Anda di halaman 1dari 4

Flotasi

Flotasi adalah proses pemisahan mineral secara physico-chemical yang memanfatkan


perbedaan sifat permukaan antara mineral berharga dan mineral pengotor. Permukaan
mineral yang bisa menempel pada gelembung udara dan tidak suka  dengan air disebut
hidrofobik, sementara sifat sebaliknya disebut hidrofilik.

PRINSIP KERJA

Umpan yang akan diolah berupa pulp atau lumpur dimasukkan ke dalam tangki atau sel
flotasi. Tangki dilengkapi dengan agitator atau pengaduk yang terintegrasi dengan pipa untuk
menginjeksikan udara, sehingga timbul gelembung udara di dalam pulp. Mineral yang
bersifat hidrofobik akan menempel pada gelembung udara kemudian terangkat menuju
permukaan menjadi buih (mineralised froth), sedangkan mineral hidrofilik tetap tinggal di
dalam pulp.
Contoh pabrik yang mengaplikasikan proses flotasi adalah PT Freeport Indonesia (PTFI) dan
PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) untuk merecover tembaga.
Selama proses berlangsung, gelembung udara harus kuat dan stabil untuk membawa serta
mineral hidrofobik ke permukaan pulp, sehingga diperlukan beberapa bahan kimia untuk
mencapai kondisi tersebut, yang dinamakan reagen flotasi. Reagen-reagen yang digunakan
adalah

REAGEN YANG DIGUNAKAN

a.    Kolektor
Merupakan senyawa organik yang digunakan untuk mengubah mineral tertentu bersifat
hidrofobik sehingga dapat menempel pada gelembung udara. Kolektor ditambahkan ke dalam
pulp dan waktu yang diperlukan untuk teradsorpsi ke permukaan mineral dinamakan
dengan conditioning period.
Collector adalah reagen yang digunakan untuk menyerap ke permukaan partikel mineral
secara selektif. Kolektor membentuk monolayer pada permukaan partikel yang pada
dasarnya membuat film tipis non-polar hidrokarbon hidrofobik. Pemilihan kolektor yang
benar sangat penting untuk pemisahan yang efektif oleh froth flotation. Kolektor yang paling
umum untuk mineral sulfida adalah :Contoh kolektor
adalah xanthates dan dithiophosphates  (Aerofloat collector).

b.    Frother
Reagen ini ditambahkan untuk menurunkan tegangan permukaan pada interface air-udara,
sehingga membentuk gelembung yang relatif lebih stabil., juga meningkatkan kinetika flotasi.
Contoh frother adalah Methyl Isobutyl Carbinol (MIBC).

c.    Regulator/modifier
Penambahan regulator berfungsi untuk meningkatkan kinerja kolektor menjadi lebih selektif
terhadap mineral tertentu. Regulator dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: activator, depressan, dan
pH modifier. Activator berfungsi untuk memperbesar daya adsorpsi kolektor ( cUSo4),
depressan digunakan untuk meningkatkan selektivitas proses flotasi dengan cara mengurani
adsorpsi kolektor pada mineral tertentu sehingga tetap bersifat hidrofilik contoh Sodium
Metabisulphite (SMBS), sedangkan pH modifier berfungsi untuk mengontrol pH pulp agar
didapatkan kondisi yang optimal contoh lime (CaO)

Berdasarkan prosesnya :
1.    Flotasi Bulk
Flotasi ini dilakukan untuk bijih yang memiliki sekelompok mineral berharga, sehingga
dihasilkan konsentrat yang terdiri sekelompok mineral berharga tersebut dengan kadar yang
lebih tinggi dari sebelumnya. Jadi konsentrat yang terbentuk hanyalah satu jenis.
2.    Flotasi Diferensial
Jenis flotasi ini adalah proses lanjutan dari flotasi bulk. Setelah didapatkan konsentrat pada
flotasi bulk, dilakukan kembali proses flotasi yang kemudian akan menghasilkan konsentrat
dengan kandungan satu jenis mineral berharga yang kadarnya pun lebih tinggi daripada
konsentrat bulk. Misalnya ada tiga kelompok mineral berharga dalam konsentrat bulk, maka
konsentrat yang dihasilkan pada flotasi diferensial terdiri dari tiga jenis dengan kandungan
masing-masing satu mineral berharga.
3.    Flotasi Selektif
Sama-sama terdiri dari kelompok mineral berharga, tapi yang membedakannya dengan flotasi
bulk adalah pada konsentrat yang dihasilkan. Mineral berharga dalam flotasi selektif sudah
terpisah dalam masing-masing konsentrat, sama seperti pada konsentrat yang dihasilkan
dalam jenis flotasi diferensial.

Berdasarkan sel flotasinya:


1)   Flotasi Mekanik
Shaft dan impeller terletak di tengah mesin, udara akan dimasukkan melaluai shaft dan
didispersikan ke permukaan melalui impeller. Jenis ini terdiri dari dua macam berdasarkan
proses aerasinya, yaitu induksi dan blower. Dikatakan induksi apabila air masuk secara
manual tanpa adanya bantuan mesin dengan memanfaatkan perbedaan tekanan antara di
dalam sel dengan di udara. Sedangkan proses aerasi pada tipe blower memanfaatkan media
blower.

2)   Flotasi Pneumatik
Tidak ada impeller dan bekerja dengan mengkompres udara untuk agitasi atau “the pulp
aerator”.

3)   Flotasi Kolom
Flotasi dilakukan di dalam sebuah kolom, sementara proses conditioning dilakukan di luar
sel. Tidak ada bagian yang bergerak pada flotasi kolom ini. Udara dihembuskan dari bawah.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
i.      pH
Proses flotasi paling memungkinkan dilakukan pada media yang bersifat basa karena
kebanyakan kolektor, seperti xanthate, stabil dalam kondisi tersebut. Selain itu kondisi basa
juga dapat meminimalisir korosi pada tangki. Nilai kritis pH untuk menghasilkan pemisahan
yang optimal bergantung pada sifat alam dari mineral, jenis kolektor dan dosis yang
digunakan, serta temperatur proses. Contoh, penggunaan 50 mg/l sodium aerofloat dengan
nilai pH pulp 8 akan menyebabkan  mineral kalkopirit akan terapung dan terpisah dari galena
dan pirit.
ii.   Ukuran partikel
Ukuran partikel tidak hanya berhubungan dengan derajat liberasi (lihat pada glosarium), tapi
juga kemampuan untuk mengapung (floatibility). Gelembung udara memiliki batas ukuran
partikel yang dapat diapungkan, umumnya antara 5 µm dan 300 µm.

iii.  Densitas pulp
Faktor ini penting untuk menentukan ukuran serta jumlah sel flotasi yang diperlukan dalam
pabrik.
iv.  Waktu conditioning dan flotasi
Dibutuhkan data eksperimen untuk menetapkan waktu optimum yang dibutuhkan untuk
menghasilkan konsentrat dan tailing hasil proses. Waktu flotasi tergantung pada ukuran
partikel serta reagen yang digunakan. Selain itu, dengan mengetahui waktu flotasi dapat
ditentukan kapasitas pabrik.

Pemisahan pengapungan (Froth Flotation) yaitu proses pemisahan mineral menjadi bijih dari
pengotor  dengan cara mengapungkan bijih ke permukaan melalui pengikatan dengan buih
dengan menggunakan bahan kimia tertentu dan udara. Teknologi pengolahan emas dengan
froth flotation pertama kali dilakukan pada tahun 1930.  Selain pemisahan bijih emas, prosess ini
banyak dipakai untuk beberapa bijih seperti  Cu, Pb, Zn, Ag, dan Ni.

Teknik pengerjaannya dilakukan dengan cara menghembuskan udara ke dalam butiran


mineral halus  (telah mengalami proses crushing) yang dicampur dengan air dan zat
pembuih. Butiran mineral halus akan terbawa gelembung udara ke permukaan, sehingga
terpisahkan dengan materi pengotor (gangue) yang tinggal dalam air (tertinggal pada bagian
bawah tank penampung). Pengikatan butiran bijih akan semakin efektif apabila ditambahkan
suatu zat collector.

Prinsip dasar pengikatan butiran bijih oleh gelembung udara berbuih melalui molekul collector adalah

 Butiran zat yang mempunyai permukaan hidrofilik akan terikat air sehingga akan tinggal pada
dasar tank penampung.

 Butiran zat yang mempunyai permukaan non-polar atau hidrofob akan ditolak air, jika ukuran
butirannya tidak besar, maka akan naik ke permukaan dan terikat gelembung udara.
Kebanyakan mineral terdiri dari ion yang mempunyai permukaan hidrofil, sehinga partikel
tersebut dapat diikat air. Dengan penambahan zat collector, permukaan mineral yang terikat
molekul air akan terlepas dan akan berubah menjadi hidrofob. Dengan demikian ujung
molekul hidrofob dari collector akan terikat molekul hidrofob dari gelembung, sehingga
mineral ( bijih ) dapat diapungkan. Molekul collector mempunyai struktur yang mirip dengan
detergen.

Anda mungkin juga menyukai