Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Teknologi dibidang industri kimia telah berkembang pesat dinegara-negara

maju seperti di Amerika, Eropa dan asia timur. Indonesia sebagai negara

berkembang diharapkan mampu bersaing dengan dimulainya pasar bebas.

Tantangan bagi Indonesia yaitu untuk meningkatkan perekonomian bangsa

dengan menciptakan suatu industri yang kompetitif. Salah satu jenis industri yang

layak dikembang di Indonesia adalah industri isobutylene. Isobutylene termasuk

mono-olefin isomere dari butylene, 1-butene, cis-2-butene dan trans-2-butene.

Isobutylene atau 2-methyl propene merupakan produk didalam refining petroleum

atau proses petrokimia. Selama ini kebutuhan isobutylene dan produk turunannya

masih diimpor dari luar negeri. Hal tersebut dapat mengurangi devisa negara.

Isobutilena yang memiliki rumus molekul C4H8merupakan raw-material

penting yang digunakan secara umum dalam berbagai industri kimia untuk

pembuatan alkylate gasoline,polimer gasoline, straight fuel use, MTBE (Metyl

Tertier Buthyl Ether), di/triisobutylene, butyl rubber, polybutene, isoprene, dan

bahan kimia lainnya (Ulman,1989).

Pada tahun 1960-an, karena permintaan isobutylene yang semakin

meningkat, isobutylene pertama kali dibuat secara komersial dengan proses


2

dehidrogenasi dari isobutana dengan menggunakan proses coastal. Pabrik ini

didirikan di Cerpus Christi, Texas dengan kapasitas 150.000 ton per tahun

(Kirk Othmer,1968).

Tujuan dari perancangan pabrik isobutilena antara lain:

1. Terciptanya lapangan pekerjaan, yang berarti akan mengurangi

pengangguran.

2. Memacu pertumbuhan industri-industri baru yang menggunakan bahan

baku isobutylene.

3. Menurunkan ketergantungan impor.

4. Meningkatkan pendapatan negara dari sektor industri, serta menghemat

devisa negara.

5. Meningkatkan sumber daya manusia melalui proses alih teknologi.

1.2 Penentuan Kapasitas Pabrik

Kapasitas produksi pabrik akan mempengaruhi perhitungan teknis maupun

ekonomis dalam perancangan pabrik. Pada dasarnya, semakin besar kapasitas

produksi, maka kemungkinan keuntungannya juga semakin besar. Namun ada

beberapa faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan kapasitas

produksi adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan pasar

2. Kapasitas minimal pabrik

3. Ketersediaan bahan baku.


3

1.2.1 Kebutuhan pasar terhadap isobutylene

Dalam menentukan kapasitas pabrik isobutylene yang

direncanakan, beriket merupakan analisis terhadap beberapa pendekatan,

yaitu:

Tabel 1.1 Data Impor butylene di Indonesia

Tahun Impor (ton/tahun)


2010 24.500,026
2011 21.902,774
2012 29.199,763
2013 28.552,919
2014 32.120,111
2015 25.326,906
2016 29.028,174

(BPS,2017)

Kebutuhan isobutylene di Indonesia ditujukan untuk menopang proses

industri kimia. Kebutuhan ini ditunjukkan oleh data isomer isobutylene yang

mengandung 45% isobutylene. Komposis isomer ditunjukkan pada tabel 1.2

Tabel 1.2 Komposisi Butylene & Isomers

Komposisi Kandungan
1,3-butadiene 0,0027
1-butene 0,2715
cis-2-butene 0,0420
iso-butane 0,0270
iso-butene 0,4510
n-butane 0,1200
trans-2-butene 0,0860
(Matweb Material Property Data, 2015)
4

Karena isobutylenelisobutene merupakan isomer dari butylene, maka

kapasitas isobutylene diketahui dari komposisi isobutylene yang terkandung dalam

butylene.

Tabel 1.3 Kebutuhan Isobutylene di Indonesia

Tahun Butylene (ton/tahun) Isobutylene (ton/tahun)


2010 24.500,026 11.049,5117
2011 21.902,774 9.878,1510
2012 29.199,763 13.169,0931
2013 28.552,919 12.877,3664
2014 32.120,111 14.486,1700
2015 25.326,906 11.422,4346
2016 29.028,174 13.091,7064

15000
14000
13000 f(x) = 376.15 x − 744909.92
Kapasitas (Ton)

12000 R² = 0.27
11000
10000
9000
8000
7000
6000
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun

Gambar 1.1 Grafik Impor isobutylene di Indonesia

Dari data impor isobutylene di Indonesia, terlihat bahwa impor isobutylene

di Indonesia relatif mengalami kenaikan setiap tahunnya. Regresi linier terhadap

data impor isobutylene didapatkan persamaan garis linier y = 376,15x – 744910,


5

dengan y adalah impor isobutylene pada tahun tertentu dalam ton dan x adalah

tahun. Pabrik isobutylene direncanakan dibangun pada tahun 2023 dan akan

beroperasi pada tahun 2024. Dari persamaan garis linier, diperkirakan bahwa

besarnya impor isobutylene di Indonesia untuk tahun 2023 adalah sebesar

16.041,45 ton/tahun.

Kebutuhan butylene di dunia pada tahun 2007 sekitar 52.000kilo ton/tahun

dan dapat diestimasikan kebutuhan isobutylene sekitar 23.400 kilo ton/tahun atau

65.000 ton/hari dan dapat diperkirakan akan terus meningkat (yaws,1999).

1.2.2 Kapasitas minimal pabrik

Kapasitas pabrik yang akan didirikan harus berada di atas kapasitas

minimal atau paling tidak sama dengan pabrik yang sedang berjalan. Pabrik

isobutylene yang sudah berdiri di dunia serta kapasitas produksi pertahun dapat

dilihat pada tabel 1.4

Tabel 1.4 Daftar Pabrik Isobutylene di Dunia

No Pabrik Lokasi Kapasitas


6

(ton/tahun)
1 Texas Olefin Co. Ltd Texas 76.200
2 TPC Groups Houston 295.000
3 Lyondell Basell United States 150.000
Shandong Shouguang Luqing
4 China 170.000
Petrochemical
Heilongjiang Anruijia
5 China 180.000
Petrochemical
6 Songwon Industri Co. Ltd Korea Selatan 40.000
Shandong Chengtai Chemical
7 China 114.000
Industry

Berdasarkan data pada tabel diatas, kapasitas terkecil pabrik isobutylene

yang telah berdiri adalah 40.000 ton/tahun sedangkan kapasitas terbesar adalah

295.000 ton/tahun. Dapat disimpulkan bahwa kapasitas pabrik yang layak

didirkan adalah 40.000 -295.000 ton/tahun, sehingga kapasitas pabrik yang akan

didirikan yaitu 40.000 ton/tahun layak berdiri.

1.2.3. Ketersediaan bahan baku

Di Indonesia belum ada pabrik yang memproduksi tert-butyl alkohol yang

merupakan hasil samping dari propilen oksida. Sehingga bahan baku harus

diimpor dari luar negeri yaitu China. Kapasitas pabrik yang akan didirikan yaitu

40.000 ton/tahun sehingga membutuhkan kurang lebih 60.000 ton/tahun tert-

butylalkohol.

1.3 Lokasi Pabrik

Pemilihan lokasi merupakan hal yang penting dalam pendirian suatu

pabrik. Hal ini menyangkut kelangsungan pabrik dari segi operasional dan
7

ekonomis pabrik. Lokasi yang dipilih untuk pendirian pabrik isobutylene ini

direncanakan akan didirikan di kawasan Industri Cilegon, Banten, pemilihan ini

dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan secara teknis dan ekonomis

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

1.3.1 Penyediaan Bahan Baku

Bahan baku merupakan kebutuhan utama bagi kelangsungan operasi

pabrik sehingga keberadaannya harus benar – benar diperhatikan. Di

Indonesia belum ada pabrik tert-butylalkohol sehingga perlu di impor dari China

dengan demikian memerlukan tempat yang berdekatan dengan pelabuhan. Bahan

baku selanjutnya diangkut menuju Cilegon. Lokasi pabrik tidak jauh dari

pelabuhan sehingga memudahkan transportasi bahan baku maupun hasil produksi

yang akan di ekspor.

1.3.2. Pemasaran

Produk isobutylene ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri

dengan kaasitas 53% dan 47% produknya akan diekspor. Hal ini didukung oleh

beberapa industri yang memerlukan bahan baku isobutylene seperti alkylate

gasoline, polymer gasoline, MTBE, ETBE, butyl rubber (97% menggunakan

isobutylene), polyisobutene, isoprene, bahan tambahan perekat, dll.

1.3.3.Sarana Transortasi
8

Kawasan industri cilegon dekat dengan pelabuhan Merak dan telah

tersedia sarana transportasi jalan raya sehingga mempermudah sistem pengiriman

bahan baku dan produk ke daerah pemasaran tanpa mengalami masalah.

1.3.4 Tenaga Kerja

Kawasan industri Cilegon merupakan kawasan industri yang cukup

terkenal di Indonesia. Kawasan ini menjadi salah satu kawasan yang menarik

perhatian para pencari kerja. Oleh karena itu, kebutuhan tenaga kerja tidak

menjadi masalah.

1.3.5 Utilitas

Utilitas yang dibutuhkan seperti air dan tenaga listrik dapat dipenuhi karena

lokasi terletak dikawasan industri dan dekat dengan laut. Penyediaan air untuk

kebutuhan proses, air minum, serta sanitasi dapat diperoleh dari PT Krakatau Tirta

Industri, sedangkan penyediaan tenaga listrik dapat diperoleh dari PLN dan

generator listrik pabrik.

1.4 Tinjauan pustaka

1.4.1 Bahan Baku dan Produk

Isobutylene adalah gas yang sangat mudah terbakar dan menimbulkan bahaya

ledakan. Biasanya disimpan sebagai gas cair yang dikompres, jika dilepaskan

dapat menghasilkan atmosfir kekurangan oksigen yang menimbulkan bahaya

sesak napas.Isobutilena digunakan sebagai perantara dalam produksi berbagai

produk. Direaksikan dengan metanol dan etanol dalam pembuatan bensin


9

oksigenat metil tert-butil eter (MTBE) dan etil tert-butil eter (ETBE). Alkilasi

dengan butana menghasilkan isooctane, aditif bahan bakar lainnya. Isobutilena

juga digunakan dalam produksi methacrolein. Polimerisasi isobutilena

menghasilkan karet butil (poliisobutilen). Antioksidan seperti

butylatedhydroxytoluene (BHT) dan butylated hydroxyanisole (BHA) diproduksi

oleh Friedel-Crafts alkylation of fenol menggunakan isobutylene.

(Merck, 1989)

Kegunaan utama t-butil alkohol adalah untuk pembuatan zat flotasi,

penghilang cat, metakrilat, dan penyedap rasa.Dapat pula digunakan sebagai

denaturan untuk etanol, penggerak oktan pada bensin tanpa timbal, dan sebagai

bahan pembersih dan pelarut untuk farmasetikal,lilin dan lak. Perlengkapan rumah

tangga yang bahan utamanya t-butil alkohol seperti furniture dan berbagai produk

dari karet, plastik, dan kaca. T-Butil alkohol juga digunakan sebagai pelarut non-

reaktif pada reaksi kimia,sebagai kompatibiliser non-surfaktan untuk berbagai

campuran pelarut, dan sebagai pelarut non-korosif. Digunakan pada polimerisasi

radikal bebas untuk melarutkan monomer.Digunakan sebagai kopling tambahan

dalam pembuatan pestisida dan pupuk dalam larutan tanpa membentuk emulsi

sebagai pelarut reaksi, disamping sebagai zat antara untuk produk peroksida

organik dan logam alkoksida.

1.4.2 Pemilihan Proses

A. Proses Catofin/Coastal
10

Proses ini merupakan proses dehidrogenasi katalis dari bahan baku

isobutana dalam fase gas. Katalis yang digunakan pada proses ini adalah

chromium. Kondisi operasi reaktor sekitar 527,8 – 676,7 OC dan tekanan 2,5–5 psi.

Proses ini hanya menghasilkan produk isobutylene dengan konversi 55 – 60% dan

selektivitas 92% mol.

Reaksi dehidrogenasi katalitik berlangsung dalam reaktor fixed bed yang

disusun secara paralel dan bersifat endotermis. Gas produk reaksi

dikondensasikan, setelah itu dipisahkan fraksi uap dan fraksi cairnya ke dalam

flash drum. Uap yang keluar dari flash drum dimasukkan kedalam absorber.

( Kirk Othmer, 1968)

B. Proses Ekstraksi dengan Asam Sulfat

Bahan baku butyleneyang dikontakkan dengan asam sulfat konsentrasi 45-

65% yang berlangsung dalam reaktor 2-stage. Pada proses ini, ekstrak yang

mengandung TBA oligomer dipisahkan untuk menghilangkan impuritas

hidrogennya. Dalam stripper terjadi regenerasi untuk mendapatkan isobutylene.

TBA yang tidak bereaksi di-reycle, sedangkan oligomernya di-crackinguntuk

mendapatkan monomernya. Produk isobutylene yang diperoleh kemurniannya

75%. Konversi dari butylene menjadi isobutylene sebesar 65 – 70%.

( Kirk Othmer, 1968)

C. Proses Dehidrasi tert-butyl Alkohol

Pada proses dehidrasi TBA ini menggunakan Reaktor RATB dalam fase

homogen yaitu fase cair. Reaksi bersifat endotermis dengan kondisi operasi

sekitar 70 – 200OC namun lebih disarankan 120 – 160OC. Tekanan operasi sekitar
11

30 –400 psi, dan disarankan 50 – 250 psi. Setelah itu cairan yang keluar dari

reaktor diumpankan ke menara pemisah dipompa menuju tangki penyimpanan

produk. Sedangkan hasil bawah dialirkan menuju unit pengolahan limbah.

Pada reaksi dehidrasi TBA ini konversi yang dapat dicapai sekitar 95% dan

kemurnian 99,7% produk.

(Patent, EP 0712824 A1 )

Dari tiga proses tersebut dipilih proses yang ketiga, yaitu pembuatan metil

metakrilat dengan proses Dehidrasi tert-Butyl Alkoholdengan pertimbangan :

- Prosesnya sederhana dan efisien.

- Menghasilkan kemurnian produk sehingga 99,7%.

- Bahan baku mudah didapat dan relatif murah.

- Menghasilkan konversi yang cukup tinggi untuk proses yang

sederhana.

1.5 Kegunaan Produk

Isobutylene merupakan produk intermediet yang digunakan sebagai bahan

baku pembuatan butyl rebber yang biasa digunakan sebagai ban maupun perkakas

yang tingkat derajat kepanasannya tinggi. Kegunaan lainnya adalah:

1. kemurnian >99%

untuk pembuatan butyl rubber (isobutylene isoprene rubber), polyisobutylene,

butyl phenol, tert-butyl amine, pivalic acid.

2. kemurnian > 90%

pembuatan methacrylic acid dan isoprene.


12

3. kemurniaan >50%

untuk pembuatan MTBE, ETBE, polybutylene, diisobutylene.

1.4 Kinetika Reaksi

Reaksi antara pembuatan isobutylene dari tert-butyl alkohol adalah cair-cair.

Harga konstanta kecepatan reaksi dicari dengan persamaan sebagai berikut:

−ETBA 1 1

k TBA=F ref ,TBA e


R ( −
T T ref )

1
−3111,9 +7,6391
ln Ka = T
K

Nilai konstanta-konstanta tersebut sebagai berikut:

Fref = 0,21

E = 18

R = 8,314

Treff = 343,15 K

Dimana :

R =konstanta gas, J/mol.K

k = keceparan kinetika reaksi, mol/s.kgcal

r = laju reaksi, mol/s.kgcal

Freff = faktor eksponensial arhenius, mol/s.kgcal

E = enekrgi aktivasi, kJ/mol


13

T = temperatur, k

Treff = temperature referensi, k

Ka = konstanta kesetimbangan reaksi berdasarkan aktivitas

( Holenka,2005)

Berdasarkan persamaan diatas dapat dihitung harga konstantakecepatan reaksi

dan laju reaksi yaitu sebagai berikut:

 Menghitung konstanta kecepatan reaksi (k)

−ETBA 1 1
k = Fref exp
R (−
T T ref )
kJ
−18
mol mol 1 1
k = 0,21
detik . kg katalis
exp [
0,008314
kJ
]x ( −
366,15 343,15 )
mol K

mol kmol
k = 0,3121 =1.1236
detik . kg katalis jam . kg katalis

1.5 Tinjauan Termodinamika Reaksi

Tinjauan secara termodinamika bertujuan menentukan sifat reaksi dan arah

reaksi, sehingga perlu perhitungan dengan menggunakan panas pembentukan

standar (ΔHOf) reaktan produk. Reaksi pembentukan isobutylene adalah sebagai

berikut:

C4H10O C4H8 + H2O

Data :

ΔH of C4H10O = -312,4 kJ/mol


14

ΔH of C4H8 = -17,100 kJ/mol

ΔH of H2O = -241,814 kJ/mol

( Perry,1984)

ΔH f 298 = ΔH of produk – ΔH of reaktan

= (-17,100 + (-241,814)) – (-312,4)

= 53,486 kJ/mol

ΔH f 298 = (-) maka reaksi berjalan secara eksotermis

ΔH f 298 = (+) maka reaksi berjalan secara endotermis

Dari reaksi di atas menunjukkan bahwa pembuatan isobutylene tersebut


adalah reaksi endotermis atau membutuhkan panas, karena harga ΔH f298
menunjukkan harga positif.

Tabel 1.5. Data Energi Gibbs

Komponen ΔG of298(kkal/mol) ΔG of465,95(kkal/mol)


C4H8 13,939 25,2633
C4H10O -42,624 -30,429
H2O -54,862 -55,719

 ΔGof,298 = ΔGof produk – ΔGof reaktan

= (13,939 + (-54,862)) – (-42,624)

=1,701 kkal/mol

=7,1217 kJ/mol

 ΔGof,465,95 = ΔGof produk – ΔGof reaktan

= (25,2633 + (-55,719)) – (-30,429)


15

= - 0,0266 kkal/mol

= -0,111 kJ/mol

ΔGo = -R T ln K

Dimana :

ΔGo = Energi Gibbs, kJ/mol

Ln Ka = -3111,9 x ( T 1/K )+ 7,6391


Ka = 146,4332 K>1

Karena harga konstanta kesetimbangan sangat besar maka reaksi termasuk


irreversible.

( Smith & Vannes, 1996)

Anda mungkin juga menyukai