Anda di halaman 1dari 6

Flotasi adalah proses pengapungan.

Di bidang metalurgi, flotasi atau lebih spesifik lagi flotasi


buih adalah metode fisika kimia di mana partikel-partikel dari mineral yang berbeda
dipisahkan satu dengan yang lainnya dengan mengapungkan mineral tertentu ke permukaan
air.
Mekanisme flotasi didasarkan pada gejala bahwa beberapa jenis partikel mudah basah
(hydrophil) dan lainnya tidak demikian mudah (hidrofhob). Menurut sifat permukaannya,
mineral dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :
a).
Hidrofilik
Mineral yang permukaannya mempunyai lapisan polar, sehingga sukar dibasahi air, tetapi
mudah melekat pada gelembung udara.
b).
Hidrofobik
Mineral yang permukaannya mempunyai lapisan non polar, sehingga mudah dibasahi air,
tetapi sukar melekat pada gelembung udara.
Keterapungan (float ability) dari suatu mineral ditentukan dengan kecenderungannya untuk
menempel pada permukaan gelembung udara, dan hali ini dipengaruhi oleh sifat-sifat
permukaan mineral. Dengan menggunakan berbagai reagent flotasi, sifat-sifat permukaan
mineral dapat diubah dan dikendalikan.
Keuntungan dari proses flotasi antara lain adalah ;

Hampir semua bahan galian dapat dipisahkan dengan proses flotasi.

Sifat permukaan dapat dikontrol dan diubah-ubah dengan reagent flotasi.

Sangat cocok digunakan untuk pemisahan mineral-mineral sulfida.

Kerugian dari proses flotasi antara lain adalah ;

Biayanya mahal

Metodenya rumit, karena harus diapungkan

Dipengaruhi oleh slime

1. A.

SUDUT KONTAK

Kontak antara permukaan padatan dan gelembung udara di dalam air ditunjukkan pada
gambar di bawah ini (permukaan padatan-udara dan padatan-air digambarkan di atas bidang
yang sama).
Pada keadaan setimbang, tegangan antar muka pada titik kontak 3 fase :
Tpu = Tpa + Tua cos
Tpu
= tegangan antar muka padatan-udara
Cos = Tpu Tpa
Tua
= tegangan antar muka udara-air
Tua
Tpa
= tegangan antar muka padatan-air
= sudut kontak diukur melalui air.
Jika = 0O berarti permukaan partikel diselimuti air (hidrofobilik), = 180O berarti udara
menutupi partikel (hidrofilik). Kenyataannya sudut kontak terbesar yang diketahui ialah 110O.
Pada sistem flotasi sudut kontak 60O sudah cukup untuk berlangsungnya flotasi dengan baik.
Untuk memperbesar sudut kontak, maka cos harus diperkecil, ini berarti Tpu Tpa

diperkecil, dan Tua diperbesar.


Sudut kontak sering digunakan sebagai ukuran kehidrofobian permukaan partikel mineral dan
perhatian dipusatkan pada adsorbsi, pada antarfasa padatan-air yang akan menurunkan
tegangan antar muka.
1. B.

REAGENT FLOTASI

Proses flotasi merupakan proses yang bergantung sifat adhesi mineral tertentu terhadap udara
(hidrofob), dan terhadap air (hidrofil). Untuk membantu proses flotasi dengan mengubah
sifat-sifat permukaan partikel mineral perlu ditambahkan zat-zat kimia berupa reagent.
Reagent-reagent yang digunakan dalam proses flotasi dapat digolongkan menjadi :
1. 1.

Collector

Collector adalah bahan yang dapat menyebabkan partikel mineral menjadi suka udara, yaitu
dengan cara melapisi permukaan polar dari partikel mineral dengan reagent. Sehingga pada
bagian luar dari mineral terjadi reaksi kimia yang membentuk lapisan non polar yang mudah
menarik udara, dan mineral kan mudah menempel pada gelembung udara.
Contoh kolektor untuk mineral sulfida adalah Xanthate, dan Dithiophosphate. Sedangkan
untuk mineral non sulfida adalah Fatty acid jenuh dan tidak jenuh.
1. 2.

Frother

Frother zat kimia yang digunkan untuk membantu menstabilkan gelembung udara yang
terbentuk, sehingga tidak mudah pecah. Gelembung-gelembung udara yang terbentuk harus
dapat bergerak bebas di dalam pulp dan dapat mengambil partikel-partikel mineral berharga,
kemudian diapungkan ke dalam pulp.
Contoh dari frother adalah DOWFROTH Flotation Frother Series, MIBC, dan
Polyalkoxyparaffins.
1. 3.

Modifier (Modifying Agent)

Modifier digunakan untuk mengembalikan sifat permukaan ke yang aslinya. Tujuannya


adalah untuk meningkatkan selectivity. Modifying agent dapat dikelompokkan menjadi 3
kelompo, yaitu :
a).
Regulating dan Dispersing Agent
Regulor berfungsi untuk mengendalikan pH, menghilangkan pengaruh gangguan slime,
colloid, dan garam laut. Contohnya adalah CaO, Na2CO3
Dispersing Agent berfungsi untuk melepaskan slime pada pemukaan mineral.
Contohnya adalah Na2SiO3
b). Aktivator
Bertujuan meningkatkan aktivitas permukaan mineral agar dapat berinteraksi dengan
kolektor, sehingga adsorbsi kolektor pada permukaan partikel menjadi lebih baik. Contohnya
adalah Cu++ untuk mengapungkan sfalerit, dan Ca++ untuk mengapungkan kuarsa.
c).
Depresant
Mencegah pengapungan mineral tertentu tanpa menghalangi pengapungan mineral lainnya.
Digunakan apabila float ability mineral yang tidak diinginkan mengapung sama dengan
mineral yang akan diapungkan oleh kolektor tertentu. Contohnya adalah CN- (pyrit, sfalerit),
dan Zn++(sfalerit)

1. C.

MEKANISME FLOTASI

Gelembung-gelembung udara yang terbentuk karena adanya udara yang dihisap ke dalam
pulp, dan frother yang membentuk energi bebas permukaan pada antar muka air dan udara.
Untuk membantu proses flotasi, partikel-partikel mineral feed harus berukuran halus. Hal ini
karena walaupun densitynya besar, ukuran partikel yang halus akan menyebabkan density
asosiasi partikel-gelembung menjadi lebih kecil dari density air.
Karena ion permukaan dilapisi melalui reaksi secara adsorbsi fisik atau kimia dengan bagian
ionik kolektor dan bagian organiknya merubah sifat permukaannya misalnya menjadi
hidrofob. Dengan sifat tersebut partikel menjadi adhesif terhadap gelembung udara, sehingga
gelembung-gelembung udara akan mengalami aerasi. Partikel-partikel mineral yang
menempel pada permukaan gelembung akan terbawa naik ke permukaan pulp, dan
terpisahkan.
Langkah-langkah yang dilakukan pada proses flotasi sulfida adalah :
1. Penghancuran dan penghalusan (Kominusi)
2. Desliming
3. Pulp Concentration
4. Conditioning
5. Aeration
6. Pemisahan

1. D.

VARIABEL DALAM FLOTASI

Variabel yang mempengaruhi proses flotasi adalah :


1. Keadaan dan ukuran butir
Ukuran butir mineral yang akan mempengaruhi partikel mineral akan lebih besar dari density
air, sedangkan jika terlalu kecil akan menimbulkan slime yang akan mengganggu jalannya
proses flotasi.
1. Pulp preparation
Penyediaan pulp diusahakan supaya cocok untuk proses pengolahan yang umumnya
berkaitan dengan persen solid yang sesuai.
1. Intensitas pengadukan dan pemberian udara
Pengadukan dalam flotasi dilakukan dengan mesin flotasi.
1. Kekentalan pulp

Untuk suspensi pulp yang lebih kental akan diperoleh recovery yang lebih baik.
1. Waktu kontak dan waktu flotasi
Kenaikan recovery terjadi pada suatu waktu tertentu, yang tergantung pada :

Komposisi mineral bijih

Keadaan dari partikel-partikel bijih

Jumlah kolektor yang ditambahkan

Lama pengadukan

Ukuran kemudahan mengapung suatu mineral (float ability)

Ukuran butir

1. Pengaruh pH
Tujuan dari pengaturan pH adalah untuk menurunkan sudut kontak.
1. Pengaruh Collector
Yang harus diperhatikan adalah sifat-sifat dari kolektor yang akan digunakan, misalnya
Xanthate, sangat baik untuk merubah sifat permukaan mineral-mineral sulfida dan batubara,
mudah larut dalam air dan tidak akan menimbulkan frother.
1. Pengaruh Frother
Digunakan untuk menstabilkan gelembung udara untuk waktu yang relatif lama.
Persentase solid 10 % cukup baik karena dapat menciptakan zona tenang di bawah lapisan
buih yang biasanya antara 10-15% solid. Dengan demikian partiel yang tidak diinginkan
akanturun ke dasar sel. Persentase solid ditentukan oleh ukuran butir. Dalam percobaan
persentase solid tidak konstan 10% karena terjadi penambahan air untuk batas muka air agar
lapis buih dapat melewati bibir sel flotasi.
Temperatur percobaan dapat mempengaruhi recovery (yield). Pada kondisi temperatur diatas
40 C menyebabkan gelembung udara mudah terbentuk karena tegangan permukaan yang
menurun. Percobaan dilakukan pada suhu kamar antara 25-40 C, masih dalam batas normal
dan cukup memenuhi syarat untuk flotasi. Kecepatan putar impeler antara 1000-1200 rpm
cukup memadai untuk menciptakan kondisi pengadukan merata dan menyebar reagen
keseluruh bagian sel flotasi
Putaran yang terlalu tinggi dapat menyebabkan gelembung udara mudah pecah sehingga akan
menurunkan efisiensi alat. Jika terlalu rendah akan memperpanjang waktu conditioning. Dari
data kelompok terlihat gejal ketidakteraturan (teoritis) hubungan antara yield dengan waktu
flotasi. Kecenderungan adalah terjadinya peningkatan yield pada awal percobaan sampai titik
maksimum dan berbalik menurun.
Fungsi MIBC selain sebagai frother juga dapat berperan sebagai collector, depresan limb, dan

pengapung sulfur, jika MIBC digunakan dalam jumlah minimal. Batubara bersih didepre dan
sulfurnya diapungkan sehingga akan diperoleh batubara bersih (dari sulfur) sebagai tailing.
Penambahan kolektor dalam flotasi batubara akan meningkatkan yield sampai batas optimal.
Dari data percobaan diektahu bawa yield terbesar 70,02% diperoleh dari penambahan
kolektor sebanyak 2,5 kg/ton.
1. Bebarpa hal yang perlu diperhatikan dalam flotasi batubara :

Air yang dipakai ber-pH 6 7,5

Persen solid pulp 10% sampai 30%

Temperatur ideal adlah di ats 40O , meski suhu kamar cukup memenuhi syarat.

Kecepatan impeller

Penambahan kolektor dan frother.

1. Flotasi batubara belum dilakukan dalam skala industri karena :

Memerlukan dewatering plant serta reagent-reagent yang banyak, sehingga


tidak/belum ekonomis.

Pasar batubara halus yang dihasilkan masih kecil.

Hasil tambang batubara di Indonesia berukuran relatif kasar sehingga tidak ekonomis
unutkdiolah dengan flotasi.

1. Perbedaan utama flotasi batubara dengan flotasi mineral sulfida adalah :

Kolektor pada flotasi batubara adalah minyak solar (diesel) yang bersifat non ionizing
collector, sedangkan pada flotasi mineral sulfida digunakan amyl xanthate, yaitu
sulphydril clollector.

Ukuran partikel flotasi batubara berukuran halus yang tidak dapat diproses dengan
konsentratsi gravimetri. Untuk mineral sulfida untuk semua selang ukuran dapat
diproses, tapi umumnya berukuran 65 mesh agar dieroleh derajat liberasi yang tinggi.

1. Umpan flotasi dapat dipakai pada metode Sink and Float menggunakan Heavy Media
Separator karena ukuran -28 mesh sampai 325 mesh. Untuk ukuran kuranf dari 0,1
mm, HMS tidak efisien.
2. Pengaruh ukuran butir terhadap fraksi halus :
Partikel halus dari batubara mengandung slime dan pengotor, sehingga modifier yang
digunakan akan lebih banyak. Karena selektivitas partikel yang halus akan berkurang dengan

banyaknya slime yang menutupi bidang kontak antara gelembung udara dan permukaan
partikel mineral. Selain itu slime juga dapat membuat gelembung udara sulit pecah, sehingga
menggangu proses pengapungan.
1. Masalah-masalah yang dihadapi dalam proses flotasi batubara :

Penghilangan sulfur yang sukar dilakukan secara mekanis sehingga perlu


menggunakan multipler stage flotation.

Pemilihan reagent flotasi yang tidak tepat untuk setiap jenis batubara akan
menghalangi pencapaian hasil optimum.

Membersihkan permukaan batubara yang mengandung slime yang tinggi sebelum


flotasi dilakukan.

Biaya dewatering dan thickening yang tinggi.

1. Masalah-masalah yang dapat diatasi menggunakan flotasi batubara :

Pencemaran air akibat pencucian batubara. Batubara halus dalam air pencuci dapat
dipisahkan secara flotasi.

Untuk mendapatkan batubara bersih dnegan kadar yang tinggi.

Untuk mengolah batubara halus yang tidak dapat diolah dengan proses lain jika sudah
tidak ekonomis.

Anda mungkin juga menyukai