrat dan tailing. Sebagai contoh adalah bijih
kompleks Pb-Cu-Zn. Jika pada bijih kompleks ini dilakukan flotasi ruah maka
akan didapatkan konsentrat dan tailing. Konsentrat tetap mengandung Pb-Cu-Zn
tetapi dengan kadar yang lebih tinggi.
2. Differential flotation
Pada differential flotation, dilakukan proses flotasi secara bertahap terhadap
konsentrat dari flotasi ruah. Flotasi tahap pertama akan dihasilkan apungan berupa
misalnya konsentrat Pb dan endapan yang masih banyak mengandung Cu dan Zn.
Pada tahap kedua, endapan diolah (dilakukan proses flotasi) untuk menghasilkan
apungan berupa konsentrat Cu dan endapan yang masih banyak mengandung Zn.
Pada tahap ketiga dilakukan proses flotasi pada endapan yang masih banyak
mengandung Zn, dihasilkan apungan berupa konsentrat Zn dan endapan yang
merupakan tailing akhir.
3. Selective flotation
Pada selective flotation, dilakukan proses flotasi seperti pada proses
differential flotation tetapi tanpa dilakukan proses flotasi ruah terlebih dahulu.
Berbeda dengan differential flotation, pada selective flotation pada setiap
tahapnya dilakukan dalam jumlah yang besar sehingga peralatan yang dipakai
juga lebih banyak.
8
2. Tahap cleaner bertujuan untuk meningkatkan kadar mineral berharga, artinya
perolehan dapat dibuat menjadi rendah, tetapi kadar mineral berharga harus
diusahakan tinggi. Pada tahap ini dapat dilakuan beberapa kali sehingga bias
disebut Cleaner I, Cleaner II, dan seterunya.
3. Tahap Svavenger bertujuan untuk memperoleh kembali mineral berharga
yang terbawa bersma tailing.
a. Material Balance
F=C+T
b. Metallurgical Balance
Ff= Cc + Tt
Keterangan:
C= Berat Konsentrat (gram) c = Kadar konsentrat (%) R= Recovery (%)
F= Berat Feed (gram) f = Kadar Feed (%)
T= Berat tailing (gram) t = Kadar Tailing (%)
9
BAB III
DATA HASIL PENELITIAN
Unsur % Berat
Pb 35,75
Si 10,11
S 14,75
Zn 10,29
Fe 6,14
Al 0,921
Cu 0,504
Na 0,214
K 0,175
Ca 0,143
Mg 0,117
Mn 0,0738
Ti 0,0324
Co 0,0075
Cr 0,0038
Tabel 3.1. Hasil analisis komposisi kimia sampel bijih galena dari Nanggung, Bogor yang
digunakan dalam penelitian
10
3.2 pengaruh konsentrasi asam asetat
Gambar 3.1. Persen ekstraksi Pb sebagai fungsi waktu pada konsentrasi asam asetat yang
bervariasi (H2O2 0,5 M, temperatur 50 °C)
Gambar 3.2. Profil Persen ekstraksi Pb sebagai fungsi waktu pada berbagai konsentrasi H 2O2
(temperatur 50 °C, konsentrasi asam asetat 3 molar, kecepatan pengadukan 200 rpm)
Gambar 3.3. Profil persen ekstraksi Pb sebagai fungsi waktu pada berbagai temperatur pelindian
11
3.5 Pengaruh Kecepatan Pengadukan
Gambar 3.4. Profil persen ekstraksi Pb sebagai fungsi waktu dan kecepatan pengadukan
(konsentrasi asam asetat 3M, H2O2 0,5 M, temperatur 50 °C)
12
BAB IV
PEMBAHASAN
13
Konsentrasi H2O2 0,1 molar tidak cukup memadai untuk melarutkan Pb dari PbS
terlihat dari persen ekstraksi yang lebih rendah dari 50% selama 90 menit
pelindian. Pada konsentrasi hidrogen peroksida 0,5 M, sebanyak 80,6 % Pb
terlarutkan hanya dalam waktu 30 menit. Setelah menit ke-30, persen ekstraksi Pb
terus meningkat secara perlahan dengan berjalannya waktu hingga 90 menit. Pada
menit ke-90, persen ekstraksi Pb mencapai harga maksimal yaitu 92,65%. Pada
konsentrasi hidrogen peroksida sebesar 1 M dan 2 M terjadi fenomena yang
menarik. Persen ekstraksi Pb pada masing-masing percobaan tersebut meningkat
dengan berjalannya waktu hingga periode tertentu dimana sesudahnya mengalami
penurunan. Pada konsentrasi hidrogen peroksida sebesar 1M, peningkatan persen
ekstraksi Pb (hingga 79,71 %) hanya berlangsung hingga menit ke-30, sementara
pada konsentrasi H2O2 2M peningkatan persen ekstraksi Pb (hingga 70%) terjadi
hanya dalam waktu 15 menit dimana sesudahnya mengalami penurunan.
Dari data percobaan yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa kondisi yang
memberikan persen ekstraksi Pb paling tinggi adalah pada konsentrasi hidrogen
peroksida sebesar 0,5 M yaitu sebesar 92,65%. Konsentrasi H2O2 0,5 molar ini
merupakan konsentrasi yang terbaik dimana apabila ditingkatkan lebih lanjut
justru akan menurunkan persen ekstraksi Pb akibat mekanisme-mekanisme yang
telah diuraikan di atas.
14
pelindian 30 °C dan 40 °C, persen ekstraksi Pb terus meningkat dengan signifikan
seiring dengan lamanya waktu pelindian namun hanya mencapai maksimal
49,72% dan 77,07% sesudah 90 menit. Pada selang temperatur 60-70 °C proses
pelindian berlangsung dengan cepat pada awal pelindian sampai sekitar 30 menit
dimana sesudah periode waktu tersebut proses pelarutan Pb berlangsung dengan
lambat atau terhenti.
15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil-hasil percobaan dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Ekstraksi Pb dari bijih galena dapat dilakukan dengan pelindian secara
langsung pada tekanan atmosfer dalam larutan asam asetat dan H2O2.
2. Persen ekstraksi Pb tertinggi yaitu 92,3% diperoleh dari percobaan dengan
konsentrasi asam asetat 3 molar, H2O2 0,5 molar, temperatur 50 °C dengan
kecepatan pengadukan 200 rpm serta ukuran bijih -200 mesh
3. Penurunan persen ekstraksi Pb dengan waktu terjadi pada peningkatan
konsentrasi H2O2 lebih dari 1 molar dan temperatur pelindian lebih dari 50 °C.
4. Dengan adanya proses flotasi ini target produksi dapat tercapai karena dapat
meningkatkan angka recovery dari bahan galian itu sendiri.
5.2 Saran
1. Menggunakan reagen yang ramah lingkungan
2. Apabila didiamkan terus menerus akan menimbulkan bau di dalam tabung
sehinggga perlu perawatan yang intensif
3. Perlu disiapkan tambahan alat apabila terjadi kebocoraan saat proses flotasi
16
DAFTAR PUSTAKA
Ardha, N., Nuryadi, S., dan Retno, D. 2014 Konsep Desain Custom Plant
Flotasi Untuk
Mengolah Bijih Sulfida Marjinal Mengandung Emas/Perak. Puslitbang
Teknologi Mineral dan Batubara. Bandung.
Farrah, Dibba.2014.Unit Operasi “Flotasi”.Universitas Andalas.Padang
Widyaningrum, D., Setijo, B., dan Eva F. K. 2006, Pengaruh Waktu Flotasi dan
Konsentrasi Logam Awal Terhadap Kinerja Proses Pengolahan Limbah
Cair yang Mengandung logam Besi, Tembaga, dan Nikel Dengan Flotasi
Ozon. Universitas Indonesia. Depok.
Zaki Mubarok, Yahya.2014.Studi Perilaku Pelindian Timbal dari Bijih Galena
Nanggung Kabupaten Bogor dalam Larutan Asam Asetat dan
Oksidator Hidrogen Peroksida. Fttm-Itb. Bandung
17