Anda di halaman 1dari 31

FLOCCULANTS

PENDAHULUAN
• Polimer dari berbagai komposisi kimia digunakan dalam industri pengolahan mineral
sebagai flokulan, koagulan dan dispersan. Jumlah polimer ini terus bertambah dan
dalam aplikasi flokulasi menjadi lebih selektif, agen pengikat untuk pengendalian
debu. Semua bahan kimia ini adalah polimer organik atau zat anorganik. Karena
senyawa polimer dapat bervariasi dalam muatan listrik, berat molekul, struktur tiga
dimensi, dan hidrofobisitasnya, maka komposisi polimer mempunyai banyak fungsi.
• Pada polimer sintetis rantai panjang, unit monomer reaktif dipolimerisasi dengan unit
monomer yang sama atau lainnya dalam mode sekuensial yang menghasilkan untaian
molekul. Jumlah unit yang terhubung dapat bervariasi dari beberapa hingga ratusan
ribu. Angka ini mencerminkan berat molekul polimer.
• Polimer yang digunakan dalam flokulasi, koagulasi dan dispersi, dapat berupa
polimer sintetik (diproduksi dari poliakrilat) atau polimer alami (pati, gusi guar, dll.).
Koagulan & Flokulan
• Koagulasi adalah proses destabilisasi muatan elektrostatis pada setiap partikel
yang sebelumnya tolak-menolak menjadi netral dan memungkinkan antar pertikel
menyatu/bergabung.
• Sementara proses flokulasi merupakan penggabungan antar gabungan partikel
yang lebih kecil menjadi lebih besar sehingga partikel padatan menjadi lebih
mudah dipisahkan dari cairan.
• Flokulan secara kimiawi lebih dikenal sebagai polyacrylamide di buat dengan
menggabungkan beberapa monomer yang berbeda.
• Monomer adalah bahan dasar merupakan turunan dari minyak bumi dan
dikonversikan menjadi acrylamide. Oleh karena bahan dasar dari flokulan ini
adalah turunan dari minyak bumi maka harga flokulan sangat dipengaruhi oleh
pergerakan harga minyak dunia.
FLOCCULANTS
• Flokulasi adalah suatu proses aglomerasi (penggumpalan) partikel-
partikel terdestabilisasi menjadi flok dengan ukuran yang
memungkinkan dapat dipisahkan oleh sedimentasi dan filtrasi.
Dengan kata lain proses flokulasi adalah proses pertumbuhan flok
(partikel terdestabilisasi atau mikroflok) menjadi flok dengan ukuran
yang lebih besar (makroflok).
Fungsi & Bentuk Flokulan
FUNGSI FLOKULAN
•    Proses Klarifier dan Sedimentasi
•    Proses Floatasi
•    Thickening & Dewatering
•    Filtration aid
•    Dsb
BENTUK FLOKULAN
•    Bubuk atau Butiran
•    Larutan Pekat
•    Larutan Encer (siap pakai)
Penggunaan Flokulan
• Water & Wastewater Treatment
• Oilfield Chemicals
• Industri Kertas
• Industri Fiberboard
• Industri Pencucian Batubara
• Industri Pencucian Pasir Tambang
• Industri Minyak Atsiri
• Industri Pemurnian Logam
• Industri Pemurnian Gula
• Dsb
Faktor yang mempengaruhi Flokulasi
• Untuk mencapai kondisi flokulasi yang dibutuhkan, ada beberapa
faktor yang harus diperhatikan, seperti misalnya :
1. Waktu flokulasi,
2. Jumlah energi yang diberikan
3. Jumlah koagulan
4. Jenis dan jumlah koagulan/flokulan pembantu
5. Cara pemakaian koagulan/flokulan pembantu
6. Resirkulasi sebagian lumpur (jika memungkinkan)
KLASIFIKASI FLOCCULANTS
 Klasifikasi Flocculant
• Inorganic Flocculants
• Organic Flocculants
Bahan kimia yang digunakan untuk flokulasi, koagulasi dan dispersi
dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar: reagen anorganik
dan organik. Klasifikasi yang lain [1] didasarkan pada aksi flokulan dan
dibagi ke dalam kategori berikut:
• Polimer dengan aksi flokulasi
• Polimer dengan aksi pendispersi
• Polimer dengan tindakan koagulasi.
Flokulan anorganik
Flokulan anorganik digunakan dalam aplikasi di mana sumber muatan
kationik diperlukan. Flokulan anorganik yang khas meliputi:
• Garam kalsium; biasanya kapur
• Garam aluminium; seperti sulfat atau soda tawas
• Garam besi seperti besi sulfat dan besi klorida.
Garam aluminium telah banyak digunakan dalam aplikasi pengolahan
air dan juga di mana koagulasi diperlukan.
Garam ferro digunakan dalam aplikasi di mana pH rendah digunakan,
yaitu, dalam proses hidrometalurgi.
Flokulan organik
• Flokulan organik dapat dibagi menjadi dua kelompok utama [2]: flokulan alami dan sintetis.
• Flokulan alami berasal dari sumber alami dan memiliki formula umum

• Flokulan ini dapat berasal dari gusi guar, pati terhidrolisis, polisakarida yang dimodifikasi, dan lainnya.
Penggunaan flokulan ini kurang umum untuk pengeringan, tetapi banyak digunakan untuk flokulasi
selektif pada pengolahan bijih besi dan oksida lainnya.
• Flokulan sintetis biasanya digunakan dalam sirkuit dewatering. Jumlah dan variasi flokulan ini sangat
besar. Pada prinsipnya, flokulan ini dapat dibagi menjadi tiga kelas yang berbeda tergantung pada
fungsinya.
Polimer Ionik, Anionik, Nonionogen
a.  Kopolimer dari akrilamida dan N, N−dimetil amino propilen akrilat
Sifat muatan elektrostatik : Ionik
Sifat : Kopolimer yang linier dan kationik kepadatan muatan elektrostatik tergantung dari status
kopolomerisasi (n/m + n) dan pH, membentuk jarak yang sensitif terhadap hidrolisa.
b.  Poli (Natriumakrilat)
Sifat muatan elektrostatik : Anionik
Sifat : Polimer yang paling penting anionik dan segmen linier dalam kopolimer dengan akril amida dan
anionik.
c.   Poli akrilamida
Sifat muatan elektrostatik : Nonionogen
Sifat : Molekul yang sangat panjang dan linier yang dikenal sebagai flokulan pembantu yang ionogen.
Zat polimer itu sangat cocok berdasarkan struktur kimia untuk membantu dalam proses flokulasi dan untuk
mempengaruhi sifat flok. Pembubuhan Koagulan/flokulan pembantu dilakukan setelah pembubuhan
koagulan.
Polimer Ionik dan Non-ionik
• Polimer ini berasal dari akrilamida melalui polimerisasi. Berat molekul
polimer ini berkisar dari 1 hingga 15 juta. Struktur tipikal dari
poliakrilamida non-ion adalah

• Polimer non-ionik lainnya termasuk


Polyelectrolytes
• Polyelectrolytes, tergantung pada muatannya (mis. Positif atau negatif) dapat
berupa anionik atau kationik. Perwakilan dari kelompok flokulan anionik adalah:
• Ko-polimer akrilat – akrilamida:

Komponen y dapat bervariasi antara 10% dan 30%.


Contohnya adalah flokulan tipe separan:
• Separan NP10 Y = 10%
• Separan NP20 Y = 20%
• Separan NP30 Y = 30%
• Aerofloc 548 dan 552 flokulan termasuk dalam kelompok ini.

• Contoh flokulan dari kelompok ini adalah polimer alami yang diproduksi dari
karboksimetilselulosa, Tylose CBR400 dan metilselulosa Tylose MH200,
diproduksi oleh Clariant Chemicals (sebelumnya Hoechst Chemicals).
• Polielelektrolit kationik diwakili oleh polietilena amina, polivinil
amina dan polivinil piridin:
• Produk reaksi poliakrilamida dan amina primer adalah:
Co-polimer
Co-polimer adalah produk reaksi asam maleat dan senyawa lain yang
dijelaskan oleh Wadsworth et al. [3], sebagai berikut :
• Co-polimer dari stirena dan asam maleat:

• Co-polimer asam akrilat dan asam maleat

• Co-polimer dari vinil metil eter dan asam maleat


COAGULANTS
• Koagulasi
• Penambahan bahan kimia (koagulan) pada proses koagulasi dengan
pengadukan cepat, memberikan kesempatan kepada koagulan untuk
membentuk inti flok yang berasal dari partikel koloid yang ada dalam
contoh air.
• Koagulan merupakan bahan kimia yang dibutuhkan untuk membantu
proses pengendapan partikel – partikel kecil yang tidak dapat
mengendap dengan sendirinya ( secara grafitasi ). Kekeruhan dan
warna dapat dihilangkan melalui penambahan koagulan atau sejenis
bahan – bahan kimia tertentu
Faktor yang mempengaruhi koagulasi
(1) Pemilihan bahan kimia
Pemilihan koagulan dan koagulan pembantu, merupakan suatu program
lanjutan dari percobaan dan evaluasi yang biasanya menggunakan Jar test.
Seorang operator dalam pengetesan untuk memilih bahan kimia, biasanya
dilakukan di laboratorium. Untuk melaksanakan pemilihan bahan kimia,
perlu pemeriksaan terhadap karakteristik air baku yang akan diolah yaitu :
• Suhu
• pH
• Alkalinitas
• Kekeruhan
• Warna
Faktor yang mempengaruhi koagulasi
2) Penentuan dosis optimum koagulan
Untuk memperoleh koagulasi yang baik, dosis optimum koagulan harus ditentukan.
Dosis optimum mungkin bervariasi sesuai dengan karakteristik dan seluruh
komposisi kimiawi di dalam air baku, tetapi biasanya dalam hal ini fluktuasi tidak
besar, hanya pada saat-saat tertentu dimana terjadi perubahan kekeruhan yang
drastis (waktu musim hujan/banjir) perlu penentuan dosis optimum berulang-ulang.
 
(3) Penentuan pH optimum
Penambahan garam aluminium atau garam besi, akan menurunkan pH air,
disebabkan oleh reaksi hidrolisa garam tersebut, seperti yang telah diterangkan di
atas. Koagulasi optimum bagaimanapun juga akan berlangsung pada nilai pH
tertentu (pH optimum), dimana pH optimum harus ditetapkan dengan jar-test.
Jenis-jenis koagulan
 Koagulan Organik (berdasarkan bahan dasarnya)
•    Polyamines
•    Polydadmacs (Poly Dimethyl Diallyl Ammonium Chloride)
•    Dicyandiamide resins types
 Koagulan An-organik (berdasarkan bahan dasarnya)
•    Aluminium Sulphate (Alum)
•    Poly Aluminium chloride (PAC)
•    Ferric Sulphate
•    Ferric Chloride
Jenis-jenis koagulan An-organik
• Alumunium sulfat (Al2(SO4)3.14H2O)
• Sodium aluminate ( NaAlO2 )
• Ferrous sulfate ( FeSO4.7H2O )
• Chlorinated copperas
• Ferrie sulfate ( Fe2(SO4)3)
• Ferrie chloride ( FeCl3.6H2O)
Jenis-jenis koagulan An-organik
• Alumunium sulfat (Al2(SO4)3.14H2O)
Biasanya disebut tawas, bahan ini sering dipakai karena efektif untuk menurunkan kadar karbonat. Tawas
berbentuk kristal atau bubuk putih, larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, tidak mudah terbakar,
ekonomis, mudah didapat dan mudah disimpan. Penggunaan tawas memiliki keuntungan yaitu harga
relatif murah dan sudah dikenal luas oleh operator water treatment. Namun Ada juga kerugiannya, yaitu
umumnya dipasok dalam bentuk padatan sehingga perlu waktu yang lama untuk proses pelarutan.
Al2(SO4)3 → 2 Al+3 + 3SO4-2
Air akan mengalami
H2O → H+ + OH-
Selanjutnya
2 Al+3 + 6 OH- → 2 Al (OH)3
Selain itu akan dihasilkan asam
3SO4-2 + 6 H+ → 3H2SO4
Jenis-jenis koagulan An-organik
• Sodium aluminate ( NaAlO2 )
Digunakan dalam kondisi khusus karena harganya yang relatif mahal. Biasanya digunakan sebagai
koagulan sekunder untuk menghilangkan warna dan dalam proses pelunakan air dengan lime soda ash.
• Ferrous sulfate ( FeSO4.7H2O )
Dikenal sebagai Copperas, bentuk umumnya adalah granular. Ferrous Sulfate dan lime sangat efektif
untuk proses penjernihan air dengan pH tinggi (pH > 10).
• Chlorinated copperas
Dibuat dengan menambahkan klorin untuk mengioksidasi Ferrous Sulfate. Keuntungan penggunaan
koagulan ini adalah dapat bekerja pada jangkauan pH 4,8 hingga 11.
• Ferrie sulfate ( Fe2(SO4)3)
Mampu untuk menghilangkan warna pada pH rendah dan tinggi serta dapat menghilangkan Fe dan Mn.
• Ferrie chloride ( FeCl3.6H2O)
Dalam pengolahan air penggunaannya terbatas karena bersifat korosif dan tidak tahan untuk
penyimpanan yang terlalu lama.
Koagulan Aid
• Kesulitan pada saat proses koagulasi kadang-kadang terjadi karena
lamanya waktu pengendapan dan flok yang terbentuk lunak sehingga
akan mempersulit proses pemisahan. Koagulan Aid menguntungkan
proses koagulasi dengan mempersingkat waktu pengendapan dan
memperkeras flok yang terbentuk. Jadi difinisi koagulan aids adalah
koagulan sekunder yang ditambahkan setelah koagulan primer atau
utama bertujuan untuk mempercepat pengendapan, pembentukan
dan pengerasan flok.
Jenis koagulan aid
• PAC ( poly alumunium chloride )
Polimer alumunium merupakan jenis baru sebagai hasil riset dan
pengembangan teknologi air sebagai dasarnya adalah alumunium yang
berhubungan dengan unsur lain membentuk unit berulang dalam suatu ikatan
rantai molekul yang cukup panjang, pada PAC unit berulangnya adalah Al-OH.
Rumus empirisnya adalah Aln(OH)mCl3n-m
Dimana : n = 2 2,7 <> 0
Dengan demikian PAC menggabungkan netralisasi dan kemampuan
menjembatani partikel-partikel koloid sehingga koagulasi berlangsung efisien.
Namun terdapat kendala dalam menggunakan PAC sebagai koagulan aids
yaitu perlu pengarahan dalam pemakaiannya karena bersifat higroskopis.
Jenis koagulan aid
• Karbon aktif
Aktivasi karbon bertujuan untuk memperbesar luas permukaan arang dengan
membuka pori-pori yang tertutup sehingga memperbesar kapasitas adsorbsi.
Pori-pori arang biasanya diisi oleh hidrokarbon dan zat-zat organik lainnya yang
terdiri dari persenyawaan kimia yang ditambahkan akan meresap dalam arang
dan membuka permukaan yang mula-mula tertutup oleh komponen kimia
sehingga luas permukaan yang aktif bertambah besar.
Efisiensi adsorbsi karbon aktif tergantung dari perbedaan muatan listrik antara
arang dengan zat atau ion yang diserap. Bahan yang bermuatan listrik positif
akan diserap lebih efektif oleh arang aktif dalam larutan yang bersifat basa.
Jumlah karbon aktif yang digunakan untuk menyerap warna berpengaruh
terhadap jumlah warna yang diserap.
Jenis koagulan aid
• Activated silica
Merupakan sodium silicate yang telah direaksikan dengan sulfuric acid,
alumunium sulfate, carbon dioxide, atau klorida. Sebagai koagulan aid,
activated silica memberikan keuntungan antara lain meningkatkan laju reaksi
kimia, menurunkan dosis koagulan, memperluas jangkauan pH optimum dan
mempercepat serta memperkeras flok yang terbentuk. Umumnya digunakan
dengan koagulan alumunium dengan dosis 7 – 11% dari dosis alum.
 
• Bentonic clay
Digunakan pada pengolahan air yang mengandung zat warna tinggi,
kekeruhan rendah dan mineral yang rendah.
APLIKASI UMUM
• Penerapan reagen yang dijelaskan dalam flokulan dapat dikategorikan secara luas
menjadi tiga kelompok utama. Ini termasuk flokulan, koagulan dan dispersan. Tabel 5.1
mencantumkan beberapa polimer terpenting yang termasuk dalam setiap kategori.
• Flokulan polimer dan anorganik digunakan dalam industri pengolahan mineral pada
pengolahan sulfida, oksida dan silikat. Saat ini, semakin banyak digunakan di pabrik
pengolahan air dan juga dalam pengolahan limbah.
• Koagulan adalah bahan kimia yang mengurangi muatan penolak pada padatan,
memungkinkan untuk saling ikat dan menggumpal. Dalam pengolahan partikel yang
sangat halus, seperti tanah liat, residu pelindian hidrometalurgi, dll., Koagulan
digunakan bersama dengan flokulan.
• Dispersan dalam pengolahan mineral sering digunakan. Dalam flotasi bijih yang
mengandung tanah, dispersan digunakan untuk meningkatkan hasil metalurgi dan
mengurangi konsumsi reagen. Dispersan banyak digunakan dalam flokulasi selektif.
Dispersan berperan penting untuk menjaga stabilitas pulp dan mengendalikan viskositas
pulp.
REFERENCES
• Mahoney, R.P., and Roe, J.W., Polymer Usage in Mineral Beneficiation,
In (P.S. Mulukutta ed)
• Reagents for Better Metallurgy, SMME, 1994.
• Blazy, P., Flocculation and Flocculants, Industrie Minerale-Metallurgie,
Paris, France, 1973.
• Wadsworth, H.E., and Cutler, I.B., Flocculation of Mineral Suspensions
with Coprecipitated Polyelectrolytes, Mining Engineering, Vol.6, pp.
134–142, April 1956.

Anda mungkin juga menyukai