Flotasi merupakan suatu cara konsentrasi kimia fisika untuk memisahkan
mineral berhar-ga dari yang tidak berharga dengan mendasar-kan atas sifat permukaan mineral yaitu senang tidaknya terhadap udara. Flotasi dilakukan dalam media air sehingga terdapat tiga fase yaitu : 1. Fase padat 2. Fase cair 3. Fase udara Flotability adalah sifat mineral dari mineral yaitu kekuatan mengapung mineral yang tergantung pada senang tidaknya terhadap udara. Terdapat dua macam mineral : a. polar, senang pada air (hydrofillic/ aero phobic) b. non polar, senang pada udara (hydrophobic/ aerofillic) Persyaratan Yang Harus Dipenuhi Dalam Flotasi Dengan mendasarkan pada sifat mineral tersebut maka mineral yang satu dengan lainnya dapat dipisahkan dengan gelembung udara. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam flotasi adalah : 1. Diameter partikel harus disesuaikan dengan butiran mineral. 2. Prosen solid yang baik 25% - 45% (Pryor), 15% - 30% (Gaudin). 3. Sudut kontak yang baik sekitar 60o - 90o, berarti usaha adhesinya besar sehingga udara dapat menempel pada permukaa mineral yang mengakibatkan mineral dapat meng apung. Sudut kontak merupakan sudut yang dibentuk antara gelembung udara dengan mineral pada suatu titik singgung. Sudut kontak mempengaruhi daya kontak antara bijih dengan gelembung udara. Untuk melepaskan gelembung dan mineral dibutuhkan usaha adhesi (Wum) dengan persamaan : Wum = ua + ma - um ........(1) um = ua. Cos + ma ........(2) Persamaan (1) disubstitusikan dengan (2) Wum = ua - ua. cos = ua (1 - cos ) Keterangan : ua = tegangan udara - air Gaya Yang Bekerja ma = tegangan mineral - air Pada Bidang Kontak Tiga Pase um = tegangan udara - mineral 4. pH Kritis pH kritis merupakan pH larutan yang mem- pengaruhi konsentrasi kolektor yang diguna- kan dalam pengapungan mineral. Pada gam- bar di bawah menunjukkan hubungan antara konsentrasi sodium diethyl dithiophosphate dan pH kritis. Mineral yang digunakan adalah pyrite, galena dan chalcopyrite. Konsentrasi kolentor tersebut dapat mengapungkan chalcopyrite dari galena pada pH 7 - 9, galena dari pyrite pada pH 4 - 6, dan chalcopyrite dari pyrite pada pH 4 -9. Langkah-langkah Dalam Flotasi 1. Liberasi, analisis pendahuluan. Agar material terliberasi maka perlu dilakukan “crushing” atau “grinding” yang diteruskan dengan pengayakan atau classifying. Ini dimaksudkan agar ukuran butir mineral dapat seragam sehingga proses akan lebih sukses atau berhasil. Analisis pendahuluan dilakukan dengan menggunakan mikroskop sehingga dapat dilihat derajat liberasinya dan kadar dari mineral tersebut. Diupayakan dalam tahap ini juga dilakukan desliming, sebab slime akan mengganggu proses flotasi.
2. Conditioning Yaitu membuat suatu “pulp” agar nantinya “pulp” tersebut dapat langsung dilakukan flotasi. Preparasi ini sebaiknya disesuaikan dengan liberasi dalam proses basah, maka conditioning juga harus dilakukan pada proses basah. Pada tahap pengkondisian , reagen yang diberikan adalah Modifier, collector dan terakhir baru frother
3. Proses flotasi, proses ini ditandai dengan masuknya gelembung udara kedalam pulp/ jeladri Macam-macam Reagent Keberhasilan proses flotasi sangat ditentukan oleh ketepatan penggunaan reagen, baik jumlah maupun jenisnya. Reagen flotasi yang ditambahkan pada tahap conditioning dengan tujuan menciptakan suatu pulp yang kondisinya sesuai, agar dapat dilakukan flotasi dan mineral yang diiinginkan dapat terapungkan sebagai konsentrat.
1. Collector (colecting agent, promotor) Adalah suatu reagent yang memberikan sifat menempel pada udara sehingga mineral tersebut senang pada udara. Colector merupakan zat organik dalam bentuk asam, basa atau garam yang hetero polar yaitu satu ujungnya senang pada udara dan lainnya senang pada air. Collector Mollekul kolektor berupa senyawa yang dapat terionisasi menjadi ion-ion dalam air (ionizing collector), atau berupa senyawa yang tidak dapat terionisasi dalam air (non ionizing collector). Non ionizing collector umumnya merupakan hidrokarbon cairyang dihasilkan dari minyak maupun batubara ( heptane = C 7H12 , toluen = C6H5CH3 ). Sedangkan ionizing kolektor merupakan jenis kolektor yang molekulnya mempunyai struktur heteropolar, yaitu salah satu kutubnya bersifat polar (dapat dibasahi air), sedangkan kutub lainnya bersifat non polar (tidak dapat dibasahi air). Berdasarkan sifat ionizing collector diklasifika-sikan menjadi dua, yaitu annionic collector dan cationic collector ( lihat gambar 8.4)
Macam collector : a. Xanthat, hasil reaksi alkohol, alkali dan sulfi-da karbon. b. Aerofloat, reaksi fenol dengan penta sulfida phosphor. c. Thio carbonalit (urae), sebagai serbuk halus. d. Fatty acid (asam lemak), untuk flotasi non logam e. Oleic acid f. Palmatic acid Conditioner/modifier 2. Conditioner/modifier Merupakan suatu reagent, bila ditambahkan ke dalam pulp akan memberikan pengaruh tertentu terhadap air atau mineral agar dapat membantu atau menghalangi kerja dari colector. Pengaruh umum yang dihasilkan adalah memperkuat atau memperlemah hidrophobisitas dari suatu permukaan mineral tertentu. Modifier ini biasanya an organik.
Macam dari conditioner/modifier : a. Reagent pengontrol pH Berfungsi untuk membuat suasana larutan menjadi asam atau basa . Pengaruh pH didalam flotasi sangat penting sebab pH dapat mempengaruhi aksi reagen lain terutama kolektor. Reagen kolektor akan bekerja dengan baik pada permukaan mineral tertentu bila tercapai harga pH kritis. pH kritis adalah ambang batas pH dimana kolektor dapat bekerja dengan baik pada mineral tertentu. Harga pH kritis akan naik bersama naiknya kolektor yang dipakai. Tinggi rendahnya pH ditentukan oleh konsentrasi ion-ion (H+) dan ion-ion hidroksil (OH-). Pengaruh ion-ion hidrogen hidrosil adalah terhadap : hidrasi permukaan bila tanpa kolektor dan adsorbsi kolektor pada permukaan mineral. Conditioner/modifier Kapur biasanya digunakan dalam flotasi sebagai Ca(OH)2 padat dan biasanya kapur yang dimasukkan sebanyak 1,4 gram CaO per liter (tergantung pada mineral apa yang dipisahkan). Kapur ini dapat dipakai sebagai reagent pengendap dalam timbal sulfida dan emas. Yang digunakan sebagai pengontrol pH adalah - soda abu (NaCO3) - caustic soda Depressing Agent (Reagent Pengendap) b. Depressing agent (Reagent pengendap) Berfungsi untuk mencegah atau menghalangi mineral yang mempunyai flotabilitas sama supaya tidak menempel pada gelembung udara Biasanya yang digunakan adalah seng sulfat ( ZnSO4) untuk menekan mineral sfalerit dan sodium sianida ( NaCN) untuk menekan mineral pirit. ZnSO4 + 2 NaCN ----> Zn(CN)2 + Na2SO4
Hasil reaksi tersebut dapat menekan sfalerit sehingga menjadi hidrophilik dan mencegah adsorpsi kolektor. Macamnya yang lain adalah : - lime (kapur) - NaCN atau KCN - Na sulfida Activating Agent (Reagent Pengaktif) c. Activating agent (reagent pengaktif) Berfungsi mengembalikan sifat flotability mineral sehingga tidak terpengaruh oleh aksi reagen kolektor yang telah diberikan sebelum nya . Contohnya tembaga sulfat ( CuSO4) terhadap mineral sfalerit. Mineral sfalerit tidak dapat diapungkan dengan baik oleh kolektor xanthate. Proses pengaktifan tembaga sulfat pada sfalerite akibat terbentuknya molekul tembaga sulfida ( CuS) pada permukaan mineral dengan reaksi ion
ZnS + Cu++ ==== CuS + Zn++ Sulfidizing Agent d. Sulfidizing agent Penambahan Na2S akan mengakibatkan endapan yang berupa selaput sulfida pada mineral tersebut sehingga logam oksida dapat terselimuti sulfida. Pemakaian sulfida yang berlebihan akan membuat sulfida itu mengendap. Reagent Dispersi (Dispersant, Defloculator) e. Reagent dispersi (dispersant, defloculator) Berfungsi menjaga agar partikel partikel mineral tidak membentuk gumpalan tetapi tetap berada dalam suspensi. Farksi mineral yang bersifat non polar mempunyai kecenderungan untuk membentuk gumpalan , sedangkanmineral-mineral yang polar tidak berkecenderungan demikian tetapi tetap melayang. Reagen yang biasa digunakan adalah waterglass. Kedudukan sebaran dapat dipertahankan oleh reagen waterglass akibat adsorpsi ion-ionnya terhadap permukaan mineral. Reagent ini disebut juga “deflocculating agent”. Mineral yang senang pada udara itu biasanya menggumpal sedangkan yang senang terhadap air akan melayang dalam air oleh karena itu penambahan reagent ini agar mineral tersebut menyebar. Reagent yang sering dipakai adalah : - NaSiO2 (waterglass) - Na3PO4 (trinatrium phosphat) untuk butir yang halus Untuk suatu reagen yang sama mungkin dapat bertindak sebagai aktivator terhadap suatu mineral, tetapi merupakan depressant untuk mineral yang lain Frother 3. Frother Merupakan suatu zat organik, hydrocarbon yang terdiri dari polar dan non polar. Fungsi reagent ini untuk menstabilkan gelembung udara agar dapat sampai ke permukaan. Zat tersebut menyelimuti gelembung udara sehingga tegangan permukaan air akan menjadi lebih rendah sehingga akan timbul gelembung udara. Dengan demikian frother ini dapat menimbulkan gelembung udara. Molekul frother adalah heteropolar, terdiri dari gugusan hydroxyl bersifat polar yang menarik air, dan rantai hidrokarbon sebagai gugusan non polar. Macam frother adalah : a.Methyl amyl alkohol ; d. Pine oil b. Methyl iso butil carbinol; e. Tricthoxy butana c. Cresitic acid ; f. Polypropylene glycol ether Macam sel Flotasi Sel flotasi berfungsi untuk menerima pulp dan dilakukan proses flotasi. Jenis cell mendasarkan atas pemasukan uadara adalah : 1. Agitation cell Alat ini jarang digunakan sebab adanya perkembangan dengan diketemukannya sub aeration cell. Udara masuk ke dalam cell flotasi karena putaran pengaduk.
2. Sub aeration cell Udara masuk karena akibat hisapan putaran pengaduk. Alat ini paling praktis sehingga banyak digunakan.
3. Pneumatic cell Alat ini jarang sekali yang mengguna-kan,udara langsung dihembuskan dalam cell
4. Vacum and pressure cell (udara masuk karena tangki dibuat vakum oelh suatu pompa penghisap dan udara dimasukkan oleh pompa injeksi) 5. Cascade cell (udara masuk karena jatuhnya mineral) Syarat Cell 1. Pulp tidak mengendap( dilengkapi dengan alat agitasi) 2. Ada pengatur tinggi pulp 3. Ada daerah yang relatif tenang sehingga butiran yang menempel gelembung udara mudah naik ke permukaan 4. Konstruksi dibuat sehingga tidak terjadi “short circuit” 5. Mempunyai resirkulasi dan pengeluaran midling 6. Harus mempunya penerimaan pulp dan pengeluaran busa yang terbentuk 7. Mempunyai permukaan bebas untuk gelembung gelembung yang sudah mengandung mineral , sehingga tidak mempengaruhi agitasi. 8. Harus dilengkapi dengan pengeluaran froth. Faktor Yang Mempengaruhi Flotasi Disamping jenis dan jumlah reagen flotasi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan operasi flotasi, antara lain :
1. Laju udara (airflow) Fungsi udara dalam flotasi sebagai pengikat partikel yang mempunyai sifat permukaan hidrophobic. Pengendalian laju udara umumnya merupakan cara yang biasa digunakan untuk mengontrol kadar dan perolehan konsentrat yang dihasilkan.
2. Persen padatan Penentuan persen padatan untuk flotasi tergantung pada keadaan bijih yang dipisahkan. Ada kecenderungan bahwa flotasi untuk partikel kasar dapat dilakukan dengan persen padatan besar, begitu juga sebaliknya. Untuk flotasi mineral sulfida pada tingkat rougher menggunakan persen padatan relatif besar + 45 %, sedangkan untuk tingkat cleaner sekitar 25 % Faktor Yang Mempengaruhi Flotasi 3. Laju pengumpanan ( feed rate) Laju pengumpanan akan berpengaruh terhadap kapasitas dan waktu tinggal (residence time). Semakin tinggi laju pengumpanan maka kapasitas alat semakin tinggi dengan demikian umumnya perolehan menjadi rendah. Hal ini disebabkan karena waktu tinggal partikel yang singkat sehingga partikel tidak mempunyai waktu yang cukup untuk bertumbukan dengan gelembung udara. Akibatnya banyak partikel hidrophobic yang terbuang sebagai tailing. Namun kemungkinan kadar konsentrat yang dihasilkan semakin tinggi, oleh karena itu perlu dicari berapa laju pengumpanan yang paling optimum.
4. Laju air pembilasan (wash water rate) Air pembilas digunakan ( khusus pada flotasi kolom) seperti halnya laju udara, dalam pengendalian laju air pembilasan diperlukan kontrol yang ketat pula. Air pembilasan berfungsi untuk membantu mengalirkan konsentrat kedalam lounder. Pemakaian air pembilas ini merupakan khas yang membedakan antara flotasi kolom dengan flotasi konvensional.
5. Ketebalan lapisan buih ( Froth depth) Lapisan buih pada flotasi kolom merupakan suatu zona berlangsungnya proses pemisahan partikel hidrophilic yang terjebak pada antar gelembung udara oleh adanya air pembilas. Apabila lapisan buih terlalu dangal maka partikel hidrofillic yang terperangkap dalam lapisan buih tidak sempat jatuh kedaerah pulp sehingga terbawa sebagai konsentrat. Faktor Yang Mempengaruhi Flotasi 6. Ukuran gelembung udara Besar atau kecilnya ukuran gelembung uadara berpengaruh terhadap luas total permukaan bijih. Untuk mengatur ukuran gelembung uadara pada flotasi konvensional dapat dilakukan dengan mengatur kecepatan putar impeler. Semakin besar luas permukaan gelembung udara maka semakin banyak pula kemungkinannya partikel dapat bertumbukan dan menempel pada gelembung udara.
7. Ukuran partikel Partikel yang terlalu halus mempunyai luas permukaan specific ( cm 2/gr) yang lebih besar dibanding butiran kasar, sehingga lebih banyak mengadopsi reagen. Partikel halus juga akan lebih mudah berinteraksi satu sama lainnya sehingga memungkinkan terjadinya ikatan antar mineral pengotor dengan mineral yang diinginkan. Akibat dari mineral halus : perolehan akan rendah dan kadar konsentrat menjadi rendah akibat butiran halus ikut terapung dan terbawa kedalam konsentrat. Mekanisme Proses Flotasi Mekanisme dalam flotasi dimana mineral yang menempel pada gelembung udara (froth) dapat terangkat ke atas dengan perhitungan sebagai berikut : Misal : Diameter gelembung udara = 2 cm ----> volume gelembung udara = 4/3 R3 = 4 cm3 diameter butir = 0,02 cm dengan jumlah butir ada 25 buah, maka volumenya = 4/3 R3 x 25 = 10-4 cm3. Bila berat jenis mineral = 8 , maka berat 25 butir mineral = 8 x 10-4 gram. Volume total = 4,0008 cm3 , berat total juga 8 x 10-4 gram. Maka BJ gelembung dan mineral = (8 x 10-4 ) : ( 4,0008 ) = < 1, sehingga dapat mengapung karena BJ air = 1. Menghitung Jumlah Cell Untuk menghitung jumlah cell yang diperlukan digunakan rumus : Jumlah cell = faktor x float time x dry tonase
Volume total (cuft) Faktor = Volume cell x 1440 Contoh Diketahui : tonase bijih = 10 ton,waktu flotasi= 8 menit ,SG PbS = 3,4; SG air = 1, % solid = 25%; Volume cell = 10 cuft; 1 gr/cc = 62,43 lb/cuft, 1 ton = 2000 lb Ditanya : jumlah cell Menghitung Jumlah Cell • Jawab : • Bila yang dikerjakan 1 ton bijih maka volumenya adalah • Volume padatan = 2000 lb/(3,4 x 62,43 lb/cuft) = 9,42 cuft • Dasar 25% solid (air ada tiga bagian), volume air= (3 x 2000 lb)/(1 x 62,43 lb/cuft) = 96,10 cuft • Volume total (air dan mineral) = 105,52 cuft • Faktor = 105,52/(10 x 1440) = 7,3.10-3 • Jumlah cell = 7,3.10-3 x 100 x 8 = 5,86 6 cell • Harap diperhatikan bahwa pembulatan jumlah cell selalu keatas, misalnya jumlah cell = 2.01, maka kebutuhan cell dibuatkan menjadi = 3.